It's Love

A fanfic by Rawna

.

Disclaimer : Naruto (Masashi Kishimoto)

HS DXD (Ichie Ishibumi)

.

Warning : OOC, Typo and New Author!

Enjoy it!


Suasana siang itu tampak sepi saat Naruto pulang dari sekolah. Anak kecil bermata biru azure itu bingung, karena biasanya saat ia pulang ke rumah, mamanya pasti akan berada di luar merawat tanamannya sambil menunggunya pulang. Mamanya bukan seorang wanita yang manja, ia wanita yang cantik, ceria dan selalu penuh semangat.

Hanya saja hari ini semua terasa berbeda. Ralat, sebenarnya dari tadi pagi semua sudah terasa aneh. Naruto merasa resah, sebuah perasaan yang mengganjal dihatinya. Perasaan takut yang tak bisa ia ungkapkan. Meskipun tadi pagi ia dan keluarganya masih melakukan sarapan bersama seperti biasa, tapi Naruto merasakan perasaan buruk yang akan terjadi.

Langkah kaki anak kecil berseragam sekolah dasar itu melambat ketika ia sudah masuk ke dalam rumah. Naruto menemukan Iruka, pelayan keluarga Namikaze yang sudah Naruto anggap seperti paman sendiri sedang berdiri mematung di depan kamar utama. Itu kamar orang tuanya. Situasi tak nyaman ini membuat Naruto tanpa sadar menelan salivanya secara kasar, entah kenapa firasatnya semakin tidak enak.

"Tuan Muda," Panggilan Iruka menyadarkan Naruto, anak kecil itu mendongak. Mata birunya bertemu dengan netra sang pelayan yang terlihat sembab tampak seperti sehabis menangis. Hal itu membuat jantung Naruto seakan berdetak lebih cepat, ribuan skenario buruk mulai menari-nari di dalam pikirannya.

"Tuan Muda... Tuan dan Nyonya...",

Naruto tidak bisa berpikir, ia langsung berlari ke arah kamar utama. Melemparkan tasnya ke sembarang arah dan mencoba masuk ke kamar utama. Tubuh kecil Naruto sempat terhalang Iruka. Namun, Naruto memberontak. Mencoba untuk melihat apa yang sedang terjadi di kamar utama.

"Tuan Muda, Jangan dilihat." Pelayan Iruka berbicara, mencoba memperingatkan Tuan mudanya supaya tidak melihat kejadian mengerikan yang ada di kamar utama.

"Tuan Muda, tolong Jangan dilihat!" Lagi suara Iruka memperingati Naruto terdengar. Namun, sang anak kecil enggan mendengar. Otaknya sedang tak menerima informasi lain, ia harus masuk ke dalam kamar utama untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Naruto ingin melihat kedua orangtuanya, membuktikan bahwa semua skenario sialan yang ada dalam otaknya hanyalah bayangan semata.

Namun, kenyataan selalu menyakitkan. Karena pada nyatanya, semua skenario yang terdapat di dalam otak sialannya ternyata benar-benar terjadi. Bahkan, ini merupakan skenario terburuk yang ada di dalam pikirannya. Tubuh Naruto menegang, anak kecil itu terduduk lemas ketika berhasil menembus pertahanan Iruka.

Disana, Naruto menemukan mayat kedua orangtuanya yang sudah memucat, disana terlentang dengan tangan saling bertautan.

Ini tidak benar

Semua ini pasti hanya mimpi

Orangtuanya tak mungkin meninggalkannya.

"Papa! Mama!" Teriakan Naruto menggema dalam kamar. "BRENGSEK!"

Mata biru azure itu terbuka lebar dan sosok Naruto bangkit dari tidur. Sialan! Mimpi itu lagi. Naruto berdecak kesal. Padahal ini sudah sepuluh tahun berlalu, namun mimpi itu masih terus terbayang dalam hidupnya. Kebusukan mahluk supernatural yang membuat Naruto harus merasakan kepedihan waktu kecil. Naruto mengaca-acak rambut pirangnya sembari menggerutu kesal. Matanya melirik jam weker seketika melotot.

"Holyshit!"

Naruto langsung melempar selimut dan bantal saat netranya menangkap angka yang ditunjuk oleh jarum jam. Hari ini ia harus sekolah. Seharusnya ia mengajak Iruka untuk tinggal di Kuoh, agar ia tak terlambat bangun seperti ini. Padahal ini baru enam bulan sejak ia pindah, tapi Naruto sudah sering terlambat, bisa-bisa Naruto dikeluarkan dari Kuoh academy. Sebenarnya Naruto bisa saja daftar di sekolah yang lain. Hanya saja ia terlalu malas untuk melakukannya.

Lima belas menit kemudian, Naruto sudah keluar dari kamar mandi dan bergegas memakai seragamnya. Tak ingin banyak waktu yang terbuang, Naruto meraih tas nya lalu bergegas keluar rumah. Untuk hari ini ia terpaksa memakai jasa taksi. Beruntungnya Naruto segera mendapat taksi, sehingga ia bisa menghemat waktu yang ada.

Selama berada di taksi, perasaan Naruto tidak tenang. Berulang kali dia menengok ke arah jam tangan yang ia bawa untuk memastikan bahwa kalau ia datang tidak melebihi waktu yang di dijadwalkan. Ingin rasanya Naruto menggunakan teleport untuk sampai di Kuoh academy, tapi yang ada malah ia akan menjadi pusat perhatian karena menggunakan sihirnya. Dan lagi, Naruto tak mau berurusan dengan dua Klan iblis yang ada di Kuoh ini. Cukup berteman saja, hanya teman biasa tak lebih dari itu.

Setibanya di tujuan, Naruto berlari kecil menuju gerbang utama Kuoh Academy. Naruto kembali melihat jam tangan nya dan mendesah lega ketika melihat jam belum menunjukkan pukul delapan.

"Hampir telat lagi? Namikaze-kun."

Sebuah suara menerpa telinga Naruto membuat pria itu menoleh. Matanya menatap ke arah Sona Sitri, Iblis sekaligus ketua OSIS di Kuoh Academy ini. "Aku rasa itu bukan hal yang buruk Kaichou."

"Seharusnya kau mengurangi kebiasaan mu ini Namikaze-kun. Hampir terlambat selama 99 kali merupakan suatu hal yang buruk."

"Wah, tak kusangka kau mau repot-repot menghitungnya." Kata Naruto sambil terkekeh pelan. "Tapi Kaichou, seharusnya kau juga memperhatikan bahwa aku hanya hampir terlambat bukanya sudah terlambat"

"Berdebat dengamu hanya akan membuang waktuku," Sona memutar matanya malas. "Cepat masuk ke kelasmu Namikaze-kun."

"Ha'i Kaichou."


Sampai dikelas Naruto lalu menghempaskan tubuhnya ke kursinya. Duduk di bangku paling belakang dengan jendela disisi kirinya merupakan tempat yang paling Naruto dambakan. Karena Naruto bisa melihat aktivitas-aktivitas siswa lain pada saat bosan memperhatikan pelajaran. Seperti saat ini, rasa kantuk kembali menyerah Naruto membuat pria itu menguap. Lalu perlahan mulai meletakkan kepalanya ke meja mencoba untuk terlelap.

"Bisakah kau hentikan kebiasaan mengantuk mu itu Naruto." Naruto melirik ke arah Issei yang duduk di meja sebelah. "Bisakah kau tak mengganggu waktu indah ku Issei. Oh ya, katanya ada siswa baru? Dimana siswa baru nya?"

"Belum datang mungkin, entahlah aku sendiri kurang paham. Tapi rumornya dia sorang yang cantik. Dan lagi ia mempunyai tubuh seindah Buchou dan Akeno-senpai. Bukankah itu sebuah keajaiban Naruto. Mungkin saja dia akan menjandi pesaing dari Ake-"

"Stop it Issei" Naruto menyela perkataan Issei yang sudah menjerumus ke arah hal mesum. Tak heran memang jika Issei dijuluki sebagai musuh dari para wanita di Kuoh Academy ini. Terlebih lagi setelah di reingkarnasikan menjadi Iblis oleh klan Gremory. Bukanya berkurang, kadar kemesuman seorang Hyoudou Issei malah justru bertambah.

Melihat Issei yang tak henti-hentinya berbicara tentang betapa cantiknya siswa baru itu membuat Naruto merasa lapar. Persetan dengan pelajaran, Perut nya kini sudah tidak bisa diajak kerja sama. Segera Naruto berjalan keluar kelas meninggalkan Issei yang masih terus berceloteh hal-hal yang berbau mesum.

Begitu sampai di kantin, Naruto langsung melesat menuju antrian. Mata biru Naruto menagamati keadaan kantin, cukup sepi karena sebentar lagi jam pelajaran akan berlangsung. Setelah mendapatkan sandwich pesanannya, Naruto berjalan meninggalkan kantin. Ia tak suka sarapan ditengah keramaian, sarapan ditengah keramaian seperti ini membuat Naruto seakan teringat kepada kedua orangtuanya yang telah tiada.

Disinilah Naruto berada, tepat di atap sekolah. Tepat favorit Naruto selama berada di Kuoh Academy. Dulu waktu masih menjadi siswa di salah satu negara di Eropa, Naruto tak memiliki akses untuk ke atap. Hal itu membuat Naruto kesal, dan akhirnya membuatnya memutuskan untuk pindah ke Kuoh Academy. Ketika Naruto baru saja akan membuka bungkus sandwichnya, kesialan kembali lagi menimpa Naruto. Sandwich yang akan ia makan harus jatuh ke lantai karena terseret angin yang cukup kencang.

Luar biasa!

Untuk pertama kalinya Naruto merasa kesal karena angin. Padahal biasanya ia selalu menikmati angin yang berhembus. Namun setelah kejadian ini, rasanya Naruto akan mengutuk angin. Dengan kesal Naruto mengambil sandwich yang terjatuh di lantai. Lalu menginjaknya berkali-kali hingga membuat sandwich hancur.

Satu kali

Dua kali

Tiga kali

Saat akan menginjak sandwich untuk yang keempat kalinya, ia akan mengeluarkan sedikit tenaganya sambil menyalurkan rasa kesal. Sayangnya tindakan Naruto justru membuatnya mendapat kesialan lagi. Sisa sayuran yang ada di sandwich membuat Naruto terpeleset kehilangan keseimbangan. Double shit!

"Demi Tuhan yang telah meninggalkan ciptaannya! Kenapa harus sial seperti ini sih!"


"Setelah mimpi mengerikan itu lagi, lalu hampir terlambat dan sekarang tidak ada sarapan! Hebat sekali Naruto!"

Gabriel yang baru saja ingin melihat pemandangan dari atap Kuoh Academy tampak menoleh ke kanan dan ke kiri karena mendengar berbagai umpatan yang keluar dengan lancar dari mulut seorang pria.

Hari ini pertama kalinya Gabriel masuk ke Kuoh Academy. Setelah beberapa milenia mengamati kegiatan manusia dari Heaven, Gabriel ingin melakukan aktivitas seperti manusia pada umumnya. Meskipun Gabriel harus meminta izin terlebih dahulu kepada pihak Iblis, tapi tidak apa-apa. Yang terpenting kakaknya atau Michael yang menjabat sebagai pimpinan di surga mengizinkannya.

Malaikat bersurai pirang itu berjalan secara perlahan menuju pintu yang menuju ke atap. Gabriel membuka sedikit, mengintip dari balik pintu. Matanya menemukan sesosok pria dengan rambut pirang indah senada dengan miliknya itu sedang duduk sambil mengumpat menahan kesal. Lucu rasanya jika Gabriel mendapati secara langsung manusia yang mengumpat.

Belum hilang senyum manis di wajah Gabriel, kini kejadian lebih menarik lagi terjadi. Dimana ketika pria pirang itu menginjak sandwich yang terjatuh. Namun sayang, bukan sandwich yang hancur tapi malah pria itu yang terjatuh. Astaga! Gabriel menahan diri untuk tidak tertawa. Baru hari pertama di dunia Manusia, ia sudah mendapatkan kejadian yang menarik. Senyum Gabriel semakin lebar saat mendapati suara perut pria itu yang meminta untuk di isi makanan.

Untuk sesaat Gabriel merasa ada yang berbeda dari Manusia itu. Ada energi suci bercampur dengan energi iblis. Ia pun memilih untuk terus mengamati dalam diam. Namun, tak lama kemudian Gabriel tersadar bahwa apa yang dilakukan nya ini sbeuah kesalahan.

Menguntit atau mengintip seseorang bukanlah suatu hal yang baik. Gabriel menggeleng pelan, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan. Baru pertama kali ini Gabriel menjadi aneh, dan se absurd ini hanya karena seorang pria. Ketika Gabriel memutuskan untuk masuk ke kelas. Gabriel teringat sesuatu, di dalam tasnya ia menyimpan sebuah bekal. Bekal ini Gabriel siapkan jika saja ada teman yang mengajaknya makan bersama. Bergegas Gabriel mengambil bekal di dalam tasnya lalu berniat untuk memberikannya kepada pria yang sekarang sedang tertidur itu.

Saat akan membuka pintu, gerakan Gabriel terhenti. Ia bingung kalau seandainya ia menyerahkan makanan ini, bukankah itu akan membuat pria itu curiga? Lalu bagaimana caranya? Gabriel terdiam sebentar lalu tersenyum senang. Dengan perlahan ia membuat lingkaran sihir kecil lalu memasukkan kotak bekalnya kedalamnya. Dengan pelan Gabriel mengarahkan lingkaran sihir itu menuju ke arah pria pirang yang sedang tertidur itu.

Berhasil!

Senyum kecil kembali menghiasi wajah malaikat tercantik di Heaven itu. Ada sedikit rasa senang ketika ia bisa membantu pria pirang unik itu.


Naruto berjalan dengan senang. Perutnya sudah terisi penuh dengan bekal yang tidak tahu darimana asalnya hingga bisa berada di tangannya. Tepat ketika ia bangun tidur, Naruto mendapati tangannya memegang kotak bekal tanpa pemilik. Tak peduli dengan pemilik atau pemberi nya Naruto memakan onigiri yang ada di dalam kotak itu. Untuk ukurang masakan Jepang. Naruto rasa ini sudah cukup enak. Naruto memakannya dengan lahap hingga habis tak tersisa.

Ah ya, ketika Naruto akan membereskan bekal itu, ia mendapati sebuah tulisan tertera di dalam kotak. Naruto mengerutkan dahi heran melihat nama yang tertulis di bekal itu. "Gabriel? Siapa Gabriel?"

Setelah sampai di ruang kelas Naruto mendapati seluruh pandangan siswa terpaku padanya. Namun, pada dasarnya Naruto yang bersikap tidak peduli, jadi itu semua hanya ia anggap sebagai angin lalu. Beruntungnya belum ada guru yang mengajar. Jadi Naruto tidak harus repot-repot berdebat.

Namun, saat Naruto ingin duduk di kursinya. Matanya bertemu pandang dengan seorang wanita cantik dengan rambut pirang indah duduk tepat di sebelah tempat duduknya. Padahal biasanya kursi itu di isi oleh Issei, teman mesumnya namun kini berubah menjadi wanita cantik.

"Maaf, Mulai hari ini aku akan duduk disini."

"Ehh!?"

Untuk sesaat Naruto terkejut, mengangguk pelan Naruto lalu duduk di kursi favoritnya. Seperti biasa, Naruto mengalihkan pandangannya ke arah luar hingga tidak menyadari bahwa wanita cantik itu kini sedang memperhatikannya.

"Apa kau sudah tahu namaku?"

Naruto menoleh ke arah siswa baru itu, ia sedikit bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh wanita bersurai pirang itu. Sedikit seringaian muncul di wajah Naruto.

"Gabriel."

Gabriel tampak terkejut, ia tidak tahu darimana pria itu mengetahui namanya. Padahal waktu Gabriel memperkenalkan diri di kelas tadi pria ini tidak ada. Apa mungkin pria ini tahu karena kejadian di atap tadi? Gabriel menggelengkan kepalanya pelan rasanya itu tidak mungkin.

"Darimana kau tahu namaku?" Tanya Gabriel heran. "Bukankah sewaktu aku memperkenalkan diri tadi kau tidak ada di kelas?"

Naruto menyeringai, sepertinya Gabriel masih belum membuka suara tentang insiden kotak bekal tadi pagi. Tapi tak apa, ini akan menyenangkan. Sedangkan Gabriel masih merasa heran. Ia lalu mencoba mengingat-ingat tentang rumor yang ada di kelas ini. Rumor tentang seorang siswa dengan hobi membolos dan tidur saat jam pelajaran berlangsung, Gabriel ingat sekarang. Mungkin dia Namikaze Naruto itu.

"Namikaze-kun?" Tanya Gabriel pelan, mencoba memastikan bahwa pria ini merupakan pria yang dimaksud.

"Naruto" Potong pria itu cepat.

"Baiklah Naruto-san."

Naruto mendesah malas, ia tak terlalu suka memanggil orang dengan suffiks seperti itu. "Naruto saja."

Gabriel menatap Naruto bingung. "Baik Naruto-kun."

"Hanya Naruto, Gabriel. Tidak usah memakai suffiks. Aku pindahan dari Eropa kau tahu, jadi rasanya susah jika harus seperti itu."

Gabriel mengangguk mengerti. "Oke Naruto."

Setelah melalui perkenalan-ralat perdebatan itu, Gabriel melangkahkan kakinya menuju kursi nya untuk bersiap mengikuti pembelajaran. Namun saat, Gabriel akan duduk. Sebuah suara milik pria yang baru saja berkenalan dengan nya itu terdengar.

"Untuk ukuran masakan Jepang, aku rasa onigiri masakanmu enak."

Gabriel melongo mendengar ucapan Naruto. Masakan yang enak? Memang tadi pada saat Gabriel akan berangkat ia terlebih dahulu membuat onigiri. Tapi kok Pria itu tahu? Lagi pula bekalnya tadi sudah ia kasih ke pria berambut pirang yang tertidur di atap. Eh!? Pirang? Gabriel lalu menoleh ke arah Naruto yang sedang menyeringai ke arahnya.

"Lain kali jangan menggunakan energi suci di daerah teritori iblis atau kau akan mendapatkan masalah besar."

Bisikan pelan dari Naruto membuat Gabriel semakin tak percaya. Gawat! Pria ini berbahaya. Belum apa-apa saja penyamaran nya sudah terbongkar. Sebaiknya Gabriel menghindari interaksi dengan Naruto.

Chapter 1 Selesai.


Note : hallo guys! New author here! Jadi gimana menurut kalian chapter ini? Sudah lumayan kah? Atau gimana menurut kalian?

Jangan lupa Review, Karena dari situ aku bisa tau kekurangan cerita ini

See you in next chapter! Keep Crazy!