Ok, ini fic Bleach pertamaku pake bahasa Indonesia dan lebih dari satu chapter (biarpun yang satunya itu cuma ngelanjutin cerita orang). Mudah-mudahan suka. Kubuat temanya vampir soalnya cuma dikit fic Bleach bhs indonesia yg temanya vampir (salah satunya punya Kazu, Hallowen Night, keren!) terus lebih dikit lagi yang pairing UlquiHime (padahal fans berat pairing itu), akhirnya buat deh fic ini.
Pairing yang ada selain UlquiHime, IchiRuki sm HitsuHina, mungkin nanti kalo chapternya udh banyak ada GinRan
"Pagi Inoue." Sapa seorang gadis mungil dengan mata violet ke temannya yang berambut orange dan menatap keluar jendela, namun tidak ada jawaban dari gadis itu. "Inoue Orihime, sedang lihat siapa?"
Orihime akhirnya sadar dirinya dipanggil dan menatap temannya. "Maaf Rukia-san."
"Sedang lihat apa sih?" Ujar Rukia penasaran dan ikut melihat arah yang dilihat Orihime tadi. Sekelompok pemuda tengah berlatih sepak bola di lapangan, salah satunya berambut orange cerah dan tampak semangat sekali menjalani latihan.
"Hoo...melihat Ichigo ya." Komentar Rukia yang membuat wajah Orihime merah padam. "Sudah sana, tembak saja dia."
Orihime menggeleng. "Aku malu...masa' cewek yang bilang duluan lagipula...Kurosaki-kun sepertinya lebih perhatian padamu."
"Perhatian apaan, tiap hari selalu cari gara-gara ke aku, bilang aku cebol, pendek, apalah." Gerutu Rukia sambil meletakkan tasnya di bangkunya yang bersebelahan dengan Orihime. "Oh ya, sudah tahu belum kalau nanti ada murid pindahan." Lanjutnya setelah duduk.
"Pindahan? Di waktu seperti ini?" Tanya Orihime heran.
Rukia mengangguk. "Tadi niisama memberitahuku, dia masuk kelas kita."
Mereka berdua membicarakan kira-kira siapa murid baru ini hingga seseorang memukul kepala Rukia dengan buku. Dengan wajah kesal Rukia menoleh dan melihat Ichigo berdiri dibelakangnya.
"Cebol, aku pinjam PR matematikamu." Kata Ichigo.
"Pinjam yang lain kenapa?" Balas Rukia sewot.
"Kalau nilaiku yang ini jelek Kuchiki-sensei bisa marah, kau kan adiknya pasti PRmu benar semua."
Dengan menggerutu Rukia mengeluarkan buku dari tasnya dan diberikan pada Ichigo. "Cepat salinnya, 10 menit lagi masuk."
"Hah! Tinggal 10 menit!" Buru-buru Ichigo kembali ke bangkunya yang terletak paling depan di deretan Rukia, tanpa sengaja mendorong kursi pemuda berambut putih yang tengah diobati luka didahinya oleh gadis berambut hitam yang digelung.
"Kurosaki! Memangnya menendang bola kemukaku belum cukup!" Protes pemuda itu.
"Maaf, Hitsugaya." Jawab Ichigo buru-buru sambil mengeluarkan buku.
"Sudahlah Toushirou, daripada dia dimarahi Kuchiki-sensei lagi karena PRnya belum selesai." Kata gadis yang mengobatinya dengan nada menenangkan.
"Kalian ini, pagi-pagi sudah pacaran." Goda pemuda berambut merah yang baru datang.
"Abarai, minta kuhajar?" Ancam Toushirou.
Rukia menghela nafas dan menggelengkan kepala melihat kelakuan teman-temannya.
Tepat saat bel masuk berbunyi Ichigo selesai menyalin PR Rukia, saat dia mengembalikan buku Rukia ke orangnya, guru mereka datang.
"Menyalin PR Rukia lagi, Kurosaki?" Ucapnya dengan nada menyindir, seluruh kelas berusaha menahan tawa mereka, antara Ichigo dan guru matematika mereka memang tidak terlalu baik karena Ichigo sering mengejek Rukia yang juga adik wali kelas mereka. "Kembali ke tempat dudukmu."
"Baik Kuchiki-sensei." Jawab Ichigo malas.
"Sebelum pelajaran dimulai, mungkin beberapa diantara kalian sudah tahu kalau ada siswa pindahan." Ucap Byakuya lalu menoleh ke arah pintu. "Masuk."
Seorang pemuda berjalan memasuki kelas, murid-murid perempuan mendadak heboh melihatnya, bagaimana tidak lagi-lagi kelas mereka mendapat tambahan stok 'idola sekolah'. Kelas Orihime memang dipenuhi juara-juara andalan sekolah mereka, Ichigo sang bintang sepak bola juga kendo, Toushirou yang juga bintang sepak bola dan juga terkenal memiliki otak encer (belum juga sebagai cowok terimut di sekolah), Renji ace di klub basket, dan Ishida juara panahan. Sekarang mereka mendapat murid pindahan dengan wajah tampan meski sedikit pucat. Para murid perempuan yakin tidak butuh waktu lama hingga dia jadi salah satu bintang sekolah.
"Ulquiorra Schiffer." Dia memperkenalkan diri, suaranya terdengar dingin dan nyaris tidak ada ekspresi.
"Schiffer, kau duduk dibelakang Inoue. Inoue, angkat tanganmu."
"Inoue, kau dipanggil." Bisik Rukia. Orihime yang tadi perhatiannya terlalu terfokus pada Ulquiorra tersadar dan mengangkat tangannya. Tanpa bicara Ulquiorra berjalan ke tempat duduknya.
"Baik, kumpulkan PR kalian dan kita ulangan."
Seluruh kelas memprotes tapi Byakuya mengacuhkan protesan itu. Rukia juga memprotes dalam hati, hobi kakaknya yang mengadakan ulangan mendadak pasti membuatnya diprotes oleh anak-anak sekelas saat istirahat nanti. Biasanya saat ulangan mendadak seperti ini hanya ada 2 orang yang tidak memprotes, Toushirou yang memang sudah dari sananya selalu mendapat nilai sempurna meski ulangan mendadak dan pacarnya, Momo tapi sekarang bertambah satu orang lagi, murid pindahan yang belum ada 10 menit datang, Ulquiorra.
"Schiffer, kau boleh membuka catatanmu kalau mau." Kata Byakuya yang baru sadar ada murid baru.
"Tidak perlu." Kata Ulquiorra yang membuat seluruh kelas terheran-heran dan mereka semua menanyakan hal sama dalam hati, dia ini waras atau tidak, ulangan Kuchiki-sensei bahkan kalau membuka catatan dan belajar semalam saja susahnya setengah mati, dia malah bilang tidak perlu.
Setelah satu jam pelajaran terlewati, seperti yang dihafal seluruh kelas, Toushirou dan Momo mengembalikan lembar jawaban mereka lalu pergi keluar. Byakuya memang membolehkan saat ulangan siapa yang sudah selesai boleh keluar asal tidak terlambat pelajaran berikutnya. Ulquiorra juga mengembalikan lembar jawabannya, membuat sekelas terkejut. Dia kembali ke tempat duduknya dan membaca buku, mengacuhkan tatapan heran juga kagum yang diarahkan padanya.
Akhirnya jam pelajaran matematika selesai. Rukia menghampiri Ichigo yang meletakkan kepalanya di meja, sudah tidak nyawa.
"Bagaimana? Pasti tidak bisa." Sindir Rukia.
"Aku benar-benar membenci kakakmu." Ucap Ichigo lemas.
"Sekarang olahraga kan. Ayo."
"Aku bolos saja...kepalaku masih pusing...Kenpachi-sensei juga tidak akan marah kalau aku bolos pelajarannya."
"Ayo ikut." Ucap Rukia memaksa.
Sadar Rukia hendak mengatakan sesuatu Ichigo berdiri dan mengikutinya keluar.
"Ada apa?" Tanya Ichigo heran.
"Anak pindahan itu...kau tidak merasa aneh padanya?" Kata Rukia.
"Kalau kau bilang begitu...aura disekitarnya memang lebih dingin. Kau ingin memeriksanya?"
Rukia mengangguk. "Tapi kalau memang benar, mau apa dia ketempat seperti ini? Seharusnya dia sadar kita juga bukan murid biasa."
Ichigo hanya mengangkat bahu.
Gym, pelajaran olahraga...
Pelajaran hari ini untuk perempuan senam lantai sementara laki-laki kendo. Tidak seperti biasanya, Ichigo tidak tampak berlatih sebelum penilaian padahal biasanya dia bahkan setelah selesai dinilai masih saja berlatih, entah dengan Toushirou atau Renji. Dia mencari-cari seseorang dan akhirnya menemukannya, Ulquiorra yang juga tidak berlatih seperti dirinya dan hanya bersandar di dinding paling jauh dari yang lain.
"Hei." Sapa Ichigo. Ulquiorra hanya memandangnya sekilas. "Tidak latihan?"
"Tidak ada yang pantas jadi lawan tandingku." Jawab Ulquiorra dingin.
"Hmm...berani juga kau. Mau mencoba denganku?" Tantang Ichigo.
"Kau juga sama dengan yang lain, hanya sampah."
Mendengar itu Ichigo merasa benar-benar ditantang dan dia mengayunkan pedang kayunya ke arah Ulquiorra tapi oleh Ulquiorra pedang itu dihentikan hanya dengan satu tangan. Ichigo terbelalak kaget, sampai sekarang tidak ada yang bisa menghentikan ayunan pedangnya hanya dengan satu tangan.
"Kurosaki, Schiffer, giliran kalian." Panggil Zaraki dari tengah lapangan.
Ulquiorra segera pergi tapi Ichigo masih ditempatnya selama beberapa saat sebelum kekagetannya pulih.
Perhatian semua segera tertuju pada mereka, mereka ingin melihat apakah ada yang bisa mengalahkan Ichigo dalam kendo atau dia tetap nomer 1 di sekolah. Begitu dimulai Ichigo segera menghujaninya dengan serangan-serangan tapi dengan mudahnya semua itu dihindari, gerakan Ulquiorra juga terlihat tenang.
"Hebat juga dia." Ucap Tatsuki yang baru datang saat pelajaran kedua karena kesiangan bangun. "Bagaimana Orihime?"
Namun lagi-lagi Orihime terlalu terpaku pada Ulquiorra. Entah kenapa Orihime merasa ada sesuatu yang aneh pada Ulquiorra, sesuatu yang menarik perhatiannya.
"Selesai!" Ucap Zaraki, menghentikan duel Ichigo dan Ulquiorra yang berakhir dengan kemenangan Ulquiorra.
"Heh...akhirnya ada juga yang bisa mengalahkan kepala orange itu." Komentar Rukia. "Inoue, Ichigo kalah tuh."
Orihime masih tidak merespon.
"Orihime!" Seru Tatsuki tepat ditelinga Orihime.
"Tatsuki, apa-apaan sih? Telingaku sakit." Protes Orihime sambil mengusap telinganya.
"Habis dipanggil gak jawab-jawab." Kata Rukia. "Ichigo kalah." Ulangnya.
"Oh..." hanya jawaban Orihime.
Rukia dan Tatsuki menatap heran, biasanya Orihime akan heboh kalau ada yang mengalahkan Ichigo.
"Kau kenapa?" Tanya Tatsuki.
"Ah, tidak ada apa-apa." Jawab Orihime, matanya sejenak kembali terarah pada Ulquiorra yang sudah bersandar ke dinding lagi.
Jam makan siang biasanya dihabiskan Orihime dengan teman-temannya tapi entah kenapa dia tiba-tiba ingin memakan bekalnya sendirian di atap.
Saat berjalan ke atap dia berpapasan dengan 2 siswi yang nampaknya baru dari atap, Hallibel dan Nelliel, primadona sekolah tapi tidak ada yang berani mengajak mereka kencan karena teman-teman mereka, Grimmjow, Nnoitra, Szayel, orang-orang paling bermasalah di sekolah. Saat berpapasan Orihime bisa merasakan kedua perempuan tadi menatapnya.
Rupanya dia tidak seorang diri di atap sekolah, Ulquiorra juga disana, berbaring di salah satu bangku dan membaca buku tebal yang tadi dibaca saat pelajaran Byakuya.
"Hai." Sapa Orihime.
Ulquiorra tidak menjawab tapi dia menatap Orihime sejenak sebagai tanda dia sadar keberadaannya.
"Sedang baca buku apa?" Tanya Orihime.
"Kau tidak bisa baca judulnya?"
Orihime memperhatikan baik-baik tulisan emas di buku hitam itu, 'Sejarah Vampir'.
"Schiffer-kun suka yang seperti itu?"
"Tidak juga." Balas Ulquiorra yang tidak sedikitpun matanya terlepas dari buku.
"Lalu kenapa baca?"
Ulquiorra menutup bukunya dan duduk tegak. "Apa itu urusanmu?" Tanyanya dengan mata yang sejenak membuat Orihime merinding.
"Tidak...ng, apa Schiffer-kun percaya vampir?"
"Aku percaya."
"Aneh, aku pikir orang seserius Schiffer-kun tidak akan percaya. Kalau aku tidak percaya."
"Matamu tidak bisa melihat hal yang seharusnya ada." Kata Ulquiorra pelan yang tidak bisa dijangkau telinga Orihime.
Pintu ke atap terbuka dan 2 orang datang, yang satu berambut biru sementara yang satu berambut pink dan berkacamata.
Orihime tampak ketakutan dengan 2 orang itu, berandalan sekolah Grimmjow dan Szayel.
"Tch, jadi benar kata Nel." Kata Grimmjow. "Kenapa kau kesini? Jangan membuatku muak melihat wajahmu terus-terusan." Ucapnya ke Ulquiorra. Ulquiorra tidak berbuat apa-apa, tetap ditempatnya, tidak ada ekspresi diwajahnya namun dari matanya jelas dia merasa terganggu dengan kehadiran mereka.
"Kau tidak ada hak mengaturku." Kata Ulquiorra tanpa perubahan suara, datar. "Pergi." Tambahnya pelan ke Orihime.
Orihime yang masih bingung dengan apa yang terjadi menuruti perkataannya.
Setelah merasa yakin Orihime sudah jauh Grimmjow bicara.
"Aku rasa Aizen tidak memerintahkanmu untuk kesini. Buat apa kau kesini? Jangan membuat kacau rencananya."
"Perintah langsung dari Aizen tidak perlu semuanya tahu, dia ingin melihat sejauh mata kalian berhasil memata-matai mereka." Kata Ulquiorra.
"Semuanya masih dalam kendali, Nel sudah mengatakannya tadi kan. Anjing kesayangan Aizen tidak perlu ikut campur."
Detik berikutnya Grimmjow mendapati tangan Ulquiorra mencekik lehernya. "Aku pernah memperingatkanmu kan, jangan memanggilku seperti itu." Ekspresinya tetap tidak berubah namun suaranya sudah dipenuhi ancaman.
"Ulquiorra, cukup. Kalau kita membuat keributan mereka akan curiga." Kata Szayel sebelum kondisi bertambah parah, tahu jika terus dibiarkan kedua orang yang tidak pernah akur ini akan segera bertarung.
Ulquiorra melepaskan cengekeramannya. Dengan wajah kesal Grimmjow membenarkan kerah bajunya dan pergi diikuti Szayel.
Ketenangan daerah gudang pelabuhan kota Karakura terganggu saat terdengan 2 pasang derap langkah orang berlari. Orang yang dikejar itu akhirnya berdiri di batas pelabuhan.
"Tolong berhenti mengejarku." Ucap orang itu yang sudah kelelahan.
"Membiarkanmu berkeliaran hanya membuat bahaya." Ujar Toushirou yang mengenakan kimono hitam dan haori putih, ditangannya tergenggam pedang.
"Pemburu...memang tidak memiliki hati." Orang itu menunjukkan taringnya dan menerjang Toushirou. Toushirou menghindarinya dan menggunakan sedikit kesempatan yang ada untuk menebas tangan orang itu, bagian yang terpotong itu berubah menjadi abu. Meski tangannya sudah terpotong dia terus berlari menjauh dari Toushirou.
"Souten ni zase, Hyourinmaru!"
Seekor naga es muncul mengitari Toushirou lalu menuju vampir yang tengah kabur itu. Percikan air yang terkena vampir itu hanya mengenai kaki kirinya. Vampir itu memotong kakinya dan terus kabur.
Tepat didepan gang antar 2 gudang Momo muncul.
"Gadis kecil, akan kumakan kau!" Seru vampir itu, menunjukkan taringnya dengan jelas pada Momo.
Sejenak Momo terkejut dengan situasi yang dia hadapi tapi dia segera bisa mengendalikannya.
"Tobiume!" Sebuah pedang muncul di genggaman tangan kanannya dan pakaiannya juga berubah menjadi kimono hitam. Sebelum vampir itu bisa mendekatinya Momo sudah membuatnya menjadi tumpukan abu.
"Momo, aku kan sudah bilang tidak usah datang." Kata Toushirou, berjalan menghampiri kekasihnya itu.
"Maaf tapi aku khawatir." Jawab Momo, menghilangkan kembali pedangnya sekaligus membuat pakaiannya normal kembali. "Kamu tidak apa-apa Shiro-chan?"
"Ya, tapi lain kali beritahu aku kalau kamu juga mau ikut, jangan membuatku sakit jantung seperti tadi." Kata Toushirou.
"Shiro-chan katanya." Ucap Renji yang berada di atap gudang, tersenyum usil.
Toushirou memberinya tatapan tidak suka dan berikutnya Renji sudah berada dalam balok es.
"Hei Toushirou, kalau kau bolak-balik membekukan dia, bisa-bisa dia kena radang paru-paru." Komentar Ichigo yang berdiri disebelah Renji, Rukia juga ada disana dan semuanya mengenakan kimono hitam dan membawa pedang.
"Biar saja, dia juga kubekukan saat dia mengaktifkan reiatsu Pemburunya, tidak akan mati beku." Kata Toushirou cuek dan menghilangkan pedangnya. Bersamaan dengan itu balok es yang mengurung Renji lenyap.
"Apa yang tadi itu vampir terakhir?" Tanya Rukia.
Toushirou mengangguk.
"Berarti tugas hari ini selesai." Dia meloncat turun dari atap diikuti Ichigo dan Renji, ketiganya sama-sama kembali ke penampilan normal.
Kelima orang itu berjalan pergi dari arah pelabuhan tanpa diketahui terdapat sosok lain mengamati mereka, siluetnya menunjukkan dia mengenakan helm yang menutupi separuh kepalanya.
"Sampah."
Ok, itu chapter pertamanya. Btw, mungkin ntar ceritanya ada beberapa bagian ngambil dari Vampire Knight (kalo jadi).
Review plizz...