Promise

By : swagcookies

[ TauGem Brothership x Angst x Family ]

Dibalik kuatnya seorang Taufan dalam menghadapi sesuatu, ada adik kecil yang rentan, rapuh, dan lemah menyemangatinya tiap saat. Saat itulah, Taufan berjanji untuk membahagiakannya dan kabur dari sebuah penjara.

.

Happy Reading n Enjoy!

.

Terkadang bagi Taufan, dunia kejam dan tak adil padanya.

Semua yang ia punya, menghilang dan pergi jauh darinya. Rasanya hampa, hati berdenyut ngilu saat mengenang kembali kenangan yang sudah tertinggal. Ia menginginkan kembali kasih sayang orangtuanya. Ia ingin senyuman dan pelukan bunda yang menenangkan, ia ingin senyuman dan kata-kata Ayah yang menyemangati dirinya. Tapi semuanya tiada.

Masa kecilnya tak sebahagia anak yang lainnya. Taufan iri. Temannya sering bermain bola, mobil mainan yang keren, jalan-jalan keliling kota. Tapi, Taufan hanya diam melihat itu semua.

Rumah yang biasanya selalu diselimuti canda tawa dan kehangatan, kini dingin menusuk dan senyap tak bersuara. Dimana selalu ada sosok bunda yang menjaga kerapian rumah, kini hampa dan tak terawat. Dimana selalu ada sosok Ayah yang duduk manis diruang tamu sembari bersantai, kini hanya bayangan dan berantakan.

Malam adalah waktu yang mengerikan bagi Taufan. Pada saat itulah ia disiksa. Suara kecilnya berteriak minta dihentikan. Ia menangis keras pun siksaan itu tak berhenti sampai si pelaku—Ayah tiri, Gamma—puas.

Terkadang suara pilu nya terdengar, tetangga bertanya pada Gamma apa yang terjadi didalam rumah. Gamma menjawab dengan penuh kepalsuan. Ia pandai membuat alasan hingga tetangga pun mudah percaya.

Bekas luka, memar dan lecet selalu terlihat di wajah dan tangannya. Ketika ia bersekolah, ia harus mengenakan pakaian tertutup agar lukanya minimal tak terlihat. Walau beberapa guru juga teman-teman melihat kondisinya dan otomatis bertanya, Taufan hanya menjawab, luka ini hanya bekas jatuh.

Taufan pernah berniat untuk kabur, tapi sepertinya Gamma sudah menyiapkan segalanya. Gamma sudah menutup jendela belakang rapat-rapat dengan kayu, CCTV yang bersarang disudut ruangan, pintu pagar menjulang tinggi dan ancaman paling kejam yang pernah Taufan dengar, ia akan menghancurkan seisi rumah dan melenyapkan adik kecilnya, Gempa.

Taufan takut untuk mengatakan yang sebenarnya pada orang lain ketika ia sedang berada diluar rumah. Gamma selalu mengancamnya dengan tajam. Taufan tak bisa berkutik, apalagi melawan jika Gamma mengancam apapun yang buruk pada Gempa. Maka, Taufan terpaksa menurut. Demi adik kecilnya aman dan baik-baik saja.

Tapi sebenarnya, adiknya tak bisa dikatakan baik-baik saja.

Penyakit leukemia yang diderita sejak umur 3 tahun, masih bersarang dan berkembang tiap waktu. Wajahnya pucat, kurus tak terawat sebab Gamma yang tak pasti untuk memberikan makanan. Gempa selalu merasa pusing, dan ketika Gempa mendapat luka, luka itu tak langsung menutup. Butuh waktu yang sangat lama dibanding orang normal.

Gempa berhenti sekolah, terpaksa. Sebab warisan yang ditinggal kedua orangtuanya ludes dihabiskan Gamma untuk berfoya-foya dan berjudi. Taufan dan Gempa dengan inistaitif sejak dini—sebelum Bunda dan Ayah meninggal—sudah menabung ditempat tersembunyi yang pastinya mereka yakin Gamma tak akan menemukannya.

Taufan bekerja paruh waktu sepulang sekolah di Kedai Kokotiam Tok Aba. Sekedar mengantar pesanan dan koko kerumah pelanggan. Ini bermanfaat karena ia mendapatkan uang simpanan dan pegangan. Dapat ia tabung kembali untuk biaya pengobatan Gempa. Karena, jika ia mengandalkan uang—yang tak halal pula—dari Gamma, ia tak akan bisa mengumpukan uang dengan cepat dan banyak. Gamma begitu boros dan pemalas. Ingin hasil yang instan.

Sayangnya, suatu hari, Gamma melintas didepan Kedai Kokotiam Tok Aba dan ia tau, Taufan bekerja disana. Setiap Taufan pulang, Gamma selalu berada diruang tamu untuk memalak hasil usahanya. Dan kembali keluar rumah untuk berfoya-foya.

Taufan yang masih kecil, mana mengerti kenapa sifat Ayah tirinya berubah drastis. Sesudah Ayah kandungnya meninggal karena kecelakaan, Bunda berniat baik untuk mencari sosok Ayah yang akhirnya menemukan Gamma—seorang mantan mafia yang sudah bebas dan tak melakukan kejahatan selama 7 tahun—dan akhirnya menikah kembali.

Saat Bunda masih ada, Gamma sangat baik dan lembut. Tapi setelah Bunda meninggal karena sakit, Gamma jadi kasar, pemarah, pemabuk dan pemeras uang. Gamma sering memukul Taufan, mengurung Gempa dikamar agar Gempa tak mengatakan keadaan sebenar pada orang lain.

Adik kecilnya yang begitu rentan, rapuh dan lemah. Adiknya juga merasakan ketakutan yang sama. Adiknya juga merasakan kepedihan dan ingin terbebas dari sana. Namun, Gempa berusaha selalu memberikan senyuman lembut dan pelukan hangat ketika Taufan butuh. Rasanya seperti dipeluk Bunda dan melihat senyuman Ayah. Disaat itulah, Taufan kembali kuat. Niatnya yang ingin membawa Gempa pergi dari sini semakin besar dan bersemangat.

"Kak Taufan belum tidur? Sakit ya, punggungnya?"

Suara kecil Gempa membuat Taufan berkedip diantara tatapannya yang redup. Sadar bahwa sang adik memanggilnya, Taufan yang terbaring disebelah Gempa tersenyum dan memeluknya erat sembari tersenyum lebar. Ia menggeleng pelan dan mengusap surai hitam Gempa.

"Enggak, kok. Enggak sakit, kan udah Gempa obati." Jawab Taufan lembut. Jemarinya tak henti menyisir rambut Gempa yang sedikit berantakan.

Beberapa jam yang lalu, Gamma membentak dan marah saat uang yang Taufan dapat sedikit jumlahnya. Padahal, Gamma berharap Taufan membawa uang yang banyak. Gamma lantas memukul Taufan—yang membelakangi dirinya—dengan rotan kayu. Taufan mengerang kesakitan sembari menangis. Ingin berteriak, tapi Gamma mengancamnya lagi.

Ia masuk kamar dengan tertatih dan sedikit membungkuk. Lalu membuat wajah baik-baik saja dihadapan sang adik sembari tak henti-hentinya mengatakan, kakak tidak apa-apa, kok.

Gempa lekas mengobati punggung kakaknya yang membiru dan lecet. Hanya bermodal plester warna-warni,tapi tak apa. Taufan juga merasa lebih baik. Walau pastinya, rasa nyeri, perih dan sakit masih ada.

Gempa menatap wajah kakaknya yang penuh lebam dengan ragu. Tatapannya masih khawatir.

"Serius, kak? Tadi aku dengar suara rotan keras banget, lho."

Taufan tersenyum kecil, adiknya ini begitu mengkhawatirkan dirinya. Lantas Taufan menatap wajah adiknya dan tersenyum lebar. "Apa kakak terlihat kesakitan, hm?" katanya sembari mencubit pelan pipi adiknya.

Gempa tertawa kecil, ia menggeleng. "Kakak kuat, ya, ternyata. Seperti di komik superhero itu! apa kakak seorang superhero?" iris mata emas itu berbinar-binar menatap Taufan.

Taufan tertawa, "Iya. Kakak superhero kamu, adik kecil."

"Whoa, hebat! Kalau begitu, aku juga mau jadi superhero buat kakak, ya!"

Taufan tersenyum lebar, ia mengacak-acak surai hitam Gempa dengan asal. "Iya, jadi seorang superhero itu, harus kuat."

Gempa mengangguk mantap. "Um! Gempa mau jadi kuat! Mau—Ugh.."

Taufan menatap cemas pada sang adik yang tengah meringis sakit, "A-ada apa? pusing lagi, ya?"

Gempa mengangguk samar, ia memejamkan mata sejenak dan menyenderkan kepala pada bahu sang kakak. Taufan hendak bangkit, mengambil sirup obat untuk Gempa, namun tangan mungil Gempa menahannya dan menatap Taufan sayu.

"Gak apa-apa, kok, kak. Yuk, tidur saja. Besok 'kan kakak harus sekolah." Katanya sembari tersenyum lemah. Taufan menatap tak tega, tapi Gempa lebih memaksanya untuk tetap tinggal. ia menghela napas dan memeluk adiknya kembali.

Taufan tau, adiknya kian lama makin melemah sebab tak mendapatkan perawatan yang intensif. Semakin hari, Gempa seperti bunga yang tak sanggup untuk membayangkan kedepannya jika Taufan tak berhasil membawa Gempa pergi dari sini. Jika bisa, mungkin adiknya sudah berkata 'aku menyerah.' Padanya. Tapi Taufan tau, adiknya juga ingin menguatkan dirinya sebaik mungkin, lalu berjuang bersama.

Bagi Taufan, kenangan yang tersisa pada rumah sederhana ini adalah Gempa. Taufan ingin menjaganya dan Taufan takut kehilangan untuk sekian kalinya. Setiap malam, setelah penyiksaan usai, Taufan berdoa pada Tuhan sembari menangis tertahan. Ia ingin Gempa baik-baik saja dan sehat kembali. Hanya itu saja.

Satu permintaan Gempa yang selalu Taufan ingat, bahwa Gempa ingin melihat bintang-bintang juga kembang api yang indah dimalam hari. Singkatnya, Gempa ingin melihat dunia luar setelah 2 tahun menetap terus-menerus dirumah. Adiknya itu hanya dapat mendengar suara kembang api dari luar, tapi Gempa sudah merasa senang.

Pun, sia-sia juga Taufan membawa Gempa keluar rumah saat malam tahun baru, atau festival lain—dimana banyak kembang api disana—karena Gamma selalu mengunci rapat-rapat rumah dan kamarnya.

"Bertahan sebentar lagi, ya, Gempa. Kakak pasti bawa kamu pergi dari sini. Kita akan melihat bintang yang terang dan kembang api yang indah, kakak janji."

.

.

.

Halo gais. /wink

Aku balik sama ffn baruuu huaahahaa /tawa jahad

Maaf bangeeeet, ffn protector aku undo dulu. Soalnya ada ide lain yang melintas. Jadi aku ubah dulu yaa! Setelah ffn ini tamat, nanti auto publish Protector kok. Masih sama, Kingdom AU juga ;3

Untuk ffn ini, mohon maaf ya, author sedikiiiiit menyiksa Taufan dan Gempa /disengat hali. Huhuhu, Gatega sebenarnya, tapi yasudah yuk belajar tega. /ha. Jika ada peristiwa Taufan dan gempa yang salah bertindak dan tak sesuai harapan, harap maklum ya. Mereka berdua masih terbilang sangat dini untuk bertindak adil dan benar /ugh

Nah, hari ni juga bertepatan dengan hari raya iedul fitri. Mohon maaf lahir batin kalian semua yaa yang menyayangi saya, /plak. Maapin author masih rada n00b. tapi aku berusaha sebaik mungkin buat kalian, apasi yang engga buat kamyu /ditebas hali

Terimakaji yang sudah mampir dan memberikan review. Aku cinta kalian mwa /flying kiss. Sampai jumpa kembali di next chapter!