Disclaimer: Haikyuu milik Haruichi Furudate.

Warning: Typo bisa ada di mana saja, mungkin ooc, sedikit bahasa kasar dan nganu.


Tugas Apa Ini?

"Yang belum mengumpulkan tugas, tolong segera menghubungi guru yang bersangkutan. Yang terlambat apalagi sengaja tidak mengerjakan, siap-siap dapat konsekuensinya masing-masing. Terimakasih"

Mampus, Oikawa ditagih tugas dua bulan yang lalu.

Sejak awal pandemi Corona, semua sekolah ditutup dan proses bembelajaran dilaksanakan secara daring. Tugas tinggal dikirim guru melalui grup chat, murid hanya perlu mengerjakan dan mengumpulkannya sesuai arahan masing-masing guru. Tidak adanya pengawasan guru seperti di sekolah membuat sebagian murid dapat bebas berleha-leha mengabaikan tugasnya. Hingga penghujung semester tiba dan guru mulai menagih tugas, datanglah rasa penyesalan yang dahsyat.

Termasuk Oikawa yang kini kalang kabut mencari file tugas Bahasa Indonesia yang sudah jauh tenggelam oleh ribuat chat di grup kelas. Obrolan yang dulu biasa ia baca sekilas saja kini dia coba baca satu-persatu. Sinting! Di era penuh kemudahan ini ia melupakan fitur bernama search. Oikawa baru sadar setelah menghabiskan 30 menitnya hanya untuk membaca perdebatan teman-temannya mengenai keunggulan sekte aliran bubur diaduk dan tidak diaduk. (Tak perlu berdebat, Oikawa yang paling tahu kalau keestetikaan bubur tidak diaduk sudah paten. Tidak bisa diganggu gugat. Titik. (tidak menerima kritik)) Mencoba mencari obrolan dengan kata kunci 'indo' akhirnya ia menemukan file tugas yang telah ia campakan selama kurang lebih dua bulan.

Sip! Ambil buku cari pena, hp ditangan soal pun dijawab.

Selesai! Simpan buku tutup pena, hp ditangan kamera menyala.

Cekrek!

Fyuh... Tugas selesai, waktunya menyantai–

Belum.

Terlalu dini untuk Oikawa benapas lega, puncak dari seluruh perjuangan ini adalah menyerahkan hasil bertugasnya kepada sang guru. Oh tunggu. Boro-boro punya kontaknya, detik ini pun Oikawa masih berusaha mengingat-ingat nama guru Bahasa Indonesianya. Maklum, 2 bulan tidak sekolah, memori otaknya yang berkapasitas rendah dan berjangka waktu pendek tak sengaja mendelete folder tugas dan folder nama guru. Tiba-tiba ada yang bergetar, tapi bukan dari notifikasi masuknya chat doi. Perutnya bergetar, hingga akhirnya meletus kentut besar, DOR! Baunya sangat kacau~ Sebelum mahkluk tuhan yang paling seksi ini semakin nista, Oikawa bergegas menyelesaikan masalah perutnya di wc.

Setelah bertapa di wc, samar-samar ia mulai mengingat nama guru bahasa Indonesianya. Otak Oikawa berhasil membackup nama sang guru walau tidak sepenuhnya. Kini ia membombardir seluruh chat teman dan grupnya untuk menanyakan kontak sang guru. Beberapa selang kemudian ramai notifikasi muncul dari grup anak-anak voli sekolahnya.

"Murid gak ada ahklak, manggilnya Pak Ushibaka dong."

"Kamu mau ngajak gelut Pak Ushijima?"

"Atau mau ngajak sesuatu pake nanya-nanya kontaknya segala?"

"Ngajak yang mantap-mantap."

"Mattsun geblek awowkaowkoawoak."

Buru-buru Oikawa meluruskan maksud dari chat nya. Bukan bermaksud menjadi murid durhaka, maupun mengajak duel, apalagi mengajak mantap-mantap (amit-amit sumpah). Ia hanya butuh kontak Pak Ushiwaka (bukan Ushibaka, harap maklum backup memori otaknya sedikit tidak mulus) untuk menyerahkan tugas yang telat dia kerjakan. Setelah itu, akhirnya salah satu rekannya memberi kontak sang guru.

"Semoga chatnya manjang ya."

"Semoga langgeng ya."

"Semoga malam pertamanya lancar ya."

"Semoga segera diberi momongan ya."

Terimaksih untuk doa-doanya, teman. Tapi sayang Oikawa menolaknya mentah-mentah. Dari pada membuang tenaganya untuk sekedar membalas doa laknat kawan-kawannya, Oikawa lebih baik mengumpulkan keberaniannya untuk memulai percakapan pada Pak Ushiwaka. Deg-degan membayangkan sanksi apa yang akan diberi guru akibat keterlambatannya. Salah Oikawa mengabaikan tugasnya, tentu ia harus menerima segala konsekuensi dari kelalaiannya. Dan akhirnya, dengan mantap, Oikawa mulai membuka percakapan.

"Selamat siang pak, maaf mengganggu. Saya Oikawa Tooru dari kelas XII IPA, saya hendak mengumpulkan tugas. Maaf atas keterlambatannya pak, saya terima apapun konsekuensinya. Saya kirim tugasnya disini atau di drive, pak?"

Dag-dig-dug hati Oikawa, rasanya udah kayak coba ngechat doi yang lagi ngambek. Tapi bedanya kali ini ia takut dengan masa depan nilainya, bukan masa depan hubungan kita gimana. Tuh kan jadi baper. Masih deg-degan, rupanya chat Oikawa sudah dibaca Pak Ushiwaka. Kemudian muncul tulisan sedang mengetik, dan Tring!

"Siang. Silahkan langsung kirim foto tugas yang sudah dicatat di buku tulis, kirim saja disini."

Dengan segera, ia kirim tugas yang sudah difotonya tadi. Jari-jarinya kembali mengetik sembari menebak-nebak sanksi yang akan dihadapinya. Akankah dirinya dapat bonus puluhan soal cantik? Nilai dibawah KKM? Tidak! Urutan nilai cantik dari 5 semester kemarinnya akan hancur! Atau jangan-jangan kolom nilainya akan dikosongkan? Memikirkannya saja sudah membuat Oikawa hampir menitikkan air mata bombaynya.

Hendak menanyakan konsekuensi yang akan dihadapi, namun belum juga rampung diketik, Pak Ushiwaka sudah mengirim pesannya duluan.

"Dan sekalian kirim foto kamu sedang memegang tugasnya."

Hah?

Oikawa cengo didepan layar hpnya. Sesaat berpikir keras meneliti maksud pesan yang baru dikirim gurunya itu. Kemudian teringat akan obrolan teman-teman di grup voli yang pernah membahas tugas sekolah. Beberapa guru meminta foto diri dengan buku catatan sebagai bukti murid mengerjakan tugasnya sendiri, bukan oleh orang lain. Sedikit terdengar kekanak-kanakan mengingat mereka sudah jadi siswa SMA, lain halnya bocah SD yang masih perlu diawasi orang tua. Menurut Oikawa sendiri pun cara itu kurang efektif karena masih bisa dimanipulasi. Namun tidak ada salahnya meminta bukti, bukan?

Tanpa pikir panjang Oikawa segera berpose di depan kameranya. Tangan kirinya memegang buku sambil membentuk tanda peace, tak lupa senyuman manis bikin najis kalau kata Iwaizumi. Tak perlu filter atau pun edit, ketampanannya sudah alami tanpa campur tangan editting.

Hendak mengirim foto wefienya bersama buku, teringat draft pesan yang tadi belum sempat selesai diketik. Pesan dikirim terlebih dahulu yang kemudian disusul dengan foto dirinya. Gabut betul si bapak, pesan Oikawa langsung centang biru. Tulisan sedang mengetik terpampang agak lama, Pak Ushiwaka pun membalas.

"Untuk yang tidak mengerjakan sudah pasti saya beri nilai dibawah KKM. Bagi yang mengumpulkan telat tetap saya terima pekerjaanya, walau nilai seadanya tapi saya pastikan lebih dari KKM."

Oikawa sujud syukur. Setelah berterimakasih dan memberi salam, Pak Ushiwaka langsung offline dalam sekejap. Tugas selesai. Urusannya dengan si bapak tuntas. Nilai dan nyawanya sudah aman. Dengan bahagia, lengkap diiringi wajah sumringah idiotnya, Oikawa melempar hp dan tubuhnya pada kasur (yang kemudian hpnya terpental ke lantai) Dering notifikasi terdengar kembali, sambil mengusap layar yang kini retak, chat grup voli yang tadi diabaikannya lantas dibuka. Ah, akhirnya Iwa-chan menampakan dirinya di grup.

"Ampaskawa baru ngumpulin tugas indo juga? Aku baru ada kuota, baru bisa ngumpulin barusan. Syukur bapak diem aja."

Cie yang sama-sama baru ngumpulin, memang kuat ikatan batin duo sejoli ini. Oikawa ceritakan kembali kisah perjuangan dirinya melewati berbagi cobaan mulai dari mencari file tugas yang tertimbun sejak 2 bulan lalu, hingga tragedi retaknya layar handphone kesayangannya. Tak lupa ia tanya bagaimana pose bergaya Iwaizumi saat disuruh selfie bersama buku catatan. Oikawa yakin Iwaizumi yang tak terbiasa berada di depan kamera akan selfie sambil malu-malu kucing garong menyembunyikan wajah garangnya dibalik buku, membayangkannya saja sudah bikin geli perut. Tapi yang pertama merespon justru dua mahkluk laknat kelewat gabut itu.

"Foto buku catetan aja pake gaya2an, situ mau ngirim tugas atau mau nganu?"

"Makki ikutan geblek sekarang wkwk."

"Aku tebak. Oikawa pasti malah ngirim selfienya bukan catetannya."

"Bukan main, guru pun diembat jadi sasaran keganjenan Oikawa. Bosen sama ciwi-ciwi sekolahan bos?"

Suudzon betul teman-temannya, untung Oikawa sayang. Ia bersumpah bahwa ia mengirim dahulu foto catatan yang kemudian disusul foto selfienya. Bukan untuk cari perhatian tapi memang diminta, sebagai bukti nyata dirinya yang mengerjakan.

"Aku gak disuruh tuh."

Pesan terakhir dari Iwaizumi membuat grup hening seketika.

Tidak ada lagi balasan chat dari Oikawa maupun Matssun Makki.

Keringat dingin membasahi wajah. Pikirannya kabur kemana-mana, mencari alasan logis Pak Ushiwaka meminta selfienya. Iwa-chan yang telat mengumpulkan saja tidak diminta, maka alasan 'sebagai bukti mengerjakan' perlu dibuang jauh-jauh.

Mentok.

Otak Oikawa korslet. Wajahnya full merah padam. Hp yang digenggamnya mulai berisik. Tanpa melihat pun Oikawa sudah tahu pasti itu notifikasi dari grup voli yang tengah meributkannya.

Kini hpnya benar-benar dibanting ke lantai.

"Wah gawat, Oikawa sudah mulai diincar oleh guru."

"Code red! Code red!"

"Berita panas untuk awal masuk sekolah."

"Selamat Oikawa, karena telat ngumpulin tugas, bapak dapat kesempatan."

Alien, tolong culik Oikawa sekarang juga. Pengen ilang dari bumi katanya.


Omake:

Paginya, Iwaizumi tiba-tiba mendapat pesan.

"Nak Iwaizumi, tolong kirimkan juga foto kamu sedang memegang bukunya untuk bukti mengerjakan tugas. Maaf baru bilang sekarang, kuota bapak keburu habis kemarin."

Waduh, yang dibilang si ampas benar ternyata.

Teringat keributan kemarin di grup, Iwaizumi jadi merasa bersalah sudah menyebabkan fitnah dan suudzon pada bapak serta menyebarkan kesalah pahaman besar pada Oikawa. Setelah mengirimkan fotonya pada Pak Ushiwaka, ia harus segera mengklarifikasi perihal kasus 'kirim selfie ke Pak Ushiwaka' ini.

Tring!

Ushijima segera memeriksa notifikasi tersebut. Salah satu muridnya sudah mengirim foto selfie, berpose tegap di depan cermin, buku catatan dipegang di tangan kiri. Yah, dibanding dengan gaya foto-foto muridnya yang lain, Iwaizumi memang tampak lebih kaku berada didepan kamera.

Senyuman Ushijima kembali terulas kala mengingat selfie manis salah seorang muridnya yang memegang catatan sembari memberi tanda peace.


-End-


Catatan seorang kuaci: Halo! Acikuaci disini! Bahas dikit soal inspirasi, cerita ini diambil dari pengalaman teman sendiri (yang kemudian ditaburi bumbu imajinasi) Doi curhat karena telat kirim tugas malah sekalian disuruh ngirim selfie diri (bersama buku tulis), katanya jadi agak ngeri. Harus pikir positif itu dipakai buat bukti ngerjain tugas sendiri.

Sekian tulisan Aci. Semoga terhibur walau sedikit. Sampai jumpa lagi di karya lain!