WarningAdegan sugestif, shounen-ai dikit... Homophobias tidak terlalu dianjurkan membaca. Fanfic pertama Naruto, jadi mohon maaf bila ada kesalahan(baku amat...)

PairingCerita ini memiliki pairing SASUNARU, BOYHAREMNARU dan GIRLHAREMGAARA. Tidak bisa diubah. Bagi yang tidak suka, sekali lagi tidak dianjurkan membaca.

DisclaimerPasti udah pada tau.


Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelejar endokrin dan digunakan oleh mahluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi.

1#P for Prologue

Naruto tiba-tiba saja sudah berdiri di depan kerangkeng Kyuubi.

Huh? Sedang apa aku disini? Adalah satu-satunya yang terpikirkan ketika dia menyadari api-api dan mesin siksanya menghilang. Rasanya tadi dia masih mimpi dikejar-kejar ramen raksasa di neraka terdasar, tapi kok akhir-akhirnya nyasar disini? Huh, rasanya jadi sulit memutuskan mana yang paling menyebalkan, dibuat rendang oleh monster ramen jahanam atau mengunjungi rubah bodoh itu.

"Oi, Kyuubi!".

Tidak ada jawaban.

Merasa dicuekin, Naruto memanggil -alias menghina- lebih keras. "Rubah brengsek!".

Masih tidak ada jawaban. Mahluk dalam kerangkeng itu bergelung memunggung-memantatinya,sehingga Naruto bisa melihat sembilan ekor yang bergoyang-goyang mengikuti irama napas sang Kyuubi. Apakah Kyuubi tidak menyadari ataukah cuma cuek, sulit ditebak.

Beberapa saat dia bergelung. Naruto memperoleh pengetahuan bahwa pantat rubah cukup berbulu.

Dia bergetar. Naruto menyadari kalau memandang pantat monster itu cukup abnormal.

Dia mendesah keras-keras. Itu desahan atau jangan-jangan lagi ngorok?

Dia mengerang. Naruto bengong.

Entah pendengarannya rusak di bagian mana, tapi kok geraman Kyuubi terdengar mesum sekarang? Dia mendengarkan sekali lagi, mencerna setiap frekuensi dari 'erangan' dengan cermatnya, dan ternyata itu memang benar-benar erangan. Apalagi itu bukan erangan kesakitan.

Walaupun kedengarannya mesum, tapi itukan Kyuubi. Rubah bodoh, sering ngomong seenak perut dan nggak ada imutnya sama sekali...

... Tapi sejak kapan suara Kyuubi jadi seksi begini??

Ketika kembali ke alam sadar, Naruto mendengar hal yang lebih nggak normal daripada erangan. Ya, masih ada yang lebih nggak normal lagi, yaitu: Kikik geli.

KIKIK GELI?? Kyuubi mengikik seperti anak gadis sedang puber?? Oke, pasti dia salah kandang. Pasti ini kandang siluman lain karena jelas-jelas Kyuubi bukan anak gadis apalagi yang sedang puber. Bahkan Naruto pun cukup punya akal sehat untuk memperingatkan dirinya, 'Itu Kyuubi, tau! Jangan mikir yang aneh-aneh apalagi terpesona dengan desah seksinya!'.

Itu akal sehat loh.

Sebentar lagi, hihihihi...Suaranya semakin lama semakin tidak mirip Kyuubi yang terkenal garang. Tak sabar...

"Oi, Kyuubi!", sayangnya hanya nada suara yang bisa Naruto pertahankan biasa, tidak wajahnya yang sekarang merahnya menyaingi Hinata. Benar-benar mengerikan mendengar efek-efek suara khas komedi tengah malam secara langsung. "Apanya yang 'sebentar lagi'?".

Desah.

"Kalau jawabnya gitu aku nggak ngerti, tau!". Naruto merespon cepat, sayang refleksnya membayangkan hal mesum lebih cepat. Mustahil wajahnya bisa lebih merah lagi. "Pakai tata bahasa yang baik dan benar, dong!".

Sebentar lagi musimnya... Jadi kangen.

"Musim apaan? Musim panas? Musim duren? Musim kucing kawin?".

Musim kawin? Hihihihi, Benar, sebentar lagi...

"Hei, ap-".

Musim panas ke-99 kali ini akan lebih menarik. Dengan tubuhmu.


Sepasang mata biru membelalak lebar. Naruto melompat duduk dari posisi tiduran di kasur dengan cepatnya, sekilas mirip orang stroke dini.

"A-Apa-apaan itu?". Wajah Naruto seperti terbakar saking merahnya, di kepalanya berkelebat pikiran jorok tanda nggak waras, secara objeknya itu rubah kebanyakan ekor yang mendadak horny. Saking mustahilnya, mungkinkah itu mimpi? "Mimpi basah? Apa kering? Tapi kok Kyuubi, sih?".

Dia berdiri, mengacak rambutnya sedikit -padahal sudah berantakan- dan memandang sekeliling nyaris enggan -karena kamarnya jorok-. "Kayak dunia kekurangan cewek cantik aja.", sambungnya lagi.

Musim panas ke-99 kali ini akan lebih menarik. Dengan tubuhmu.

Bagian itulah yang paling mengganggu, gema dan gaungnya nyaris bersamaan. Kenapa di bagian 'dengan tubuhmu' itu penuh penekanan yang menyeramkan? Dan apa maksudnya 'musim panas ke-99'? Memangnya bakal ada gempa di Jogja? Tsunami di Aceh? Lumpur panas menenggelamkan Jawa?

Naruto membuka kancing piyamanya dengan setengah fokus, pikirannya tertuju ke kata-kata Kyuubi -minus erangan dan desahan karena otaknya menolak untuk mengingat kembali-, gelagatnya yang sangat mencurigakan, dan suaranya yang terdengar lebih wanita... Betina, maksudnya.

Dia menguap keras-keras sambil mengganti pakaiannya. Kalau saja tidak ada misi, pasti dia akan tidur lagi. Minimal ngulet.

Jadi ninja itu capek.


"Kau terlambat, Dobe.", hina Sasuke dingin seperti biasa. Naruto yang sedang terengah-engah karena berlari jadi cemberut. Padahal cuma tiga menit lebih telat dari biasa -biasanya telat setengah jam-, dasar Sasuke suka membesar-besarkan. Atau mungkin cuma cari alasan untuk menghinanya. Bukannya Naruto tidak terbiasa. "Kamu sudah merugikan waktuku yang berharga untuk latihan.".

Naruto ngeyel dalam hati. Yayaya, yang lain saja belum pada datang. Kuumpanin ke komodo tau rasa. Dia bisa saja membalas dengan 'Apa katamu, teemmee??' seperti biasa, hanya saja dia sedang nggak mood untuk adu vokal.

Sasuke mengangkat sebelah alisnya di wajahnya yang mulus sempurna -yang membuat Naruto sempat curiga Sasuke sering facial. Masa sama sekali nggak ada jerawat sih? Kesempurnaan yang mengerikan, batin Naruto saat itu-, heran pun dia jaga image. Tumben nggak balas, herannya. Namun sedetik kemudian dia menyadari. Mungkin monyet pun ada saatnya bersikap dewasa.

Mereka berdua bersandar di bawah pohon besar tempat tim tujuh berkumpul, masing-masing memandang ke arah yang berbeda dan memikirkan hal yang juga berbeda. Pikiran Sasuke sulit ditebak dari luar, sedangkan Naruto sendiri terlihat sedang berfikir dengan muka mengkernyit dan tangan dilipat. Dia bimbang apakah dia harus melaporkan keabnormalan Kyuubi kepada Tsunade, ataukah melihat perkembangan dulu? Lapor, nggak, lapor, nggak, lapor, nggak, laper... Belum makan. Lapor, nggak, lapor, nggak, opor kayaknya enak.

Sasuke melirik dari sudut matanya ke arah Naruto yang mulai mengeluarkan asap karena otaknya terlalu keras dipakai, dan hampir mengutarakan ejekan lagi, namun dipotong oleh teriakan Sakura. Dari kejauhan, rambut pink yang melambai-lambai terkena efek angin perlahan mendekati mereka berdua.

"Heeii!! Maaf ya, telat!", Sakura tersenyum sedikit sambil terengah-engah, bertopang pada lututnya. Dia sama sekali tidak heran Kakashi belum datang. "Tadi aku dipanggil oleh Tsunade-sama!... Trus...". Sakura pasang tampang bingung melihat asap mengepul berbahaya dari salah satu rekannya. " ...Kamu kebakar lho, Naruto.".

Naruto terputus dari pikirannya dan asap-asap menghilang. Dia ketawa garing, menghindari tatapan heran Sakura. "H-hahaha, nggak... Cuman otakku kekurangan oli, nih.". Seloyal-informasi apapun dia dengan temannya, jangan sampai mereka tahu soal semalam.

Sasuke langsung mengambil kesempatan. Biasa... "Memangnya kamu punya otak?", hinanya penuh kenistaan. Naruto memajukan bibirnya, ngambek.

"Kalau nggak punya otak, artinya aku mati, tolol!", balas Naruto cepat tapi logis. Terbukti kalau dia punya otak.

Sasuke tersenyum kecil. Entah tulus karena geli atau kelewat girang karena temannya itu punya otak.

"Oh iya, Naruto!". Sakura teringat hal penting, kenapa dia sampai dipanggil Tsunade-sama pagi-pagi. "Kamu dipanggil Tsunade-sama, katanya penting!".

"Penting?".

"Penting. Dan kata-katanya sebisa mungkin... Hindari laki-laki.".

Sasuke dan Naruto mengangkat alis nyaris bersamaan.


Ruang kantor Hokage sangat terang, dengan cahaya pagi --yang menyebabkan kanker, karena sudah jam sembilan lewat-- menerobos masuk dari jendela. Tsunade melipat tangannya, matanya menatap tajam ke arah sebuah gulungan terbuka yang memanjang ke bawah lantai. Kertasnya tua dan nyaris rusak korban keganasan rayap kertas, sehingga tampak mencolok dibandingkan berkas-berkas kerja baru di atas meja sang Godaime.

"Bagaimana, Tsunade-sama?". Dari belakang terdengar suara Shizune, yang sedang membersihkan ruang kerja dengan kemoceng dilatari asap debu berterbangan. Sedangkan Ton-ton tertidur di atas tumpukan berkas, air liurnya berarus deras ke lantai. "Apakah gulungan itu penting?".

"Untung benar kamu menemukannya, Shizune...". Shizune berbalik dan tersenyum penuh kemenangan. "Memang... Penting.".

"Tuh kan! Itulah salah satu manfaat dari membersihkan ruangan setiap hari! Kita bisa saja menemukan blablablabla...", Shizune terus saja mempromosikan slogan adipura 'kebersihan sebagian dari iman' sambil berkacak pinggang, walau Tsunade dengan tidak segan-segan menguap lebar. Kotbah Shizune sama membosankan dengan amanat kepsek botak saat upacara.

Tsunade mengalihkan fokusnya ke gulungan tua yang jauh lebih menarik dibanding pidato kebersihan pengikutnya, dimana terdapat rangkaian tulisan diselingi gambar bergaya artistik. Kebanyakan melukiskan sosok manusia beratribut hewan, salah satunya sesosok wanita cantik yang memiliki atribut mirip rubah. Sembilan ekor mencuat keluar dari kimononya yang berkibar.

Di samping gambar itu tertulis; Kyuubi, musim panas ke-99.


Next Chapter : H for Hormones

"Jadi selama 99 tahun sekali, para Jinchuriki akan menebarkan feromon untuk mencari pasangan?".

"Benar. Tapi menurut gulungan ini...".

"...".

"... Secara biologis, Kyuubi dalam tubuhmu itu... Betina.".