/EDITED/ Nyaaaaaaa aineko is baaack! :D *gaada yang nunggu wooo* /dilempar kacang/

ehm, jadi, fic ini sudah saya rombak sepenuhnya dari chapter 1 sampe chapter yang terakhir~ karena yang dulu abal sekali or *pundung*

yah, semoga ada perubahan yang berarti :)

enjoy!


Disclaimer: ATLUS. Kalo persona series punyaku, persona 5 pasti rilis di PS2. =_=#

Summary: sebuah kisah cinta segiempat antara yukiko-souji-chie-yosuke.

Fanfic pertamaku, maap kalo masih ancur. Review,please?


Persona 4 Fanfiction © AiNeko-chan

::

FRIENDSHIP & LOVE

::

CHAPTER 1

"The Transfer Student"


Yasogami Higschool, Yasoinaba

08.15 AM

Suasana dalam SMU satu-satunya di daerah Inaba itu ramai seperti biasa. Murid-murid masih asyik dengan kegiatannya masing-masing, berjalan atau mengobrol di sekitar koridor, walaupun bel tanda masuk telah lama berdering. Selama guru yang mengajar belum masuk kelas, sepertinya murid-murid tidak akan menganggap bel itu sebagai pertanda masuk kelas.

Di dalam kelas 2-2 yang terletak di lantai 2 sebelah barat, adalah dua orang gadis remaja yang duduk berhadapan, mengobrol dengan tenang sementara suasana kelasnya mulai ricuh karena ulah beberapa murid bermasalah.

"Jadi, pulang sekolah ini kau akan membantu di penginapan lagi, Yukiko?" kata salah satu gadis yang berambut bob coklat dan mengenakan jaket hijau di balik seragamnya.

"Um.." gadis yang satunya menjawab dengan sedikit helaan nafas. "Entah kenapa, belakangan ini Okaasan jadi lebih sering memintaku membantunya, Chie. walaupun sepenglihatanku jumlah tamu yang datang tetap sama..", dia memilin ujung rambutnya lalu mengurainya kembali—tanda bahwa ia tengah gelisah. Gadis yang ini memiliki rambut panjang hitam dan memakai cardigan berwarna merah, serta bando yang sewarna dengan cardigannya.

Temannya yang dipanggil Chie itu tidak sempat menjawab, karena saat itu, tiba-tiba seorang guru bergigi tonggos yang terlihat galak memasuki ruangan kelas dengan suara pintu yang dibuka dengan kasar. Dia mengirim death glare ke seluruh kelas, dan dalam sekejap, semua murid menghentikan aktifitasnya dan segera duduk di bangku masing-masing, termasuk dua gadis tadi.

"Akh, King Moron sudah datang! Yukiko, kita lanjutkan nanti ya!", kata gadis berambut bob seraya berdiri dan kembali ke bangkunya. Temannya yang bernama Yukiko hanya memberikan senyum tipis sebagai jawaban.

Seseorang yang sepertinya ketua kelas berdiri, memberi isyarat untuk mengucapkan salam dan ucapan "Selamat Pagi" kepada wali kelas mereka yang baru datang, lelaki tua bernama Morooka yang biasa disebut King Moron oleh murid-murid. (rahasiakan ini darinya!)

"Ahem! Yak, cukup untuk salam bodoh itu! Dengar, murid-murid tidak berguna! Aku tidak mau basa-basi, jadi langsung saja.. Kelas ini kedapatan murid baru, dan orangnya ada di luar sana." kata Morooka sambil menunjuk ke arah pintu.

Sesaat, kelas kembali ramai karena ucapan Morooka tentang "murid baru" itu. Obrolan semacam "Kira-kira laki-laki atau perempuan ya?" dapat terdengar di setiap bagian kelas, sampai guru bergigi tonggos itu mengeluarkan suara deheman keras yang membuat sekelas hening kembali.

"Jangan ribut cuma gara-gara kelas ini kedatangan satu pembuat onar lainnya! Dan aku tidak suka membuang waktuku, jadi—Hei, kau! Cepat masuk!" serunya.

Saat seorang lelaki memasuki kelas itu dengan isyarat dari Morooka, kelas jadi ramai kembali.

Lelaki itu memiliki rambut berwarna abu-abu pendek. Ia juga memiliki warna mata yang sama dengan rambutnya. Pandangannya tenang, dengan kulit yang cukup putih untuk ukuran seorang lelaki. Blazernya tidak terkancing, namun tidak ada seorangpun yang peduli dengan perkara itu. Mereka semua hanya memperhatikan wajah sang murid pindahan. Wajah yang membuat hampir seluruh anak perempuan di kelas itu terpesona, dan seluruh anak lelaki yang menatapnya tak nyaman. Wajah yang hampir tanpa ekspresi namun terlihat mengagumkan.

"Baiklah, perkenalkan dirimu! Singkat saja! Jangan sita waktuku lebih dari ini!" perintah Morooka. Lelaki itu mengangguk dan mulai memperkenalkan dirinya.

"Namaku Souji Seta. Salam kenal.", katanya sambil membungkukkan badannya, lalu memberikan senyum simpul kepada seluruh kelas.

Senyuman itu disambut dengan beberapa teriakan kagum murid-murid perempuan, sementara yang lainnya berusaha menyembunyikan rona merah di wajah masing-masing. Walaupun ada juga beberapa yang tidak peduli. Murid lelaki mengirimkan pandangan tidak suka kepada murid baru itu, atau bisa dibilang—pandangan cemburu.

Yukiko sempat terpesona juga olehnya, dan Ia menengok ke belakang—tepat ke tempat Chie duduk. "Wah, murid pindahan itu keren juga ya, Chie. Lihat sekeliling, mereka sampai berteriak lebay seperti i— eh? Chie?" –dan Ia menyadari ekspresi wajah temannya yang cukup.. aneh.

Chie tidak merespon pernyataan Yukiko, tentu saja. Wajahnya seperti bengong, rona merah dapat terlihat di kedua pipinya, dan matanya tertuju ke depan, tapi tidak melihat ke arah Yukiko, King Moron, atau teman-temannya yang lain, melainkan kepada lelaki berambut abu-abu yang sekarang tampak bingung karena satu kelas jadi ribut karena perkenalannya. Kepada Souji Seta.

Dan Yukiko, tentu saja segera menyadari, bahwa sahabatnya telah jatuh cinta pada pandangan pertama, kepada murid pindahan yang bernama Souji Seta.

Sementara, Morooka atau King Moron merasa agak kesal (atau lebih tepat,cemburu) melihat Souji yang bisa menarik perhatian seluruh anak perempuan di kelas itu. Sebuah symbol urat dapat terlihat di dahinya yang cukup lebar.

"Sudahlah! Perkenalan ini berlangsung terlalu lama! Dan apa-apaan dengan teriakan itu! Dasar pembuat onar!", dia melirik Souji dengan tatapan membunuh, walaupun Souji tidak menyadarinya. "Tunggu apa lagi kau? Seta Sonji, cepat duduk di bangkumu! " semburnya.

"Nama saya Seta Souji, Pak." koreksi Souji, "Dan saya harus duduk di mana?"

"Dimana saja yang bangkunya kosong! Kalau tidak ada, duduk di lantai saja sana!", ucapnya sewot lalu segera mengalihkan pandangannya dari Souji yang tampak sweatdrop mendengar ucapan Morooka yang sangat-tidak-mencerminkan-seorang-guru itu. Namun, Ia putuskan untuk tetap tenang dan mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas untuk menemukan bangku kosong. Dan Ia menemukannya di sebelah bangku Chie.

"Permisi, boleh aku duduk disini?", ucapnya langsung saat menghampiri gadis berambut bob itu. Yang dipanggil segera tersadar dari lamunannya dan terkejut mendapati lelaki berambut abu-abu itu sedang berdiri di sebelahnya.

"Eh? Hah? Di sebelah sini? Eh, anu.. maksudmu—Oh! M-maksudnya duduk di bangku sebelahku? A.. ahahaha, tentu saja boleh! S-silakan! Silakan!", katanya dengan gugup, menimbulkan gelak tawa dari murid sekelas. Wajahnya jadi memerah karena malu.

Tapi, Seta Souji, hanya memberikan senyum lembut sebagai jawaban. Ia meletakkan tasnya di atas meja, kemudian duduk di bangku sebelah Chie.

"Terimakasih." katanya, masih dengan senyum lembut. "Mohon bantuannya untuk satu tahun ke depan. Siapa namamu?"

Chie makin gelagapan. "E-err.. C-chie! Chie Satonaka! M-mohon bantuannya juga!"

"Satonaka-san ya? Salam kenal, kalau begitu." ucapnya lagi, membuat muka Chie jadi semerah tomat mendapati lelaki itu tengah berada sangat dekat dengannya.

"Sa-salam kenal juga, Seta..kun." Chie sempat tertawa salah tingkah sebelum kena semprotan ludah (hoek) Morooka karena berisik saat pelajaran akan dimulai.


Saat waktu istirahat tiba, seketika meja sang murid pindahan yang bernama Souji itu langsung dikelilingi banyak anak-anak sekelas. Tentu saja 99.9% diantaranya adalah murid-murid perempuan yang tertarik dengan ketampanan Souji.

Sementara, Chie yang sedang makan bersama di salah satu bangku di ujung kelas bersama Yukiko (karena bangkunya yang ada di sebelah Souji dikerumuni anak-anak perempuan), terus memperhatikan souji dengan rona merah yang masih terlihat jelas di wajahnya.

Yukiko yang tadinya sedang asyik bercerita mengehentikan ceritanya karena melihat Chie yang sepertinya daritadi tidak menyimak omongannya.

"Hei,Chie.."

Chie masih melamun.

"Chie,kau dengar aku?"

Chie masih,masih melamun.

Yukiko yang kesal akhirnya menggoyangkan tangannya didepan mata Chie, membuat gadis berambut coklat itu segera tersadar dari lamunannya.

"Oh,Yu-Yukiko,ada apa?"

Yukiko merengut kesal. "Kau dengar tadi aku ngomong apa?"

"He? Tidak. Memangnya kamu ngomong apa?"

Yukiko makin kesal. Ia memegang kepalanya dan berkata dengan nada marah.

"Makanya kalo lagi diajak bicara perhatikan dong! Jangan cuma melihat ke arah murid pindahan itu saja!"

Seketika muka Chie jadi bertambah merah.

"What The—! Siapa yang merhatiin murid pindahan itu?!"

Yukiko tersenyum sinis, "Well,aku sudah melihatmu memperhatikan murid pindahan itu selama 10 menit. Aku tahu,kau suka padanya kan?"

"!!"

Kali ini wajah Chie jadi semerah tomat. Matanya terbelalak kaget. Sepertinya Ia ingin mengatakan sesuatu, namun Yukiko cepat memotongnya dengan senyum mencurigakan.

"Tidak usah disembunyikan deh..aku tahu kok sejak melihat Seta-kun sejK pertamakali kamu sudah suka padanya kan? Aku ini kan sahabatmu. Masa aku tidak tahu ketika sahabatku sedang jatuh cinta?" Yukiko tertawa.

Gadis berambut bob di depannya terdiam untuk sesaat,

"…..Well..yeah…mungkin memang benar…" jawab Chie akhirnya, sambil tertunduk malu-malu.

" A-aku tidak mengerti,Yukiko..seumur hidupku,ini pertamakalinya aku begitu terpesona melihat seorang laki-laki..dan ini pertamakalinya aku menganggap keberadaan seorang laki-laki itu begitu spesial di hatiku..jantungku terus berdebar-debar setiap melihat senyumannya..dan mataku tidak bisa berhenti menatapnya…"

Setelah Chie mengatakan hal tersebut dengan mengeluarkan segenap keberaniannya, bukan jawaban yang didapatkannya, melainkan..

Suara tertawa Yukiko..

"A-ahaha..! Snrk—I-ini pertamakalinya Chie yang tomboy itu mengatakan hal yang begitu romantis! Apa hari ini akan turun hujan? Hahahahaha!"

Chie kesal mendengar kata-katanya ditertawakan, wajahnya jadi kecut.

"Yukikoo..orang lagi curhat malah diketawain…" sahutnya dengan nada kesal.

"…Hahaha..maaf,maaf,,bercanda kok! Aku mengerti perasaanmu…itu namanya perasaan seorang gadis yang sedang jatuh cinta!"

"…Itu sih aku juga tahu -_-..errr…lalu,apa yang harus kulakukan?"

"Yang harus kau lakukan? Tentu saja menarik perhatiannya—sampai kau bisa jadian dengannya!"

Chie terbelalak kaget mendengar kata "jadian" itu. Wajar saja, meskipun tahun ini Ia telah menginjak usia 16 tahun, seumur hidup, dia tidak pernah sekalipun jadian dengan seorang laki-laki. Mungkin ada beberapa yang dekat dengannya, tapi Ia tidak menganggap mereka lebih daripada sahabat, tentu saja. Seperti yang dikatakannya tadi, ini pertamakalinya dia jatuh cinta.

"Ja..jadian..? Kupikir tidak usah sampai segitunya.."

"Kenapa tidak? Jadi kau mau selamanya hanya melihatnya dari kejauhan..sampai dia jadian dengan cewek lain, begitu?"

"…..Ti..tidak!! Uhh…tapi..aku tidak percaya diri..memangnya dia mau pacaran dengan cewek yang tidak cantik seperti aku ini?"

"Jangan pesimis dulu! Kamu manis kok,chie! Tenang saja, aku akan membantumu!"

"Benarkah, yukiko..?"

"Tentu saja. Tapi minta bayaran 1000 yen ya!"

"……Geez..yukiko,sejak kapan kamu jadi mata duitan?" Chie sweatdrop.

Keduanya sempat tertawa kecil sebelum akhirnya bel masuk berbunyi, membuat mereka harus bergegas menghabiskan bekalnya dan kembali ke tempat duduk masing-masing.


"Soujiii! Pulang bareng yuk!"

Murid pindahan berambut abu-abu itu tengah membereskan mejanya saat sebuah suara yang sangat SKSD itu memanggilnya. Murid pindahan—Seta Souji sebenarnya sudah mengenal lelaki berambut coklat yang sekarang berdiri dengan senyum cemerlang di sebelah mejanya itu, Yosuke Hanamura.

Saat istirahat tadi, dia satu-satunya lelaki yang mengajaknya mengobrol di antara sekian banyak gadis-gadis menyebalkan yang gampang berteriak-teriak seperti orang gila saat Souji tersenyum sedikit saja. Mungkin dia satu-satunya lelaki di kelas itu yang tidak merasa cemburu dengan kepopuleran Souji, atau memang dia selalu bersikap seperti itu pada tiap murid pindahan, atau mungkin dia memang tertarik untuk menjadi sahabat Souji, atau mungkin saja dia homo yang tertarik dengan wajah tampan Souji.

…Oke, hapus kemungkinan ketiga. Kembali ke topik.

Well, bisa dibilang, daripada pulang bersama gadis-gadis menyebalkan itu, mungkin lebih baik aku pulang bersama lelaki ramah (baca: SKSD) ini, pikir Souji.

"Baiklah," jawabnya dengan senyum kecil, membuat gadis-gadis yang mengantri di belakang Yosuke untuk mengajaknya pulang bersama jika saja Souji tidak menerima tawaran Souji, mengeluarkan seruan "YAAAAH" berbarengan. Souji tidak terlalu mempedulikannya, sebenarnya. Namun Yosuke sepertinya mengirim tatapan "Heh, aku menang!" kea rah gadis-gadis itu, membuat mereka balas mengirim death glare kepada lelaki berambut coklat itu.

Sementara Souji sudah mengambil tasnya dan berjalan beriringan dengan Yosuke, dua gadis berambut hitam dan coklat tampak menggerutu di bangku mereka sendiri. Yap, siapa lagi kalau bukan Yukiko dan Chie yang sebenarnya juga ingin mengajak Souji untuk pulang bersama mereka.

"Aaah! Keduluan! Dasar Hanamura brengsek!" ucap Chie kesal sambil sedikit mengacak rambutnya.

"Yah, setidaknya kau bisa lega karena dia pulang dengan lelaki, bukan dengan gadis lain kan. Kecuali kalau ternyata Hanamura itu homo, hahaha." hibur Yukiko, namun ucapannya membuat wajah Chie berubah horror.

"Tolong jangan berkata seolah Seta-kun itu homo, Yukiko. -_-lll Aku tidak mau kalau ternyata lelaki yang kusukai itu homo atau bisex, hiii.."

"Tapi yang kubilang homo itu kan Hanamura-kun, bukan Seta-kun." Yukiko sweatdrop.

"Sama saja ah! Kalau ternyata Hanamura homo dan Seta-kun mau dengannya, sama saja dia juga homo kan?!"

"Ya tapi kan daripada melihat dia jadian dengan cewek lain, bukannya kamu akan merasa lebih lega kalau dia jadian dengan cowok?"

"TENTU SAJA TIDAK!"

"Tapi—"

Perdebatan kedua gadis yang bisa dibilang sangat tidak penting itu pun terus berlanjut. Well, Author sendiri bingung, sejak kapan mereka jadi berdebat tentang homo-homoan begini? Mungkin salah satu dari mereka akan ada yang berbakat menjadi seorang fujoshi di masa depan nanti, seperti sang author. (oke, gapenting-_-)

Kembali ke cerita, sementara Yukiko dan Chie masih berdebat seputar homo-dan-tidak, Yosuke yang berjarak tak jauh dari mereka dan memang memiliki kuping neraka, segera menengok kea rah keduanya dengan senyum mencurigakan,

"Hei, Satonaka dan Amagi! Sedang apa kalian bisik-bisik sambil menyebut namaku disana? Mencurigakaaan~" sahutnya jahil. Chie yang mendengarnya menghentikan perdebatan mereka dan segera mengirim death glare ke arah cowok berambut coklat itu.

"Bukan urusanmu, bodoh!" ucapnya sinis lalu segera berbalik ke arah Yukiko kembali. Yosuke yang bisa dibilang paling hobi menjahili gadis seperti Chie, nyengir kuda dan kembali berkata dengan suara keras,

"Oooh, sikap macam apa itu? Tsundere? Jangan-jangan, sebenarnya kau suka padaku yaaa, Satonaka~?" ujarnya pede. Mendengar itu, Chie segera menatapnya dengan death glare lagi dan berdiri dari posisi duduknya,

"TENTU SAJA TIDAK! Sejak kapan kau jadi GR begitu sih? Mau cari gara-gara denganku, huh?" balasnya kalap.

"Hmmm? Begitu ya? Bagus deh! Soalnya kalau kau ternyata benar-benar suka padaku, aku akan bingung bagaimana cara menolakmu. Habis, kau kan samasekali tidak terlihat seperti perempuan. Kalau kutolak, siapa lagi lelaki yang akan mau denganmu? HAHAHA!"

Mendengar itu, tentu saja Chie jadi semakin marah. Dalam hitungan detik, sebuah tas sekolah dilemparkan dengan mulus tepat ke wajah Yosuke, dan dalam hitungan detik pula lelaki dengan headphone di lehernya itu bisa menghindarinya sambil tertawa, lalu kabur entah kemana.

"KEMBALI KE SINI, HANAMURA BRENGSEEEEK!!!!!" seru Chie dengan wajah penuh amarah sambil mengejar Yosuke, ke luar kelas. Smeentara Yukiko hanya sweatdrop di kursinya. Begitu pula dengan murid lain yang melihatnya. Pertengkaran kedua orang itu sudah jadi pemandangan yang biasa dilihat semua orang di wilayah Yasogami Highschool, namun tentu saja tidak bagi sang murid pindahan yang kini bengong di dekat pintu, melihat kedua orang itu berkejaran entah kemana.

"Ano, apa kedua orang itu.. tidak dihentikan?" ucapnya masih cengo kepada Yukiko yang sekarang berdiri paling dekat dengannya. Yukiko hanya tertawa kecil,

"Tidak usah, sudah biasa kok." Jawabnya santai, tanpa mengetahui bahwa jawabannya membuat yang bertanya double sweatdrop. "Be-begitu ya? Dia kalau tidak salah.. Satonaka kan? Aku tidak menyangka dia sehebat itu.."

"Yap, Chie Satonaka. Anak yang energik sekali bukan? Dia sudah seperti itu sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Benar-benar baik dan bisa diandalkan." Yukiko tersenyum lembut, membuat Souji tanpa sadar ikut tersenyum juga.

"Benar, ini pertamakalinya aku bertemu gadis powerful seperti dia," komentar Souji, "Lalu, namamu?"

Yukiko yang tadinya sedang sibuk memuji dirinya sendiri yang berhasil mempromosikan kehebatan Chie di depan Souji dalam hati, langsung menatap lelaki berambut abu-abu itu lagi dan menyodorkan tangannya, "Aku Yukiko Amagi, sahabatnya Chie. Salam kenal, Seta-kun." ucapnya sambil melontarkan senyum yang kali ini memang ditujukan untuk Souji. Lelaki itu lagi-lagi ikut tersenyum dan menjabat tangan gadis berambut hitam tersebut,

"Baiklah, Amagi-san, salam kenal." Senyuman yang diberikan sang lelaki berambut abu-abu itu entah kenapa membuat jantung Yukiko sempat berdetak lebih kencang dari biasanya,

"S-senyumnya, manis sekali.. Pantas saja Chie suka padanya." Pikirnya sambil mencoba menyembunyikan rona merah yang terbentuk di kedua pipinya.

Tak lama kemudian, chie datang bersama yosuke yang tengah meringis kesakitan sambil memegangi perutnya. Sepertinya tendangan chie telak menghajarnya.

"Ayo,pulang yukiko! Aku sudah memberi pelajaran pada si bodoh ini!" ujar Chie dengan tampang kesal.

"Su-sudah kuduga.. orang brutal kayak dia, pasti bukan cewek.. ughh.." sahut Yosuke dengan terbata-bata sambil tetap memegang perutnya.

"APA?! MAU MINTA DIPUKUL LAGI YA,HAH?!"

"W-wuaaaa!! A—ampuun!!"

Yukiko dan Souji tertawa geli melihat pertengkaran konyol Chie dan Yousuke itu.

"Sudahlah,chie. Ayo kita pulang. Kasian Hanamura-kun tuh…" Yukiko menengahi dan memegang tangan Chie agar gadis itu tidak 'menyiksa' Yosuke lagi. "Baiklah kalau begitu, sampai jumpa besok, Hanamura-kun…Seta-kun!" ujar gadis itu lagi seraya melambaikan tangan ke arah dua lelaki itu.

"Eehhh….Emmm…..Sampai…jumpa besok, Seta-kun…" Chie, dengan gugup, ikut melambaikan tangannya perlahan untuk Souji, yang juga dibalas dengan lambaian tangan oleh lelaki berambut abu-abu tersebut, plus senyuman yang hampir membuat wajah gadis itu kembali semerah tomat.

"Kau tidak mengucapkan sampai jumpa padaku nih? Dasar cewek barbar.." yosuke merengut.

Chie menjulurkan lidahnya, meledek Yosuke, sebagai pengganti salam sampai jumpa dan lambaian tangan untuk lelaki yang –menurutnya— sangat menyebalkan itu, sebelum keluar dari ruangan itu dan bertukar cerita dengan Yukiko.


(A/N)

Haah..akhirnya bikin juga ni fanfic gajelas..karena ini fanfic pertamaku,mungkin masih banyak kekurangannya..tolong kasih saran via review yaaa…arigatou gozaimashita..XD

Oya, disini pasangan2 nya emang belom jelas..yang baru muncul tokohnya juga baru segini..nanti akan kumunculin rise, naoto, kanji dkk. Nanti akhir2 pasangan2nya juga bakal kuperjelas kok! ^o^

sekali lagi,

review please?


/EDITED/

Yah, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, karena menurut saja fanfic ini sangaaaaaaaaat abal tanpa diedit ulang, jadi saya rombak semuanya dari chapter 1 sampai chapter yang masih ditulis dengan penggunaan bahasa yang berantakan, EYD asal-asalan, dll. Salahkan kemampuan menulis saya yang masih sangaaat minim di masa lalu sob sob (tapi udah nyotoy bikin fanfic asdfghjkl *commit suicide* /lebay/

Yah, semoga perombakan ini bisa lebih memuaskan reader dan reviewerku tertjintah. (^//w//^) Love ya all, guys! Please keep reading, and reviewing, if you don't mind ^////^

Lots of hugs and kisses,

AiNeko-chan :D