もう一度言ってみろ / try to say it once again
|•|
; then i will make you unable to say anything else besides crying under my control
a seongje geum × sieun yeon fanfiction
•••
weak hero © SeoPass / RAZEN
saya hanya meminjam karakternya tanpa adanya keuntungan materiil apapun. Hanya demi memuaskan asupan semata.
•••
.
"sudah aku bilang, jangan dekat-dekat dengan si sialan Ahn tukang cengar-cengir itu kan? kenapa kau masih terus ditempeli olehnya?"
Sieun terdiam, harus agak mendongak untuk menatap lurus manik tajam dibalik lensa kacamata pria di depannya.
Seongje Geum, si kepala ungu sinting ini.
dia tiba-tiba datang seperti lelembut dari Ganghak siang bolong begini, lalu mengkabedon Sieun seenaknya di kantin yang sedang ramai-ramainya waktu istirahat. Sieun tahu kalau Seongje tidak akan pernah menaruh peduli sedikitpun jika setelah ini muncul gosip yang tidak-tidak tentang mereka. maksudku, ayolah! ini SMA Eunjang, di mana rumor setidak penting apapun akan tersebar cepat kemana-mana seperti api besar ditiup angin.
dan lagipula, dia ini seorang Seongje Geum! mana mungkin orang fenomenal seperti dia tidak digosipkan ketika melakukan hal mencolok begini.
ah sial, Sieun mengumpat dalam hati. bagaimana cara ungu gila ini masuk ke sekolahnya?! apa dia tidak dihadang satpam?!
oh, mana mungkin hadangan satpam saja menghentikan seorang Seongje Geum bukan?
"Sieun Yeon.." Seongje berdesis tepat di depan wajahnya. perbedaan tinggi badan mereka sejujurnya membuat Sieun sedikit kesal, terlebih dengan posisi seperti ini.
"menjauh dariku, Seongje." kata Sieun pelan, sebisa mungkin tidak ingin menambah kehebohan dengan membiarkan orang-orang yang menonton mendengarkan percakapan dirinya dengan Seongje.
"kalau aku tidak mau, bagaimana?" Seongje tersenyum miring, dengan sengaja malah makin mendekatkan wajahnya yang sudah terlampau dekat itu.
"jauhkan wajah jelekmu-!" Sieun panik, Seongje terhibur.
"coba saja kau jauhkan sendiri-"
duakk.
namun seketika bungkam, alih-alih ulu hatinya yang berkedut nyeri setelah dicium lutut Sieun malah pelipisnya yang berkedut lantaran kesal. ohh, ular kecilnya ini berani juga rupanya. tidak sadar situasi bahaya dia.
"ikut aku." Seongje menarik tangan Sieun dan menyeret tubuh kurus itu mengikutinya. Sieun yang terkejut tanpa sadar menurut saja.
"A-ah! Sieun-!" Juntae yang hendak mengejar karena khawatir pun membeku di tempat ketika Seongje menoleh dengan tatapan membunuh padanya.
"jangan ikut campur, bedebah. ini urusanku dengan Sieunie."
Juntae menelan ludahnya panik, "Sieunie?!"
ada yang tidak beres, haruskah Juntae menelepon Suho?
.
.
Sieun sudah sering berada dalam situasi hampir mati, nyaris setiap hari. bukan karena perkelahian nirfaedah dengan curut-curut tidak jelas tukang cari gara-gara, sama sekali bukan.
semua situasi hampir matinya malah karena orang ini..
si kepala ungu berkacamata sialan yang sialnya tampan.
ah Sieun, baru saja kau mengatakan kalau wajahnya jelek saat di kantin tadi.
"kau mau membawaku kemana, sialan?" Sieun beberapa kali tersandung kakinya sendiri akibat tidak dapat mengimbangi langkah besar Seongje. "Seongje Geum!"
tidak ada jawaban dari Seongje. dia menyeret Sieun sampai ke bawah tangga gedung Annex.
mendadak perasaan Sieun yang sudah tidak enak itu makin tidak karuan.
"berikan aku kunci ruangan ini." desis Seongje saat mereka sampai di depan pintu sebuah ruangan yang amat dikenal Sieun.
markas rahasia tim anak-anak nekat.
"aku tidak punya kuncinya." Sieun menjawab, tangan kecilnya terus berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Seongje. "aku serius, Seongje. lepaskan aku sekarang atau aku akan benar-benar melawanmu di sini."
Seongje terkekeh geli, dengan mudahnya dia mengangkat tangan Sieun yang dia cengkeram itu sampai badan Sieun terangkat nyaris meninggalkan pijakannya. Sieun kembali terkejut ketika jarak wajah mereka lagi-lagi nyaris tak ada.
"aku takut banget, Sieun Yeon. sampai gemetaran." seringai Seongje menyebalkan.
sial, Sieun merasa diremehkan.
"well, aku dobrak saja pintu ini jika tak ada kunci." dan Seongje betulan mendobrak pintu itu dengan bahu kirinya. dalam sekali percobaan saja.
bajingan sinting.
dia menyeret Sieun masuk ke dalam, lalu menendang pintu dengan kakinya dan menahan pintu malang itu dengan kayu agar tidak ada yang bisa membukanya dari luar. Sieun mengutuk. siapa yang menaruh balok kayu sebesar itu di ruangan ini? untuk apa manfaatnya?!
Humin Park yang sedang tertidur di kelasnya bersin mendadak.
"beruntung sekali hari ini tak ada satupun dari geng cecungukmu itu yang memilih markas pengap ini sebagai tempat istirahat." ujar Seongje. 'jadi aku bisa bebas menyiksamu di sini' Seringai Seongje melebar, dilepaskannya tangan Sieun dengan agak menghempas sampai Sieun yang sudah seperti orang linglung itu nyaris terjerembap ke lantai.
Sieun menatap pergelangan tangannya yang memerah, "kau kasar.."
"yah, maaf saja yah. habisnya kau yang menendangku dengan lututmu duluan." Seongje masih mempertahankan senyuman menyebalkanya itu saat dia meraih kerah seragam Sieun dan langsung menabrakkan tubuh kurus itu ke dinding. bibir Sieun yang terbuka dibungkam dengan bibir lainnya, umpatan Sieun tertelan sebelum bisa keluar.
"mhhm.." Sieun mengerang tertahan, Seongje menciumnya seperti akan mengunyah bibirnya. bisa ia rasakan rasa karat darah turut andil ketika lidah Seongje menggeliat masuk seperti belut, suara kecapan dan kuluman terdengar begitu kotor. wajah Sieun memanas.
"oh?" Seongje melepaskan ciuman liarnya ketika merasa tangan kecil Sieun menarik baju bagian depannya dengan kencang sampai kancingnya nyaris lepas, "kenapa kau? sudah tidak sabar ingin aku telanjang?" sebenarnya Seongje tahu betul itu sinyal kehabisan napas tapi dia senang saja menggoda Sieun.
"berengsek.." ular kecilnya ini lalu mengumpat dengan napas terengah-engah, Seongje seketika terbahak.
"kau sama sekali tidak cocok mengumpat dengan wajah seperti itu, Sieunie.."
ekspresi Sieun saat ini; wajah merona dan berkeringat, bibirnya merah, bengkak dan berdarah, merekah sempurna menghembuskan napas panas yang terdengar kepayahan. jangan lupakan mata sayunya dengan bulu mata panjang yang sesekali berkedip lambat.
erotis. Seongje menjilat bibir atasnya lapar.
saat hendak melanjutkan sesi ciuman panasnya dengan makhluk indah di depannya ini, sebuah tangan putih memblokir bibirnya.
"singkirkan tanganmu, Sieun Yeon." desis Seongje dibalik bungkaman telapak tangan Sieun, sepasang iris gelap menatap tajam.
sial, Sieun kenapa gemetaran begini sih.
"ayo kita bicara baik-baik." kata Sieun berusaha tetap tenang. gila saja, sebenarnya siapa yang bisa tenang setelah bibirnya berdarah-darah begini?!
lebih baik kalau berdarah-darah karena dibogem, lah ini gara-gara dicium si bangsat kacamata.
Seongje diam, tidak menjawab. lelaki ini bahkan tidak menjauhkan jaraknya dengan Sieun dan tetap menatap tajam begitu padanya.
"kau tidak bisa seenaknya begini padaku, Seongje Geum." bisik Sieun tidak suka.
"seenaknya bagaimana? bukankah wajar jika aku tidak suka ketika kekasihku dekat-dekat dengan pria lain?" balas Seongje lurus, giliran Sieun yang diam.
"aku sudah berkali-kali, berkali-kali hingga aku bosan mengatakannya padamu setiap detik, jangan dekat-dekat dengan keparat Suho Ahn!" Seongje menaikan nada suaranya, "tapi kau tidak pernah sekalipun mendengarkan perkataanku!"
"keparat yang kau bilang itu adalah sahabatku, Seongje." balas Sieun, wajahnya mengerut karena tidak nyaman mendengar bagaimana cara Seongje menyebut Suho, "Suho Ahn adalah sahabatku, kau tidak bisa menyuruhku berhenti main dengan Suho."
Seongje mendecih, namun kemudian tersenyum dengan mengangkat sebelah sudut bibirnya dan menatap remeh Sieun. "kalau aku tanya, kau pilih aku atau sahabatmu itu, apa jawaban mu?"
Sieun mengerjap, hening sesaat pertanda keraguan.
".. aku tidak bisa memilih dua konteks yang berbeda." ditatapnya manik mata meremehkan Seongje ketika jawaban itu meluncur mulus dari bibirnya, "dan kau tidak ada hak apapun untuk melarangku bersama Suho."
senyum Seongje menghilang, pandangannya menggelap.
Sieun merasakan dengan sangat jelas, aura di sekitar mereka memberat.
"Seongjeー"
"coba katakan sekali lagi." suara rendah Seongje mengalun keluar dengan serak.
"eh?" Sieun mendadak blank.
"aku bilang," Seongje menyingkirkan tangan Sieun yang menghalanginya itu dan dengan cepat menekan tangan itu ke dinding tepat di samping kepala Sieun. "KATAKAN SEKALI LAGI, SIALAN!"
mengabaikan dua manik keunguan yang membelalak terkejut padanya, Seongje merangsek mengubur wajahnya pada perpotongan leher Sieun. mendesah berat ketika aroma lembut Sieun langsung berlomba memasuki indra penciumannya.
"katakan sekali lagi, Sieun." bisik Seongje dengan permukaan bibir menempel pada kulit leher Sieun yang lembap.
Sieun menahan napasnya, "kau tidak ada hak apapunーakh!"
Seongje berhasil menciptakan satu ruam dengan setitik darah di leher putih Sieun.
"katakan lagi." kata Seongje datar.
"k-kau sialan!" Sieun berusaha mendorong bahu Seongje dengan tangan satunya yang bebas, namun percuma. sekuat apapun Sieun mendorong Seongje tidak bergerak seincipun.
"katakan lagi yang tadi, Sieun Yeon."
"bedebah tuli terus menerus memintaku mengulanginya. aku bilang kau tidak berha-AKH, SEONGJE!"
kepala Sieun membentur dinding ketika tangan kurang ajar Seongje menggenggam selangkangannya erat. miliknya diremas dari balik celana seragamnya.
buagh!
satu tinjuan bersarang di dagu Seongje dari tangan bergetar Sieun. tidak terlalu keras, tapi berhasil memantik emosi Seongje.
ha!, menarik sekali ular kecil ini! dia berani memukul Seongje di situasi seperti ini?
"haha, berani sekali kau Sieun." Seongje terkekeh seram, dia menahan tangan Sieun yang satunya itu sehingga kini kedua tangan Sieun dikunci oleh hanya satu tangan Seongje. "semakin kau melawan, semakin aku ingin menghancurkanmu, keparat!"
tangan Seongje yang satunya masih bergerak di selangkangan Sieun. bahkan entah sejak kapan celana Sieun sudah tanggal dan hanya menyisakan kemeja seragamnya saja. seluruh tubuh Sieun gemetaran.
"a-akh.. hnn,," Sieun menutup kedua matanya dan mendongak dengan mulut terbuka mengeluarkan desahan. pemandangan yang membuat Seongje bersiul kurang ajar.
"nikmat, hm? tidak mau melawan lagi?"
Sieun mengerutkan dahi dan menggelengkan kepala kencang. sialan sekali tangan Seongje itu begitu lihai. dia tahu bagian mana yang bisa membuat lawan mainnya belingsatan. bahkan sekarang tangan itu sudah mulai menjamah bagian belakangnya, Sieun memekik dan memberontak walau sia-sia.
satu jemari bergerak masuk ke bagian terdalam dirinya, membuat belah rapat yang masih kering itu terpaksa membuka. Sieun meringis perih. dua, tiga, empat jari lainnya ikut masuk dengan kejam. Seongje tidak peduli, dia menggerakkan jarinya acak, keluar masuk, dengan cepat hingga tanpa sengaja menyentuh titik itu.
rasa perih yang Sieun rasakan berganti ketika jari panjang Seongje menyentuh gumpalan daging tersebu berulang kali. tubuh Sieun kembali dihantam getaran ekstasi.
"ahh.. S-Seongje.."
"yang benar saja, Sieun Yeon. kau akan keluar hanya karena tanganku?"
benar saja, Sieun keluar tepat setelah Seongje berkata begitu.
"ahh, ahh.. hngh-" Sieun mengerang panjang bersamaan dengan tumpah ruahnya orgasme ke tangan Seongje. wajahnya merah semua dan napasnya tersendat-sendat, kedua matanya terpejam lelah.
cantik.
Seongje tersenyum kecil, mengecup dahi Sieun yang berkeringat dengan lembut. perlakuan yang membuat Sieun membuka matanya dan menatapnya heran.
kenapa bajingan ini tiba-tiba memperlakukannya dengan baik?
"nah, Sieun.." Seongje berbisik tepat di depan bibir Sieun, tersenyum lembut. "bersiaplah untuk kuhancurkan."
atau mungkin tidak.
.
.
seragam Sieun sudah tanggal, terkoyak mengenaskan di lantai seperti kain pel. Sieun sepenuhnya telanjang bulat tapi si berengsek Seongje masih berpakaian lengkap. ia hanya menurunkan celananya sampai batas lutut saja.
posisi Sieun ditekan ke dinding oleh Seongje, pria bertubuh atletis itu menghimpit Sieun dengan intim, keduanya berbagi napas panas yang sama.
Seongje menaikkan tubuh Sieun dan menuntun kedua kaki Sieun untuk melingkari pinggangnya. kemudian,
"aku masuk." suara berat Seongje mengalun seiring dengan Sieun merasakan sesuatu yang lebih-lebih besar dari jari mulai memasukinya.
"ah, t-tunggu S-Seong-akh!"
tempat itu masih kering, Seongje sengaja tidak mempersiapkannya dulu dengan baik. kejantanannya bahkan tersendat padahal baru masuk ujungnya. Seongje sepenuhnya abai pada erangan kesakitan Sieun, dan mendorong masuk dalam sekali hentak.
Sieun tercekat, berteriak tanpa suara. air mata berhamburan banyak-banyak di wajahnya. demi tuhan, rasanya sangat sakit! Sieun sesaat seperti mati rasa dan kepalanya berdengung menyakitkan.
"h-hiks, sakit.."
"sial, sempit sekali-" Seongje menggeram lirih, menikmati bagaimana dinding rektum Sieun yang ketat memijat kejantanannya. "tahan. aku tak menyuruhmu menangis."
kedua lengan kokoh Seongje mencengkeram pinggang ramping Sieun hingga berbekas, menaik turunkan tubuh itu berlawanan dengan hentakan pinggulnya yang kuat. tidak ada waktu menunggu Sieun terbiasa dengan ukurannya, langsung hajar saja.
"akh, b-berhenti, ngh!"
"waah, berdarah, Sieun." Seongje tersenyum lebar ketika melihat ke bawah di mana penyatuan mereka menjadi pemandangan. Seongje terlalu kasar ya? lecet tuh.
"ngh.." milik Seongje menyundul titik ekstasi Sieun dan Seongje tahu hal tersebut dengan respon tubuh Sieun yang bergetar hebat rektumnya yang semakin menyempit. menghisap kejantanan Seongje semakin dalam.
maka, tanpa basa-basi Seongje mempercepat gerakan pinggulnya demi menumbuk titik tersebut dengan tempo kuat.
suara Sieun tak dapat ditahan lagi, pemuda kecil itu menangis putus asa dengan desahan keras mengalun. bahkan mungkin, dia sudah tidak memikirkan lagi jika desahannya terdengar sampai keluar.
dia bisa gila.
mulut jahanam Seongje menjamahi area dadanya juga, membuat ruam-ruam yang bekasnya perih di kulit pucat Sieun. titik yang mencuat digigit dan ditarik bergantian menggunakan gigi hingga membengkak, itu sakit. tapi Sieun bingung harus merasakan sakit atau nikmat dengan hentakan konstan Seongje di bawah sana yang gila- makin lama makin cepat. tubuh Sieun terhentak-hentak hebat sampai pandangannya berkunang, punggung telanjangnya yang berkeringat menggesek dinding di belakang dengan kasar hingga suara kesat yang tidak enak terdengar, dipastikan di sana nanti akan ada lecet. pun, jangan lupakan suara penuh dosa berupa tabrakan antar dua daging yang lembap itu, juga desahan keras Sieun yang memenuhi ruangan seakan menunjukkan betapa ganasnya Seongje Geum yang tengah mengamuk.
"ya.., teruslah berteriak begitu agar semua orang tau kau milikku, Sieun Yeon." bibir Seongje bergerak mengulum daun telinga Sieun yang memerah, "mendesahlah," dia lanjut berbisik dengan hembusan napas panas tepat di telinga Sieun, "ayo, desahkan namaku."
ah, sial. Sieun benar-benar bisa gila. "S-Seongje, hh..-nghh, Seongje-Seongje ah! akh! aaahhh!"
Sieun memeluk leher Seongje erat, mendesah lepas dengan suara paling erotis di telinga Seongje. cairannya menyembur mengotori pakaian sang dominan. bentuk kepuasan, Sieun bahkan sampai gemetaran sesaat matanya seakan dipenuhi spektrum putih memabukkan.
dia lelah. tapi sialan Seongje Geum masih terus menghentak dengan kecepatan orang sinting. Sieun tidak diberi waktu istirahat. Seongje betulan berniat menghancurkan Sieun.
"belum berakhir, sayang. aku belum keluar satu kali pun."
Seongje mendekap tubuh Sieun, menjauh dari dinding dan berjalan cepat ke arah sofa masih dengan miliknya yang bersarang di dalam lubang. ah, pindah tempat.
PLAK!
"akh!"
satu spank mendarat di pipi pantat Sieun yang dibuat menungging di sofa, Seongje menatap tertarik bongkahan montok yang bergoyang ketika dia tampar itu.
seperti jelly.
PLAK! PLAK!
"siapa yang menyuruhmu menurunkan pantatmu, hm?" Seongje menarik pinggang Sieun dan kembali membuat pantat itu naik-PLAK!
"hnnggg.." dan yang Sieun lakukan adalah menggigit sofa kuat-kuat demi menahan suaranya. Sieun bersumpah, setelah ini dia akan menghajar si Seongje Geum!
PLAK!
PLAK!
PLAK!
"ahahaha, lihatlah, Sieun! pantatmu cantik sekali!"
mana Sieun peduli, sialan! Sieun yakin pantatnya sekarang penuh lecet kemerahan karena demi tuhan pantatnya terasa sangat panas sekarang.
Seongje kembali menumbuk kemudian, sambil sesekali tangan kekarnya itu memberikan spank secara konstan. tidak peduli bagaimana nasib bokong Sieun besok.
Sieun tidak ingat berapa lama Seongje menyetubuhinya, dia melakukannya terus-menerus seperti tak ada kata lelah di kamusnya hingga Sieun yang sudah tidak sanggup pun kehilangan kesadarannya. Seongje Geum dalam keadaan biasa pun staminanya untuk urusan ranjang sudah mirip setan, apalagi saat dia sedang marah begini.
dia betulan menjadi setan.
.
.
Sieun membuka kedua matanya perlahan ketika hidung sensitifnya membaui asap rokok.
melirik ke atas, rupanya dia tertidur di pangkuan Seongje berbantalkan dada bidang dan dengan didekap oleh pria itu menggunakan sebelah tangannya.
"bau..." bisiknya serak. Tenggorokannya terasa sakit.
"ah, kau sudah bangun?" Seongje menunduk menatapnya, mengembuskan asap tepat di wajah Sieun yang langsung terbatuk.
"aku sudah bilang itu bau, sialan."
Seongje mendengus geli. mematikan rokoknya di lantai lalu mendekap Sieun lebih erat.
"kenapa kau tidak pakai baju?" tanya Sieun, dia menutup matanya dan bersandar di dada telanjang Seongje, menikmati bagaimana jantung Seongje berdetak seperti pengantar tidur untuknya.
"blazerku kupakai untuk menutupi badanmu," ah iya Sieun baru sadar kalau dirinya dibalut blazer maroon Ganghak yang super kebesaran di tubuhnya ini. "lalu satu-satunya kaos yang kupakai dibalik blazer itu sudah kotor terkena tembakan orgasme seseorang."
"aku anggap kita impas, kau sudah merobek seragamku."
"iya, iya. terserah kau saja."
hening sejenak. Sieun bergerak sedikit untuk mencari posisi nyaman sementara Seongje mengelus-elus rambut perak kekasihnya tersebut berusaha membuatnya tambah nyaman. keduanya menikmati kehangatan tubuh masing-masing.
"kau tidak mau minta maaf padaku, Sieun?" tanya Seongje.
Sieun menggeleng pelan, terlihat seperti mengusakkan wajahnya di dada keras Seongje. "kau yang harus minta maaf padaku, Seongje."
"kenapa?"
"kau.." jahat. Sieun mengerutkan keningnya dan menggigit bibir, teringat kembali apa yang dilakukan Seongje tadi padanya.
"hey, jangan gigit bibirmu." jemari besar Seongje menyentuh bibir Sieun lembut agar pemuda itu melepaskan gigitannya, "kalau kau marah padaku, kau kuizinkan menggigitku tapi jangan sakiti dirimu sendiri. apa kau masokis sinting?"
sebenarnya ini bagus, Sieun telah diberi izin menyiksa balik si Seongje dan ia yakin Seongje akan pasrah menerima segala bentuk pukulannya tanpa membalas. tapi sayang sekali, Sieun sudah tidak punya tenaga. menggerakan tubuhnya sedikit saja rasanya ngilu sampai ke tulang.
melihat ular kesayangannya tidak merespon, Seongje bertanya lagi, "sakit?"
dengan melihat saja seharusnya kau sudah tau, Seongje Geum. ah, Seongje jadi merasa bersalah. sedikit.
"bagian belakangku sakit." cicit Sieun.
"ah, kau tenang saja. aku akan bertanggung jawab soal itu."
"dan hatiku akan ikutan sakit jika kau masih terus akan melalukan hal seperti ini hanya karena cemburu pada Suho."
"..."
Sieun mengangkat pandangannya untuk menemukan sepasang manik kelabu Seongje menatapnya datar. "aku sudah jelas memilihmu, tapi kenapa kau masih saja merasa khawatir seperti ini?"
sedikit membelalak, Seongje tidak menyangka Sieun akan mengatakan itu. namun sejurus kemudian bibirnya tersenyum.
satu kecupan lembut mendarat di bibir Sieun. "maafkan aku."
Selesai.
.
.
a/n:
masukin suho jadi sobat sieun di eunjang karena saya sekangen itu sama suho ihiks.
( 2020; nazki. )
