Setting : FF VII suatu masa sesudah Advent Children, FF VIII umum.

(Final Fantasy VII CrossOver Final Fantasy VIII, tepatnya; bukan Kingdom Hearts)

Berdasarkan FinalFantasy Wiki :

Tifa Lockhart = 3 May; umur 22

Cloud Strife = 11 August; umur 23

Yuffie Kisaragi = 20 November; umur 18

Vincent Valentine = 13 October; umur 57 (tapi penampilannya spt 27)

Rinoa Heartilly = 3 March; umur 17

Squall Leonheart = 23 August; umur 17

Seifer Almasy = 22 December; umur 18



Chapter 1

(Tifa POV)

Aku bertanya pada diriku sendiri. Apa yang lebih buruk dari tersesat di sebuah pulau terpencil tak berpenghuni ?! Jawabannya adalah jika kau harus menjaga beberapa orang yang jelas-jelas sedang sakit parah sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur.

Aku menatap sosok yang terbaring di dalam tenda. Wajah sosok itu tampak sangat pucat dan sepasang matanya terpejam. Tidak ada ekspresi apa pun tercermin di wajahnya.

Apa yang kau rasakan, Cloud..?

Seolah menyadari pertanyaan dalam hatiku, sosok itu membuka matanya dengan perlahan. Pandangannya langsung menatapku.

"Ti..fa ?" Dia berbisik.

"Ya ?" Aku menggenggam tangannya yang dingin; "Jangan bicara dulu, kau sakit parah." Aku menarik kembali tanganku dan menempelkan tanganku di dahinya yang terasa panas membara tanda demam tinggi.

Cloud membuka mulut hendak mengatakan sesuatu. Aku tahu apa yang hendak dia katakan. Kemudian agaknya dia tidak jadi mengatakannya dan menutup mulutnya lagi. Tapi toh aku sudah tahu dengan jelas apa yang sebenarnya hendak dia katakan, dan aku bersyukur aku tidak perlu mendengarnya secara langsung. Karena aku sudah cukup lelah dengan kalimat-kalimatnya.

"Kau tidak usah banyak pikir, Cloud." Aku memaksakan senyum; "Jangan kuatir, aku bisa mengurus semuanya. Masih ada Yuffie dan teman-teman baru kita disini membantuku."

Dia tidak menjawab, tetapi dia memejamkan matanya lagi.

Perlahan aku bangun dan meninggalkannya, keluar dari tenda. Hari sudah malam. Bintang bertebaran di langit yang gelap; dan api unggun tak jauh dari keempat tenda kami merupakan penerangan satu-satunya. Aku menghampiri ke api unggun itu dan melihat Yuffie duduk termenung memeluk lututnya.

"Oh, Tifa." Katanya menyadari kehadiranku; "Cloud baik-baik saja ?"

"Ya; kurasa." Jawabku. Aku duduk di sampingnya dan mengamati wajahnya yang mencerminkan kecemasan luar biasa.

"Jangan kuatir." Hiburku; "Aku yakin Vincent juga baik-baik saja."

"Ya, dia masih demam." Sahut Yuffie; "Badannya panas."

"Begitu pun dengan Cloud." Kataku, menghela nafas.

Sebelum Yuffie mengatakan sesuatu apa pun lagi, mendadak terdengar jeritan cukup nyaring dari arah tenda lain. Kami berdua tersentak dan segera bangun lalu berlari masuk ke tenda itu.

Yang tadi menjerit adalah seorang gadis yang kira-kira lebih muda setahun dari Yuffie. Dia sedang duduk di lantai tenda merapat ke sudut dan di depannya tampak dua orang pria yang separuh tak sadarkan diri tetapi kedua pria itu; meskipun sama demamnya dengan Cloud dan Vincent; keduanya masih bisa-bisanya berkelahi. Tampang pemuda yang pirang menindih tubuh pemuda berambut coklat dan hendak melayangkan tinju ke muka si rambut coklat.

"Cukup !!" Dengan cepat aku menghampiri mereka dan menahan tangan si pirang sebelum menjotos muka si rambut coklat.

"P-pergi !!" Si pirang menengok menatapku dengan kemarahan luar biasa; "Atau kau akan menyesal, Nona !"

"Namaku Tifa Lockhart, dan kita akan lihat siapa yang menyesal duluan kalau kau tidak mau diam !" Bentakku. Karena pemuda itu sedang demam, aku berhasil (dengan agak susah payah karena dia cukup berat) memindahkannya dari atas pemuda yang berambut coklat dan membaringkannya di sudut yang lain.

Si gadis yang tadi menjerit segera menghampiri pemuda berambut coklat.

"Squall…!" Isak gadis itu; "Kau tak apa-apa, kan..?"

Si pemuda berambut coklat yang kelihatannya lebih pendiam dan lebih anti-sosial ketimbang Cloud; menggeleng. (Ralat : Cloud tidak anti-sosial, hanya berhati dingin).

Kemudian gadis itu; Rinoa; mengangkat wajahnya yang basah bersimbah airmata; menatapku; "T-tifa… bisakah Seifer tidur dengan t-temanmu saja ?" Pintanya.

Sebelum aku menjawab, Yuffie berkata; "Tidak. Kami sudah memberikan tenda paling besar untuk kedua temanmu itu; Nona Heartilly, dan aku tidak yakin Cloud akan senang untuk menerima tamu yang tidak dikenalnya di tendanya---"

Seifer; si pirang yang tadi kupindahkan ke sudut; mencibir dan berkata; "Aku seorang.. SeeD…. Ksatria putih sang penyihir….."

"Dengar !" Kataku tak sabar. Mahluk ini lebih rewel daripada Cloud. Aku menatapnya; "Aku tidak mengerti apa itu SeeD atau penyihir --- dan dalam nama Gaia bisakah kau jangan mempersulit kami; atau sebaiknya kau kami tinggalkan saja ?!"

Seifer hendak membalasku tetapi malah terbatuk.

Rinoa sudah berkata lagi; "Tifa… Kalau begitu, bisakah kau memindahkan temanmu yang berbaju merah ke tempat temanmu yang pirang supaya Seifer dan Squall bisa pisah tenda..?"

"Jelas tidak !" Kata Yuffie cepat; "Vincent membutuhkan ruang gerak---"

Aku tidak tahan untuk tidak tersenyum. Ruang gerak ?! Kadang-kadang si Mawar Putih dari Wutai (begitulah Yuffie menyebut dirinya) itu lucu juga. Jelas-jelas Vincent sedang sakit demam dan tidak bisa bergerak. Well, aku tahu bahwa Vincent dan Cloud tidak akan keberatan jika tidur dalam satu tenda, tapi masalahnya baik aku maupun Yuffie sudah cukup capek dengan Rinoa yang baru saja kami kenal di jalanan. Gadis itu sangat rewel; mungkin karena agaknya dia adalah puteri bangsawan atau semacamnya; dan usianya juga paling muda di antara kami. Aku paling tua di antara kami ketiga gadis yang ada disini.

Aku tahu Yuffie juga sebenarnya tidak keberatan meletakkan Vincent dan Cloud bersama; malah mungkin Vincent akan gembira mempunyai teman ngobrol, tapi Yuffie agaknya sudah terlalu sebal dengan Rinoa yang selama perjalanan tidak pernah mau mengalah sedikit pun pada kami.

Dan benar saja, ekspresi wajah Rinoa berubah mendengar perkataan Yuffie. Dia tampak sangat tak senang lalu menjawab dengan merajuk; "Baik ! Kalau begitu aku akan pindahkan sendiri ---"

"Coba sentuh Vincent-ku kalau kau be---" Yuffie membentak tapi aku memberi isyarat agar dia diam, lalu aku menjawab Rinoa; "Silakan."

Yuffie menatapku dengan ekspresi memprotes.

Aku melipat tangan dan sekali lagi memberi isyarat pada Yuffie agar diam saja.

Rinoa bangun dan dengan mengangkat dagunya dia melewati kami untuk menghampiri Seifer di sudut terpisah. Dia berusaha mengangkat Seifer yang kebetulan sudah pingsan lagi. Sayangnya; sesuai dugaanku; dia tidak mungkin bisa mengangkat tubuh Seifer yang berat.

Selama beberapa menit baik aku dan Yuffie hanya berdiri mengawasi Rinoa berkutat dengan tubuh Seifer.

Akhirnya dia menyerah dan terduduk pasrah.

"Nah, kalau kau sudah merasa lebih tenang;" Ucapku; "Kau bisa bergabung dengan aku dan Yuffie di depan lalu kita akan rundingkan giliran jaga untuk malam ini."

Aku berjalan keluar dari tenda ini. Yuffie mengikutiku.

"Gadis yang manja dan menyebalkan !" Yuffie menggerutu pelan begitu kembali duduk di depan api unggun. Aku tidak menjawab. Aku duduk di sebelahnya dan mendekap diriku sendiri. Udara sangat dingin.

"Aku hanya beda setahun dari dia." Yuffie melanjutkan; "Dan aku tidak semanja dia, tidak secengeng dia, tidak semerepotkan dia."

Lagi-lagi aku tidak menjawab.

"Tifa ?" Dia akhirnya menyadari bahwa dia sudah mengeluh pada diri sendiri; "Bagaimana menurutmu ?"

"Um….." Kudengar gumaman tak jelas dari mulutku sendiri.

"Sudah dua hari dua malam kita disini." Lanjut Yuffie pula; "Dan kau ingat kan; selama dua hari dua malam kita berdua terus yang giliran jaga malam dan mencari makan di siang harinya, lalu kita berdua juga yang memasak karena dia tidak bisa masak."

"Malam ini sebaiknya dia yang jaga." Kataku akhirnya.

"Tepat. Aku sangat mengantuk dan capek." Ucap Yuffie setuju.

Setelah beberapa saat, Rinoa keluar juga dari tenda. Kurasa tadinya gadis itu berniat untuk mengurung diri di tendanya bersama cowok yang dicintainya itu; Squall; entah karena tidak kepingin melihat aku dan Yuffie atau karena kepingin tidur; tapi yang jelas toh akhirnya dia menyerah juga dan keluar ke tempat kami.

"Tifa ?" Rinoa menghampiri kami dengan langkah gontai. Agaknya dia sadar kalau Yuffie lebih sering membentaknya daripada aku membentaknya karena itu setiap kali dia harus bicara dengan kami dia menyebut namaku saja.

"Ya ?" Aku terpaksa menjawab meskipun rasanya enggan.

"Kau masih punya makanan ?" Tanya Rinoa lagi, dan aku menyadari Yuffie langsung melotot siap meledak.

"Tidak." Aku menjawab dengan cepat sebelum Yuffie membuka mulut; "Kau harus menunggu sampai besok."

Rinoa mengeluh.

Lagi-lagi dengan cepat aku berkata; "Omong-omong, sekarang giliranmu jaga malam, Ms. Heartilly, karena aku dan Yuffie sudah mendapat giliran kemarin malam dan malam sebelumnya." Aku bangun.

"T-tapi a-aku….." Rinoa memprotes.

Yuffie ikut bangun.

"Tifa ! Tunggu !" Rinoa berusaha mencegah kami.

Dengan lelah aku menghentikan langkahku dan menengok padanya.

"Dengar," Aku berusaha untuk tidak membentaknya. Kami sama-sama wanita, sebaiknya kami jangan saling membentak; "Aku tidak tahu apakah di rumahmu kau mempunyai banyak pelayan dan dayang-dayang yang melayanimu sepanjang waktu; atau bahkan babysitter yang membacakan dongeng untukmu dan menungguimu saat malam; tapi disini hanya ada kau, aku, dan Yuffie. Titik. Aku dan Yuffie sudah tidak tidur selama dua malam dan kami berdua sangat capek ! Kau boleh pilih; kau mau jaga malam atau kau yang akan pergi berburu besok !" Aku gagal untuk tidak membentaknya. Terima kasih, Gaia.

Setelah itu tanpa menunggu jawabannya aku menggandeng Yuffie dan masuk ke tenda keempat yang kosong; tenda kami para gadis.

"Tifa, kenapa kita tidak tidur bersama cowok kita saja ?" Tanya Yuffie ketika dia mulai berbaring di atas tumpukan kain yang kami gunakan sebagai alas tidur.

Aku membaringkan tubuhku dan menengok padanya yang berbaring di sebelahku.

"Karena….." Sahutku lambat-lambat sementara otakku berpikir mencari jawaban yang bagus; "Karena kita tidak mau tertular."

Yuffie tertawa; "Aku bukan anak kemarin sore." Dia menjawab; "Aku tahu alasanmu. Kau tidak mau aku dan Vincent atau Rinoa dan Squall kebablasan melakukan sesuatu, kan..?! Karena itu jugalah kau membiarkan Seifer tidur bersama Squall sebab kau kuatir Rinoa yang masih kecil tidak bisa menahan diri dan melakukan sesuatu dengan Squall dalam kesempatan seperti ini."

Mau tidak mau aku tersenyum; "Kau sudah tahu sendiri jawabannya, kenapa masih bertanya ?!" Ucapku.

"Aku hanya ingin mendengarnya langsung dari mulutmu." Dia mengerucutkan bibirnya, lalu diam sejenak.

Selama beberapa saat kami berdua hanya berbaring.

Kemudian dia menengok padaku lagi dan berkata; "Cloud dan kau….. Kalian berdua---" Dia tidak meneruskan.

"Berdua apa ?" Tanyaku, meskipun aku tahu maksud pertanyaannya.

"Pacaran ?" Yuffie berdehem tak jelas, tapi aku menangkap suaranya.

Aku terdiam sesaat. Sebenarnya aku tidak mau menjawab tapi aku tahu kalau aku diam saja maka gadis satu ini akan terus mendesakku dengan pertanyaan yang sama sampai aku menjawab, maka aku pun menyahut; "Entahlah."

"Oh, Tifa !" Yuffie menggerakkan tubuhnya setengah duduk; "Kau dan Cloud sangat cocok ! Tak ada lagi yang---"

Dia menghentikan ucapannya karena melihat ekspresiku. Aku tidak tahu bagaimana ekspresiku sekarang; sejujurnya; tapi kurasa ada sesuatu yang tercermin di wajahku sebab si gadis Wutai mendadak diam dan kembali merebahkan kepalanya.

"Oke." Desahnya; "Mari kita tidur."

Aku mengangguk dan tersenyum padanya. Dia membalas senyumanku, kemudian aku memejamkan mataku…..

Entah sudah berapa lama mendadak aku terbangun karena suara berisik. Aku membuka mataku. Untuk sesaat aku hampir lupa aku ada dimana, tetapi kemudian otakku kembali bekerja dan aku mulai menyadari suara berisik datang dari luar tenda. Aku bangun, melirik ke tempat tidur Yuffie yang kosong, lalu keluar.

Yuffie dan Rinoa sedang bertengkar.

Api unggun sudah padam. Matahari sudah mulai muncul.

"Ada apa ?" Tanyaku serak. Aku menghampiri kedua gadis itu. Demi Gaia, rasanya aku ingin sekali memukul seseorang --- atau sesuatu --- apa saja; aku sudah tidak tahan. Aku capek sekali.

"Tifa, semalam dia tertidur !" Yuffie menunjuk Rinoa sambil menatapku; "Aku bangun dan menemukan dia tertidur pulas !"

"Aku lelah dan mengantuk !" Balas Rinoa setengah menangis; "Dan kalian berdua jahat sekali, menyuruhku jaga malam, padahal aku sangat letih ! Aku tidak tahan lagi dan tertidur di luar sini; kedinginan ! Aku ingin masuk ke tenda tapi aku takut kalian akan marah ---"

"Tentu saja aku akan marah !" Yuffie bertolak pinggang; "Kalau semalam kulihat kau masuk ke tenda, aku akan menamparmu ---"

Sebelum aku mengatakan sesuatu untuk melerai kedua gadis itu, mendadak terdengar suara berdehem, disusul oleh suara lain bertanya serak; "Ada apa ?"

Aku, Yuffie, dan Rinoa menengok. Vincent dan Cloud sedang mengamati kami sambil masing-masing menyibak tenda mereka masing-masing.

"Tidak ada apa-apa." Aku menghampiri Cloud, sementara Yuffie menghampiri Vincent sambil merajuk; "Vincent, gadis itu….." Suara Yuffie menghilang sementara dia memapah Vincent masuk kembali ke tendanya. Aku pun memapah Cloud kembali ke dalam tenda. Di luar terdengar isak tangis Rinoa.

Mata biru Cloud menatapku dengan setengah iba setengah geli. Mungkin dia kasihan, tapi dia juga merasa bahwa keadaan ini agak lucu.

"Gadis-gadis itu sangat merepotkanmu ?" Cloud berbisik padaku.

Aku tersenyum; "Tidak." Kataku; "Ini urusan para wanita. Bukan urusanmu."

"Aku tahu." Jawabnya; "Tapi jangan pikir aku tidak mendengar suara-suara pertengkaran kalian. Aku hanya pura-pura tidak dengar, sebab rasanya tidak enak kalau aku ikut campur."

"Bagus kalau kau tahu diri !" Aku pura-pura menggerutu. Aku merebahkan kepalanya di atas bantalan dan memegang dahinya lagi. Masih panas.

"Kedua pemuda yang bersama gadis kecil di luar itu." Lanjut Cloud sambil berbaring dan membiarkanku mengambil air di baskom yang sudah kusediakan di sudut lalu mencuci wajahnya dengan saputangan; "Katamu mereka dari mana ? Aku lupa."

"SeeD ?"

"Yeah. Apa itu ? Aku belum pernah mendengarnya."

"Aku juga tidak." Sahutku. Aku menyelesaikan pekerjaanku membasuh wajahnya dan kemudian aku berbisik padanya; "Cepatlah sembuh." Lalu aku membawa saputangan dan baskom itu keluar. Aku harus kembali ke mata air untuk mengganti air.

Entahlah apakah Yuffie dan Rinoa ingat untuk membasuh Vincent, Squall, atau Seifer. Kuharap setidaknya Yuffie ingat.

Rinoa sudah tidak ada di depan. Kurasa dia kembali ke tempat Squall, maka aku meletakkan baskomku sebentar untuk mengintip ke tenda Yuffie dan berkata; "Aku mau ke mata air sebentar."

Yuffie mengangguk. Dia sedang bergenggaman tangan dengan Vincent.

"Yuffie," Kata Vincent sambil melirikku; "Bantulah Tifa !"

"Aku mau disampingmu !" Rengek Yuffie.

Aku buru-buru menutup tenda mereka dan meninggalkan mereka. Kuambil kembali baskomku, lalu aku juga mengambil dua kendi kosong yang kami gunakan untuk tempat minum, dan aku pun pergi ke mata air.


Continue to Chapter 2