Disclaimer: Shadow of The Giant (c) Orson Scott Card.

Jumlah Kata: 330.

Sinopsis: Pada diri Ramón, mereka menemukan sosok raksasa yang telah lama hilang.

Catatan: Dibanding adik-adiknya, Ramón paling merasuk dalam hati saya. Mungkin karena dia adalah 'yang dititipkan mandat' oleh Si Raksasa, kali ya.

--------------------------------------

Entitas

--------------------------------------

Aneh rasanya, menjadi satu wujud yang dapat bertransformasi menjadi puluhan sosok. Ramón tidak perlu memainkan parade balmaski untuk membuat hal itu terjadi. Ia lupa kali pertama menyadari bahwa entitasnya lebih merupakan substitusi dari seseorang. Bukan komplementer, bukan derivatif. Tapi substitusi seseorang, yang ironisnya, merupakan pemakai topeng dan pemain marionette yang handal.

Pada dirinya seorang, Suriyawong menemukan Sang Pemimpin.

Pada dirinya seorang, Nikolai menemukan Adik Laki-laki.

Pada dirinya seorang, Peter menemukan Penjaga Kewarasan.

Pada dirinya seorang, Petra menemukan Yang Tersayang.

---

Bangga?

Tentu.

Tentu saja!

---

Ramón begitu mirip dengan pemilik sosok itu, sehingga mereka sering melontarkan lelucon: mungkin saja dia adalah murni hasil pengkloningan. Kalau saja gen rambut cokelat Petra tidak memunculkan fenotipnya, jadilah sudah. Adik-adiknya hanya akan tertawa (dan di balik keriangan itu, mata mereka menyiratkan kepenasaran yang dalam dan kerinduan yang buram).

Pada awalnya, Ramón pernah mengutarakan keinginan untuk mengecat hitam rambutnya dengan permanen. Saat itu kakinya berjingkat agar kepalanya dapat mencapai puncak meja Hegemon. Kedua tangannya merentang, dengan selembar foto terjulur di tangan kanan. Matanya berbinar penuh harap. Nadanya merengek penuh kepolosan ("Aku mau rambutku berwarna seperti dia, Ayah!").

Ia beruntung karena Peter, sesuai dengan turunan namanya, memiliki hati batu yang tidak luntur oleh radiasi 'imut' bocah itu. Dan fakta bahwa Ramón menyeruak masuk lalu merongrong ketika Peter tengah membicarakan isu yang sangat, sangat serius, dengan beberapa perwakilan legislasi FPE via telekom membuat perwujudan atas permintaannya semakin sulit saja.

Belasan tahun kemudian, Ramon patut berterima kasih pada Sang Hegemon.

Karena suatu hari ia akan tahu, bahwa menjadi bayangan dari seorang Bean--seorang Julian Delphiki--tidaklah melulu kebanggaan. Melainkan beban yang terpanggul di pundak. Ekspektasi besar. Dan, yang paling ingin membuatnya untuk meremukkan cermin setiap ia menoleh dan melihat refleksi dirinya, adalah wajah Ibunda ketika menatapnya.

---

Menyakitkan.

---

Tak terucap.

Namun, bukankah mata paling mampu menyuarakan yang tak terucap?

---

Mengapa?

---

Pada akhirnya, yang tersisa hanya Tanda Tanya besar. Ditoreh dengan tinta hitam yang meluntur per nanodetik.

---

Jangan melihatku seperti itu.

Aku bukan dia.

Tidak pernah menjadi dia.

---

Dan Ramón akan terus hidup. Membawa apinya hingga membentuk bayang yang besar dan semakin besar. Menjadi satu wujud yang bertransformasi menjadi puluhan sosok. Mengokoh dalam memori.

Memudar dalam realita.

-00-