My First fic. Hahaha, mungkin masih banyak banget ya cacatnya. Buat para senpai, please review and help me!!

RnR please? *puppy face*

So... enjoy!! XD

Author : Natsumi Kohinata

Disclaimer : Harvest Moon © Natsume ( gak tau bener apa nggak )

My Childhood Friend © Natsumi Kohinata

Pairing : Kai x Popuri x OC x Muffy

Warning : STRAIGHT, GaJe, maybe OOC

Genre : Romance

Rated : T


My Childhood Friend

------------------------------------------------------------------------------

Popuri's P.O.V

Flashback

" Hey. Kok kamu ada disini?"

" Eh? Ma...maaf. Aku suka saja duduk-duduk di bukit ini. Maaf, ini tempat spesialmu,ya?"

" Yaah, bisa dibilang begitu, sih. Tapi nggak apa-apa. Aku senang punya teman."

" Kalau gitu, ayo kita duduk sama-sama."

--------------------------------------------------------------------------------------------

" Kesini, deh. Aku mau nunjukin tempat kesukaanku."

" Eh? Dimana? Aku ingin lihat, deh."

" Disini, aku biasa melihat sunset."

" Di puncak Mother's Hill ini?"

" Iya, aku biasa kesini tiap sore."

" Uwaah, indahnya!"

-------------------------------------------------------------------------------------------

" Maaf, tapi... aku harus pindah."

" Eh? Pindah? Kemana?"

" Aku nggak tahu. Aku sedih sekali..."

" Hiks… Arren…"

" Popuri, aku janji akan datang lagi untuk mengunjungimu."

" Benar, ya!! Arren, kau harus datang lagi, ya!!"

" Aku harus pergi... sayonara, Popuri..."

" Arren, kau harus datang lagi, ya!!"

End of Flashback

-------------------------------------------------------------------------------------------

Aku masih ingat cara aku memanggil namanya. Arren. Rasanya tenggorokanku tercekat waktu aku menyebut namanya. Memang, kata orang, kita tak bisa menyebut nama orang yang kita sukai. Aku jadi teringat saat kami pertama kali bertemu...

--

Waktu itu, Arren hanyalah seorang anak lelaki berumur 7 tahun yang sedang berlibur di Mineral Town. Ia menginap di peternakan milik seorang kakek di pinggiran kota. Kami bertemu secara tidak sengaja di bukit favouriteku. Ia tampak sedang menatap langit. Ia berbaring tak bergerak, hingga aku mengiranya sudah mati.

Bukit itu terletak di pinggir kota. Tiap sore aku biasa kesana sebelum aku pergi melihat sunset di Mother's Hill. Well, aku agak kaget. Tak banyak orang yang mengetahui tentang keberadaan bukit itu.

Tapi, sejak saat itu, kami bersahabat. Tiap petang aku selalu mengajaknya pergi ke Mother's Hill untuk melihat sunset bersama-sama sambil bernyanyi-nyanyi. Lagu yang kami nyanyikan nggak jelas, hanya kami karang-karang sendiri. Tapi, lagu itu menjadi lagu special saat kami melihat sunset. Kadang, saat Arren sedang menyanyikan lagu itu sendirian, aku akan tertidur. Kami menyebut lagu itu Mother's Hill's Lullaby.

Setelah kira-kira seminggu bersamanya, tiba-tiba aku teringat. Arren SEDANG berlibur. Jadi, sudah bisa dipastikan ia akan kembali ke kota tempat tinggalnya. Namun, kegelisahanku lenyap ketika Arren memberitahuku sebuah kabar gembira. Katanya, ia akan tinggal di Mineral Town! Artinya, kita masih dapat bersahabat!

5 tahun sudah kami lalui bersama. Arren adalah sahabat yang sangat berarti bagiku. Ia selalu membuatku tertawa ketika aku menangis, turut gembira ketika aku tertawa, menolongku ketika aku terjatuh...

Seakan-akan Arren adalah bagian dari diriku.

Kehadiran Arren membawa warna di kehidupanku.

Hingga pada saat aku berumur 12 tahun, aku merasa ada sesuatu yang aneh di diriku. Astaga!! Aku menstruasi!!

Ehm. Salah.

Aku mulai berpikir bahwa… apakah aku menyukai Arren? Aku selalu memiliki feeling aneh ketika berada didekatnya. Jantungku berdebar lebih keras, mukaku selalu memerah, dan aku selalu merasa malu. Yup, kata orang, itu pertanda kita sedang jatuh cinta.

Aku memutuskan untuk menyatakan perasaanku pada Arren. Saat kami sedang berada di Mother's Hill, aku mengajaknya bicara. Malahan, kami berdua ingin saling berbicara.

Tapi, aku mengisyaratkannya untuk bicara duluan. Dan ternyata, ia bilang ia akan pindah. Ia memberikan sebuah kotak musik untuk kenang-kenangan. Lalu, ia bergegas pulang untuk mengepak barang. Sungguh, dadaku sakit. Aku nggak nyangka dia akan pindah…

Aku berlari pulang. Sesampainya dirumah, aku sibuk menangis di kamar sehingga kotak musik itu kuhiraukan.

Esoknya, ketika aku bangun, aku menyadari ada bekas air mata di sudut mataku. Ternyata aku menangis sampai tidur. Aku teringat kotak musik pemberian Arren dan membukanya.

Ternyata, lagunya adalah Mother's Hill's Lullaby. Aku sangat terkejut. Entah bagaimana caranya membuat kotak musik ini. Saking bahagianya air mataku menetes. Aku menangis hingga aku menyadari ada sebuah kertas yang terselip di kotak musik. Ternyata, disitu tertulis: Kapalku berangkat jam 8 pagi di dermaga.

Spontan aku melihat jam. Sudah jam 8 kurang 10 menit!! Dengan membawa kotak musik itu, aku berlari keluar, ke dermaga.

Aku mendapati Arren sedang menaikkan barang-barangnya kekapal dan sedang akan menaiki papan penghubung untuk naik ke kapal. Aku menyerukan namanya. Arren menoleh dan berlari balik.

Aku memeluk Arren erat-erat. Aku tak ingin melepasnya pergi. Sayang, Tuhan berkehendak lain. Arren melepas pelukannya, dan berjalan naik ke kapal. Ia kemudian membalikkan badan, dan melambai. Aku hanya bisa melambai lemah padanya.

Kapal mulai berjalan. Aku memeluk kotak musik pemberian Arren erat-erat. Apakah ini takdirku? Bahkan aku tak bisa memberitahu Arren bagaimana sesungguhnya perasaanku padanya…

Mother's Hill's Lullaby mulai mengalun dari kotak musik, seakan-akan ingin menghiburku…

--

Normal P.O.V

" Popuri!!" pintu menjeblak terbuka, dibuka oleh Ann. Teriakannya membuyarkan lamunan Popuri. Ia tampak habis berlari. Dadanya naik-turun.

" A... Ada apa, Ann? Bikin kaget saja..." Popuri menoleh kearah pintu kamarnya.

" Maaf, Popuri. Aku cuma pengen ngasih tahu kamu sesuatu."

" Hah? Apaan?"

" Arren! Arren sudah pulang, lho! Dia kembali ke Mineral Town!"

" Apa?!"

" Iya! Ayo ke dermaga!" Ajak Ann. Kedua sahabat itu pun berlari-lari kecil menuruni tangga.

--

Arren tampak sedang menurunkan barang-barangnya ia kemudian menatap langit dengan tatapan rindu.

" Mineral Town," ucapnya lembut, " Sudah lama..."

" Arren!!" suara yang familiar di telinganya membuatnya menoleh. Matanya melebar. Ia tak percaya akan apa yang dilihatnya...

" Popuri! Oof!!" Popuri langsung memeluk Arren. Membuat muka Arren bersemu merah.

" Arren!! Aku kangen banget!! Udah 3 tahun, lho!!" seru Popuri. Arren tertawa kecil.

" Hehehe. Hey, ngomong-ngomong, kau makin tinggi, ya. Rambutmu juga sudah nggak dikuncir dua lagi kayak dulu." Arren menatap rambut Popuri, yang sekarang digerai dan dibando. Popuri hanya menunduk. Mukanya memerah.

" Kau juga makin tinggi Arren. Bukan Arren yang lebih pendek dariku dulu." ujar Popuri sambil memperhatikan penampilan Arren yang sekarang. " Ngg.. Kalung apa itu?" Popuri menunjuk kalung berbentuk bulat yang dikenakan Arren.

" Oh, ini?" katanya sambil menunjuk dan mengangkat kalungnya. " Ini dari Muffy, mantanku."

To Be Continued...


Gimana menurut kalian?? My first fic!! Jelekkah? GaJekah?? Tuangkan semuanya dalam Review.