Halo, reader-sama. Akhirnya saya bisa update juga. Author mengucapkan terima kasih buat 'Aka' no 'Shika', yamacchiSHA, marmarinii, RoSeLapucell, Nakyo Hibasawa, bhiblu21, dan kuma yang telah bersedia me-review. Terima kasih juga buat reader yang udah mau baca. ^^

Saatnya membalas review. Dari kuma, kalo guru BK-nya Hibarin kayaknya emang enak. Tapi nanti masuk ruang BK dengan nyawa, tapi keluar tanpa nyawa. #plak XD

Warning: semi AU, OOC, garing, ngebosenin, penghancuran nama baik, dll (saking banyaknya saya ga mampu nyebutin satu-satu)

Disclaimer: KHR©Akira Amano


VONGOLA GAKUEN

CHAPTER ONE

"Selamat datang di Vongola Gakuen, sekolah menengah pertama yang ilegal dengan akreditasi S alias sugoi (baca: sinting). Kami siap melayani Anda."

Silakan bayangkan Sasagawa Kyoko, Miura Haru, Bianchi, dan Chrome Dokuro mengumbar iklan gak mutu seperti tersebut di atas dengan menggunakan kostum kelinci super ketat sehingga dapat terlihat jelas lekuk tubuh seksi mereka, sebagian dari punggung mereka ter-ekspose, dan mengenakan stocking jaring-jaring yang membalut kaki mereka.

Kembali ke jalan yang benar...

Begitulah cara mereka menarik perhatian untuk mendapatkan murid baru. Jangan tanya siapa yang mengusulkan cara itu karena Author sudah disogok untuk merahasiakannya.

Setelah mendaki gunung, melewati lembah, lalu turun gunung, lalu naik pohon kelapa, terus turun lagi, lalu naik pitam, terus turun pitam, akhirnya terkumpulah 80 murid cewek tanpa seleksi.

Hari pertama sekolah diisi dengan sambutan kepala sekolah.

Di aula bergelar S3(baca: Sangat Sempit Sekali) milik Vongola Gakuen...

"O-ohayou gozaimasu, minna!" Tsuna, yang dengat sangat mengejutkannya ternyata adalah kepala sekolah, menyapa seisi ruangan yang penuh sesak itu, lalu bungkuk-bungkuk badan ala Sena ES21. Dasar Kepsek tak punya harga diri.

Setelah acara bungkuk-bungkuk yang cukup melelahkan, Tsuna clingak-clinguk kanan kiri, depan belakang, atas bawah, luar dalam.

"Oe, Reborn, aku mesti ngomong apa nih?" tanya Tsuna setelah menangkap sosok Reborn yang dengan sangat tidak enak dipandang mata sedang ngedot kayak bayi di atas pangkuan Bianchi.

"Eh, Juudaime, ini naskahnya." Tiba-tiba Gokudera nongol dan menyerahkan sebuah buku berukuran kecil berwarna pink dengan gambar hati yang bertebaran di sampulnya. Sepertinya Author tidak asing dengan buku itu.

"Sankyuu, Gokudera-kun."

"Maaf tadi ada gangguan teknis. Jadi,-."

Wusss...

Terdengar suara angin berhembus. Tsuna cengo setelah melihat apa yang sedang dilakukan murid-murid baru yang ternyata sama sekali tidak memperhatikan Sang Dame Kepsek itu.

"YAY...!" Tiba-tiba seorang murid berambut merah heboh sendiri. "Ayo batu gunting kertas lagi! Eh, Pak Kepsek mau ikutan? Asyik lho!" ujar cewek berambut merah itu setelah melihat Tsuna yang sedang menatap murrid-murid barunya dengan pandangan putus asa.

Di bagian belakang aula, nampak serang cewek berambut hitam, sedang ngupil ria.

CEWEK BERAMBUT HITAM POV

Udah digali sedalem ini, tapi kok airnya kagak keluar juga yak? Di dalem hidung lagi musim panas kali ya.

END OF CEWEK BERAMBUT HITAM POV

"VOIIIII, JUUDAIME MAU NGOMONG. DENGERIN DONG!" tiba-tiba Gokudera yang ketularan Squalo naik ke atas panggung dan teriak-teriak, marah-marah sampai mukanya berkerut-kerut setelah melihat Juudaime tercintanya dicuekin.

"Ahh, Hayato, jangan marah-marah seperti itu dong. Nanti, manisnya ilang lho!" Eh, ternyata Yamamoto yang sedari tadi sedang peluk-peluk dan grepe-grepe Gokudera ikut terseret ke atas panggung.

Radar fujoshi para murid cewek itu pun segera menyala. Mereka pun segera memusatkan perhatiannya pada adegan yaoi gratisan di atas panggung. Lalu curi-curi kesempatan untuk memotret adegan tak sennoh itu.

"Kyaa...! Ayo Pak Kepala Gurita, Pak Kepala Jabrik(?), lanjutkan! Lanjutkan ke M-rated!" Teriak para murid nista itu sambil mengibarkan spanduk bertuliskan 'GO 8059!'.

"CUUUUTTTT!" tiba-tiba Authornya nongol.

"Yamamoto, Gokudera, ini bukan fic yaoi. Lagi pula, adegan ini ga ada di skenario yang kubuat," Author yang baru datang langsung ngomel-ngomel.

"Halo, permisi!" terdengar suara dari pintu. Di sana tampak seorang anak laki-laki dengan model rambut seperti pantat ayam berwarna biru (Anda tahu siapa?).

"Saya nyari Yamamoto sama Gokudera," ujar cowok pantat ayam itu. Yang merasa dicari langsung melihat ke arah si empunya kepala pantat ayam. "Kalian berdua udah selesai latihan buat scene selanjutnya belum? Kamarnya sudah siap nih. Ngomong-ngomong, butuh pelumas kagak?"

"KYAA...!" Para fujoshi itu pun berteriak histeris dan saat itu tejadi ada peristiwa hujan lokal disertai gempa ringan di ruang aula bergelar S3 itu.

"Udah siap ya? Oke, deh. Juudaime, aku pamit buat syuting yak," kata Gokudera yang kemudian meraih tangan Tsuna lalu mencium punggung tangannya ala anak-anak SD pamitan sama maminya, lalu melengos pergi. Tsuna cuma bisa nganga kaya venus flytrap nunggu lalat masuk ke mulutnya(?).

"Yakyuu baka, ayo! Aku udah gak tahan nih!" sambung Gokudera dengan genitnya.

"Haha." Yamamoto kiss bye dengan para fujoshi sebelum pergi mengikuti Gokudera. Tiba-tiba Author pingsan dan segera digotong turun panggung.

"KYAA...!" teriakan histerisnya semakin dahsyat. Rasanya aula S3 itu bergetar, bergoyang inul karena suara itu.


ooOoOoo


Setelah Tsuna berjuang sendirian (karena guru nista lain lagi sibuk dengan kegiatan tak senonoh mereka) hingga tetes darah terakhir dan setelah mendapat donor darah karena darahnya habis, akhirnya Tsuna berhasil menjinakkan para fujoshi itu.

Kembali ke acara sambutan kepala sekolah. Tsuna hendak membaca naskah pidato yang ada di dalam buku yang sepertinya Author sangat kenal, tapi buku apa yak?

Tsuna mengamati isi buku itu sebentar, lalu sweatdrop. Lagi. Tsuna clingak clinguk. Namun, yang didapatinya adalah pemandangan tidak senonoh.

Reborn yang ternyata sudah puas ngedot, sekarang peluk-peluk Bianchi sambil grepe-grepe. Mukuro ngedip-ngedipin matanya dengan genit pada Tsuna. Diam-diam Tsuna pengen muntah darah. Shammal sedang menggoda beberapa murid dengan senyumnya yang bisa membuat lalat-lalat pingsan. Lambo TYB (lho?) sedang nangis geje, dll.

"Ahh, woe, Author-sama, beneran gue mesti baca ini?" Tsuna teriak-teriak.

"Iya. Baca aja, deh!" balas author yang masih berusaha mengingat-ingat buku apa yang sedang dipegang Tsuna.

"Oke, deh!"

Tsuna mengembalikan perhatiannya kepada para murid barunya yang memasang tampang melas entah karena apa.

"Ehem, dear diary, kemaren malem aku nonton video pocong temenku, terus malemnya aku tidur sama mama. Pocongnya serem sih. Oya, diary, kemaren posternya Hibarin yang biasanya kucium-cium sampai bibirku jontor, disobek sama dedekku." Tsuna mulai membaca tulisan yang ada di buku itu.

1 detik...

"Gyahahaha...!" aula S3 digucang gempa dengan kekuatan 7 SR karena tawa para murid cewek itu.

2 detik...

Suara tawa masih terdengar dan Tsuna berhenti membaca buku itu.

3 detik...

"GYAA...! KEMBALIKAN BUKU DIARY-KU...!" Author yang ternyata penderita penyakit lola akut kembali naik panggung dan menyambar buku yang dipegang Tsuna.

"Tsuna, gajimu kupotong 100%," tambah Author yang aibnya diungkap.

"Dari dulu saya ga pernah digaji kali!" ujar Tsuna nyolot.

"Ane ga peduli. Dari mane ente dapet nih buku?"

"Tadi Gokudera-kun yang ngasih."

Tanpa basa-basi Author langsung melesat ke ruang sebelah di mana Gokudera dan Yamamoto sedang syuting(?).

"BRENGSEK, APA YANG KAU LAKUKAN?" terdengar suara Gokudera yang menggelegar di udara ruang tetangga.

Tidak ada jawaban, akan tetapi sesaat kemudian terdengar teriakan dan desahan seperti 'ahh', 'ngghh', 'uhn'. Setelah dilakukan riset selama lima detik dapat dipastikan bahwa desahan dan teriakan itu berasal dari Gokudera.

"Haha." Terdengar sebuah tawa yang tak asing lagi dari arah pintu. Tsuna menoleh ke arah pintu dan mendapati Yamamoto berdiri sendirian di sana. Di saat yang bersamaan desahan dan teriakan masih terdengar.

"Yamamoto, di mana Gokudera-kun?" tanya Tsuna.

"Tadi ada perempuan yang mencarinya, jadi kutinggalkan saja mereka berdua supaya aku tidak menganggu mereka. Haha."

Sekali lagi, mulut Tsuna menganga, akan tetapi setelah diukur dengan mikrometer sekrup, sepertinya kali ini menganga lebih lebar beberapa milimeter.

"Di mana Si Bos Sampah itu?" tanya Author yang tiba-tiba muncul dengan nafas ngos-ngosan.

"Apa yang Author-sama maksud adalah Xanxus?"

"Siapa lagi?"

"Eto, dari tadi dia tidak kelihatan."

"Tch... Sialan."


ooOoOoo


"Karena kalian sekolah di sini berarti kalian harus tahu peraturan yang berlaku di sekolah ini," Tsuna berbicara dengan wibawa bagai presiden,"Kalian akan diberi kertas yang berisi peraturan di sekolah ini. Lussuria, tolong dibagikan."

Tiba-tiba Tsuna merasa ingin mati saja setelah melihat seseorang yang jenis kelaminya tidak dapat dipastikan dengan memakai kacamata hitam muncul dengan bercoplay gadis tudung merah lengkap dengan keranjangnya.

Silakan bayangkan seorang Lussuria mengenakan gaun berwarna merah dengan tudung di atas kepalanya sehingga rambut mohawknya tidak keliatan, ditambah dengan kaca mata hitamnya yang sudah bulukan. Jangan lupakan dengan keranjang berisi bunga yang ditentengnya. Tunggu! Bunga?

Lussuria yang merasa dipanggil Sang mantan Vongola Decimo segera mendekati Tsuna sambil tebar-tebar bunga.

"Luss, kenapa kau berpakaian seperti itu?" tanya Tsuna yang sweatdrop dengan ukuran jumbo.

"Reborn-chan telah menginspirasiku untuk ber-cosplay. Ushishishi...(?)"

'Mana ada gadis bertudung merah yang pake kacamata hitam dan tertawa seperti pangeran tiara itu?' setidaknya, itulah yang digumamkan inner-nya Tsuna.

"Ooo...kalau begitu cepat bagikan. Aku ingin cepat istirahat. Kepalaku pusing sekali."

"86, Tsuna-chan."

Lussuria dengan molek dan anggunnya menuruni panggung. Sesekali angin yang berhembus mengibarkan gaunnya sehingga terbuka ke atas dan menyingkap apa yang berada di balik gaun merah itu. Para murid yang melihat itu, mendadak buta sesaat. Silakan bayangkan apa yang ada di balik gaun itu sendiri-sendiri.

Lussuria pun mulai membagikan kertas yang ternyata ditaruh di dalam keranjang bunganya.

1 detik...

Beberapa murid yang menerima kertas dari Lussuria kejang-kejang hebat.

2 detik...

Darah merah mengalir bagai air terjun dari hidung murid-murid itu.

3 detik...

Murid-murid masih kejang-kejang dan nosebleed.

4 detik...

Korban kejang-kejang dan nosebleed bertambah.

5 detik...

Sepertiga dari murid-murid pingsan tak sadarkan diri.

6 detik...

Guru-guru nista yang ada di ruangan itu panik.

10 detik(?)...

Guru-guru nista itu sudah memegang kertas yang dibagikan Lussuria pada murid-murid.

"Ternyata Hibari tidak kalah seksi dengan Hayato. Haha..."

"Kufufu. Beruntung sekali Si Kuda Poni itu bisa menyentuh lembutnya kulit Kyoya."

"VOIII, ternyata Dino lebih mulus daripada Xanxus."

"HIIEEE!"

Begitulah reaksi dari beberapa guru nista itu. Author yang merasa penasaran segera menyambar kertas yang ada di dalam keranjang Lussuria.

Tiba-tiba Author nge-blush, terus nosebleed setelah melihat gambar Dino dan Hibari yang sedang berada di atas ranjang dalam keadaan, ehem, tanpa satu helai benang pun di atas kulit mereka.

"LUSSURIA, DARI MANA KAU DAPAT GAMBAR INI?"

"Sepertinya tadi Boss yang menaruhnya di sini."

"Dasar ekor kuda!"

"Eh, ngomong-ngomong Hibarin seksi juga yak!" tambah Author yang otaknya mulai tidak beres.


ooOoOoo


Di atas sebuah ranjang di suatu tempat...

"HACHOO...!" seorang pria berambut hitam bersin.

"Kyoya, cepat pakai bajumu. Nanti kau bisa kena flu," ujar seseorang yang berambut pirang.

"Hn." Orang yang dipanggil Kyoya itu sepertinya tidak peduli, dia tak berpindah dari atas ranjang dan hanya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang, ehem, #plak.

To be continued...

OMAKE

"XANXUS, DI MANA KAU? KALAU BERANI HADAPI AKU SEKARANG JUGA!" dengan sangat tidak warasnya Author teriak-teriak di pinggir jalan.

"Kenapa kau mencariku, sampah?"

Author mengerlingkan matanya ke arah asal suara itu dan menemukan orang yang sedari tadi dia cari.

"Apa maksudmu dengan semua ini?" tanya Author yang udah kebakaran alis (maklum, Author tidak punya jenggot)

"Aku hanya ingin balas dendam padamu, sampah!"

"Eh?"

"Semuanya dapat peran di fic ini, kenapa aku tidak?"

"Oalah itu to," kata Author sambil nepuk-nepuk bahu Xanxus,"Masalahnya gini. Kalau kamu jadi guru. Nanti muridnya pada ngacir. Nyadar dong log mukamu itu serem. Ancur lagi. Di rumah punya cermin gak sih?"

Beberapa menit kemudian terdengar sirene ambulans yang ternyata menuju temapat Author dan Xanxus berada.


ooOoOoo


Tsuna yang khawatir jika tadi Gokudera diapa-apain sama Author, segera menuju ruang di mana tadi Gokudera syuting(?). Setelah melihat keadaan di dalam ruangan itu, Tsuna kaget seperempat mati.

"Gyahaha, Gokudera-kun, kenapa kamu kayak lemper gitu?"

Tsuna ngakak setelah melihat Gokudera dibungkus(?) dengan selimut lalu diikat dengan tambang. Diduga keras jika ini adalah hasil perbuatan Author yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit.


Akhirnya selesai juga, setelah melewati berbagai rintangan seperti diculik ke mal sama temen (disandera seharian pula), terus dibuat lari terbirit-birit sama gempa. Alhasil fic-nya jadi geje gini. Maaf kalo garing yak.

Oya, thanks for reading. Ngomong-ngomong ada yang mau jadi OC di-fic ini?