Chapter: 4

warn: typos/ gaje/ mohon maaf apabila cerita agak melenceng dari summary-nya(maybe).NOT FOR UNDER 21 YEARS OLD, and etc

Let The Story Begin...

Malam hari di apartemen Naruto...

"AKU INGIN KALIAN BERDUA MENGAKHIRI HUBUNGAN KALIAN!" Ucap Kyuubi dengan nada yang terdengar keras sekaligus tegas. Paras cantiknya yang awalnya menunjukkan ketenangan juga ikut berubah menjadi sangar dan sangat berbeda dengan sebelumnya.

Kaguya yang mendengar ucapan tegas tersebut hanya bisa membelalakkan kedua iris putihnya yang indah. Sementara Naruto terlihat diam di tempatnya duduk saat ini. Pandangan pemuda tampan dengan iris biru tersebut tidak terlihat karena tertutup bayangan dari rambut jabriknya.

Kyuubi memandang tajam kedua insan berbeda gender yang ada di depannya. Nafasnya terlihat naik turun dengan cepat setelah dia mengeluarkan teriakan keras serta tegas barusan.

"Kyuubi nee chan..." Panggil Naruto dengan suara pelan bahkan hampir tidak terdengar.

Kaguya langsung mengalihkan pandangannya ke arah Naruto setelah mendengar suara sang pemuda. Iris putihnya kini terlihat mulai berkaca-kaca. Sementara hatinya sudah hancur berkeping-keping. Harapannya untuk menjalin hubungan dengan Naruto sudah berada di ujung tanduk dan mungkin sudah hampir sirna.

Kyuubi terlihat menatap tajam adik laki-lakinya yang barusan memanggilnya.

"Terima kasih sudah peduli padaku..." Ucap Naruto sambil mengangkat wajahnya yang dan memperlihatkan sebuah senyuman lembut yang terukir disana.

Iris putih Kaguya langsung meneteskan air mata setelah mendengar penuturan Naruto barusan. Meskipun hatinya telah hancur berkeping-keping, tapi entah mengapa ia merasa tenang saat iris putihnya yang indah melihat senyuman yang terukir di wajah tampan Naruto.

"NARUTO-" "Aku tidak peduli dengan apa yang akan terjadi atau dengan rintangan yang akan datang." Ucapan bernada keras dari Kyuubi langsung dipotong oleh ucapan bernada lembut milik Naruto.

Setelah berucap, pemuda tampan dengan surai kuning jabrik tersebut terlihat merangkul pundak Kaguya dan menarik wanita cantik dengan surai putih tersebut untuk mendekat pada dirinya.

Kaguya secara reflex langsung berdiri dari tempatnya duduk dan langsung mendekatkan dirinya ke arah Naruto. Iris putih indah milik wanita tersebut terlihat telah menitikkan air mata. Entah itu air mata karena bahagia setelah mendengar ucapan Naruto atau air mata kesedihan karena hatinya yang telah hancur berkeping-keping karena ucapan Kyuubi.

Kyuubi langsung terdiam di tempatnya berdiri saat itu. Sepertinya gadis cantik tersebut sudah kehabisan kata-kata untuk membantah ucapan adik laki-lakinya yang memang akan menjadi sangat keras kepala jika soal keputusan.

"Baiklah jika itu memang yang ingin kau lakukan." Ucap Kyuubi sambil membalikkan badannya. "Untuk saat ini aku tidak akan melarangmu, tapi aku juga tidak akan merestui hubunganmu dengan wanita ubanan itu." Lanjut Kyuubi dengan nada yang terdengar cuek sambil berlalu dari ruang makan.

TWITCH

Sebuah perempatan langsung muncul di dahi Kaguya saat indra pendengarannya mendengar ucapan kakak perempuan Naruto barusan. Kesedihan dan kebimbangan yang menyelimuti hatinya langsung sirna dan digantikan dengan amarah yang meluap-luap.

"Mau bilang brother complex saja, susahnya minta ampun." Ucap Kaguya dengan nada yang terdengar kembali tenang. "Dasar jones." Lanjut Kaguya dengan nada yang terdengar santai sekaligus merasa tidak bersalah sama sekali.

Kyuubi yang mendengar hal tersebut langsung menghentikan langkahnya. Setelah itu, dia langsung berlari untuk menuju ruang makan.

"APA YANG KAU BILANG NENEK TUA?!" Ucap Kyuubi yang tiba-tiba saja sudah berada di depan Kaguya dan Naruto dengan kepala membesar sambil mencengkram kerah pakaian yang dikekanakan oleh Kaguya.

"TARIK KEMBALI UCAPANMU, DASAR NENEK SIHIR BERAMBUR NGEJRENG!" Balas Kaguya dengan kepala yang membesar pula.

Naruto yang melihat keadaan menjadi demikian hanya bisa sweetdrop. Setelah itu, pemuda tersebut lebih memilih membereskan mangkuk sisa makanannya serta milik kakaknya yang sudah kosong lalu berlalu darisana.

Setelah Naruto berlalu, sebuah kilatan langsung muncul di antara mata indah Kaguya dan Kyuubi. Mereka berdua saling melempar deathglare masing-masing.

"DASAR NENEK TUA PEMERKOSA LAKI-LAKI!" Ejek Kyuubi pada Kaguya.

"DASAR JONES EXPIRED!" Balas Kaguya dengan nada yang tidak kalah sengit.

Setelah itu, kedua perempuan cantik tersebut saling melempar ejekan dan saling melempar deathglare. Sementara Naruto terlihat santai mencuci mangkuk miliknya dan kakaknya di wastafel yang ada di dapur yang menyatu dengan ruang makan.

Setelah mencuci mangkuknya serta milik kakaknya, pemuda tampan tersebut langsung hendak meninggalkan ruang makan meninggalkan kedua perempuan yang sepertinya telah lupa dengan keberadaannya.

"Minna, jika kalian mencariku aku ada di ruang tamu." Ucap Naruto dengan nada yang santai sambil terus melangkahkan kedua kakinya.

"Bukannya mereka berdua itu sama-sama jones ya?" Tanya Naruto pada dirinya sendiri dengan nada pelan saat ia barusaja mendudukkan dirinya di salah satu sofa yang ada di ruang tamu.

BRUK BRUK BRUK

Setelah perkataan Naruto, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang terdengar sangat keras menuju ruang tamu tempat Naruto berada. Naruto langsung berkeringat dingin saat telinganya mendengar suara ribut barusan.

'Perasaanku mendadak tidak enak...' Ucap Naruto dalam hati saat telinganya mendengar jika suara ribut barusan semakin dekat dengan tempatnya saat ini.

"NARUTO KUN!" "NARU CHAN!" Ternyata perasaan buruk Naruto menjadi kenyataan. Saat ini di depan pintu ruang tamu telah muncul Kaguya dan Kyuubi yang sedang berdiri dengan aura sangar mereka.

"Wah, sejak kapan kalian menjadi akur begitu?" Tanya Naruto dengan nada yang terdengar santai. Sepertinya pemuda tersebut tidak terpengaruh dengan aura sangar yang menyelimuti ruang tamu.

"AKUR KEPALAMU!" Ucap Kyuubi dan Kaguya secara bersamaan sekali lagi. Setelah itu, mereka berdua saling melempar tatapan tajam.

"BERHENTI MENIRU UCAPANKU, DASAR MAK LAMPIR!" "BERHENTI MENIRU UCAPANKU, DASAR NENEK TUA!" Ucap kedua perempuan cantik dengan usia yang terpantau lumayan jauh tersebut yang lagi-lagi secara bersamaan.

"Sudah-sudah, kalian berdua..." Ucap Naruto dengan nada yang terdengar tenang. "Hari ini sudah malam, jadi tidak enak kan jika suara kalian berdua sampai di dengar oleh tetangga." Lanjut Naruto masih dengan nada tenangnya.

Kyuubi dan Kaguya langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah jam yang ada di dinding apartemen yang saat ini sudah menunjukkan pukul 20.00 waktu setempat. Meskipun bisa dibilang belum terlalu malam, tapi suara gaduh yang mereka timbulkan pasti akan menganggu tetangga apartemen yang lain.

"Hm..." "Hm..." Setelah itu, Kaguya dan Kyuubi terdengar menghembuskan nafas secara kasar dan saling melempar muka ke arah berlawanan dengan pipi mereka yang menggembung. Wajah cantik mereka jadi terlihat menggemaskan jika mereka bertingkah seperti anak-anak seperti saat ini.

Naruto hanya terkikik secara perlahan saat iris birunya melihat pemandangan yang ada di depannya. Setelah itu, pemuda tampan tersebut terlihat membenarkan posisi duduknya yang sempat terjengkang akibat dikejutkan oleh Kyuubi dan Kaguya beberapa saat yang lalu.

'Entah kenapa, sepertinya Naru chan jadi lebih dewasa dari sebelumnya.' Ucap Kyuubi dalam hatinya. Meskipun perempuan cantik tersebut masih membuang muka, iris merah indahnya yang menyipit terlihat melirik Naruto yang sedang terkikik geli di tempatnya duduk saat ini.

"Baiklah, aku pamit undur diri dulu karena hari sudah malam." Ucap Kaguya dengan nada yang sudah terdengar sudah kembali tenang.

"Heh... Kenapa harus buru-buru, Kaguya chan?" Tanya Naruto dengan nada yang terdengar kecewa.

"Karena urusanku disini sudah selesai dan juga..." Ucapan Kaguya terdengar menggantung. Setelah itu, perempuan cantik tersebut terlihat merogoh saku rok yang sedang ia kenakan menggunakan salah satu tangannya. "... Aku ingin mengembalikan ini." Lanjut perempuan cantik dengan surai putih tersebut sambil melempar sebuah benda kecil ke arah Naruto.

"Oopss..." Ucap Naruto dengan nada sedikit terkejut sambil menangkap benda kecil yang di lempar Kaguya dengan kedua tangannya.

Tanpa pikir panjang, Naruto langsung membuka kedua tangannya yang tertutup untuk melihat benda yang tadi dilemparkan kekasihnya untuknya.

"Apa itu, Naru chan?" Tanya Kyuubi yang sepertinya tidak sempat melihat benda yang tadi dilempar Kaguya.

"..." Naruto hanya diam di tempatnya duduk saat ini dengan wajah yang berubah memerah padam seperti kepiting rebus setelah iris birunya melihat benda yang tadi dia tangkap. "BU-BUKAN AP-APA-APA KOG, nee chan..." Ucap Naruto dengan nada yang terdengar panik sambil memasukkan benda yang ia pegang kedalam saku celana pendek yang ia kenakan saat ini.

Kyuubi langsung mengangkat sebelah alisnya setelah mendengar ucapan adiknya. Satu detik berikutnya gadis dengan surai merah ini langsung mengalihkan tatapannya ke wajah cantik Kaguya.

"Ka-kalau begitu, aku pamit undur diri dulu. Dah Naruto kun, Kyuubi chan." Ucap Kaguya yang langsung berlari menuju pintu keluar apartemen.

CKLEK CKLEK

Dengan gerakan yang sangat cepat, Kaguya langsung membuka pintu keluar apartemen Naruto. Setelah dirinya sudah berada diluar, wanita cantik dengan surai putih ini langsung membanting pintu tersebut dan berlari kembali untuk menjauh dari apartemen Naruto sebelum Kyuubi menginterogasinya.

Kyuubi dan Naruto langsung sweetdrop saat mereka melihat tingkah Kaguya barusan. Mereka benar-benar tidak menyangka jika perempuan yang terlihat dihiasi dengan aura kewibawaan yang sangat kental dan gerak gerik yang sangat anggun, bisa bertingkah demikian.

'Dasar orang aneh...' Ucap Kyuubi dalam hatinya masih dengan sweetdrop di kepala merahnya. Setelah itu, Kyuubi langsung mengalihkan pandangannya ke arah Naruto yang saat ini masih duduk diam di sofa ruang tamu.

Sweetdrop yang bertengger di surai merah indah Kyuubi langsung sirna sedetik kemudian. Pandangannya langsung berubah menjadi seram.

DEG

Naruto yang dipandang demikian oleh kakak perempuannya langsung berjengkit di tempatnya duduk. Wajahnya langsung dibanjiri oleh keringat yang menunjukkan jika dia sedang dilanda kepanikan.

"Nee chan, aku tidur dulu ya. Dah." Ucap Naruto yang entah sejak kapan sudah hilang dari sofa dan saat ini sedang berdiri di lorong apartemen.

Beberapa detik kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup. Jeda antara pintu yang terdengar bahkan tidak sampai satu detik.

'Sebenarnya ada apa dengan mereka berdua sih?' Tanya Kyuubi dalam hatinya yang bingung dengan tingkah Naruto dan Kaguya yang sepertinya tiba-tiba takut dengan dirinya. 'Padahal kan aku hanya ingin mengajak mereka bersantai dulu di ruang tamu.' Lanjut perempuan cantik dengan surai orange tersebut masih dalam hatinya.

Sementara itu di tempat Kaguya...

Wanita cantik ini kini telah sampai di depan kediamannya. Setelah membuka pagar dan pintu rumahnya sendiri, wanita tersebut terlihat melepaskan sepatu yang ia kenakan sebelum memasuki lorong rumahnya.

"Hah..." Kaguya terdengar menghela nafas panjang saat ia berjalan menyusuri lorong rumahnya yang lumayan panjang.

Kaguya terlihat berjalan menuju dapur yang berada di bagian paling belakang rumahnya. Saat sampai disana, ia langsung melepaskan sepasang sarung tangan berwarna hitam yang sejak tadi sore melekat di kedua tangannya yang indah lalu meletakkan benda berbahan kain tersebut di meja dapur. Setelah itu, wanita cantik ini terlihat membuka kulkas yang ada disana dan mengambil beberapa minuman kaleng yang bertuliskan beer dan membawanya ke tempat makan yang berada tidak jauh darisana.

Cesss

Suara khas dari sebuah minuman terdengar dengan jelas di ruangan tempat Kaguya berada saat ini saat wanita cantik tersebut membuka sebuah beer menggunakan salah satu jari lentiknya.

"FUAHHH..." Setelah menenggak isinya dalam jumlah yang lumayan banyak, Kaguya langsung menghembuskan nafas panjang. Tiba-tiba wajah cantik Kaguya terlihat berseri-seri tanpa alasan yang jelas.

"Hehe... Hehehe..." Tiba-tiba Kaguya tertawa sendiri. Setelah itu, wanita tersebut langsung menenggak sisa beer yang tadi ia minum.

Cesss

Tanpa menunggu lama, wanita cantik ini langsung membuka kaleng yang lain saat kaleng pertama yang ia minum tadi telah habis tanpa sisa.

Kaguya langsung menenggak habis beer yang barusaja ia buka.

Beberapa saat kemudian...

Beberapa kaleng minuman bertuliskan beer terlihat berserakan di atas meja makan tempat Kaguya berada saat ini. Wanita cantik ini sepertinya sudah dalam keadaan mabuk berat. Hal ini dibuktikan dari paras cantiknya yang memiliki kulit putih pucat yang saat ini menempel di atas meja makan rumahnya sudah berubah memerah. Bukan hanya itu, wanita cantik tersebut terlihat cegukan beberapa kali sambil menggumamkan beberapa kalimat yang tidak jelas dari bibir merah plumnya.

Setelah beberapa saat berada di posisi yang sama, Kaguya terlihat mengangkat kepalanya dari meja makan. Kemudian, wanita cantik itu terlihat mengambil smartphone yang ia taruh di rok yang ia kenakan saat itu.

Jari-jari lentik Kaguya terlihat bergerak kesana kemari setelah mengambil benda yang hampir tidak muat di tangannya yang lentik tersebut.

"Naruto kun..." Ucap Kaguya pada dirinya sendiri sambil menatap ponsel yang ia genggam menggunakan salah satu tangannya.

Di layar smartphone yang sedang dipegangnya terlihat wajah Naruto yang sedang tersenyum ceria hingga iris birunya menyipit. Nafas Kaguya tiba-tiba berubah menjadi memburu dan paras cantiknya terlihat semakin memerah saat iris putih indah miliknya memandangi foto salah satu muridnya yang terpampang di layar smartphonenya saat ini.

"NARUTO KUN, AISHITERUUU..." Teriak Kaguya dengan nada yang terdengar sangat bahagia sebelum akhirnya ia tidak sadarkan diri karena sudah meminum terlalu banyak minuman alkohol.

Sementara itu di tempat lain...

Seorang perempuan cantik dengan surai coklat terlihat sedang menutupi kepalanya dengan sebuah bantal. Gadis remaja yang mungkin sebaya dengan Naruto ini terlihat berguling kesana kemari.

"Cih..." Setelah puas berguling kesana kemari, gadis cantik ini terlihat mendecih lalu melemparkan bantal yang sejak tadi ia gunakan untuk menutupi kepalanya. Rambut coklat sepunggungnya terlihat tergerai indah di belakang tubuhnya dan iris coklatnya melihat bantal yang tadi ia lempar dengan pandangan yang sangat sulit dimengerti.

"Hah..." Setelah beberapa saat memandang bantal yang tadi ia lempar, perempuan cantik ini menghembuskan nafas panjang lalu memeluk kedua lututnya menggunakan kedua tangannya. Ia terlihat menenggalamkan wajah cantiknya di antarta lututnya yang sedang ia peluk dengan erat.

Tidak lama setelah itu, setetes air mata terlihat jatuh ke atas perut gadis manis tersebut. Dan kemudian, pundak serta tubuh gadis manis tersebut terlihat bergetar. Sepertinya dia sedang menangis dalam diam.

"Dasar perasaan sialan!" Umpat gadis tersebut pada dirinya sendiri dengan suara yang sangat pelan. "Kenapa kau tidak mau merelakannya saja?" Lanjut gadis dengan wajah manis tersebut.

Air matanya terlihat terus turun dan membasahi pakaian tidur yang ia kenakan. Suara isak tangis mulai terdengar keluar dari mulutnya meskipun tidak keras.

Beberapa menit kemudian...

Pundak gadis manis dengan surai coklat yang sejak tadi menangis di atas tempat tidurnya mulai terlihat berhenti bergetar. Suara isak tangisnya juga mulai tidak terdengar sama sekali. Lalu dengan gerakan kasar gadis manis tersebut mengusap sisa air mata yang ada di wajah cantiknya sebelum ia mengangkat kepalanya.

Kemudian, gadis tersebut terlihat turun dari kasurnya lalu berjalan untuk mendekati bantal yang tadi sempat ia lempar. Ia langsung mengambil bantal tersetbut menggunakan salah satu tangannya lalu berjalan kembali ke tempat tidurnya yang sempat ia tinggalkan.

Brukkk

Gadis tersebut terlihat langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur yang cukup untuk satu orang yang ada disana. Ia terlihat memeluk erat bantal yang tadi sempat ia lempar. Tatapan iris coklat indahnya terlihat menatap kosong langit-langit yang ada di atasnya.

"Dasar bodoh..." Ucap gadis tersebut pada dirinya sendiri. Setelah itu, ia menaruh bantal yang ia peluk ke bawah kepalanya. Lalu dengan gerakan pelan ia menarik selimut yang berada di dekat kakinya untuk menutupi tubuh indahnya hingga ke bagian dadanya.

"Ke-kenapa..." Ucap gadis manis tersebut pada dirinya sendiri setelah ia menutupi tubuhnya dengan selimut. "Kenapa kau lebih memilih Kaguya sensei, Naruto kun." Lanjut gadis tersebut dengan air mata yang berlinang deras dari iris coklat indahnya.

Gadis ini tidak lain dan tidak bukan adalah Tenten yang bertempat tinggal tepat disebelah apartemen Naruto. Karena dia tinggal di sebelah apartemen pemuda tersebut, tanpa sengaja ia mendengar suara gaduh yang diakibatkan oleh Kaguya, Naruto, dan Kyuubi beberapa saat yang lalu. Gadis tersebut menangis seperti sekarang karena hatinya yang bagaikan disayat dengan pisau berkarat setelah dia mendengar kegaduhan tadi yang secara tidak langsung menunjukkan betapa dekatnya hubungan mereka.

Tenten merasa semakin jauh dari harapannya untuk bahagia bersama dengan Naruto yang notabene adalah cinta pertamanya sekaligus sosok yang sangat ia kagumi.

"Dasar Naruto kun bodoh!" Ucap Tenten pada dirinya sendiri dengan nada kasar.

Srettt BRAKKK

Setelah berucap kasar pada dirinya sendiri, gadis tersebut langsung membuka selimut yang menutupi tubuh langsingnya dan langsung melemparkan smartphonenya ke dinding kamarnya. Akibat hal tersebut, benda kecil berteknologi canggih miliknya langsung hancur berhamburan.

Setelah itu, Tenten menutup kembali tubuhnya dengan selimut dan menutup kedua iris coklatnya yang masih meneteskan air mata.

Skip time...

Pagi hari di kota Konoha...

Pagi ini tidak secerah pagi-pagi sebelumnya. Langit pagi ini terlihat mendung dan beberapa kali terlihat cahaya kilat disusul dengan suara guntur. Akan tetapi hujan tidak juga turun. Hanya terlihat cuaca mendung dan suara kilat yang saling menyusul.

"NARUTO, BANGUN ATAU AKAN IBU HAJAR!" Suara dari smartphone Naruto terdengar nyaring didalam kamarnya yang sunyi. Sepertinya suara tersebut adalah alarm yang disetel oleh sang pemuda.

"NARUTO, BANGUN ATAU AKAN-" Sebelum suara tersebut selesai, Naruto langsung mengambil smartphone miliknya dan mematikan suara yang berasal dari benda berukuran sekepal tangan orang dewasa miliknya.

"Hoammm..." Naruto terlihat mendudukkan dirinya di pinggir kasur yang ia tempati lalu mengangkat kedua tangannya ke atas sambil menguap. Pemuda tersebut terlihat mengusap matanya beberapa kali sebelum melihat jam yang terpampang di smartphone miliknya.

Setelah puas memandang jam yang ada di layar smartphonenya, pemuda bersurai kuning tersebut terlihat berdiri dari tempatnya duduk dan melangkahkan kakinya ke arah lemari yang berada sekitar satu meter di depannya.

'Hm... Melihat kondisiku kemarin, sepertinya akan aneh jika aku langsung masuk ke sekolah dengan keadaan yang sehat seperti sekarang...' Ucap Naruto dalam hatinya sambil melihat seragam sekolahnya yang terlipat rapi yang ada di susunan pakaian yang ada di lemarinya. 'Lebih baik aku meminta izin saja dulu untuk absen hari ini.' Lanjut Naruto masih dalam hatinya yang membuat keputusan untuk membolos hari itu. (Adegan ini tidak untuk ditiru.)

Setelah itu, pemuda dengan surai kuning jabrik tersebut terlihat kembali ke kasurnya lalu mengambil smartphonenya yang ia taruh di atas meja yang ada di dekat kasurnya. Naruto terlihat menggeser layar smartphonenya secara perlahan seperti sedang mencari sesuatu.

"Ah, ini dia..." Ucap Naruto saat ia menemukan sebuah nomor yang ingin ia hubungi. Tanpa rasa ragu di hatinya dan tidak berpikir dua kali, pemuda tersebut langsung menekan tombol panggil yang ada di sebelah nomor yang ia cari.

Tuuuttt...

Terdengar suara berdering dari smartphone Naruto setelah pemuda tersebut menekan tombol call yang ada disana.

Naruto langsung menyalakan mode loud speakernya setelah mendengar suara deringan pertama barusan.

Tuu- Cklek

"Halo..." Beberapa detik kemudian suara berdering dari smartphone Naruto terdengar terputus lalu digantikan dengan suara seorang lelaki dewasa.

"YO ERO SENSEI!" Naruto langsung berteriak dengan lantang ke arah smartphonenya setelah mengetahui jika panggilannya telah tersambung. Setelah berteriak demikian, Naruto langsung menjauhkan smartphonenya dari hadapan wajahnya.

"NARUTO HARUS KUBILANG BERAPA KALI KEPADAMU UNTUK MENJAGA SOPAN SANTUNMU!" Suara lelaki dewasa yang berada di seberang langsung terdengar berteriak balik setelah ia mendengar suara sapaan tidak sopan dari Naruto. "DASAR MURID DURHAKA!" Lanjut suara yang terdengar dari smartphone Naruto dengan nada yang masih sama.

"AKU TIDAK AKAN MEMANGGILMU DEMIKIAN JIKA KAU MEMANG TIDAK MESUM, DASAR ERO SENSEI!" Balas Naruto dengan nada yang tidak kalah sengit dari suara yang berasal dari smartphonenya. "DASAR, GURU SESAT!" Lanjut Naruto mengumpat balik sosok yang sedang ia telepon.

Sementara itu diluar kamar Naruto...

Kyuubi terlihat barusaja membuka kedua iris indahnya saat sinar mentari pagi masuk melalui jendela tempatnya tidur saat ini. Gadis dengan paras cantik ini terlihat menguap kecil lalu berdiri mendudukkan dirinya di pinggir tempat tidurnya saat ini. Ia mengalihkan pandangannya ke sekitarnya selama beberapa saat untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam iris merah indahnya.

Samar-samar telinga Kyuubi mendengar suara gaduh yang berasal dari kamar Naruto. Gadis cantik tersebut langsung berdiri dari tempatnya duduk lalu berjalan menuju kamar adiknya.

Sebenarnya Kyuubi sendiri selama berada di apartemen Naruto selalu tidur di sofa ruang tamu apartemen berukuran sedang tersebut. Bagaimana tidak, meskipun memiliki ukuran yang lumayan besar, apartemen Naruto hanya memiliki satu buah kamar. Dan Naruto pasti akan sangat keberatan jika dia tidur sekasur dengannya. Tapi dilain sisi dia juga tidak bisa melihat adik semata wayangnya tidur diluar, jadi pada akhirnya dialah yang tidur diluar.

"DASAR GURU SESAT!" Teriakan Naruto yang satu ini telah mencapai telinga Kyuubi dengan jelas. Berbeda dengan teriakan lainnya sebelumnya yang terdengar samar baginya.

Insting brother complex Kyuubi langsung bangkit setelah mendengar umpatan Naruto barusan. Mata merahnya langsung berubah menyala dan aura angkernya langsung menyebar dengan cepat ke seluruh ruang tamu.

Dengan gerakan cekatan, Kyuubi langsung berlari menuju kamar adiknya yang memang tidak begitu jauh dari tempatnya saat ini. Dia berpikir jika sensei yang dimaksud disini adalah Kaguya dan dia juga berpikir jika wanita cantik dengan surai putih sepunggung tersebut telah melakukan sesuatu yang tidak senonoh pada adik kesayangannya sehingga adiknya mengeluarkan umpatan untuknya.

Saat Kyuubi tepat berada di depan kamar satu-satunya kamar yang ada di apartemen tersebut, teriakan Naruto yang meyumpah nyerapah Jiraiya belum juga berhenti. Hal itu membuat Kyuubi semakin terbakar amarahnya.

'Berani sekali wanita tua itu menyelinap saat aku dan Naru chan sedang beristirahat.' Ucap Kyuubi dalam hati dengan aura angker yang semakin membara.

Setelah berucap demikian, Kyuubi langsung menendang pintu di depannya dengan kaki kirinya hingga membuat engsel bagian atas pintu tersebut lepas dari tempatnya.

"BERANI SEKALI KAU-Eh?" Teriakan Kyuubi langsung berhenti saat dia melihat adiknya yang terkejut dengan kedatangannya yang tidak biasa sambil memegang smartphonenya dengan tangan yang terlihat bergetar.

Kyuubi langsung mengedarkan pandangan iris merah indahnya untuk melihat seluruh kamar Naruto. Tapi dia tidak menemukan sosok yang sedang ia cari.

Seluruh tubuh Naruto terlihat bergetar dengan hebat. Bukan hanya itu, pakaian yang sedang dikenakannya saat ini bahkan sampai dibanjiri keringat dingin yang mengaliri seluruh tubuhnya.

"Hei Naruto, sepertinya aku mendengar suara ribut disana..." Setelah beberapa detik diam, suara Jiraiya yang masih tersambung dengan panggilan terdengar di dalam kamar Naruto yang sepi. "... Apakah kau baik-baik saja?" Kali ini suara pria baya dengan usia sekitar 50 tahunan tersebut terdengar khawatir. Sepertinya pria tersebut sangat peduli dengan keadaan Naruto.

"A-aku baik-baik saja kog, Jiraiya sensei." Jawab Naruto sedikit terbata di awal kalimatnya karena dia masih berusaha menurunkan detak jantungnya yang tiba-tiba meningkat akibat dikejutkan dengan kedatangan kakaknya yang tiba-tiba. "Tunggu sebentar ya, sensei..." Ucap Naruto sambil menjauhkan smartphone yang ia genggam dari wajahnya.

"Hm..." Jawab Jiraiya sekenanya.

"Nee chan, ada perlu apa? Kenapa wajah nee chan terlihat panik begitu?" Tanya Naruto penasaran sambil memandang Kyuubi dengan pandangan penuh tanya.

"Eh... Anuuu..." Kyuubi langsung bingung bukan main setelah Naruto bertanya padanya. Ia sebenarnya memang memiliki sifat brother complex akut. Akan tetapi dia malu untuk mengakuinya jika di depan Naruto. Jika kepada orang lain dia tidak akan segan-segan atau tidak akan tersinggung sedikitpun meskipun dibilang orang aneh oleh mereka yang mengetahui hal tersebut.

"Nee chan, nanti ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Ucap Naruto dengan nada yang terdengar berubah serius. Tatapan penasaran Naruto yang tadi sempat berada di wajahnya langsung sirna tanpa sisa. Saat ini pandangan pemuda remaja tersebut digantikan dengan pandangan serius. "Bisa nee chan tunggu diluar? Aku ingin meyelesaikan sesuatu terlebih dahulu." Lanjut Naruto masih dengan nada yang sama lalu ia mengutak-atik smartphone di tangannya sebelum ia mendekatkan benda tersebut ke telinganya.

Wajah cantik Kyuubi langsung diliputi dengan keseriusan pula setelah ia mendengar perkataan adik laki-lakinya barusan. Gadis ini memang suka bercanda. Akan tetapi jika ada sesuatu yang penting atau jika adiknya sudah mengeluarkan nada seriusnya seperti barusan, ia juga akan serius pula.

"Baiklah, Naru chan." Ucap Kyuubi sambil membalikkan badannya. "Aku akan membuat sarapan terlebih dahulu. Lalu kita bicara di ruang makan saja." Lanjut perempuan tersebut sebelum melangkahkan kaki jenjangnya untuk meninggalkan adiknya di kamarnya sendiri.

Naruto hanya mengangguk saja sambil melanjutkan obrolannya dengan Jiraiya. Pandangan seriusnya tidak hilang atau luntur sedikitpun meskipun saat ini dia sedang kembali bercanda atau bertengkar dengan lawan bicaranya.

Kyuubi yang berjalan meniggalkan kamar Naruto langsung mengarahkan dirinya ke arah dapur. Setelah sampai disana, gadis cantik dengan surai orange sepunggung tersebut terlihat mengambil beberapa bahan makanan yang ada di kulkas di dekatnya.

'Kira-kira apa yang ingin Naru chan bicarakan denganku ya?' Ucap Kyuubi dalam hatinya sambil mengarahkan tangan kananya untuk mengambil sebuah pisau yang terletak di tempatnya.

Dengan gerakan seperti seorang ahli, Kyuubi langsung memotong beberapa sayuran yang ia ambil barusan. Kemudian dia menyalakan kompor lalu mengambil sebuah panci yang tergantung yang ada di dinding. Sepertinya Kyuubi benar-benar ahli dalam urusan masak-memasak.

Sementara itu dengan Naruto...

"Hm... Begitu ya..." Suara Jiraiya terdengar dari smartphone yang digenggam Naruto yang saat ini berada di telinganya. "Apa ada hal lain lagi yang ingin kau minta, Naruto?" Tanya Jiraiya dari seberang telepon.

"Tidak ada, Jiraiya sensei." Jawab Naruto dengan nada yang terdengar sangat lembut dan tulus. "Kurasa permintaanku barusan saja sudah sangat berlebihan. Jadi aku tidak akan meminta hal yang lain lagi." Lanjut Naruto dengan nada yang masih sama.

"Kalau begitu semoga cepat sembuh saja Naruto." Ucap Jiraiya dengan nada yang terdengar seperti seorang ayah yang mengkhawatirkan anaknya. Setelah itu, panggilan tersebut terputus dan Naruto langsung meletakkan kembali smartphonenya ke atas meja yang ada di dekat kasur.

"Satu masalah selesai, tapi..." Ucap Naruto menggantung sambil menolehkan kepalanya ke arah pintu yang bagian atasnya terlepas dari engselnya. "... Kami sama, kenapa kau kejam sekali..." Lanjut Naruto pada dirinya sendiri sambil menangis lebay.

Setelah puas menangis lebay, Naruto berjalan mendekati pintu yang telah rusak sebagian tersebut. Setelah itu dia melihat bagian yang rusak dengan seksama.

'Sepertinya aku butuh beberapa bahan untuk memperbaiki pintu kamarku.' Ucap Naruto dalam hati sambil menangis lebay lagi. 'Uang gajiku sebagai pelayan pasti akan berkurang banyak jika harus memperbaiki pintu ini...' Lanjut Naruto dengan aura suram saat membayangkan jika sebagian besar uang hasil kerja kerasnya akan terbuang untuk membetulkan pintu kamarnya yang rusak akibat perbuatan tidak jelas kakaknya beberapa saat yang lalu.

Pada akhirnya Naruto berjalan keluar dari kamarnya dengan aura sangat suram yang berada di pundaknya. Pemuda tersebut sepertinya telah kehilangan semangat hidupnya setelah membayangkan apa yang akan terjadi dengan uang gajinya sebagai pelayan selama satu bulan.

"Uang hasil kerja kerasku... Uang hasil kerja kerasku..." Naruto terus mengucapkan kalimat tersebut sambil terus berjalan menuju tempat kakaknya berada saat ini. Aura suramnya terlihat semakin menghitam di setiap langkahnya yang semakin mendekat ke arah ruang makan.

Beberapa saat kemudian Naruto telah sampai di ruang makan. Dia langsung menghempaskan dirinya ke salah satu kursi yang ada di ruang makan tersebut.

"Naru chan, sarapan sudah si...ap." Ucapan Kyuubi terdengar melemah saat iris merah indahnya melihat keadaan Naruto. Tangannya yang membawa sebuah nampan berukuran sedang yang diatasnya terdapat sarapan untuk dirinya dan Naruto.

Kyuubi langsung sweetdrop saat melihat keadaan adik semata wayangnya saat ini. Perempuan dengan paras manis dan cantik tersebut langsung bungkam seribu bahasa. Pada akhirnya dia meletakkan nampan yang ia bawa ke atas meja tepat di depan tempat Naruto duduk saat ini. Sepertinya gadis cantik ini tidak sadar jika dirinyalah penyebab aura suram yang saat ini menghantui Naruto.

"Na-Naru chan, mari sa-sarapan dulu." Ucap Kyuubi dengan nada tergagap sambil mengambil sebuah roti lapis yang di atas sebuah piring berwarna putih yang tadi ia bawa dengan sebuah nampan. Dengan gerakan anggun perempuan cantik dengan surai orange tersebut langsung memakan roti yang ia ambil barusan.

"Uang hasil kerjaku..." Gumam Naruto dengan suara pelan sambil mengambil sebuah roti lapis buatan kakak perempuannya. Setelah itu dia memakan roti yang ia ambil dengan tidak semangat. Meskipun rasa nikmat dari roti lapis buatan kakaknya telah memenuhi mulutnya, aura suram dari sang pemuda masih tidak pergi meninggalkan dirinya.

'Sepertinya ini gara-gara aku yang tadi secara refleks menghancurkan pintu kamarnya...' Ucap Kyuubi dalam hatinya dengan sweetdrop yang lebih besar di kepala belakangnya. Sepertinya ia baru menyadari hal tersebut.

"Naru chan, nanti biar nee chan saja yang membayar biaya untuk memperbaiki pintu kamar Naru chan ya." Ucap Kyuubi dengan nada yang ia buat senormal mungkin. 'Tapi kalau begini aku jadi tidak bisa pulang ke kediaman Namikaze.' Ucap inner Kyuubi yang menangis dalam hatinya.

"Be-benarkah?" Tanya Naruto dengan mata yang terlihat berbinar. Aura suram yang menghantui pemuda tersebut terlihat sedikit berkurang dari pada sebelumnya.

"Iya..." Ucap Kyuubi sambil tersenyum saat iris merah indahnya melihat mata Naruto yang kembali bersinar. 'Tidakkkk...' Ucap inner Kyuubi dalam hatinya sambil menjambak rambutnya sendiri lalu berguling-guling tidak jelas. Sepertinya hati kecil Kyuubi tidak bisa menerima kenyataan tersebut.

"Terima kasih, nee chan." Ucap Naruto dengan nada bersemangat. Setelah itu dia memakan roti lapis buatan kakaknya dengan penuh semangat.

"Sama-sama, Naru chan." Ucap Kyuubi masih dengan senyuman yang terpatri di wajah cantiknya. 'DASAR KYUUBI BODOH, JIKA BEGINI KITA HARUS MENGINAP DISINI LEBIH LAMA LAGI!' Ucap inner Kyuubi yang masih menangis gaje dan berguling-guling tidak jelas.

Setelah itu kakak beradik dengan warna surai dan gender berbeda tersebut melanjutkan sarapan pagi mereka dengan penuh canda tawa. Yah meskipun selama acara sarapan tersebut hati Kyuubi harus terus menangis. Sementara hati Naruto seperti sebuah taman yang bunga-bunganya tengah bermekaran.

Beberapa saat kemudian...

Naruto dan Kyuubi telah selesai dengan sarapan pagi mereka berdua. Akan tetapi mereka berdua masih berada di ruang makan sambil menikmati minuman yang dibuatkan oleh Kyuubi.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku, Naru chan?" Tanya Kyuubi yang memulai pembicaraan. Nada perempuan cantik tersebut terdengar serius dan tidak sedang bercanda.

"Sebenarnya ada dua hal yang ingin kubicarakan denganmu, Kyuubi nee chan." Jawab Naruto dengan nada yang terdengar serius pula. "First thing I want talk to you is about 'what are you doing in here'.(Hal pertama yang ingin aku bicarakan denganmu adalah tentang apa yang kau lakukan disini.')" Ucap Naruto yang memulai pembicaraan menggunakan bahasa Inggris.

"Ho..." Kyuubi hanya menanggapi dengan santai tentang pertanyaan serius Naruto barusan. Kemudian ia meletakkan cangkir kopi yang sedang ia pegang ke atas meja. "I'm here because I want. There's nothing special reason.(Aku berada disini karena aku ingin saja. Tidak ada alasan khusus.)" Lanjut Kyuubi menjawab pertanyaan yang dilontarkan adiknya menggunakan bahasa yang sama.

"Hm... How about our parents? Are they okay?(Hm... Bagaimana keadaan orang tua kita? Apakah mereka baik-baik saja?)" Lanjut Naruto bertanya tentang keadaan orang tuanya pada kakaknya.

Kyuubi memang tinggal dengan kedua orang tua Naruto selama ini. Dan sepertinya hubungan Naruto dengan orang tuanya tidak berjalan baik sehingga dia menanyakan tentang keadaan orang tuanya pada kakak perempuannya.

"Mereka sehat seperti biasa, Naru chan." Jawab Kyuubi yang menggunakan bahasa biasa kembali. "Tapi bukan hal ini yang benar-benar ingin kau bicarakan denganku, bukan?" Lanjut Kyuubi bertanya dengan nada yang berubah sangat serius. Tatapan matanya yang awalnya terlihat santai terlihat tiba-tiba terlihat menunjukkan kilatan tajam yang tidak pernah ia tunjukkan selama ini.

"Ceritakan padaku tentang apa tujuan sebenarnya dirimu kemari, Kyuubi nee sama." Ucap Naruto yang membalas dengan nada yang tidak kalah serius. Tatapan Naruto tiba-tiba juga berubah menajam seperti tatapan kakaknya untuknya.

"Your instinct become stronger, Naruto.(Instingmu jadi semakin kuat, Naruto.)" Ucap Kyuubi yang bertingkah seperti seorang pencuri yang tertangkap basah oleh sang pemilik rumah. "Ok, I'll tell the truth.(Baiklah, aku akan beritahu tentang mengapa aku kemari.)" Lanjut Kyuubi dengan nada yang terdengar mengalah. Ia bahkan sampai mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya sebagai tanda jika dia telah menyerah.

Naruto memasang telinganya tajam-tajam. Tatapan iris birunya terlihat sangat mengintimidasi lawan bicaranya. Sepertinya ia berusaha untuk mencari kebohongan yang ada di wajah cantik kakak perempuannya.

Kyuubi mengambil nafas panjang melalui hidungnya lalu menghembuskannya secara perlahan melalui mulutnya.

"Kedatanganku kemari karena permintaan orang tua kita, Naruto." Ucap Kyuubi dengan nada serius. Bahkan panggilannya kepada adiknya juga ikut berubah.

"Mau apa lagi mereka?" Tanya Naruto dengan nada yang berubah sinis. "Seingatku dulu mereka telah membuangku karena aku menolak perempuan yang mereka inginkan untuk menjadi istriku dimasa depan." Lanjut Naruto dengan sambil meminum kopi miliknya.

"Mereka bilang mereka akan memaafkan dirimu, Naruto." Ucap Kyuubi dengan nada yang terdengar santai. Setelah itu ia juga ikut meminum kopi miliknya. "Dan juga orang tua kita berjanji akan mengubah nama aset perusahaan Namikaze menjadi atas namamu." Lanjut Kyuubi setelah ia meminum kopi miliknya.

"Lalu, apa syaratnya?" Tanya Naruto yang sepertinya menemukan ada maksud tersembunyi dari omongan kakak perempuannya.

"Ternyata instingmu benar-benar menajam, Naruto." Ucap Kyuubi dengan nada yang terdengar santai.

Naruto hanya diam saja dan tidak menanggapi omongan kakak perempuannya. Ia hanya menatap tajam kakak perempuannya seolah ia ingin menagih jawaban pertanyaannya.

"Naruto, mereka ingin kau berbaikan kembali dengan tunanganmu, Naruto." Ucap Kyuubi dengan nada yang terdengar tenang.

BRAK

"JANGAN BERCANDA!" Naruto langsung berteriak dengan suara yang sangat keras sambil menggebrak meja makan yang ada di depannya dengan kedua tangannya. "JANGAN HARAP AKU AKAN MEMPERBAIKI HUBUNGANKU DENGAN GADIS YANG KUANGGAP TIDAK LEBIH DARI SEORANG TEMAN!" Lanjut Naruto dengan nada yang masih sama.

"Bukankah gadis itu terlihat anggun dan cantik?" Ucap Kyuubi sambil mengeluarkan selembar foto dari saku celana pendek yang ia kenakan saat ini. "Dia pasti akan sangat pantas jika bersanding denganmu." Ucap Kyuubi masih dengan nada santainya. Setelah itu, dia melemparkan foto yang ia pegang di tangannya ke arah Naruto.

Foto yang tadi dilempar Kyuubi jatuh tepat diatas meja di depan Naruto. Lebih tepatnya foto tersebut terjatuh dalam keadaan terbalik dan berada di antara tangan Naruto yang tadi ia gunakan untuk menggebrak meja.

Naruto mengambil foto yang tadi dilemparkan kakaknya. Ia terlihat membalikkan foto tersebut dengan salah satu tangannya dan melihat gambar dibaliknya. Di foto tersebut terlihat seorang gadis cantik bersurai indigo panjang sedang tersenyum ke arahnya.

"Lagipula kalian kan sudah berteman sejak kecil, jadi dimana salahnya?" Tanya Kyuubi masih dengan nada yang sama.

"Jadi Kyuubi nee sama juga setuju dengan pertunangan sepihak ini?" Tanya Naruto dengan nafas yang terlihat terengah-engah.

"Sebenarnya-" "KELUAR DARI APARTEMEN INI SEKARANG!" Ucapan bernada santai dari Kyuubi langsung dipotong oleh suara keras dan tegas dari Naruto.

"Naru chan, dengarkan du-" "AKU BILANG KELUAR SEKARANG!" Ucapan Kyuubi yang hendak menjelaskan lagi-lagi dipotong oleh suara keras Naruto.

"JIKA KAU TIDAK INGIN KELUAR DARI APARTEMENKU, MAKA AKAN AKU SERET KAU KELUAR DARI SINI!" Ucap Naruto dengan nada yang terdengar sangat serius. "DAN JUGA SAMPAIKAN INI KEPADA ORANG TUA KITA, SIAPAPUN YANG MENDUKUNG PERTUNANGAN SEPIHAK INI, MAKA DIA BUKANLAH SIAPA-SIAPA UNTUKKU, TERMASUK DIRIMU! KAU BUKANLAH LAGI KAKAKKU!" Lanjut Naruto berteriak dengan suara yang kerasnya bukan main. Ia bahkan sampai terengah-engah setelah melampiaskan amarahnya barusan.

DUAR

Kyuubi langsung membeku di tempatnya duduk saat ini setelah mendengar pernyataan Naruto barusan. Ia tidak pernah menyangka jika kalimat seperti itu akan keluar dari bibir adiknya yang sangat ia sayangi. Hatinya bagaikan dicabik-cabik hingga menjadi potongan kecil-kecil. Ia tidak pernah menyangka jika pembicaraan ini akan berujung demikian.

"Apa ini gara-gara dia?" Ucap Kyuubi dengan nada pelan. Ucapannya ini lebih mengarah pada dirinya sendiri. "APA INI GARA-GARA WANITA UBANAN ITU?!" Kini gantian Kyuubi yang berteriak ke arah Naruto. Ia bahkan sampai berdiri dari tempatnya duduk saat ini.

"JAGA UCAPANMU, DASAR JALANG!" Ucapan ini secara mulus meluncur dari bibir Naruto. Ia sampai berdiri dari tempatnya duduk seperti kakaknya yang berada di depannya. Sepertinya pemuda remaja dengan surai kuning tersebut telah kehilangan kontrol dirinya sampai-sampai ia menghina kakak perempuannya yang sangat menyayanginya dengan sebutan yang sangat kasar.

PLAK

Kyuubi langsung menampar pipi Naruto dengan sangat keras hingga pipi pemuda tersebut berubah memerah. Air matanya langsung mengalir dengan deras dari kedua iris merah indahnya. Ia benar-benar tidak menyangka jika adiknya sendiri akan menghinanya dengan sebutan seburuk itu karena sebuah masalah yang menurutnya tidak besar.

Kyuubi langsung diam seribu bahasa setelah menampar adik laki-lakinya. Hatinya diliputi rasa bersalah sekaligus rasa kebencian. Air matanya tidak kunjung berhenti mengaliri wajah cantiknya. Setelah itu, ia terlihat menggenggam tangan yang tadi menampar pipi Naruto dengan sangat keras di depan dadanya.

"Jadi begitu ya..." Ucap Naruto dengan nada pelan dan wajahnya yang masih menoleh ke arah lain.

Kyuubi hanya menutup kedua matanya lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia tidak mau melihat wajah tampan adiknya yang barusaja ia tampar dengan sangat keras.

"Bahkan kakak perempuanku yang sangat menyayangiku yang kukira akan mengerti perasaanku, juga ikut setuju dengan hal ini..." Ucap Naruto dengan nada yang terdengar pelan. Meskipun pelan, ucapan Naruto barusan masih bisa didengar Kyuubi.

"Naru chan, nee chan tidak bermaksud-" "Tinggalkan aku sendiri." Lagi-lagi ucapan Kyuubi yang hendak menjelaskan sesuatu dipotong cepat oleh Naruto. Bahkan nada suara Naruto saat ini berubah menjadi dingin. Tidak seperti sebelum-sebelumnya.

Kyuubi tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia langsung meninggalkan pemuda tersebut sendirian di dalam ruang makan.

Sementara Naruto terlihat berdiri dalam diam. Setelah kakak perempuannya benar-benar telah meninggalkannya sendirian di ruang makan, setetes air mata terlihat terjatuh dari salah satu iris birunya yang seindah langit biru.

Sementara itu dengan Kyuubi...

Kyuubi terlihat kembali ke ruang tamu dan langsung menghempaskan dirinya ke salah satu sofa yang ada disana. Ia benar-benar tidak menyangka jika pembicaraannya dengan adik tersayangnya akan menjadi demikian. Hatinya benar-benar menjadi kalut. Dia benar-benar marah pada adiknya karena dihina dengan sangat kasar. Akan tetapi di satu sisi ia juga merasa bersalah karena tidak mencoba mengerti perasaan adiknya sendiri.

"Apanya yang brother complex? Apanya yang paling menyayangi?" Ucap Kyuubi pada dirinya sendiri. "Ujung-ujungnya aku berubah menjadi egois dan memaksakan keinginanku kepada adikku." Lanjut perempuan cantik tersebut masih pada dirinya sendiri dengan air mata yang semakin deras mengaliri wajah cantiknya.

"Kenapa aku begitu bodoh hingga aku tidak bisa mencoba mengerti perasaan adikku sendiri?" Lanjut Kyuubi masih pada dirinya sendiri sambil menyandarkan punggungnya pada sofa yang ia duduki. Setelah itu, gadis cantik dengan surai orange tersebut terlihat terlelap karena terlalu lelah menangis.

Sementara Naruto terlihat berjalan meninggalkan ruang makan. Pandangannya berubah menjadi kosong seolah tidak ada kehidupan sama sekali disana. Hatinya terus menyalahkan dirinya sendiri karena telah menghina kakaknya. Tapi di sisi lain dia tidak mau menuruti kemauan keluarganya dengan menikahi perempuan yang bahkan tidak ia cintai. Bukan hanya tidak ia cintai, mungkin tepatnya ia membenci perempuan yang ada di dalam gambar yang masih di atas meja makan.

Benar saja. Naruto dan Hinata memang sudah berteman sejak mereka masih kecil. Akan tetapi pemuda tersebut tidak menaruh perasaan sama sekali pada gadis manis dengan surai indigo tersebut. Bahkan mungkin dia membenci gadis indigo tersebut. Mungkin yang mengetahui perasaan Naruto terhadap Hinata adalah dirinya sendiri sekaligus Kami sama.

Naruto terus melangkahkan kakinya hingga ia mencapai ruang tamu. Iris biru kosongnya melihat Kyuubi yang sedang menangis dalam diam disana.

"Nee sama, ada satu hal lagi yang ingin aku bicarakan denganmu." Ucap Naruto dengan nada yang terdengar sangat dingin. "Aku harap kau tidak akan pergi sebelum kita membicarakan hal tersebut. Atau kau tidak akan kuanggap nee chanku lagi." Lanjut Naruto sambil berlalu darisana menuju pintu keluar apartemen.

Cklek

Setelah mendengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup kembali, Kyuubi langsung menutup kedua iris indahnya yang masih berlinang air mata dengan salah satu tangannya.

"Maafkan aku yang telah gagal menjadi kakakmu, Naruto." Ucap Kyuubi pada dirinya sendiri. Setelah berucap demikian, air mata yang mengalir dari sela tangan Kyuubi terlihat lebih deras dari sebelumnya.

Sementara itu di SMA Konoha...

Kaguya terlihat berjalan dengan langkah anggun untuk menuju kantor guru sekolah SMA Konoha. Sepanjang perjalanannya menuju kantor guru, banyak para siswa dan siswi yang terlihat menatapnya dengan pandangan kagum. Bahkan beberapa di antara mereka ada yang berbisik dengan temannya untuk mengungkapkan kekaguman mereka terhadap perubahan cara berpakaian Kaguya.

"Aku tidak menyangka jika Kaguya sensei bisa secantik itu." Ucap seorang siswi yang berbisik kepada temannya.

"Iya. Padahal selama ini aku berpikir jika tubuh Kaguya sensei itu gemuk atau terlalu berisi. Aku tidak menyangka jika beliau memiliki tubuh sebagus itu." Jawab teman dari siswi yang tadi berbicara dengan nada suara yang terdengar sangat iri.

"Hah... Aku sangat iri dengan beliau." Ucap siswi pertama yang mengaku jika dirinya iri dengan apa yang dimiliki Kaguya. "Sudah cantik, anggun, pintar, bijaksana pula." Lanjut siswi pertama yang memuji Kaguya.

Dan ada berbagai bisikan lainnya yang muncul selama Kaguya masih berjalan di lorong menuju kantor guru.

Srettt

Saat sampai di depan kantor guru, Kaguya langsung menggeser pintu geser yang ada di depannya. Setelah itu, wanita cantik tersebut terlihat berjalan menuju salah satu meja yang kosong yang ada disana. Ia langsung mendudukkan dirinya lalu meletakkan semua buku yang ia bawa ke atas meja.

"Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang menguras kesabaran." Ucap Mei Terumi yang entah sejak kapan sudah berada di dekat Kaguya.

"Sepertinya begitu, Mei sensei." Ucap Kaguya yang sepertinya tidak terkejut sama sekali. "Lagipula ini adalah hukuman langsung dari beliau. Kita masih harus bersyukur karena beliau tidak mengeluarkan kita dari sekolah ini." Lanjut Kaguya panjang lebar.

"Benar juga apa katamu, Kaguya sensei." Jawab Mei sambil mengalihkan pandangannya untuk memandang pandangan diluar. "Waktu itu aku sudah dag dig dug saat Tsunade sama tiba-tiba memanggil kita untuk kekantornya." Lanjut Mei menceritakan tentang perasaannya saat kemarin siang sang kepala sekolah tiba-tiba berteriak dengan keras untuk memanggil dirinya dan Kaguya.

"Iya, aku pun begitu." Ucap Kaguya yang setuju dengan ucapan Mei yang saat ini mendudukkan dirinya di kursi yang ada di sebelah milik Kaguya. Setelah itu, kedua perempuan cantik tersebut memandang langit-langit kantor dengan pandangan yang sulit dimengerti.

FLASHBACK START

Siang hari menjelang sore di kantor kepala sekolah SMA Konoha...

Terlihat 3 perempuan dengan paras cantik sedang berdiri di dalam ruangan yang berukuran cukup luas sementara seorang perempuan cantik lain yang memiliki iris caramel terlihat duduk di atas kursi yang berada di balik meja. Di atas meja tepat di depannya duduk terdapat tulisan 'kepala sekolah' yang di taruh persis di depan meja. Dua diantara mereka terlihat berdiri di depan meja sementara satu yang lain terlihat berdiri di kiri perempuan yang sedang duduk.

"Kaguya sensei, Mei sensei, apakah kalian tahu apa kesalahan kalian sehingga aku langsung memanggil kalian kemari?" Tanya perempuan cantik yang sedang duduk di kursinya. Perempuan cantik tersebut tidak lain adalah Tsunade aka sang kepala sekolah SMA Konoha untuk saat ini.

"Hai', Tsunade sama." Jawab Mei dan Kaguya secara bersamaan dengan kepala yang menunduk.

"Jika kalian berdua bukan guru yang telah lama mengabdikan diri untuk mengajar d sekolah ini, kalian pasti sudah kukeluarkan dari dulu." Ucap Tsunade dengan nada tegas. "Ini bukan kali pertama kalian memperburuk hubungan di sekolah ini dengan para siswa." Lanjut Tsunade masih dengan nada yang sama.

Kaguya dan Mei hanya bisa diam setelah mendengar ucapan Tsunade barusan. Mereka benar-benar merasa bersalah atas tindakan mereka yang kekanakan.

"Seharusnya kalian menunjukkan sikap profesional kalian..." Ucap Tsunade menggantung dengan nada yang sama.

"...BUKAN SIFAT KEKANAKAN KALIAN!" BRAK

Tsunade melanjutkan kalimatnya yang menggantung dengan suara yang keras sekaligus tegas. Bukan hanya itu, dia bahkan sampai memukul meja sekolah yang ada di depannya dengan kedua tangannya dan berdiri dari posisi duduknya.

Akibat pukulan dari Tsunade barusan, Kaguya dan Mei langsung terlihat gemetaran di tempat mereka berdiri. Sementara Shizune langsung mendekati perempuan paruh baya tersebut.

"Tsunade sama, tenangkan diri anda." Ucap Shizune yang sedari tadi diam. Perempuan cantik dengan surai hitam sebahu lalu mengelus lembut punggung Tsunade dengan salah satu tangannya berharap jika tindakannya bisa sedikit menenangkan sang kepala sekolah.

"Kami mohon maafkan kesalahan kami, Tsunade sama." Ucap Mei dengan nada yang terdengar sangat menyesal dan penuh rasa takut.

"Kami sadar atas kesalahan kami, Tsunade sama." Kali ini Kaguya yang berucap. "Jika anda ingin mengeluarkan kami, maka saya mohon kepada anda untuk mengeluarkan saya seorang saja." Lanjut Kaguya panjang lebar.

Tsunade langsung menatap tajam iris putih indah Kaguya setelah mendengar ucapan perempuan cantik dengan surai putih tersebut.

"Apa kau tahu apa resiko yang akan kau terima jika aku mengeluarkanmu dari sini, Kaguya sensei?" Tanya Tsunade dengan nada yang terdengar mengerikan.

Mei langsung menelan ludahnya dengan susah payah setelah mendengar nada mengerikan dalam kalimat Tsunade barusan. Sementara Shizune yang masih mengelus punggung Tsunade langsung ikut menatap tajam iris putih Kaguya.

"Hai', saya mengerti, Tsunade sama." Jawab Kaguya dengan nada yang terdengar tenang. "Jika anda mengeluarkan saya dari sini maka melanjutkan kehidupan di kota ini adalah sesuatu yang mustahil bagi saya karena saya telah mencoreng nama baik saya sendiri." Lanjut Kaguya memberitahu resiko yang akan ia emban jika dia sampai dikeluarkan dari sekolah swasta SMA Konoha.

"Tsunade sama, saya mohon untuk-" "Tapi Tsunade sama, jika anda mengeluarkan kami berdua dari sekolah ini, pasti sekolah ini akan merasa terpuruk karena harus kehilangan sosok berbakat seperti Mei sensei. Jadi jika anda tidak ingin nama sekolah ini tercoreng karena tindakan kekanakan kami, maka salah satu dari kami harus keluar dari sini. Dan saya mengajukan diri untuk hal tersebut demi menjaga nama baik sekolah ini." Ucapan Mei yang hendak mengutarakan sesuatu langsung dipotong oleh penjelasan panjang lebar dari Kaguya.

"Memang benar." Ucap Tsunade dengan nada pelan. "Mencari seorang guru sastra jepang yang berbakat sekaligus profesional bukanlah perkara mudah." Lanjut Tsunade dengan nada yang terdengar mulai tenang kembali.

Setelah itu, perempuan cantik tersebut terlihat mendudukkan dirinya kembali ke tempat duduknya. Shizune langsung kembali ke tempatnya berdiri setelah Tsunade mendudukkan dirinya kembali.

"Baiklah kalau begitu, kalian berdua dengarkan baik-baik apa yang akan aku sampaikan." Ucap Tsunade dengan nada yang kembali tenang.

Akibat ucapan Kaguya dan Mei langsung memasang telinga mereka tajam-tajam. Sepertinya kedua perempuan tersebut sudah siap menerima resiko dari perbuatan kekanakan mereka.

"Kalian berdua akan kumaafkan dan untuk kali ini kalian tidak akan ada yang aku keluarkan dari sekolah ini." Lanjut Tsunade yang sambil mengulas sebuah senyuman indah di wajahnya yang terlihat cantik.

"Hah..." "Hah..." Kaguya dan Mei langsung bisa bernafas lega setelah mendengar ucapan dari Tsunade barusan.

"Tapi dengan satu syarat." Ucap Tsunade sambil mengangkat jari telunjuknya di depan wajahnya yang masih mengulas sebuah senyuman manis.

Glek glek

Mei dan Kaguya terlihat menelan ludah mereka susah payah setelah mendengar ucapan yang barusaja keluar dari Tsunade. Senyuman tulus Tsunade ikut memudar dan digantikan dengan senyuman penuh arti.

Shizune yang melihat senyuman Tsunade saat ini langsung merinding disko di tempatnya berdiri saat ini. Sepertinya perempuan cantik tersebut tahu apa yang akan menimpa kedua guru berparas cantik yang ada di depannya.

"Kalian berdua harus mengajar di kelas 2-F dan kelas 3-F selama satu minggu ke depan." Ucap Tsunade sambil memasang sebuah senyuman mengerikan di wajah cantiknya.

DUAR

Kaguya dan Mei bagaikan disambar petir di siang bolong setelah mendengar persyaratan dari Tsunade barusan.

'Sudah kuduga.' Ucap Shizune dalam hatinya sesaat setelah ia mendengar ucapan Tsunade barusan.

Dan setelah itu, Kaguya dan Mei diizinkan untuk kembali ke kediaman masing-masing. Kedua perempuan cantik ini terlihat berjalan meninggalkan kantor kepala sekolah dengan aura suram yang menemani mereka selama perjalanan mereka hingga sampai di kediaman masing-masing.

FLASHBACK END

"Hah..." "Hah..." Kedua perempuan berparas cantik dengan surai berbeda warna tersebut langsung menghembuskan nafas panjang setelah ingatan mereka memutar sebuah kilas balik tentang apa yang menimpa mereka sepulang sekolah kemarin.

"Yah, untungnya beliau tidak mengeluarkan kita dari sini." Ucap Kaguya dengan nada yang terdengar bersyukur.

"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, tapi kenapa kau sangat senang jika mengajar disini?" Tanya Mei kepada Kaguya dengan nada yang terdengar sangat penasaran.

"..." Kaguya hanya diam saja setelah mendengar pertanyaan Mei barusan. Ingatannya tiba-tiba mengingat wajah Naruto yagn sedang tersenyum tulus padanya. Dan seketika itu pula wajah cantik Kaguya langsung berubah memerah.

"Hei Kaguya, kenapa kau diam saja?" Tanya Mei yang tidak mendapat respon apapun dari perempuan yang duduk di dekatnya.

"Eh?!" Kaguya langsung tersentak saat ia mendengar ucapan Mei barusan. Pikirannya yang sedang sibuk memikirkan Naruto langsung kembali ke alam nyata. "Ti-tidak, tidak apa-apa kog." Jawab Kaguya dengan semburat merah yang tersisa di pipinya.

Ting Tung

"Hah... Jam pelajaran sudah dimulai." Ucap Mei dengan nada yang terdengar tidak bersemangat sama sekali. "Baiklah Kaguya sensei, aku akan menuju kelasku dulu hari ini." Lanjut perempuan cantik dengan surai merah marun tersebut berpamitan.

"Ha-hai'." Jawab Kaguya dengan sedikit gugup. Setelah itu dia terlihat membuka sebuah buku tebal yang tadi ia taruh di atas meja kerjanya.

'Kenapa wajahku memanas ketika aku mengingat wajah Naruto kun?' Tanya Kaguya dalam hatinya dengan nada yang gembira bukan main. 'Aku seperti anak kecil saja.' Lanjut perempuan cantik dengan surai putih sepunggung tersebut sambil menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.

Sementara itu di tempat Naruto...

Naruto terlihat berjalan menyusuri jalan kota Konoha dengan tatapan kosong. Entah apa yang sedang menganggu pikirannya, tapi pemuda tersebut sepertinya kondisi mentalnya sedang dalam keadaan yang tidak baik.

Pemuda tersebut beberapa kali menabrak orang-orang yang berpapasan dengannya. Cacian dan makian tidak ia pedulikan. Ia terus berjalan tanpa peduli dengan keadaan di sekitarnya.

Beberapa saat kemudian...

Naruto terlihat menghentikan langkahnya saat ia sampai di sebuah taman bermain. Pemuda tersebut melihat taman bermain di depannya dengan pandangan kosongnya dan tidak ada minat sama sekali. Kemudian pemuda tersebut hendak berlalu darisana begitu saja.

"Rita nee chan, bolaku tersangkut di atas pohon." Ucap seorang anak kecil yang sepertinya memiliki usia sekitar 5 tahunan yang tadi sedang bermain di taman. Matanya yang berwarna coklat sudah terlihat berkaca-kaca dan tangan kecilnya terlihat menunjuk sebuah pohon tinggi yang masih berada di wilayah taman bermain.

"Heh... Jangan khawatir, biar nee chan ambilkan." Ucap seorang perempuan cantik dengan surai abu-abu sebahu dan iris mata berwarna merah sedikit gelap. Dia terlihat seperti anak yang memiliki usia sekitar 9 tahunan. Sepetinya ia merupakan kakak dari anak kecil tadi. "Kin chan, tunggu disini dulu ya dan jangan menangis, nee chan pasti akan mendapatkan bola Kin chan." Lanjut perempuan tersebut dengan nada yang terdengar meyakinkan adiknya.

Naruto langsung menghentikan gerakan kakinya saat indra pendengarannya mendengar suara yang berasal dari taman. Ia langsung membalikkan tubuhnya untuk melihat ke arah taman kembali. Entah mengapa rasa ingin pergi darisana langsung pudar begitu saja.

"Hai'." Ucap sang anak kecil dengan nada ceria. Setelah itu dia mengusap wajahnya yang terlihat sedih. Dan beberapa saat kemudian wajahnya sudah terlihat ceria kembali.

Tanpa sadar sebuah senyuman tipis terukir di wajah tampan Naruto. Pandangannya yang awalnya kosong mulai kembali seperti sedia kala. Setelah itu, dia melangkahkan kakinya untuk memasuki area taman dan mendekati kedua kakak beradik yang terlihat jauh lebih muda darinya tersebut.

Naruto langsung menghentikan langkahnya lalu ia mendudukkan dirinya di sebuah kursi taman yang tidak jauh dari kedua kakak beradik tadi. Setelah itu ia mengamati perempuan cantik yang memiliki tubuh mungil serta paras yang manis yang terlihat memiliki usia jauh darinya tersebut dengan pandangan tulus. Perempuan tersebut terlihat berusaha memanjat pohon tempat bola adiknya tersangkut.

Bruk

Saat sang perempuan telah mencapai bagian tengah pohon, tiba-tiba ia terjatuh. Melihat hal tersebut, Naruto langsung refleks berdiri dari posisi duduknya dan berinisiatif untuk membantu kedua anak kecil yang ada disana. Akan tetapi ia mendudukkan dirinya kembali saat melihat perempuan kecil tadi berdiri kembali lalu mengulang usahanya yang tadi sempat gagal.

Kali ini perempuan tersebut berhasil hingga mencapai bagian atas pohon. Setelah itu, dia berusaha menaiki ranting pohon tempat bola adiknya tersangkut. Ia terlihat berusaha sangat keras untuk menggapai bola adiknya yang sudah berada dihadapannya menggunakan tangan kecilnya.

Tuk Bukkk

Pada akhirnya tangan gadis kecil tersebut berhasil menggapai bola adiknya. Dan setelah itu, dia langsung menjatuhkan bola adiknya ke atas tanah.

Sang anak kecil terlihat sangat senang sekali. Wajah mungilnya yang awalnya terlihat berkaca-kaca langsung berubah berseri-seri. Ia mengangkat bola yang tadi dijatuhkan kakaknya menggunakan kedua tangannya sambil berlari kesana-kemari.

Sang kakak perempuan terlihat tersenyum manis saat melihat adiknya yang sangat bahagia saat ia mendapatkan kembali bolanya. Setelah itu ia pun turun dari pohon meskipun ia mengalami sedikit kesulitan.

Tap

Sang gadis kecil terlihat meringis kesakitan sesaat setelah kakinya menyentuh tanah. Naruto yang melihat hal tersebut hanya diam saja dan lebih memilih memandang pemandangan tersebut dari tempatnya duduk saat ini.

Iris birunya melihat sang kakak dari anak kecil tadi sedang mengamati sikunya yang terluka. Sepertinya itu adalah luka saat ia terjatuh dari pohon beberapa saat yang lalu.

"Rita nee chan, kau tidak apa-apa?" Tanya sang anak kecil dengan suara yang terdengar polos saat melihat kakak perempuannya yang meringis kesakitan.

Sang gadis kecil langsung meluruskan tangan yang tadi ia tekuk untuk melihat sikunya. Setelah itu ia terlihat tersenyum manis lalu menganggukkan kepalanya.

"Ayo kita pulang, Kin chan. Kaa chan pasti sudah memasak makan siang untuk kita." Ucap sang gadis kecil lalu menggandeng tangan adiknya. Setelah itu, kedua kakak beradik tersebut terlihat meninggalkan taman bermain.

Tanpa sadar Naruto yang melihat hal tersebut meneteskan setetes air mata dari iris birunya yang telah kembali seperti sedia kala. Ingatannya memutar sebuah memori dimana kakak perempuannya melakukan hal yang sama seperti yang terjadi di depannya beberapa saat yang lalu.

Naruto terlihat berdiri diam di tempatnya berdiri saat ini. Iris biru indah miliknya terlihat masih meneteskan air matanya dan ingatannya kini memutar sebuah kejadian beberapa saat yang lalu dimana dia menghina kakaknya.

"Cih, sepertinya memang aku yang harus meminta maaf." Ucap Naruto pada dirinya sendiri sambil mengusap matanya dengan lengan jaket yang ia kenakan dengan kasar.

"Pakai ini." Ucap seorang gadis cantik yang entah sejak kapan berada di dekat Naruto. Gadis manis tersebut tidak lain adalah Tenten. Dia terlihat menyodorkan sebuah sapu tangan berwarna putih kepada Naruto dengan tangan kanannya.

Naruto langsung menolehkan kepalanya untuk melihat ke asal suara yang tidak lain berasal dari kanannya. Ia langsung mengusap dengan lebih kasar bekas air matanya. Sepertinya ia merasa malu karena salah satu sahabatnya memergokinya sedang menangis sendirian.

"Te-Tenten chan, ke-kenapa kau ada disini? Apakah kau bolos sekolah juga?" Tanya Naruto dengan nada tergagap setelah ia merasa jika bekas air matanya telah hilang sepenuhnya.

"Hm... Sebenarnya aku tidak ada niatan untuk membolos sekolah." Jawab Tenten sambil memasukkan kembali sapu tangannya ke dalam saku bajunya karena Naruto tidak menerimanya. "Tapi karena hari ini aku bangun kesiangan jadi aku meminta izin untuk tidak masuk dulu." Lanjut gadis manis tersebut.

Saat ini Tenten mengenakan gaun cheong sam(pakaian khas orang china) berwarna merah serta sebuah sepatu khas milik orang cina berwarna hitam. Wajah manisnya terlihat menunjukkan ekspresi kecewa yang tidak begitu kentara. Sepertinya ia merasa kecewa karena Naruto yang tidak menerima sapu tangan yang ia sodorkan untuknya.

"Tumben sekali kau bangun kesiangan?" Tanya Naruto dengan nada yang terdengar tidak percaya dengan ucapan yang diucapkan sahabatnya tersebut. Naruto berkata demikian bukan tanpa alasan. Ia sangat mengenal gadis manis dengan surai dicepol dua tersebut. Meskipun jadwal keseharian Tenten sangat padat, gadis muda tersebut hampir tidak pernah mengeluarkan kata kesiangan.

"Itu karena semalam aku kerja lembur di tempatku bekerja. Dan sekitar tengah malam kemarin aku baru bisa pulang." Jawab Tenten dengan nada santai. 'Bagaimana aku bisa tidur jika hatiku terus menangis saat tanpa sengaja telingaku mendengar betapa akrab dan dekatnya dirimu dengan orang lain?' Lanjut Tenten dalam hatinya.

"Oh begitu." Ucap Naruto yang langsung percaya begitu saja dengan ucapan Tenten. "Apa yang kau lakukan saat ini, Tenten chan?" Lanjut Naruto bertanya pada gadis manis tersebut.

"Aku hanya sedang berjalan-jalan untuk menenangkan pikiranku." Jawab Tenten. 'Aku tidak mungkin memberitahumu jika sejak tadi aku mengikutimu.' Lanjut Tenten lagi dalam hatinya.

"Bagaimana kalau kita duduk disana saja?" Tanya Naruto sambil menunjuk sebuah bangku panjang yang ada di taman yang terletak di bawah sebuah pohon yang rindang. "Sepertinya cuacanya sudah semakin panas." Lanjut Naruto sambil melangkahkan kakinya terlebih dahulu.

"Baiklah." Ucap Tenten yang setuju dengan usulan Naruto. Setelah itu, gadis manis tersebut terlihat melangkahkan kedua kaki jenjangnya untuk menyusul Naruto yang telah berjalan terlebih dahulu.

Setelah itu, kedua insan tersebut terlihat mengobrol kesana kemari dengan santai sambil duduk di kursi yang ada di taman. Lebih tepatnya Naruto yang terus berbicara, sementara Tenten sesekali terkikik geli saat ia mendengar cerita lucu Naruto. Iris coklat indah milik Tenten terus menatap wajah Naruto seolah gadis tersebut ingin menghafal setiap centi wajah sang pemuda dan menyimpannya di dalam memori otaknya.

Skip time siang hari menjelang sore di SMA Konoha...

Kaguya terlihat berjalan di lorong sekolah SMA sambil membawa sebuah buku serta sebuah jurnal di salah satu tangannya yang saat ini tertutup sarung tangan berwarna kuning yang indah. Wanita cantik tersebut terlihat mengambil nafas beberapa kali selama perjalanannya menuju kelas yang akan ia ajar hari ini.

Beberapa saat berjalan, iris putih indah milik Kaguya melihat sosok Mei Terumi keluar dari kelas tempat ia akan mengajar. Wajah cantik Mei guru sastra jepang tersebut terlihat memerah padam dan kilatan matanya menunjukkan betapa besar amarah yang saat ini sedang ia tahan.

"Me-Mei sensei, an-anda tidak apa-apa?" Tanya Kaguya dengan nada sedikit takut saat melihat kondisi Mei saat ini. Perempuan cantik dengan surai merah marun tersebut terlihat sangat kesal dan Kaguya belum pernah melihat perempuan cantik tersebut sangat kesal meskipun saat mereka sedang bertengkar.

"Aku hah-hah... Baru saja melihat neraka hah-hah... Kaguya sensei..." Jawab Mei dengan suara yang terdengar terengah-engah. Sepertinya perempuan cantik tersebut benar-benar menahan amarahnya agar tidak meledak saat itu juga.

"Be-begitu ya... Hehehe..." Ucap Kaguya dengan sweetdrop besar di kepalanya setelah ia mendengar jawaban tidak nyambung dari sahabatnya. "Ka-kalau begitu, a-aku akan mengajar di ke-kelas 3-F dulu." Lanjut Kaguya berpamitan pada Mei. Setelah itu, wanita cantik dengan surai putih ini langsung hendak pergi menuju kelas tempat Mei tadi keluar beberapa saat yang lalu.

"Kaguya san..." Panggil Mei dengan nada suara yang lemah akan tetapi suara tersebut masih sampai ke telinga Kaguya karena lorong sekolah yang sepi.

"Iya, Mei san?" Jawab Kaguya sambil membalikkan badannya untuk melihat Mei.

"Jika kau tidak kuat, silahkan lambaikan tanganmu ke jendela terdekat." Ucap Mei semakin ngaco. Setelah itu, guru dengan paras cantik tersebut baru melangkahkan kakinya untuk menuju kantor guru di SMA Konoha.

Sweetdrop Kaguya yang awalnya sempat menghilang kembali menghampiri dirinya setelah ia mendengar ucapan ngawur sahabatnya tersebut. Akan tetapi ia kembali membalikkan badannya lalu berjalan menuju kelas yang bertuliskan kelas 3-F.

Sebuah aura berwarna ungu gelap yang menyelimuti pintu kelas 3-F seolah menyambut kedatangan Kaguya. Kaguya sendiri langsung menelan ludahnya dengan susah payah saat ia merasakan aura tidak menyenangkan tersebut. Kemudian kata-kata dari Mei Terumi kembali membayangi pikirannya.

"Kaguya sensei, jika kau tidak kuat, silahkan lambaikan tanganmu ke jendela terdekat." "Kaguya sensei, jika kau tidak kuat, silahkan lambaikan tanganmu ke jendela terdekat." Kata-kata ini terus terdengar berulang-ulang untuk Kaguya yang saat ini sedang berdiri di depan pintu kelas 3-F.

TWITCH TWITCH TWITCH

3 perempatan langsung muncul di kepala Kaguya saat telinganya mendengar suara-suara barusan.

"BISAKAH KALIAN BERHENTI MENGUCAPKAN KALIMAT ITU?!" Sepertinya urat saraf kesabaran Kaguya baru saja putus. Ia langsung berteriak kepada anak-anak kelas 3-F yang sedang melongokkan kepalanya melalui jendela dan mengucapkan kalimat Mei tadi secara berulang-ulang.

Dalam sekejap mata, para murid yang tadi melongokkan kepalanya melalui jendela langsung menghilang. Kaguya kembali sweetdrop saat melihat kejadian yang sangat cepat tersebut.

"Hah..." Kaguya mengambil nafas sepanjang yang ia mampu melalui hidungnya lalu wanita cantik tersebut menghembuskannya melalui mulutnya secara perlahan. Setelah itu, dia mengulurkan tangan kanannya ke arah pintu geser yang ada di depannya.

Srettt

Kaguya langsung membeku di tempatnya berdiri saat ini sesaat setelah membuka pintu kelas. Ia melihat anak-anak berwajah sangar sedang sibuk dengan aktifitas masing-masing di dalam kelas tersebut. Di iris putih Kaguya, wajah para murid yang ada di dalam kelas tersebut tidak terlihat seperti wajah para murid SMA melainkan seperti wajah para yakuza yang hendak merencanakan kudeta terhadap pemerintah.

Srettt

Kaguya langsung keluar dari dalam kelas lalu menutup pintu yang barusaja ia buka. Ia terlihat terengah-engah dan wajah cantiknya terlihat dibanjiri keringat dingin.

'Barusan itu bukan markas para yakuza kan?' Tanya Kaguya dalam hatinya sendiri sambil mendongakkan kepalanya untuk melihat tanda kelas 3-F yang terpampang di atas pintu yang baru saja ia buka.

Di sekolah SMA Konoha, kelas 2-F dan kelas 3-F merupakan kelas yang paling ditakuti oleh para guru kecuali para guru yang telah terbiasa mengajar di kelas tersebut. Sebenarnya kelas 2-F dan 3-F bukanlah berisi para murid yang bodoh atau bermasalah, mereka murid yang pandai, hanya saja tingkah laku mereka yang bisa dibilang agak up normal membuat para guru yang tidak terbiasa mengajar di kelas tersebut menjadi frustasi seperti yang dialami oleh Mei Terumi. Akan tetapi para murid penghuni kelas tersebut berasal dari kalangan keluarga atas seperti para murid dari kelas lain di SMA tersebut. Hanya saja yang membedakan mereka dengan para murid yang lain adalah tingkah mereka.

Para guru yang pernah menerima hukuman untuk mengajar di dua kelas ini mengatakan jika mereka sangat frustasi menghadapi para murid up normal tersebut. Bahkan ada beberapa guru yang memutuskan untuk keluar dari sekolah tersebut karena tidak kuat dengan hukuman dari Tsunade yang tidak lain adalah mengajar dua kelas tersebut selama satu minggu seperti yang dialami oleh Mei dan Kaguya saat ini. Mengapa hanya kelas 2-F dan 3-F saja yang bermasalah? Karena kelas satu di SMA Konoha hanya sampai kelas D saja. Sementara kelas 2 dan 3 SMA tersebut sampai kelas F.

Kaguya terlihat memantabkan hatinya sekali lagi dengan menarik nafas sepanjang yang ia mampu lalu menghembuskannya secara perlahan. Lalu dengan tangan yang terlihat masih gemetar, wanita cantik ini terlihat membuka pintu kelas yang ada di depannya.

'Semoga saja aku tadi hanya salah lihat.' Ucap Kaguya berdo'a dalam hatinya. 'Ini kan SMA Konoha, mana mungkin ada yakuza di sekolah seperti ini.' Lanjut Kaguya yang mencoba berpikir positif.

Dari posisi Kaguya saat ini, dia bisa mendengar kelas di depannya sangat gaduh dan ramai. Kelas yang ada di depan Kaguya saat ini bukan seperti kelas lagi, melainkan seperti sebuah terminal yang dipenuhi oleh para pedagang asongan dan penumpang.

Srettt

Para murid yang awalnya sedang berdiri atau sedang mengobrol dengan temannya langsung bubar dan mereka langsung menuju tempat duduk mereka masing-masing dalam waktu yang sangat singkat. Bahkan saat Kaguya membuka pintu tersebut, suara gaduh yang tadi memenuhi telinganya langsung ikut lenyap seketika.

Kaguya terlihat mengerjapkan iris putihnya beberapa kali saat ia melihat kelas yang akan ia ajar telah sunyi.

'Apa tadi aku salah dengar ya?' Tanya Kaguya dalam hati sambil melangkahkan kakinya untuk menuju meja guru yang berada tepat di tengah kelas di hadapan para murid. 'Perasaan tadi kelas ini sangat ramai dan gaduh.' Lanjut Kaguya sambil meletakkan buku serta jurnal yang ia bawa ke meja guru.

"Selamat siang, minna san." Ucap Kaguya dengan nada yang ia buat seanggun mungkin.

"Selamat siang, Kaguya sensei." Ucap para murid serentak menjawab salam dari Kaguya.

'Sepertinya mereka tidak seperti yang digosipkan oleh para guru.' Ucap Kaguya dalam hatinya setelah ia mendengar jawaban normal dari para murid yang akan ia ajar. "Untuk hari ini dan selama satu minggu ke depan, sensei akan mengajar bahasa Inggris di kelas ini." Ucap Kaguya memberitahu para murid yang ada di depannya.

Para murid yang ada disana tidak berkata apapun. Mereka hanya diam menunggu materi yang akan diberikan oleh Kaguya dengan tenang.

"Baiklah, karena ini hari pertama sensei akan mengajar di kelas ini, jadi hari ini kita akan mulai dengan sesi perkenalan dulu." Ucap Kaguya dengan nada tenang.

"..." Sekali lagi para murid hanya diam dan tidak memberikan respon yang berarti.

"Karena pelajaran yang saya ajarkan adalah bahasa Inggris, jadi kalian harus memperkenalkan diri kalian dengan bahasa Inggris pula." Ucap Kaguya memberitahu para muridnya.

"..." Meskipun diberitahu hal yang demikian, para murid kelas 3-F masih terlihat diam dan tenang. Mereka seolah tidak terkejut sedikitpun dengan ucapan Kaguya barusan.

"Sensei, bisakah anda memberi contohnya?" Akhirnya salah seorang siswi dengan surai merah pucat mengangkat tangan kanannya dan mengeluarkan pertanyaan setelah sejak tadi diam. Hal tersebut pun tentu saja menarik seluruh penghuni kelas kecuali seorang murid dengan gaya rambut yang cukup unik yang malah sedang tidur pulas di dalam kelas.

"Hm... Baiklah." Ucap Kaguya dengan nada yang terdengar santai. "Let me introduce myself, my name is Otsutsuki Kaguya. My hobbies are reading a book like novel and etc, and swimming. For now I live in Konoha city.(Izinkan saya memperkenalkan diri saya, nama saya adalah Otsutsuki Kaguya. Hobi saya adalah membaca buku seperti novel dan lain-lain dan juga berenang. Untuk saat ini saya tinggal di kota Konoha.)" Lanjut Kaguya memberi contoh pada para muridnya.

Para murid yang ada di kelas tersebut langsung manggut-manggut setelah mendengar apa yang diucapkan Kaguya barusan. Kaguya yang melihat respon tersebut sedikit terkejut. Ia berpikir jika para murid tersebut tidak mengerti dengan apa yang ia ucapkan barusan, tapi ia salah besar. Sepertinya mereka tidak memiliki hambatan dalam mata pelajaran bahasa Inggris.

"Kalau ada yang ingin ditanyakan silahkan angkat tangan kalian." Ucap Kaguya untuk memastikan jika manggut-manggut dari muridnya barusan adalah tanda bahwa mereka telah mengerti dengan apa yang ia ucapkan barusan.

Tapi tidak ada satupun dari para murid di kelas tersebut yang mengangkat tangannya. Kaguya sedikit kagum saat iris putihnya melihat hal tersebut.

'Sepertinya para guru terlalu menganggap remeh mereka.' Ucap Kaguya dalam hatinya. Setelah itu, wanita cantik ini mengambil spidol yang telah tersedia di papan putih lalu menuliskan sesuatu disana.

"Baiklah untuk mempersingkat waktu, silahkan kalian siapkan selembar kertas lalu tulis seperti ini di kertas kalian." Ucap Kaguya sambil menuliskan kata demi kata di papan tulis.

Para murid terlihat melakukan perintah Kaguya tanpa mengeluh. Mereka mengambil selembar kertas dari buku masing-masing. Lalu menuliskan kata demi kata yang ada di papan tulis seperti yang dilakukan Kaguya barusan.

Setelah selesai menulis, Kaguya terlihat meletakkan spidol hitam yang tadi ia gunakan untuk menulis. Setelah itu ia terlihat berdiri di belakang meja guru yang berada tepat di depan kelas. Tulisan yang barusaja ditulis Kaguya adalah tentang nama, alamat, hobi, kesukaan dan ketidak sukaan, tanggal dan bulan lahir, serta cita-cita. Para murid yang di dalam kelas tersebut hanya harus menulis ulang hal tersebut lalu mengisinya sesuai dengan keinginan masing-masing.

Iris putih indah milik Kaguya terlihat bergerak secara perlahan untuk melihat setiap murid yang saat ini sedang mengerjakan apa yang barusaja ia katakan. Tapi gerakan iris putihnya seketika berhenti saat melihat seorang siswa yang bukannya mengerjakan tugas yang ia berikan melainkan malah tertidur dengan pulas di dalam kelas.

Wanita cantik dengan surai putih tersebut langsung berjalan menuju meja tempat murid yang tertidur tersebut. Saat sampai disana, ia terlihat berusaha membangunkan sang siswa dengan gerakan lembut.

"Nara kun, bangun sekarang adalah jam pelajaran terakhir." Ucap Kaguya dengan nada lembut yang berusaha membangunkan sang pemuda yang berasal dari keluarga Nara dengan menggoyangkan punggungnya dengan salah satu tangannya.

Sang pemuda yang merasa tubuhnya diguncang langsung mengangkat wajahnya yang ia taruh di atas tangannya. Setelah itu, ia menguap lalu mengucek matanya.

"Apakah ini sudah waktunya pulang?" Tanya sang siswa yang barusaja bangun tersebut dengan nada khas orang yang bangun tidur.

TWITCH

Sebuah perempatan langsung muncul di kepala Kaguya setelah ia mendengar nada santai dari murid yang baru saja ia bangunkan.

"Nara kun, kerjakan dulu tugas dari sensei, setelah itu jika kau mendengar bel pulang berbunyi, kau baru boleh pulang." Ucap Kaguya dengan sebuah perempatn di dekat bibirnya. 'Sabar Kaguya chan, bersabarlah...' Ucap Kaguya dalam hatinya untuk menyemangati dirinya sendiri.

"Oh begitu ya..." Ucap sang murid dengan nada santai. "Kalau begitu apa yang harus saya lakukan, sensei?" Lanjut sang murid bertanya dengan tatapan dan wajah tak berdosa ataupun takut dengan ekspresi yang ditunjukkan Kaguya saat ini.

"Kerjakan saja tugas di depan, setelah itu kau boleh tidur kembali jika sudah selesai." Ucap Kaguya masih dengan ekspresi yang sama.

"Hah... Mendokusai na..." Ucap sang murid dengan nada malas yang sangat kental.

TWITCH

Sebuah perempatan muncul di sisi berlawanan di dekat bibir Kaguya setelah ia mendengar ucapan barusan. Aura angker mulai menyelimuti dirinya.

'Dasar murid kurang ajar.' Ucap Kaguya dalam hati dengan senyuman terpaksanya. 'Jika kau bukan murid disini, sudah kucincang kau menjadi potongan kecil-kecil.' Lanjut wanita cantik tersebut sambil membalikkan badannya lalu berjalan kembali ke meja guru yang ada di depan kelas.

Skip time...

20 menit sebelum bel pulang berbunyi...

"Baiklah, minna san silahkan kumpulkan hasil kalian di meja sensei." Ucap Kaguya dengan nada yang terdengar bijaksana. Sepertinya wanita tersebut telah bisa mengendalikan dirinya kembali. 'Sebentar lagi bel pulang akan berbunyi.' Lanjut Kaguya dalam hatinya dengan senyuman iblis.

Para murid terlihat berjalan ke meja guru satu persatu untuk mengumpulkan pekerjaan yang diberikan Kaguya barusan. Setelah semua murid selesai mengumpulkan, Kaguya terlihat menata kertas yang ia terima dari seluruh murid di kelas tersebut dengan rapi.

Kaguya terlihat tersenyum senang saat ia menata kertas yang barusaja dia terima. Akan tetapi senyumnya langsung memudar saat iris putih indahnya melihat ekspresi anak-anak kelas 3-F yang terlihat serius dan berbeda dari sebelumnya. Saat ini pandangan para murid di kelas tersebut tertutup oleh bayangan surai masing-masing.

'Kenapa perasaanku tidak enak ya?' Tanya Kaguya dalam hatinya. "Minna san, sebelumnya saya mau bertanya, apakah kalian menjawab tugas yang saya berikan dengan serius kan?" Tanya Kaguya pada para muridnya yang masih memasang ekspresi serius.

"..." Keheningan menjawab pertanyaan Kaguya barusan. Semua murid disana tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun.

"Lebih baik aku cek saja mumpung masih disini." Ucap Kaguya pada dirinya sendiri dengan nada pelan dan hampir tidak terdengar.

Kaguya melihat lembaran kertas yang paling atas. Di kertas tersebut tertulis nama salah satu murid yang ada di kelas tersebut.

"Nama: Shimura Shin(OC), Hobi: Berenang dan main basket. Cita-cita:-" Kaguya membaca dengan pelan setiap tulisan yang ada di kertas tersebut. Tapi dia langsung menghentikan bacaannya saat iris putihnya melihat kata-kata yang tertulis di bagian cita-cita.

TWITCH

"APA-APAAN INI?! MASA CITA-CITA JADI MURID SMP LAGI?!" Kaguya langsung berteriak dengan suara keras dan juga sebuah perempatan yang muncul di dahinya.

"..." Para murid yang ada di kelas tersebut tidak bergeming atau terkejut sedikitpun dengan teriakan tiba-tiba dari Kaguya barusan. Bahkan ekspresi mereka masih tetap seperti tadi.

"Hah... Hah... Hah..." Kaguya langsung menyingkirkan kertas yang tadi ia baca dengan nafas yang terdengar terengah-engah.

Setelah itu ia mengambil kertas selanjutnya dan kembali membacanya dengan perlahan. Kali ini dia tidak membaca nama murid dan langsung memfokuskan iris putihnya pada tulisan cita-cita yang berada di barisan akhir.

'Jadi arwah penasaran.' Ucap Kaguya dalam hatinya saat membaca tulisan yang berisi cita-cita. "MATI SAJA KALIAN... SUNGGUH MATI SAJA... KENAPA KALIAN HARUS HIDUP?!" Ucap Kaguya sambil memukul-mukul tumpukan kertas yang ada di depannya. Sepertinya wanita ini mulai frustasi akibat ulah para muridnya.

Tapi hal tersebut tidak membuatnya jera. Setelah berhasil mengatur nafasnya lagi, dia kembali menyingkirkan kertas yang barusaja dia baca kesamping meja dan membaca kertas selanjutnya.

'Aku tidak ingin jadi pengacara.' Ucap Kaguya dalam hatinya lagi saat membaca bagian cita-cita dari kertas selanjutnya.

TWITCH TWITCH

Kali ini dua perempatan muncul di dahi Kaguya. Wanita tersebut langsung berjalan kedepan meja sambil membawa kertas yang barusaja ia baca.

"KALAU BEGITU KENAPA DITULIS?!" Ucap Kaguya sambil meremas-remas kertas yang barusaja ia baca lalu membantingnya ke lantai kelas.

Para murid yang melihat kejadian tersebut masih tidak menunjukkan ekspresi lainnya.

Kaguya lagi-lagi harus menenangkan dirinya. Kali ini dia mengambil kertas yang barusaja ia remas-remas dan ia banting dari lantai lalu membukanya kembali dan menaruh di tumpukan kertas yang telah selesai ia baca.

Kaguya langsung mengambil kertas berikutnya dari kertas yang dikumpulkan muridnya barusan. Wanita cantik tersebut kembali membaca bagian cita-cita.

'Aku ingin lanjut ke Universitas-' Ucap Kaguya menggantung dalam hatinya saat membaca bagian cita-cita. 'Hah akhirnya ada juga jawaban normal.' Lanjut Kaguya dalam hatinya sambil menghembuskan nafas lega.

Setelah itu ia melanjutkan acara membacanya yang sempat ia gantung beberapa saat yang lalu.

'-khusus wanita agar aku bisa nyuri dalaman mereka.' Ucap Kaguya dalam hatinya saat melanjutkan bacaannya yang sempat ia gantung barusan.

TWITCH TWITCH TWITCH

BRAK

"DASAR MURID SINTING!" Teriak Kaguya dengan suara yang super keras sambil melemparkan meja guru yang ada di depannya. "KALIAN BENAR-BENAR CARI MATI!" Ucap Kaguya dengan bagian tepi mata yang terlihat mengeluarkan otot matanya. Mulut Kaguya yang saat ini terbuka lebar terlihat mengeluarkan asap dalam jumlah banyak dan gigi-gigi indahnya terlihat berubah menjadi taring semua.

Tiba-tiba semua murid yang ada di dalam kelas terlihat berdiri dari tempat duduknya masing-masing dengan pandangan yang masih tidak berubah.

Kesadaran Kaguya seolah kembali saat iris putihnya melihat para muridnya yang saat ini berdiri di tempat mereka masing-masing.

"Minna, kalian tahu apa yang harus kalian lakukan setelah melakukan kesalahan bukan?" Tanya seorang murid dengan surai hitam jabrik yang terlihat duduk di tengah kelas. Sepertinya pemuda ini adalah sang ketua kelas dari kelas tersebut.

Para murid yang lain yang mendengar ucapan pemuda tersebut langsung menganggukkan kepala mereka masing-masing seolah mereka sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan. Setelah itu, para murid yang ada di kelas tersebut terlihat membungkukkan badannya 90 derajat.

Wanita cantik tersebut terlihat kembali memasang pose anggunnya kembali saat iris putihnya melihat apa yang dilakukan para murid badungnya.

'Sepertinya mereka masih mengerti tata krama.' Ucap Kaguya dengan nada lembut dan juga pandangan Kaguya juga ikut berubah lembut.

"SEKARANG MINNA!" Ucap sang pemuda bersurai hitam yang tadi bersuara.

Setelah itu, para murid yang ada di sana langsung mengambil tas yang mereka taruh di dekat meja mereka dan keluar dari kelas tersebut. Beberapa murid ada yang keluar dari jendela. Sementara para murid yang lain ada yang keluar meninggalkan kelas lewat pintu. Dan dalam beberapa detik saja para murid yang ada dihadapan Kaguya telah hilang dari hadapannya.

Kaguya yang sadar telah dikerjai langsung kembali memasuki mode iblisnya.

"DASAR MURID KURANG AJAR!" Teriak Kaguya dengan suara keras bukan main. Setelah itu dia keluar dari dalam kelas sambil membawa setumpuk kertas yang tadi dikumpulkan oleh para muridnya.

"Dasar murid sinting..." Ucap Kaguya dengan nada pelan sambil berjalan menuju kantor guru.

Sementara itu di kantor kepala sekolah...

"Tsunade sama, apakah ini tidak apa-apa?" Tanya Shizune pada Tsunade yang saat ini sedang duduk di kursinya seperti sebelumnya.

"Biarkan saja." Jawab Tsunade dengan nada cuek. "Jika mereka bisa bertahan disana, berarti mereka memang benar-benar memiliki niat mengajar yang kuat." Lanjut wanita cantik dengan surai kuning pucat tersebut dengan nada yang sama.

'Hah, bilang saja jika anda hanya ingin mempermainkan mereka berdua.' Ucap Shizune dalam hatinya setelah mendengar jawaban Tsunade barusan.

TBC

Sekali lagi, jangan lupa tinggalkan dukungan kalian dalam bentuk review setelah membaca fic ini. :D

Akuma no Phoenix say, see you in another story, minna.