Terlihat beberapa pemuda ada di sekitar tepi danau. Wajah mereka pucat. Dan mereka semua diam membisu. Pandangan mereka kosong.
"Mereka kan…"
Misteri Sebuah Danau
Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki
Story By : YuuRein
Rate : T
.
.
.
Kalimat terpotong yang diucapkan si Titan membuat semua member Seirin melihat Murasakibara secepat kilat. Syok, dan seketika itu.. "TIDAAAAKK..!" teriak mereka bersamaan kecuali Mitobe.
"kenapa kalian teriak?" tanya Kagami polos yang tiba-tiba sudah ada di depan mereka semua.
"HANTUUUUU….!" Teriak mereka serempak dengan wajah ngeri kecuali Akashi, Murasakibara dan Mitobe.
"Akashi, kenapa kau ada di sini?!" Gantian Kagami yang kaget.
"Dimana Tetsuya."
"Eh jadi kau belum mati Kagami?" tanya Hyuga.
"Eh, tentu saja belum senpai."
"Alhamdulillah…" Hyuga mengelus dada.
"Kurokocchi… aku tak melihat Kurokocchi…!" panik Kise.
"Woi Kagami, dimana Tetsu?!" tanya Aomine yang sudah mencengkram baju Kagami.
Kagami menoleh ke arah Furihata. "Dia di sana." Tunjuk Kagami pada anak kecil yang di gendong Furihata.
Syuuuu…. Angin berhembus menerbangkan dedaunan di lantai. Hening.
Mata bulat dengan iris seperti langit musim panas, serta surai yang sama. Kulit putih pucat. Terlihat basah kuyup dengan kaos kegedhean sampai menutupi seluruh tubuhnya dan… wajah datar.
Krik… krik… krik…
"NANIIII…!"
~o0o~
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Akashi sambil mengganti pakaian basah Kuroko dengan kemeja yang ia pakai. Kemeja Akashi? Tenang saja, dia masih pakai kaos lengan pendek di balik kemeja lengan panjangnya. Jangan bayangkan ia akan telanjang dada.
"Atu juga tak tau Akachi-tun."
Eh?
"Gyaaa… Kurokocchi cadel-ssuuu… lucunyaaaa….!" Girang Kise langsung memeluk Kuroko.
Grep! Dengan cekatan tangan Akashi mencengkram kepala Kise. "Menjauh dari Tetsuya, Ryouta." Kata Akashi dingin sambil memasang wajah iblis.
"Gyaaaa….ampuuuun…!"
"Woi, brisik kau Kise!"
"Tunggu Kagami, apa yang terjadi. Kenapa tubuh Kuroko bisa menyusut seperti ini?"
"Kuroko, berapa usiamu sekarang?"
"Diam Izuki."
"Aku juga tak tau pasti, waktu itu…"
Flash back
"KUROKO!" teriak Kagami dan lainnya.
Kagami pun melesat kearah danau untuk menolong Kuroko yang tenggelam. Kuroko merasakan tubuhnya di tarik dari dasar danau. Beberapa tangan menarik kaos dan tubuhnya, tak tau itu tangan siapa. Tak kuat menahan nafas, Kuroko merasakan air mulai masuk ke dalam hidung dan tenggorokkannya. Setelah itu ia memasrahkan dirinya di tarik lebih dalam ke dasar danau.
Kagami menceburkan dirinya saat dilihatnya tak ada pergerakan Kuroko yang mencoba untuk keluar dari danau. Ia menyelam untuk mencari keberadaan partnernya. Sementara itu ketiga temanya menunggu di pinggir danau sambil memeriksa keadaan sekitar. Tiba-tiba pandangan Fukuda tertuju pada sesuatu yang terapung tak jauh dari tepi danau. Dilihatnya lebih teliti, mungkin saja itu Kuroko.
"Hei apa itu yang mengapung di sana?" tanya Fukuda.
"Mana? Ah, jangan-jangan itu Kuroko!" teriak Furihata.
"Tunggu, kenapa dia tak bergerak?!" tanya Kawahara mulai panik.
Mereka bertiga pun mencoba meraih sesuatu itu, Furihata melihat sekitar untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk memungut sesutu yang dimaksud. Saat melihat ranting pohon yang patah, ia mengambilnya dan mencoba meraih sesuatu yang belum mereka ketahui itu. Furihata dengan segenap tangannya mencoba meraih sesutu yang terapung itu. Saat meraihnya, ia menyeretnya ke tepi danau. Di angkatnya hasil temuannya itu.
Krik… krikk..
"Ne Furihata, sepertinya aku pernah melihatnya."
"Kau benar Kawahara."
"Haaaa… aku tau, bukanya itu celana Kuroko?!"
"Fukuda bagaimana kau bisa tahu itu celana milik Kuroko." tanya Furihata dan Kawahara bersamaan.
"Memangnya kalian tak memperhatikannya?" tanya Fukuda balik.
"Sebenarnya, apa yang kau lihat Fukuda?" tanya Furihata curiga.
"Eh, bukan… bukan itu maksudku. Itu kan celana olahraga yang Kuroko pakai tadi." Jelas Fukuda.
"Kalau ini celana Kuroko, terus kemana orangnya?" tanya Kawahara sambil celingukan.
"Oi, apa itu yang menyembul di sana?" tunjuk Furihata ke arah tengah danau tempat ditemukannya celana(?) Kuroko.
Sesuatu yang mirip kepala orang dengan rambut hitamnya. Pelan tapi pasti, sesuatu itu berenang(?) ke arah mereka dan berhenti tepat di depan mereka bertiga. Tidak bergerak. Karena curiga, Fukuda mengambil ranting yang ada di tangan Furihata dan mencoba menowelnya. Tidak ada reaksi. Mereka bertiga mulai was-was dan merinding. Dicobanya lagi dengan tangan sedikit gemetar karena takut. Tapi, sebelum ranting itu menyentuhnya, tiba-tiba muncul sebuah kepala dengan kulit wajah yang pucat, mata bolong dan mulut yang terbuka tertarik ke bawah dan menuju ke arah mereka seolah ingin menerkam mangsa yang ada di depannya. "GYAAAAAAA….!"
.
.
.
.
.
.
.
Hening.
Tiga sahabat itu saling berpelukan dengan erat dan menutup mata mereka rapat-rapat. Sesaat merasa tak terjadi apa-apa, dengan suasana yang sunyi senyap mereka mencoba membuka mata perlahan-lahan. Dengan mata yang sedikit terbuka, mereka mencoba melihat sekitar. Merasa keadaan aman ketiga kohai itu membuka mata mereka lebih lebar. Yang dapat mereka simpulkan, keadaan sekitar tenang seolah tak pernah terjadi apa-apa. Lega, itulah yang dirasakan oleh mereka. Tapi, itu tidak berlangsung lama, karena kedua teman mereka tak juga menunjukkan batang hidungnya. Masih dengan rasa takut setia mendampingi, mereka saling berpandangan dan menganggukkan kepala masing-masing yang menandakan batin mereka siap. Dengan perlahan, ketiganya melongok ke permukaan danau untuk memastikan melihat kedua temannya dan berharap mereka masih hidup. Saat mulai melihat ke permukaan danau, tak ada sesuatu yang mencurigakan. Bahkan airnya begitu tenang. Tapi, Byaaaaaar…"GYAAAAA….!" Munculah sesosok orang yang di kenalnya "KAGAMI…!" mereka pun membantu Kagami untuk naik ke tepi danau. Saat sudah di daratan, mereka gemetaran melihat sosok Kagami.
"Ka.. Ka.. Kagami.. i-itu..a-apa?" tunjuk Furihata ke arah Kagami, tidak, lebih tepatnya ke arah dadanya, maksudnya sosok yang di gendong Kagami.
"Ja.. ja.. ja-jangan-jangan.. ha-ha.." lanjut Kawahara mulai gagap.
Tidak ada respon. Tubuh Kagami basah kuyup, mereka tak bisa melihat wajahnya karena tertutup rambutnya. Tidak bergerak.
"HANTUUUUUUU…!" teriak mereka bertiga dengan lancarnya.
Seketika itu Kagami tersadar, dan langsung menatap ketiga temannya.
"Eh? Kenapa kalian teriak?"
"Kagami, kau belum mati kan?" tanya Fukuda memastikan.
"Hah? Tentu saja belum."
"Lalu, itu.." tunjuk Furihata pada sosok yang ada di gendongan Kagami. Kagami pun ikut melihat arah pandang Furihata. Dan seketika itu, "WAAAA… BOCAH SETAAAN…!"
"Atu butan cetan." Jawab bocah bukan anak kecil itu datar.
Dilihatnya sosok dalam gendongannya itu dari atas sampai bawah. Surai baby blue yang basah kuyup, wajah datar namun imut dengan kulit putih dan warna mata yang sama dengan rambutnya. Kagami merasa dia mirip seseorang.
"Kagami, mana Kuroko? kenapa kau malah menggendong anak kecil saat keluar dari danau?" tanya Furihata yang tak melihat sosok teman setimnya yang berkepala biru secerah langit musim panas.
"Ngg.. tadi saat aku menyelam mencari Kuroko aku tak menemukannya. Aku mencoba menyelam lebih dalam, samar aku melihat sesutu berwarna biru. Aku langsung mendekatinya, dan ternyata benar itu Kuroko. Kulihat ia tersangkut tumbuhan di dasar danau, tak tau itu tumbuhan apa. Lalu aku menarik tanganya, tapi tiba-tiba mataku kemasukan sesuatu dan aku juga mulai kehabisan nafas. Pegangan tanganku di tangan Kuroko sempat terlepas, tapi aku berhasil memegangnya lagi, tanpa pikir panjang aku menariknya. Langsung berenang secepatnya ke atas." Jelas Kagami panjang lebar.
Semua memandangi anak kecil itu lagi. Dilihat dari posturnya, usianya sekitar empat tahun. Ciri-cirinya mirip dengan teman mereka Kuroko Tetsuya. Seketika itu pandangan mereka jadi horor.
"Hei, nak siapa namamu?" tanya Fukuda.
"Turoto Tetchuya (Kuroko Tetsuya)."
"Hah?" seketika mereka semua mangap.
"Apa kau bisa bicara dengan jelas bocah?" tanya Kagami yang masih belum mengerti yang diucapkan oleh lidah cadel makhluk mungil yang ada digendonganya.
Dengan wajah cemberut dan pipinya yang mengembung ia berucap "Atu Turoto Tetchuya, andota tim bastet Cheirin, Tadami-tun (aku Kuroko Tetsuya, anggota tim basket Seirin, Kagami-kun)."
Hening. Mencoba untuk mencerna apa yang di ucapkan makhluk mungil ini. Dan…
"NANI?!"
Flash back end
Semuanya tak habis pikir saat mendengarkan cerita Kagami. Teman mereka Kuroko Tetsuya, berubah menjadi bocah berusia empat tahun.
"Apa ini kutukan-nanodayo?" tanya Midorima entah pada siapa.
"Ini belum pasti Sintarou, sebaiknya kita segera kembali ke villa."
"Tunggu, villa katamu?" tanya Kagami yang memang belum mengetahui kalau sang tuan muda Akashi ini mempunyai villa.
"Villa milik Akashi, dia mempunyai villa di sekitar sini." Jelas Tsuchida.
"Apa malam ini, Kurokocchi akan tidur sama kita di villa-ssu?"
"Tidak, Kuroko anggota kami. Jadi, dia akan bersama kami. Aku sebagai kapten bertanggung jawab untuk menjaga anggota timku."
"Aku tak akan membiarkan Tetsuya lepas dari pengawasanku. Karena masih belum jelas apa yang akan terjadi dengan keadaan Tetsuya seperti ini. Kalian Seirin, kuijinkan menginap di villaku sampai Tetsuya kembali seperti semula."
"Sampai kapan Akashi?"
"Secepatnya Daiki. Kita kembali sekarang."
Mereka pun kembali menuju villa milik keluarga Akashi. Tanpa sepengetahuan mereka, sosok anak laki-laki dengan pakaian basah kuyup dan kulit putih pucat memandang dingin ke arah mereka.
Sampai di villa, mereka di sambut oleh dua perempuan yang tidak ikut acara pencarian orang hilang tadi. Kiyoshi? Dia nonton tv. Sepertinya dia kagum dengan tv plasma milik kapten Rakuzan itu, karena tv yang ada di rumahnya masih model lama. Melihat keributan kecil, Kiyoshi menyudahi acara nonton tv-nya dan ikut bergabung dengan timnya.
Hal pertama yang di cari oleh gadis surai baby pink itu adalah cowok pujaannya Kuroko Tetsuya. Begitu juga pelatih Seirin, melihat kohainya kurang satu orang. "Kuroko, dimana dia?" tanya pelatih mereka. Mereka bergeser dan memberi tempat untuk sang kapten Rakuzan dengan bocah digendongannya. "Anak siapa itu?" tanya Aida lagi. "Kyaaa… kawaiiii..!" teriak Momoi girang saat matanya menatap makhluk imut nan lucu itu.
"Dia Kuroko Tetsuya." Jelas Akashi singkat, padat dan jelas.
Ketiga orang itu membeku. Karena mereka belum tau cerita yang sebenarnya. Kaget dan tak percaya apa yang ada di depannya ini adalah mantan bayangan GoM. Hyuga pun angkat bicara, dan menceritakan kronologisnya.
"Baiklah, Kagami-kun kau ganti bajumu. Nanti masuk angin." Kata sang pelatih tepat saat dongeng Hyuga selesai.
"Ah, tasku ada di pondok."
"Hmm.. benar juga. Tas kita masih ada di pondok." Lanjut Kiyoshi.
"Daiki, pinjami bajumu."
"Hah, kenapa aku?!"
"Ada masalah Daiki?"
"Tentu saja Akashi, ini masalah."
"Hoo… apa kau mau tubuhmu menyusut seperti Tetsuya?"
"Nan.."
Ckris
"Ck, aku ambilkan."
"Ngg…"
"Ada apa Kagamicchi?"
"Sudah kubilang jangan memanggilku seperti itu!"
"Ada apa Kagami-kun?"
"Tadi aku sempat juga nyemplung ke danau, tapi tubuhku tak menyusut seperti Kuroko."
"Eh?" semua terkejut dengan penuturan Kagami.
"Benar juga-ssu." Sahut Kise sambil memegang dagu ala detektif.
"Kurasa bukan air danau itu yang menyebabkan Kuroko menyusut-nodayo."
"Kekuatan lain."
"Kekuatan lain? Maksudmu ada kekuatan lain yang merubah Kuroko jadi kecil Akashi?" eh kemana Akashi-nodayo?
"Sepertinya begitu." Lanjut Hyuga.
"Aka-chin, aku lapar. Are, mana Aka-chin?"
"Dia udah pergi dengan Kurokocchi-ssu. Aku juga lapaar."
"Ah,benar juga. Karena terlalu khawatir aku jadi lupa untuk memasakkan kalian makan malam. Bagaimana kalau kita masak sama-sama Aida-san, aku tadi sudah belanja bahan untuk makan malam."
"Ok, ayo kita masak sama-sama."
Seketika semua muka yang ada di ruangan itu langsung pucat, kecuali Kuroko, Akashi, Momoi dan Aida tentunya.
"Yaaa… bagaimana kalau Kagami dan Mitobe yang masak. Lagi pula kita juga numpang kan." Kata Hyuga yang mulai panik.
"Heee… Kagami/ Kagamicchi/ Kagami-kun bisa masak?" teriak Midorima, Kise dan Momoi serempak.
"Um." Itu respon Kagami sambil menerima baju dan celana trining dari Aomine dan handuk(?).
"Tak usah." Kagami menyerahkan handuk pada Aomine, ia tak mau satu handuk dengan Aomine.
"Lalu kau mau memakai pakaian dengan tubuh yang masih basah begitu."
"Taka apa."
"Jangan keras kepala."Aomine melempar handuk ke Kagami yang mendarat tepat di atas kepalanya.
Tanpa disadari keduanya, beberapa pasang mata memperhatikan duo drama Ace Seirin dan Touou. Mereka seperti sepasang kekasih yang perhatian terhadap pasangannya. Tunggu, ini bukan fanfic shonen-ai atau yaoi. Kagami mulai mengeringkan tubuhnya dengan handuk dari Aomine.
"Oya, aku tak tau itu handuk siapa. Aku menemukan di kursi kayu belakang."
"Itu bekas kain pel Daiki."
"NANI!" teriak Kagami, lalu melemparnya ke arah Aomine tepat ke mukanya.
"Apa-apaan kau Bakagami!"
"Kau bilang apa Ahomine?!"
"Tapi itu bersih." Lanjut Akashi tenang.
"Tapi tetap sama saja." Teriak Kagami. Semua sweatdrop, tak jadi menonton sinetron AoKaga.
"Darimana kau Akashi dengan Kuroko-nodayo?"
"Kagami setelah ganti baju langsung ke dapur, sepertinya Tetsuya lapar." Kata Akashi tanpa ada niatan menjawab pertanyaan Midorima. Midorima pun di buat kesal karena dicuekin.
.
.
.
.
.
Selesai memasak, Kagami dan Mitobe membawa makananya ke lantai di bantu Momoi dan Aida. Kenapa lantai? maksudnya mereka makan ala lesehan. Karena orangnya banyak, meja makan tak mampu menampung semuanya. Mungkin kata lesehan, alas yang biasa menemani adalah tikar. Tapi ini beda, karena pemilik villa adalah Akashi, maka yang jadi alas adalah karpet berbahan wol tebal dan lembut, bokong mereka akan hangat dari dinginya lantai. Makanan sudah tertata apik, mereka semua mengambil posisi nyaman untuk menikmati makan secara lesehan. "Selamat makan." Ucap mereka bersamaan. Acara makan pun di mulai. Kuroko? ia ada di pangkuan Akashi. Dengan telaten Akashi menyuapi Kuroko kecil. Semua tak menyangka pemandangan yang tersaji di depannya. Seorang Akashi yang terkenal psikopat absolute dan suka main peritah ala majikan, mau repot-repot menyuapi mantan anggota timnya. Awalnya Kuroko menolak untuk disuapi, dan bersikeras makan sendiri. Tapi, dengan tangan mungilnya ia kesusahan untuk makan sendiri. Boro-boro makan sendiri, pegang sumpit aja susah. Tanpa persetujuan Kuroko, Akashi memaksa si mungil untuk membuka mulutnya saat Akashi menyodorkan makanan ke mulut Kuroko. Mau tak mau Kuroko menurutinya, karena perutnya rewel minta di isi.
Makan malam pun berjalan tertib, mereka tak mau membuat keributan saat makan bersama sang Emperor. Tapi tiba-tiba, sesutu menyita perhatian mereka semua.
"Onii-chan, atu… mau pipis." Akashi mulai beranjak dari tempat duduknya.
"Baiklah kalau begitu, pegang tanganku Tetsuya."
Si mungil Kuroko meraih tangan Akashi dengan tangan mungilnya. Mereka berdua meninggalkan ruang makan untuk ke toilet meninggalkan makhluk warna-warni dan tim Seirin dengan muka cengo mereka.
Tanpa ada yang menyadari, sesosok gadis kecil berdiri di balik jendela luar yang terlihat gelap. Dengan muka pucat menghiasi wajahnya, melihat ke arah GoM dan Seirin.
~Bersambung~
.
.
.
OMAKE
Saat perdebatan tentang nasib Kuroko yang tiba-tiba menyusut, Kuroko bergerak tak nyaman. Ia ingin turun dari gendongan Akashi. Menyadari si mungil tak mau diam, Akashi melirik Kuroko. "Ada apa Tetsuya?"
Sambil menahan malu dengan sedikit semburat di wajahnya Kuroko berbisik "Mau pipis."
Akashi tersenyum(?). Dan bergegas ke toilet. Saat sampai di dekat toilet, Kuroko langsung loncat dari gendongan Akashi dan lari menuju toilet. Tapi, sayang saat di toilet tingginya tak sampai. WC duduk itu terlalu tinggi untuk tubuh mungil Kuroko. Melihat Kuroko yang kesusahan, rasanya geli.
"Tetsuya, apa kau lupa kalau kau sekarang adalah seorang balita."
Kuroko dengan lucunya menggembungkan pipinya, menahan kesal dan pipis.
"Kau tak usah malu meminta bantuanku."
Tanpa menunggu jawaban Akashi membantu Kuroko. Dan ia sempat berbisik pada Kuroko. "Mulai sekarang panggil aku Onii-chan." Saat Kuroko akan protes, "Aku tak suka di bantah." Seketika itu Kuroko kembali menutup mulut mungilnya sambil cemberut. Melihat itu, Akashi jadi gemas sendiri.
.
.
.
