"Sial! Sial! Sial! Aaargh! Brengsek! Kenapa aku bisa jatuh cinta pada cowok tidak berperasaan itu sih!" gerutu seorang cewek berambut pirang, kesal. Dia terus menerus mencoret-coret bukunya tidak karuan.

Suasana kelas memang sudah sepi, wajar saja memang sudah jamnya pulang.

"Gyah! Shitshitshitt!" Umpatnya kesal. "Ugh, padahal aku kan hanya minta temani ke Hanabi bareng. Lagipula dia kan pacarku! Kenapa sih dia menolak!"

Cewek itupun terdiam sejenak, berusaha menenangkan pikirannya. Mengatur nafas yang memburu saking kesalnya.

"Huuuff," Dia memejamkan matanya. "Semangat Ino Yamanaka! Kau pasti tahan dengannya! Dia orang yang kau pilih kan?" dia mengangkat tinjunya ke udara. Menyemangati diri sendiri.

"Yosh! Aku harus semangat!"

Dan diapun mengemasi barang-barangnya untuk pulang.


Acknowledge my love!

Chapter 1

-o-o-o-o-o-

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

Pair: GaaraxIno

Warning: AU, Romance Gaje, gombalisasi..

Don't like? Don't read.

Just Click the Back Button. Easy, right? =)

Rating: T

-o-o-o-o-o-

.

.


Ino bergegas, menyusuri lorong sekolah yang lumayan sepi, menuju lokernya. Mengambil beberapa buku dan baju olahraganya yang harus dicuci, tentu saja. Saat yakin sudah tidak ada yang tertinggal, Ino pun berbalik dan berjalan kembali.

Namun, hanya beberapa langkah dia berjalan, dia menghentikan langkahnya. Diujung deretan loker menuju pintu keluar itu, menyembul sebuah kepala. Ya, seseorang bersandar disana.

'Ah, sial!' Rutuk Ino dalam hati. Sebenarnya dia benci setengah mati pada orang yang berdiri disana. Tapi dilain sisi, dia juga cinta setengah mati pada orang itu.

Orang itu memang ketus dan terkesan tidak peduli padanya. Tapi kalau boleh pede, Ino merasa itu hanya tipuan, seperti anak kecil yang menggoda orang yang disukai.

'Aku benci padanya kalau dia begini terus!'

"Hei." Tegur orang itu, um, tepatnya pemuda itu. Dia berdiri dari jongkoknya. Menampilkan tinggi tubuhnya yang semampai. Memakai seragam sekolah mereka tentunya, serta memegang tasnya di pundak. Rambut merahnya sedikit berantakan tertiup angin melalui pintu yang terbuka lebar.

.

Ino dan pemuda itupun berjalan beriringan, hanya ada keheningan diantara mereka, bila suara orang dan kendaraan lainnya tidak dihitung.

Tidak ada percakapan hangat, tidak ada pujian-pujian romantis, bahkan pegangan tangan pun tidak.

'Dia tidak suka roman picisan seperti itu.'

Ino menatap kedepan dan kebawah. Entah melihat apa, tidak ada yang menarik sebenarnya. Hanya saja bagi Ino, memperhatikan sepatunya terlihat lebih menyenangkan.

Tep. Tep. Tep. Bunyi langkah kaki itu terdengar konstan. Namun kadang berhenti mendadak, kemudian berjalan normal kembali. Lalu berhenti lagi.

Pemuda itu tidak menoleh. Tapi Ino tau, dia menunggunya. Selalu berusaha menyesuaikan dengan dirinya. Betis panjang itu, kadang berhenti. Menunggu Ino yang lebih lambat agar kembali berjalan beriringan dengannya.

Dia memang tidak memperlihatkannya secara gamblang. Tapi Ino tau, dia selalu memperhatikannya bahkan untuk hal kecil sekalipun.

Mau tidak mau hal ini membuat Ino tersenyum.

'Dasarr.'

"Kamu marah padaku?" tiba-tiba pemuda itu membuka pembicaraan. Spontan Ino mendongak biru matanya dan emerald pemuda itu.

"Entahlah."

"Tahun depan."

"Eh?"

"Aku janji tahun depan akan menemanimu pergi hanabi. Asalkan kau tidak mengalami cidera pada waktu dekat-dekat itu."

"Masa tahun depan sih! Memangnya siapa yang sudah bikin aku cidera, huh?"

"Aku tidak mau, cewek kikuk sepertimu pergi malam-malam, diantara gerombolan orang-orang dengan memakai yukata sempit dan sandal –entah apa namanya itu- yang pasti sangat menyiksa, saat kau baru sembuh dari cidera kakimu. Kau akan terlihat seperti orang bodoh yang sengaja menyakiti diri sendiri Ino."

"Tapi..!"

"Kau ada perlombaan renang 2 bulan lagi."

"Ugh.." Ino sudah tidak bisa membantah lagi. Dia menyilangkan tangan didepan dada tanda kesal. Matanya menyipit dan memalingkan wajahnya dari pemuda itu.

"Lagi pula.." Ino menolehkan wajahnya. Sedikit terkejut dan tidak percaya melihat wajah Icy Prince itu terhiasi semburat merah. "Itu artinya, kamu dan aku akan tetap bersama sampai tahun depan."

*Blush

Wajah Ino sontak memerah. Sistem koordinasinya seakan terganggu. Jantungnya terus menerus memompakan aliran darah kewajahnya.

Sekali lagi, cowok ini berhasil membuat Ino melting.

'Great! Untuk kesekian kalinya kau berhasil! Kau selalu membuatku tidak bisa marah padamu! Gaara bodoh!'

.

#


Awal kisahku diwarnai dengan kesedihan. Aku sempat shok dan frustasi. Bayangkan saja! Aku seorang gadis, cukup menarik kok! Tidak jelek-jelek banget! Sumpah! Tapi anehnya dalam jangka waktu 1 bulan aku sudah patah hati 2 kali.

Kuharap kalian penasaran dengan kisahku. Tidak? Oh, ayolah! Masa tega tidak mendengarkan curhat seorang gadis kesepian yang patah hati sih!

Mau, tidak mau aku akan tetap bercerita.

Baca saja sampai selesai kalau kau ingin tau.

.

#


Ino Yamanaka. Seorang siswi yang kurang berbakat dalam hal pelajaran, kecuali renang dan bahasa. Dia cukup terkenal, orangnya lumayan supel dan tidak diskriminatif. Hanya saja kebetulan, teman-teman ceweknya lumayan istimewa.

Sakura Haruno dan Hyuuga Hinata adalah sahabat yang paling dekat dengannya.

Dulu sih, Ino sempat dikabarkan naksir berat sama Uchiha Sasuke. Tapi sebenarnya tidak, Ino tidak suka cowok yang terlalu menarik perhatian. Kesannya pasaran. Hhihiii~

Dia cuma ingin membantu Sakura yang memang naksir dengan Sasuke. Tapi poor Sakura. Ternyata Sasuke itu gay! Sakura, teman pinknya itu malah memergoki Sasuke tengah melumat bibir pemuda lain, yang tak lain adalah pemuda pirang bernama Naruto. Tapi untungnya, Sakura tidak stress, patah hati atau bahkan bunuh diri, memang sih saat itu Sakura mendatangiku dengan tangan yang berlumuran darah. Tapi itu bukan karena luka atau semacamnya, melainkan nosebleed. , sudah dibilang Sakura tidak berusaha bunuh diri. Sakura masih waras kok. Eerr~ atau sedikit kurang waras sebenarnya. Karena dengan spontannya dia menyatakan diri sebagai pendukung SasuNaru, NaruSasu juga boleh katanya. Haaa~ Yare-yare…

Yah, itu bukan inti kisah ini sih.

Musim panas tahun lalu, Ino mulai 'akrab' dengannya. Sabaku no Gaara.

.

#


Waktu itu Ino dipanggil ke ruang guru. Ino seorang siswi kelas 1, semester 1. Masih santai-santai saja menghadapi masa-masa sekolah. Tapi ternyata statementnya tadi salah besar. Sekolah ini benar-benar disiplin. Yah, itulah awal penderitaannya!

Ruangan putih itu tidak terang dan sedikit panas. Lab Biologi Orochi-sensei. Ruangan yang suram menurut Ino.

"Yamanaka-san, hasil ujianmu kemarin benar-benar parah." Tutur wali kelas Ino, suaranya terdengar mendesis berbahaya. Wajar saja kalau Orochimaru-sama dicap sebagai guru terkiller selama 7 tahun berturut-turut. "Nilai-nilaimu memang melewati standar, namun sangat pas-pasan. Aku tidak bisa menjamin kenaikan kelasmu Yamanaka-san."

Glup. Ino menelan ludah.

"Dan kau Sabaku-kun." Ujar Orochimaru pada siswa disebelah Ino. "Nilaimu memang hampir sempurna, tidak ada yang dibawah 8. Bahkan rata-rata 9. Hanya saja, kau tau penilaian kelulusan nilai sekolah ini bukan?" Ucap Orochi-sensei tidak kalah mengerikan dengan yang tadi.

"Kami tidak menerima ketidaktuntasan dalam bentuk apapun. Dan kau, benar-benar sama sekali tidak bisa berenang. Ne? Sabaku-kun?"

Pemuda berambut merah dan berwajah stoic itu mengangguk singkat. Wajahnya fokus pada senseinya.

Ino sedikit tertarik pada pemuda disebelahnya. Badannya tinggi, Ino saja hanya sedagunya. Wajahnya putih dan bersih. Rambut merahnya terlihat lembut. Wajahnya yang minim ekspresi, pendiam sepertinya. Nilai hampir sempurna, kata Orochi-sensei tadi. 'Hm, kerennn~' pikiran itu lantas terpikir oleh Ino.

"Karena itu, liburan musim panas nanti saya harap kalian mau saling membantu."

"He? Ma.. Maksudnya Sensei?" Tanyaku bingung, saling membantu? Maksudnya?

"Yamanaka, nilaimu sangat parah. Jadi aku akan memberikan tugas tambahan untukmu selama musim panas. Dan Sabaku, kau harus memperbaiki nilai olahragamu terutama renang. Dan karena nilai Sabaku yang hampir sempurna dan prestasi renang Yamanaka saya yakin kalian bisa saling melengkapi. Saya kira kalian cukup pintar untuk mengerti maksud saya."

"Ta.. Tapi Sensei.."

"Ini tugasmu Yamanaka," Orochi-sensei memotong perkataan Ino dan menyerahkan setumpuk tugas ke tangan Ino. Ino hampir oleng jika tidak ada Gaara disebelahnya. "Saya tunggu hasilnya, selamat 'berlibur' anak-anak. Sampai ketemu semester depan." Ucapan perpisahan Orochi-sensei membuat mereka merinding.

"Mo.. Mohon bantuannya Sabaku-san."

"Hn, Yamanaka."

.

#


Pertemuan pertamaku dengan Gaara sangat tidak menyenangkan. Saat itu aku tidak sengaja menabraknya dikoridor, kami sama-sama terjatuh. Hanya saja kaca-mata Gaara terhempas dan pecah. Aku meminta maaf, tapi aku terhenyak melihat ekspresinya. Benar-benar dingin, aku yakin dia marah. Tapi dia hanya bilang tidak apa-apa dan tidak perlu saat aku hendak menggantinya. Dan sekarang dia hanya memakai kontak lens bening, sepertinya. Apa dia trauma karena kacamatanya kupecahkan ya?

Aku memang sekelas dengan Gaara, tapi kami jarang berinteraksi. Gaara terlihat sangat tertutup. Tapi dia bisa tersenyum lembut saat bersama Naruto. Yang kudengar sih, mereka teman lama.

Tapi bukan itu masalahnya! Sekarang apa yang harus aku lakukan! Aku harus mengajarinya berenang? Dengan orang yang –err, sedikit menakutkan itu? Hell No! Terima kasih untuk Orochi-Sensei! Apalagi aku harus mengajarinya dengan memakai kolam sekolah, biar ada yang mengawasi kata Orochi itu.

.

#


Ino berguling-guling dikasur empuknya. Memikirkan bagaimana nasib liburan musim panasnya dan rencana-rencana yang sudah dia atur bersama Chouji, Sakura, dan Shika.

Shika..

Drrttt.. Drrttt…

Ponsel Ino bergetar.

- Shika -

Jdi kau hrus blajar brng Sabaku y? Klo gtu, rncanany kta tunda aj smpai kau ad lbur. Tdk setiap hri jg kn blajarny ?

.

Ino berjengit, tidak bisa berhenti tersenyum. Yaa,Ino menyukai Shikamaru. Teman sepermainannya. Rumahnya hanya berhalat beberapa rumah saja.

'Artinya aku masih bisa liburan bareng Shika dong! Asikk~,' wajah Ino mulai memerah. Ino tidak tau apa yang membuatnya menyukai Shika, hanya saja berada atau bahkan dengan memikirkannya saja sudah membuat Ino senang.

Ino membuka galeri handphonenya, membuka sebuah foto saat malam natal tahun lalu.

Terlihat Ino dengan topi kupluk ungunya dan sweater putih dan mantel ungu saling berangkulan dengan Shikamaru yang memakai mantel coklat serta sweater coklat dan topi rajut merah kecoklatan yang terlihat mengembung diatasnya karena ikatan rambut shika. Mereka berada dipusat kota, terlihat lampu-lampu dan pohon natal besar serta pemandangan putih dari salju yang menumpuk sebagai background foto itu. Ino nyengir, namun tetap terlihat cantik dan Shikamaru disebelahnya seperti biasa menampakkan wajah mengantuk dan menutup mulutnya –menguap.

Ino tersenyum melihat foto itu. Dia tidak kencan berdua dengan Shika sih. Ada Chouji disana dan teman-teman lainnya. Tapi mereka –Ino, Shika dan Chouji, memang memisahkan diri. Tapi dengan melihat foto itu saja bisa membuatnya berkhayal.

Ino seperti stalker? Yeah, sebut saja begitu. Kebanyakan perempuan memang lebih suka memendam rasa suka itu dan menunjukkannya dalam sinyal-sinyal kecil. Menunggu sang pujaan hati merespon dan balik mendekati mereka.

Tapi.. apa Shika sepeka itu?

.

#


Hari pertama liburan musim panas.

Ino Yamanaka harus menghabiskan harinya dengan melatih seorang pemuda bernama Sabaku No Gaara berenang disekolah dan membatalkan janjinya nonton dengan teman-temannya.

Harusnya Ino jengkel. Tapi tidak jadi deh. Kenapa?

Karena Shikamaru Nara mengantarnya.

Yap! Ino sekarang sedang berjalan berdua menuju sekolah. Shika dengan baik hatinya mengantarkan Ino kesekolah, setelah itu baru ke mall untuk nonton bersama yang lain.

"Merepotkan. Tau begini aku tiduran aja dulu dirumah," Gerutu Shika. Matanya terpejam, berusaha menikmati cuaca yang agak panas ini. Tangannya terlipat dibelakang kepala dan masih terus berjalan.

Ino disampingnya sudah memiliki tanda persimpangan dikepalanya tanda kesal. "Ugh, kalau tidak mau mengantar ya tidak usah. Lagipula aku tidak memintamu mengantarku!" balas Ino tidak kalah ketus.

"Iya.. Iya.. tidak apa-apa. Menghadapimu yang ngambek akan lebih merepotkan." Cowok berambut layaknya nenas itu melirik Ino sekilas.

"Apa?"

"Tidak apa. Hanya sepertinya kau gendutan." Shikamaru menarik pipi Ino yang mulai terhiasi semburat merah.

"EH?"

"Hhahaa~ tidak, hanya bercanda Ino."

"Ugh, Shika! Menyebalkan!" Ino berusaha memukul Shikamaru. Tapi Shikamaru malah berlari meninggalkan Ino.

Yang terjadi malah aksi kejar-kejaran dan keluarnya umpatan-umpatan kecil dari Ino.

.

"Aarrgh! Shika kurang ajar! Aku jadi capek duluan kan sebelum berenang gara-gara mengejarmu!"

"Siapa suruh kau berlari mengejarku. Aku juga capek jadinya. Merepotkan, mana habis ini masih harus menonton film merepotkan itu lagi. Benar-benar merepotkan."

"Hmmpph.."

"Ha? Kenapa tertawa, jelek?"

"Tidak, kau terlalu benyak berkata 'merepotkan' Shika. Hidupmu tidak semerepotkan itu kali. Santai aja kenapa sih!" Ino tertawa renyah.

Mereka sudah sampai didepan sekolah. Sekolah benar-benar sepi. Paling-paling hanya beberapa murid yang masih mau kesini selama liburan. Kalau tidak karena ekskul mereka atau harus ikut tambahan seperti Ino sekarang. Tidak banyak tentunya, mengingat sekolah ini memiliki murid-murid yang 'lumayan'.

"Ya sudah, sana pergi. Nanti yang lain menunggumu." Tegur Ino pada Shikamaru. Mereka masih berada didepan gerbang. Ino menepuk bahu Shikamaru dengan tasnya, niatnya sih mengusir Shikamaru.

"Aku antar sampai ketemu si Sabaku."

"Ah? Tidak usah. Tadi dia SMS katanya sudah ada didalam."

Shikamaru menaruh kedua tangannya kedalam saku. Masih dengan gaya malasnya. "Ya sudah. Aku antar kau kedalam." Shika menarik lengan Ino. Menggereknya masuh kedalam gedung sekolah menuju tempat kolam renang berada.

"Shikamaru! Kukira kau tidak mau melakukan hal-hal merepotkan seperti ini." Ino mengikik geli. Poni pirangnya berayun didepan wajah manisnya. Dengan sebelah tangannya yang tidak dipegang Shika dia merapikan poninya. "Makasih."

"Merepotkan. Kau ini seperti dengan orang lain saja. Dasar gendut."

"Iiiihh! Menyebalkan! Sana pergi! Dasar Shika jelekkkk!"Ejek Ino lalu menjulurkan lidahnya kearah Shikamaru. "Weekkk! Sana-sana menjauh! Dasar Rusa jelekk!"

"Hhahaa~ okeoke.. jangan berenang lama-lama Ino, nanti badanmu menyerap air dan tambah gembung." Balas Shika, dia membalikkan badannya. "Bye Ino."

"Hmm," Ino tersenyum manis, menikmati waktunya tadi dengan Shika. "Bye Shika." Balas Ino, melambaikan tangannya kearah Shika.

.

.

"Kau memang pintar Gaara, baru hari pertama sudah bisa renang dasar," Puji Ino sehabis mengajarkan Gaara berenang. Mereka sedang beristirahat ditepi kolam. Ino melepaskan kacamata renang dan topi renangnya, begitu pula dengan Gaara.

"Berkat kau." Balas Gaara sekenanya. "Tapi, bisakah mengajariku lebih lembut lagi? Untuk ukuran seorang wanita kau cukup kasar."

Twitch. Muncul perempatan dikepala Ino. Ino langsung menyembur wajah Gaara dengan air kolam.

"Tidak sopan! Mulutmu ternyata pedas sekali ya Sabaku-san." Sindir Ino ketus. Dia kira pemuda disebelahnya ini adalah sosok yang pendiam dan cool. Ternyata! Menyebalkan sekali! Iya.. iya.. cool memang, tapi bicaranya itu! Sok sekali kadang-kadang! Antara polos atau jujur. "Besok giliranmu mengajariku!"

Mereka berdua terdiam untuk sesaat.

"Sebenarnya aku bingung, kenapa harus aku yang mengajarimu. Padahalkan ada si Nara yang jelas mau mengajarimu dan sepertinya lebih pintar dariku." Ujar Gaara, dia mendudukan diri di lantai, memainkan air dengan kakinya. "Lagipula kau bisa berduaan dengannya kan?"

"Ee! Eh! Apa maksudmu?" Ino terlihat gelagapan menerima pertanyaan tanpa basa-basi dari Gaara.

"Kau suka pada Nara kan?"

'apa segitu terlihatnya ya?' Ino merasa wajahnya memerah. "Ke.. kenapa kau bisa berfikiran seperti itu?" Tanya Ino gugup.

"Kau tadi datang bersamanya kan? Lagipula nilaiku tinggi bukan tanpa sebab Yamanaka. Daya analisku cukup akurat." Jelas pemuda berkulit putih itu, menahan tawa saat melihat wajah cengo Ino. "Sudahlah, lagipula ini bukan urusanku." Gaara bangkit, berjalan mengambil handuk. Mengeringkan diri sedikit lalu beranjak menuju kamar mandi meninggalkan Ino dengan segala macam pikiran yang berkecamuk.

.

#


Gaara sedang menunggu Ino datang untuk belajar bersama. Fikirannya tidak fokus karena teringat kejadian kemaren. Dia mengantarkan Ino pulang karena Nara tidak bisa menjemputnya. Tapi yang ditemukannya setelah pulang adalah seorang Nara dirumahnya. Temari memperkenalkannya sebagai teman. Bukankah Nara itu seumuran dengan Gaara? Mereka kenal dimana sih?

'Apa sih yang menarik dari Nara itu?' pikir Gaara. Gaara memang bukan orang yang suka ikut campur, hanya saja dia akan tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan orang terdekatnya. Apalagi Temari Nee-chan. 'Nee-chan tidak pernah membawa teman laki-laki sendirian ke rumah.'

.

"Dhuaarr!"

Gaara tersentak, segera menoleh keasal suara dibelakangnya.

"Hiee? Kau kenapa? Tumben-tumbenan melamun." Tanya Ino, dia mendudukan dirinya di bangku yang berhadapan dengan Gaara. "Fisika kan?"

"Hn, Kau lama."

"Gyah! Kau ini tidak ada manisnya. Huh, padahal aku ada janji dengan Sakura hari ini." Ino menggerutu kesal. Padahal rencananya dia ingin maskeran bereng Sakura, tapi apa? Dia terperangkap untuk belajar disini! Huweeee!

'Bukannya Ino juga suka dengan Nara?'

"Tuhkan! Kau melamun lagi Gaara. Kenapa sih?"

"Tidak apa. Ayo mulai."

Mereka mulai belajar bersama. Pertama-tama Gaara memberika rumus-rumus dasar pada Ino. Awalnya berjalan lancar. Hingga pada beberapa soal Ino tidak berhasil menjawabnya, maka Gaara pun menjelaskannya. Kadang Ino berteriak girang karena berhasil menjawab betul, kadang alisnya mengkerut tidak mengerti. Beberapa kali perempatan jalan terbentuk di jidat mulus Gaara saking frustasinya menjelaskan suatu soal pada Ino.

"Oh! Aku mengerti sekarang! Jadi harus di beginikan kan Gaara?" Tanya Ino antusias, memastikan cara yang dipakainya mengerjakan soal adalah benar. Gaara menganggukkan kepalanya tanda benar. "Terus Sama dengan 3.98! Yess! Selesai sudah! Fyuh." Ino sok menyeka keringat dari keningnya.

"Hn, jangan sampai lupa konsep dasarnya."

"Ha'i sensei! Hhihihiii~" Ino lalu membereskan barang-barangnya kedalam tas, bersiap pulang.

.

#


Lagi-lagi Gaara mengantar Ino pulang, kebetulan rumah Gaara melewati komplek perumahan Ino. Sepanjang perjalanan mereka hanya mengobrol ringan.

"Jadi kau berteman semenjak SD dengan Nara itu?"

"Yup, kebersamaan itulah yang mungkin membuatku suka padanya."

Akhirnya Ino mengaku juga kalau dia memang menyukai Shikamaru. Yah, selama ini Ino tidak punya teman curhat. Ingin curhat dengan Sakura takut diketawain. Yah, dia selalu bersaing soal cowok cakep sih. Dan kalau boleh jujur, Shikamaru itu masih dalam level biasa saja. Jadi rada gengsi. Dan sekarang Ino mendapatkan teman curhat yang cukup terpercaya. Walau sedikit menjengkelkan sih.

"Apa kau pernah berfikir Nara punya seseorang yang disukai?"

"Eh? Tidak pernah." Jawab Ino pasti.

"Kenapa seyakin itu?"

"Baru-baru ini aku sempat nekat ingin menyatakan cinta sama Shika. Jadi aku sindir saja saat ada junior yang menyatakan cinta padanya. Dia bilang dia tidak ingin pacaran. Itu merepotkan. Hhihii, khas Shika sekali," Ino tertawa renyah saat mengingat Shikamaru mengatakannya sambil menguap. "Lagipula dia bilang, dia tidak kenal 'cinta' yang seperti itu. Cinta yang posesif dan menuntut, merepotkan. Dan juga, dia.. tidak ingin jatuh cinta, apalagi berpacaran." Wajah Ino terlihat sendu. Sedikit hatinya merasa sudah tidak mungkin bersama Shika.

"Lalu, kenapa masih menyukainya?"

"Dunno, tidak ada alasan khusus. Biar aku saja yang mengaguminya," Ino kembali riang. Sedikit berlari kecil mendahului Gaara. Lalu membalikkan badan agar masih bisa bicara berhadapan dengan pemuda berambut merah itu, tapi tetap menjaga jarak dengan tetap berjalan walau mundur. "Kau tau? Aku pernah menyerah menyukai Shika dan mencoba menyukai orang lain. Namanya Kakashi, tapi kau tau? Ternyata dia itu Gay! Seharusnya aku patah hati, tapi ternyata tidak. Aku malah tertawa, berfikir kenapa bisa hampir menyukai orang seperti itu. Tapi rasanya tidak sakit. Beda saat aku mendengar penolakan tidak langsung dari Shika tadi."

Gaara terdiam, mau tidak mau perhatiannya benar-benar tersedot kearah gadis satu ini.

Wajahnya yang kadang-kadang cemberut, marah, kesal, sedih, tertawa, tersenyum. Dari cara tidak elit hingga begitu anggun. Sebenarnya Gaara sudah meragukan tittle Ino sebagai kandidat siswi favorit tahun ini, berhubung sifatnya yang kadang sok anggun tapi entah kenapa kadang begitu brutal dihadapan Gaara. Ternyata Ino memang menarik.

Tanpa sadar sudut bibir Gaara tertarik, membentuk senyuman kecil.

2 catatan Gaara hari ini: Jaga jarak dengan Ino dan jauhkan Temari Nee-chan dari Nara.

.

.

TBC

.


(A/N):

Waiwaiwaiiii! GaaIno pertama! XD

Ino adalah chara cewek favorit saya. Dia cantik dan realistis. Sebenarnya sifatnya ini kurang bagus sih, hanya saja saya lebih suka chara yang realistis. Tidak selalu menang dan tidak selalu benar. Saia mengagumi dia. Xp

Kalau soal Gaara.. Err, saia pada dasarnya memang tergila-gila dengan dia! Yah, cocok aja rasanya. Sifat Gaara yang pasif itu menurut saia harus diimbangi dengan gadis yang aktif, tapi tidak agresif.

Semoga fic ini tidak jelek-jelek banget ya.. Hhehehee..

Anyway, mind to review?