Marriage

Kishimoto MasashiNaruto

Nadh's BrainMarriage

#

Original Genre :

Romance/Family/Humor(a little)

Chovtel 1

:

Say, "NO!"

#

Theme Song :

They said all teenagers scare the living shit out of me
They could care less as long as someone'll bleed
So darken your clothes or strike a violent pose
Maybe they'll leave you alone, but not me

My Chemical RomanceTeenagers

.BrunoNadhGravano.


Kediaman Uzumaki, 09.00

Matahari bersinar dengan terang, seakan ia sedang bergembira dan menampilkan aura yang cukup menawan. Tidak panas dan tidak menggangu, malah sinar hangat tersebut menjadi penyemangat orang-orang yang sedang melakukan aktivitasnya. Yah, Matahari tersebut adalah aksesoris di Minggu pagi ini.

Minggu, ya?

Hari Minggu, adalah hari yang dinantikan seluruh manusia dimuka bumi. Tiada aktivitas kerja yang biasanya hanya menempel pada hari-hari lainnya. Yang ada hanyalah sebuah kata : santai.

Kata 'santai' tersebut memang menjadi pujaan bagi semua orang, tidak memandang umur, kelamin, atau apapun. Ya—Santai...

Eits—sebentar! Kata yang dapat membuat orang menjadi malas tersebut, tidak menyebar dalam kediaman Uzumaki—pada Minggu pagi ini.

Karena—

"APA?!! PERJODOHAN??" Teriak seorang gadis berambut pirang-panjang dengan raut wajah yang sangat shock. Mata birunya terbelalak tidak percaya, walaupun hal tersebut malah membuatnya semakin manis.

Sang ibu—yang dijadikan korban teriak—hanya menggelengkan kepalanya, tanda 'sudah maklum'.

Sedangkan sang ayah hanya menutup kupingnya dengan santai, tanda 'sudah biasa'.

Sang anak hanya mengatur napasnya yang tidak beraturan. Ia masih shock dengan 6 kata yang terangkai dibibir ayahnya. 'Ayah-menjodohkan-kamu-dengan-seorang-Uchiha'

Dan 6 kata tersebut mendapatkan penjelasan yang tidak terhitung kata-katanya yang keluar dari mulut sang ibu.

Singkatnya, seorang Naruto Uzumaki telah dijodohkan oleh seorang Uchiha yang belum pernah diketahui oleh gadis periang ini. Tidak dijelaskan, orangtuanya hanya diam dan mengutarakan apa yang akan terjadi kepada anak tunggal mereka.

Naruto menghela napas, "Ayah, please, deh! Sekarang udah jaman canggih! Haduh, kenapa pake perjodohan segala? Banyak, kok, yang mau sama Naru.." Bela Naruto sambil sedikit—err, narsis?

Minato memandang tajam bola mata biru Naruto—yang sama dengan warna matanya sendiri, "Sudah sebagai ritual keluarga Uzumaki seperti itu! Yah, dalam keluarga Namikaze, sih, tidak ada. Tapi, yah, gimana, yah?" Jelas Minato sambil memudarkan tatapan tajamnya ke Naruto dan mulai menggeluti kebiasaannya—menggaruk kepala ketika sedang bingung.

Mandengar hal tersebut, Kushina langsung menatap tajam mata suaminya tersebut. Merasa keluarganya dihina oleh suaminya sendiri. "Siapa yang pernah mengatakan kalimat seperti ini : 'Aku rela meninggalkan nama Namikaze dan mengganti namaku menjadi Minato Uzumaki', HEH? Ternyata, itu semua palsu! Cih!"

Sang kepala keluarga hanya bisa salah tingkah karena dirinya dipojokkan seperti itu.

"Argh! Naru enggak tau harus kayak gimana! Pokoknya, Naru enggak terima!!" Teriak Naruto sekali lagi, menutup acara kali ini. Dan sang penutup acara tersebut beranjak pergi ke kamarnya, tidak bertanggung jawab karena menutup acara sekenanya saja.

"Tuh, kan. Ngambek, dehh.."

#

"Sakura, where are you? Gue dateng ke rumah elo sekarang, ya! Penting! Kalo enggak, nanti gue bakal pacarin si Lee—eh, kaga' mau, dah! Eh, ah, ARGH! Pokoknya, sekarang juga gue ke rumah lo! Yudadababye~" Ujar Naruto dengan sedikit frustasi di depan telepon genggam-nya yang dijawab oleh operator—voice mail box untuk Sakura.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Naruto langsung meninggalkan kamar ngejrengnya. Tujuan selanjutnya : Kediaman Haruno;Kamar Sakura.

"Mau kemana, Nona?" Tanya seseorang dengan suara yang lembut nan merdu—sayangnya ia adalah seorang lelaki—namun ada sedikit penekanan di kata 'Nona'. Naruto berhenti berjalan melewati ruang keluarga yang sangat besar. 'Mampus, ketauan!'

Ia membalikkan badannya kearah orang yang memergoki aksi 'lari-dari-rumah'-nya tadi. Agak seram dan terkesan horor, karena orang tersebut adalah orang yang menakutkan—bagi Naruto, padahal pria tersebut tidak pernah melepaskan senyum lembutnya dari muka imutnya sendiri. Haha, 'Drama Queen'

"I...Iruka-san?" Tanyanya gugup. Takut rencana melarikan diri-nya dibongkar dan masuk kedalam telinga Ayahnya. Menurut Naruto, orang ini sangatlah 'ember'.

Berdiri dengan gagah, seorang pria berkulit coklat karena teriknya sinar matahari yang kurang bersahabat jika siang mendatang—telah terbakar olehnya, sebuah garis bekas luka yang mencolok dibawah hidungnya, dan memasang senyum yang sedikit lembut—terlalu banyak senyum misterius, licik, jahil, dan sebagainya terukir didalam senyuman mautnya.

Sang Iruka Umino telah berada di depan majikan tersayangnya, tertawa menang dan bahagia. Pahlawan bertopeng, hua hua hua!

Hei, ini fandom Naruto! Bukan Crayon Shinchan!

Err—kembali ke keadaan Naruto.

Naruto tertawa pedih. "Haha, bukankah hari ini tidak ada acara keluarga—atau acara yang sering kau kontrol untukku, Iruka...san?"

Iruka semakin memperlebar senyumannya, sampai-sampai wajah 'uke'-nya penuh dengan senyum tersebut. "A-ha-ha! Kau lupa, hari ini ada acara PERTUNANGAN-mu sendiri! Malam ini, keluarga Uchiha akan datang kesini—jadi, tidak ada acara 'kabur-dari-rumah-menuju-kediaman-Haruno'!"

Naruto terdiam, kemudian tertawa dengan lebih pedih. "Haha! Ya, aku tau aku memang salah..."

Ternyata, ucapan Naruto belum berakhir, namun dilanjutkan dengan teriakan yang lebih kencang. "...KAKASHI-SAN!!! BAWA CEWEK BARU, YAHH~! KENALAN, DONGG!!!" Naruto langsung berlari, menghambur ke luar rumah dengan alasan 'mau-melihat-kekasih-normal-Kakashi', meninggalkan Iruka yang sudah shock berat dan tersungkur lemas di lantai karena—dengan seketika—penyakit jantung miliknya kambuh. Entah kekasih Kakashi yang baru—dapat dari teriakan naruto tadi, atau suara Naruto yang super kencang yang membuatnya pingsan seketika.

"Mission one;CLEAR!" Seru Naruto senang sambil membawa kabur skate board-nya.

#

Kediaman Haruno, 12.00

"—When you're gone, the words i need to hear.. to always get me through, the dayy.. and make it okeey..I..miss..youuu~~!!" Dengan mempunyai bakat suara sumbang, Sakura menyanyi penuh percaya diri dan seenak jidat.

"Cieee, buat Pop Lee, euy!" Naruto berkata dengan memberikan tepuk tangan yang meriah. Ia telah duduk di atas kasur Sakura dengan 'PW'-nya.

Sakura yang kaget—ia kira itu adalah suara kuntilanak yang biasa mangkal di pohon nangka sebelah rumahnya yang memiliki hobi memamerkan gigi-nya—langsung mematikan CD karaoke 'Bernyanyi Bersama Trio Macan'—lagu Avril Lavigne yang tadi ia nyanyikan adalah bonus track dari CD tersebut.

"Ih, udah gue bilang, namanya Rock Lee! See it? ER-O-KA EL-E-EE!! Lo kira ayam pop?" Ujar Sakura kesal seraya duduk disamping Naruto.

Naruto hanya nyengir dengan tidak jelas. "Yah~, setera gue, dong?! Wong gue suka-nya lagu bergenre Pop daripada Rock?" Jawab Naruto asal.

Sakura menatap Naruto ilfeel, "Enggak nyambung! Cakep-cakep, kok, bego?"

Naruto tidak menggubris hal tersebut. Sakura hanya menghela napas pelan.

Merasa ada sesuatu yang janggal dengan sahabatnya, Sakura langsung 'memberdirikan' tubuh mungil Naruto. Dilihatnya sejenak penampilan Naruto.

Sebuah hot pants berwarna hijau lumut terpampang manis di kaki jenjangnya, sebuah kaos berwarna aqua marine panjang—yang menutupi hot pants tersebut—mempunyai sablon '69 is PERFECT';menutupi bagian atas tubuhnya, dan sebuah topi penguin bermimik 'bodoh' menutupi sebagian kepalanya.

Sakura menatap mata temannya lekat-lekat—yang memandang balik Sakura dengan tatapan 'maksud-lo-apa-sih?'. "Lo belom mandi?"

Yang ditanya hanya memamerkan gigi-nya—yak! Persis kuntilanak 'tetangga sebelah' Sakura, "Iya.. Tapi, enggak bau! Cium aja ketek gue!" Elak Naruto sambil mengangkat tangannya.

"Uwek! Bau!!" Kata Sakura—walaupun yang ia cium adalah aroma parfum jeruk.

"Hehee.. Bisa aje.."

#

"...the end! Mind to review?" Ucap Naruto menutup cerita tentang perjodohannya—yang langsung ditimpuk bantal babi oleh Sakura. "Yee, buku kalee, pake review pages segala!" Balasnya sewot.

"Aduuh, sakit! Kenceng banget lemparnya." Gaduh Naruto kesakitan dan tidak dihiraukan oleh Sakura yang sedang berfikir—berlagak menjadi seorang detektif.

"Menurut saya, wajar kalau anda dijodohkan seperti itu. Usia anda sudah 20 tahun. Kuliah, sudah lulus. Kerja, sedang menjalani. Bukannya saya membela Minato Uzumaki dan Kushina Uzumaki, tetapi anda memang tipikal orang yang malas, ceroboh, dan tidak keibuan—pantas saja kalau anda dijodohkan dengan salah satu anak dari keluarga Uchiha itu." Jelas Sakura panjang lebar seraya mengelus-elus dagu halusnya.

Naruto merenggut kesal, tidak ada yang membelanya dalam saat ini. "Ungg, saya jadi tambah kesel, Pak! AHH—tau, ah! Saya pengen pulang! Gara-gara Pak Detektif, huh!" Serunya sambil bangkit dari ranjang Sakura.

Sakura menggelengkan kepalanya, "Aduh, ngambek lagi, dah~! Nanti kalau udah baikkan, dateng lagi kerumah gue, oke? See ya!"

Naruto menggangguk sambil berjalan menuju keluar kamar Sakura. "Gue bisa keluar sendiri, kok! Thanks, bro!"

Sakura tersenyum, "Samiun!"

Melihat Sakura tersenyum, Naruto juga ikut tersenyum lembut, kemudian kembali berjalan.

Berjalan, hingga tidak terlihat oleh mata Sakura lagi. Tidak menangkap adanya tikus pengganggu yang berisik.

Ya, tenang-kembali.

"SAKURA BEGO! TETANGGA GUE, KAN, UCHIHA'S BAKERY??!!!" Teriak Sakura sambil menjambak rambutnya sendiri—tanda frustasi. Feeling-nya sudah tidak enak.

'Naruto—bagaimana, yah?'

#

On The Way, 15.00

3 Jam sudah Naruto kabur dari rumah besar-nya. Berarti, 'manajer' kesayangannya sudah menjamur menunggunya didalam ruang tamu nan mewah tersebut. Haha, biarkan saja Iruka, toh Naruto sudah menelpon Kakashi untuk mendatangi rumahnya yang ditugaskan untuk menemani Iruka. Semoga saja, ruangan yang bertaburan guci mahal tersebut tidak dinodai oleh mereka berdua. Kakashi mesum, sih!

"Huft! Hidup berat, yah? Kenapa semuanya terjadi ke gue? Kenapa semuanya harus bertujuan di tangan gue? Kenapa si Uchi—GUBRAKK!!"

Karena terlalu serius memikirkan nasibnya—dan akan diiringi oleh air mata yang menitik di pipi lembutnya, Naruto tidak melihat apa yang ada di depannya. Ia menunduk ke bawah dan terus menjalankan skate board miliknya. Alhasil, beberapa kue yang siap dihidangkan terjatuh dengan mulus di atas aspal hitam yang keras. Sang aspal memakan kue tersebut.

"Aihh!! Maaf, maaf! Kue-nya jadi jatuh—padahal terlihat enak. Apa aku harus ganti rugi? Berapa?" Naruto yang sedang dalam panik—langsung berdiri dan membantu sesosok manusia yang terjatuh.

"Tidak usah diganti, jadi merepotkan." Ucap sesosok pemuda berambut hitam-panjang—yang dikuncir rendah agar terlihat rapi. Senyumannya begitu tulus dan lembut, seakan sudah menjadi teman akrab Naruto. Pemuda tersebut menerima tawaran 'bangun' dari Nauto dan membersihkan sedikit debu yang menempel pada celemek bersihnya—karena tabrakan Naruto tadi.

Naruto menggaruk kepalanya. "Tapi, jadi tidak enak~"

Pemuda tersebut tersenyum kembali. "Haha, keluarga Uchiha tidak akan mau merepotkan seseorang." Ujarnya, yang memberikan efek hebat terhadap Naruto.

"Kau, Uchiha?" Tanya Naruto ragu.

Pemuda itu menggangguk pelan, tanda pernyataan Naruto itu benar.

"Apa ka—" "ANIKI! Cepet kerja! Semua karyawan cabang bakery yang satu ini kerjanya lelet sekali!" Belum selesai bertanya, sebuah teriakan yang berasal dari dalam sebuah bakery besar. Tidak terlalu kencang—memang, tetapi berefek 'kencang' pada karyawan yang ada di bakery tersebut.

"Siapa, sih? Kejam!" Ujar Naruto sinis.

Pemuda tersebut tertawa pelan, membuat Naruto bingung. "Itu adik. Manajer utama bakery pusat keluarga kami. Memang seperti itu orangnya—oh, ya. Aku lupa. Siapa namamu, gadis manis?"

Naruto tersenyum lebar dipuji seperti itu. "Naruto, Naruto Uzumaki."

Pemuda tampan tersebut sempat melongo sebentar, kemudian mengeluarkan kembali senyum tulus miliknya. "Itachi, Itachi Uchiha."

Naruto tersenyum, kemudian melirik tangannya yang terlilitkan jam tangan dari Swiss—oleh-oleh dari Kakek Jiraiya, tetangga yang paling akrab dengannya. "Wah, gawat! Bisa dimakan Iruka-san, neeh! Itachi-san, aku pamit dulu, ya!" Kata Naruto seraya menurunkan skate board-nya dari gendongannya. Ia langsung mendorong papan luncur tersebut dengan kaki dan melambaikan tangan pada Itachi.

Itachi hanya membalas melambai dan mengucapkan, "Uzumaki, ya? Sampai bertemu nanti malam."


Chovtel 1—INDH


ZHAWHA-KENTUT-WAS-WES-WOSH!

#

All-About-THEME SONGS! :

Teenagers ;

Buat lagu yang satu ini, enggak ada hubungannya sama jalan cerita. Nadh-nya aja yang lagi doyan 'ntu lagu. Hhe~ (ditampol)

#

N/N : Huwee, tadinya mau ada LIME disini, tadinya perjodohan Naruto ada di chapter ini. But, the brain was TIME-OUT! (halah). Otak saya lagi buntu, tapi tangan saya gatel ngetik. Ya, jadinya kayak gini. Trus, kehambet juga sama SINUS TERKUTUK yang tiba-tiba nongol menyerbu amandel dan idung. Ngetik-nya jadi keganggu!! Mami... (meluk emak yang lagi makan pisang goreng)

Hhhe~! Humor coman saya pake buat ke-OOC-an di chapter ini (jayus aja...). Lama-lama bahasanya malah semakin mendayu-dayu (baca : RIBET!), gara-gara romance scene-nya, maybe?

Tenang, nanti bakal jadi RATE M! Jayakan LEMON INDONESIA!! (ngikut ajaran Mbah Cha)

#

Hayo, saya ada kuis... (doyan banget buat kuis?)

Pairing di cerita ini apa? ItaNaru? Apa SasuNaru? Apa malah, NaruSaku?

Trus, Naruto disini CEWEK, yah! Biar lebi kerasa aja, hehe~

#

Keterengen, eh, katarangan, eh, wateper!

Chovtel [Bahasa Nadh] = Chapter

Indh [Bahasa Nadh] = End


Marriage

.BrunoNadhGravano.