Ringkasan : Malaikat mempunyai lingkaran suci di atas kepalanya. Sora adalah seorang malaikat yang baru lulus ujian kelayakan. Pada suatu hari dia tak sengaja menjatuhkannya ke dunia manusia. #SoraXYamato. Fic pertama. Beta-ed by fariacchi.

Digimon belongs to : Akiyoshi Hongo, TOEI animation dan Bandai corp.


Angel's Ring

Chapter 1 — Punishment

Kalian semua tahu, kan? Biasanya seorang malaikat mempunyai lingkaran keemasan di atas kepalanya yang disebut angel's ring. Tapi sebenarnya, ukuran angel's ring lebih besar dari bayangan manusia. Ukuran aslinya sebesar hula hoop. Karena selain sebagai warp, angel's ring juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan masih banyak kegunaan lainnya.

Eh, tapi ada alasannya juga sih, manusia melihat bentuk angel's ring seukuran itu. Karena—entah kenapa—setiap malaikat turun ke dunia manusia, angel's ring miliknya pasti mengecil menjadi hanya seukuran itu.

Aku adalah seorang malaikat yang baru lulus ujian kelayakan sebagai malaikat. Karena masih anak baru, tugasku hanyalah menjaga dan mengawasi keadaan di dunia manusia dari dunia malaikat. Malaikat-malaikat yang lebih senior dapat turun ke dunia manusia untuk memberi kebahagiaan kepada manusia yang berbuat baik dan juga memberi hukuman kepada manusia yang jahat. Sebagai malaikat baru, angel's ring-ku belum dapat berfungsi dengan baik. Mungkin karena aku belum dapat mengendalikan kekuatannya. Saat ini, benda itu hanyalah sebagai simbol bahwa aku seorang malaikat.

Oh iya. Masing-masing malaikat mempunyai partner yang berbentuk seperti kepribadian mereka. Partner-ku berbentuk seperti burung berwarna merah muda yang bernama Piyomon. Mengapa berwarna merah muda? Kata mentorku sih, karena aku memiliki kepribadian yang penuh dengan cinta. Katanya, kemanapun aku pergi, hidupku selalu dipenuhi dengan cinta.

Menjadi malaikat baru itu membosankan. Sekali-kali aku ingin pergi ke dunia manusia. Tapi mentorku selalu melarangnya. Katanya, aku belum cukup mahir untuk itu. Huh. Memangnya kemahiran apa yang harus kupunya untuk dapat pergi ke dunia manusia? Toh, aku ini juga seorang malaikat, sama seperti senior-seniorku yang lain.

"Hah. Hari ini sungguh membosankan," kataku.

"Jangan begitu, Sora. Kau harus semangat menjalani tugasmu sebagai seorang malaikat," kata Piyomon.

"Aku mau main ke lapangan awan, ah. Aku bosan di ruangan terus," kataku sambil berdiri dan melangkah menuju pintu.

"Jangan, Sora. Aku dengar lapangan sedang diperbaiki. Ada bagian yang tidak dapat dipijak dan dapat membuat kita terjatuh ke dunia manusia. Kau kan belum punya sayap."

Oh iya. Ada satu hal yang belum aku beritahukan pada kalian—seorang malaikat yang baru lulus ujian belum mempunyai sayap. Sayap itu akan muncul ketika tiba saatnya. Oleh karena itu, tiap malaikat baru mempunyai mentor masing-masing. Mentorku adalah seorang malaikat senior yang bernama Taichi. Dia adalah malaikat yang penuh pengalaman. Aku heran kenapa malaikat bodoh sepertiku bisa mempunyai mentor seperti Taichi.

"Sebentar saja. Aku pasti hati-hati," kataku sambil meninggalkannya.

'Huh. Angel's ring ini tidak berguna sama sekali. Kupakai untuk bermain hula hoop saja. Hehe,' kataku dalam hati.

Aku sudah sering berlatih menggunakan angel's ring. Saat ini rekorku mencapai 100 putaran. Dan aku bertekad akan terus menambah rekornya.

Ssst, jangan bilang-bilang Taichi. Aku sudah sering kena marah dan dihukum di ruang renungan—meskipun aku tidak pernah merenung di dalamnya.

Entah sudah berapa kali aku mencoba, hari ini rekorku hanya di antara 90-100 putaran. Ada apa sih ini?

Pada percobaan berikutnya berhenti di putaran 85. Kuhentikan kegiatan ini dan kubanting angel's ring. Tubuhku berkeringat tapi aku tak peduli.

Aku menjatuhkan diri di lapangan awan. Aku berbaring dan mencoba mengatur napas. Saat napasku teratur aku baru teringat dengan angel's ring-ku. Kemana benda itu?

Saat itulah Piyomon datang. "Sora! Apa yang telah kau lakukan?" Sepertinya dia panik sekali.

"Aku hanya bermain-main. Kenapa sih kau panik sekali?"

"Aku baru dapat laporan bahwa ada angel's ring yang terjatuh ke dunia manusia dan angel's ring itu adalah milikmu!"

"HAH?"

Aku segera bangun dan mencari angel's ring-ku. Aku melihat palang perbaikan di sudut lapangan dan firasatku buruk. 'Jangan-jangan?'

Tiba-tiba Taichi muncul di lapangan. Dia melihatku dengan pandangan yang sangat marah. Aku tahu aku dalam masalah besar.

"Eee... maaf. Aku sungguh tidak senga..."

"Cukup," dia memotong perkataanku, "Aku sudah terlalu sering memberitahukan menasihati dirimu. Sebagai seorang malaikat, kau terlalu ceroboh. Tapi aku masih memberikanmu kesempatan. Temukan angel's ring milikmu dalam 7 hari waktu manusia. Kemudian, mungkin kau masih dapat kembali menjadi malaikat. Lewat dari tenggat waktu itu, kau akan menjadi seorang manusia."

Menjadi seorang manusia? TIDAK! Itu hukuman yang paling buruk. Manusia hanya memikirkan nafsu dan tidak menggunakan akal sehat dalam bertindak. Belum lagi kemungkinan melakukan kesalahan yang dapat menyebabkan manusia mendapatkan hukuman dari malaikat.

Aku tidak mau menjadi seorang manusia!

#

.

#

~Takeru's POV~

"Sampai jumpa besok di sekolah, Takeru," kata Hikari. Kami baru saja mengerjakan PR matematika bersama-sama di rumahnya.

"Ya. Terima kasih karena sudah membantuku dalam mengerjakan PR matematika. Aku sangat bodoh dalam hal itu. Sampai jumpa besok."

Aku harus segera pulang. Ibu pasti khawatir karena aku tidak memberitahukan sebelumnya. Yah. Namanya juga mendadak. Daripada besok aku dihukum oleh Sensei.

Aku berjalan menuju rumah tapi sepertinya mulai mendung. Waaa... hujan mulai turun! Aku mulai berlari agar tidak terlalu kuyup begitu sampai di rumah. Bodohnya aku lupa bawa payung. Semoga besok aku tidak sakit. Di sekolah sudah ada janji mau main bola.

Hari sudah gelap diperparah dengan hujan yang semakin lebat. Untung rumahku sudah lumayan dekat. Tinggal melewati lapangan kecil maka aku akan sampai di rumah.

Tiba-tiba keadaan mendadak menjadi terang benderang. Pikirku mungkin petir. Aku takut petir. Hiii!

Tiba-tiba ada sebuah benda yang terjatuh ke lapangan. Karena kaget aku jatuh terduduk. Benda apa itu? Aku bangun dan berlari semakin kencang. Aku berharap segera melewati lapangan.

Jangan-jangan itu alien. Aku menghentikan laju lariku. Aku jadi penasaran dengan benda itu. Tapi kalau ternyata benar-benar alien bagaimana? Aku harus segera memberitahu ibu. Tapi kalau bukan? Aku bisa malu. Aku lihat dulu saja deh.

Aku mengendap menuju tengah lapangan. Dimana benda itu? Sepertinya terjatuh di semak-semak yang ada di pinggir lapangan. Kuberanikan diri semakin mendekat. Aku mulai melihat benda itu karena cahayanya yang terang. Sepertinya bukan alien. Kuambil benda itu.

Benda apa ini? Bentuknya bulat dan bercahaya. Kalung? Tidak muat di kepalaku, tidak ada pengaitnya juga. Masa kalung seperti ini? Aku memasukkan benda itu ke dalam tas. Nanti saja kuperiksa di rumah. Ibu pasti marah melihatku pulang basah kuyup.

~End of Takeru's POV~

#

.

#

"Sora, aku minta maaf karena tidak dapat menemanimu di dunia manusia. Peraturan di negeri kita menetapkan tidak ada malaikat yang dapat dibantu partner-nya ketika sedang menjalani hukuman. Sepertinya aku ini partner yang tidak berguna," Piyomon seperti ingin menangis mengantar kepergianku ke dunia manusia.

"Tenang saja, Piyomon. Aku akan menemukan angel's ring-ku dalam waktu kurang dari 7 hari. Aku berjanji. Tunggu aku ya!" Aku tersenyum menghiburnya.

Sebenarnya aku sendiri tidak yakin dengan perkataanku. Tanpa menggunakan kekuatan malaikat dan berkelana di dunia manusia sendirian, dunia manusia akan terasa sangat luas. Meskipun Taichi berkata aku akan dikirim ke tempat yang diperkirakan dekat dengan tempat jatuhnya angel's ring-ku.

"Auw." Aku terjatuh di sebuah kamar. Ahh... pantatku sakit sekali. "Dimana aku?"

Aku berada di sebuah kamar yang penuh dengan CD. Di sudut ruangan kulihat sebuah gitar. Kulihat di luar gelap.

Ini pasti malam hari. Kenapa aku bisa di kamar ini? Apa angel's ring-ku ada di dalam kamar ini? Memikirkan hal itu aku bergegas menyusuri kamar ini. Setelah beberapa lama, aku baru sadar bahwa aku telah membuat kamar ini sangat berantakan.

"Huh. Tidak ada. Sebenarnya dimana sih? Lalu untuk apa aku dikirim ke tempat ini?"

Tanpa kusadari seseorang membuka pintu kamar. Aku baru sadar ketika dia sudah masuk ke dalam kamar.

Kami-sama, dia seorang laki-laki dan dia sangat tampan.

Aku baru tahu kalau ada manusia yang tampan. Kukira malaikat adalah yang paling keren. Tapi bahkan laki-laki ini lebih tampan dari Taichi.

"PENCURI!"

Aku baru sadar dari lamunanku setelah dia berteriak—tunggu. Tadi dia bilang apa? Pencuri?

Sebelum aku sempat mengatakan sesuatu laki-laki itu sudah merenggut tubuhku dan membuat tubuhku tidak dapat bergerak.

"Tunggu. Kau salah paham. Aku bisa menjelaskan."

"Tidak perlu. Kau sudah tertangkap basah. Untung kau wanita, kalau tidak saat ini pasti aku sudah menghajarmu. Aku akan bawa kau ke kantor polisi."

Sialnya aku. angel's ring-ku tidak ketemu, disangka pencuri pula.

"Auw." Tanganku sakit. Dia memegang tanganku dengan sangat kencang. Tanpa sadar aku menangis.

"Untuk apa kau menangis? Aku tidak akan melepaskanmu meskipun kau menangis."

"Aku kan sudah bilang kalau semua ini ada alasannya. Auw. Tanganku sakit." Aku merasa kakiku sangat lemas dan kehilangan tenaga sehingga aku terjatuh.

Samar-samar pandanganku mengabur dan aku tidak ingat apa-apa lagi.

#

.

#

Aku terbangun karena cahaya matahari masuk melalui jendela yang dibuka. Silau sekali sehingga aku kembali menutup mata, mencoba membiasakan diri dengan keadaan yang mulai terang.

Begitu terbiasa, kubuka mata kembali. Aku melihat ke sekitarku. Ah, rupanya aku masih berada di kamar laki-laki itu. Kulihat jam di meja di samping ranjang menunjukkan pukul 6 pagi. Kulihat di sekeliling, berharap menemukan laki-laki pemilik kamar itu.

Tak ada. Dimana dia? Ini masih sangat pagi untuk manusia bekerja. Atau mungkin sekolah?

Aku bangun dari ranjang dan mengendap keluar dari kamar. Aku belum keluar dari kamar sejak pertama kali aku berada di kamar ini. Keluar dari kamar, aku masuk ke sebuah ruang makan. Kudengar suara dari pintu terdekat yang kuyakini adalah sebuah dapur. Kuberanikan diri menuju pintu, kubuka dan kuintip dari luar.

Laki-laki itu sedang memasak, entah apa, mungkin untuk sarapan. Kupikir hanya manusia perempuan saja yang memasak.

Aku membuka pintu lebih lebar dan sepertinya dia mendengar suara pintu dibuka karena dia langsung menoleh ke arahku. Kemudian dia melanjutkan kembali kegiatannya.

Aku keluar dari dapur dan duduk di kursi ruang makan. Tak berapa lama dia keluar seraya membawa 2 buah piring berisi makanan dan menaruh salah satu piring di depanku.

"Makanlah. Aku tahu kau pasti lapar," katanya seraya duduk di kursi di depanku dan mulai makan dari piring yang satunya. Kupandangi makanan yang tersaji di depanku. Aku belum pernah makan makanan manusia sebelumnya. Bertemu dengan manusia saja baru kali ini.

"Apa ini?" Sepertinya dia heran dengan pertanyaanku.

"Tentu saja makanan. Memangnya apa lagi? Racun?" Katanya sambil melanjutkan makan.

"Bukan itu maksudku. Apa nama makanan ini?" Dia berhenti makan dan mulai memandangiku.

"Kau belum pernah makan pancake? Sebenarnya kau itu berasal dari mana sih?" Dia menunggu jawaban dariku.

"Aku belum pernah makan makanan manusia sebelumnya." Kuambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapanku, "Dan aku adalah seorang malaikat."

Dia terpaku. Beberapa detik kemudian dia tertawa dengan terbahak-bahak. Sepertinya omonganku tadi adalah hal terlucu yang pernah ia dengar.

"Malaikat? Memangnya aku anak kecil yang dapat begitu saja terpedaya oleh bualanmu?"

"Aku tidak bohong."

"Cukup! Setelah makan kau harus keluar dari apartemenku. Aku berbaik hati tidak membawamu ke kantor polisi. Tapi jangan pernah kau ulangi perbuatanmu mencuri."

Aku tidak dapat menyanggahnya. Mukanya sudah merah padam menahan amarah. Tanpa kekuatan malaikatku aku tidak dapat melawannya seperti tadi malam.

"Aku keluar sekarang saja. Selamat tinggal." Aku beranjak dari kursi namun setelah beberapa langkah aku berhenti. "Dimana pintu keluarnya?"

#

.

#

~Yamato's POV~

Akhirnya dia pergi juga.

Tadi malam aku sudah membereskan kamar yang diacak-acak oleh wanita itu. Memang tidak ada yang hilang, tapi mungkin karena dia ketahuan olehku. Siapa wanita itu sebenarnya? Pakaiannya aneh. Seperti gaun berwarna putih. Masa dia mencuri memakai gaun? Jangan-jangan gaun itu curian juga.

Kenapa tadi malam dia pingsan ya? Sepertinya dia kelaparan. Apa dia kuat di luar sendirian? Apa dia punya uang untuk beli makan? Pancake-nya tidak dimakan pula—lho? Kok, aku jadi khawatir begini? Memangnya dia siapa?

Ah sudahlah. Hari ini kan aku ada jadwal latihan band bersama teman-teman. Mumpung hari minggu jadi tidak ada kelas dan tidak ada jadwal part time job.

~End of Yamato's POV~

#

.

#

Aku harus mencari angel's ring-ku dimana ya? Aku sama sekali tidak tahu arah.

Kruuuk.

Perutku bunyi. Piyomon pernah memberi tahuku apabila perut seorang manusia berbunyi itu tandanya dia lapar.

Badanku lemas sekali dan pandangan mataku berkunang-kunang. Lalu, kenapa cuaca menjadi gelap? Bukankah matahari baru saja terbit? Atau mungkin secepat inikah hari berlalu di dunia manusia? Lalu tinggal berapa lamakah waktuku untuk menemukan angel's ring?

Ah, ternyata cuaca mulai gelap karena mendung. Mungkin sebentar lagi hujan turun.

#

.

#

~Yamato's POV~

Arggh. Kenapa hari ini hujan turun lagi?

Sudah beberapa hari hujan turun terus. Kupikir musim panas akan segera tiba. Udara lembab kan tidak baik untuk alat musik. Ya sudahlah. Aku sudah berjanji pada teman-teman akan datang latihan. Sudah lama kami tidak latihan karena padatnya jadwal kuliah serta tugas-tugas yang menumpuk.

Kusampirkan tas gitar di punggungku kemudian aku mulai memakai jas hujan. Setelah selesai aku segera bergegas dan mengambil payung yang tergeletak di teras apartemen. Gitarku harus selamat dari cuaca buruk ini.

Jalanan sangat sepi. Tentu saja tidak banyak orang yang mau mengambil resiko bepergian tanpa mobil di cuaca seburuk ini. Mereka lebih suka berdiam diri di rumah yang hangat dengan pemanas ruangan. Begitu melewati minimart 24 jam, hujan turun lebih deras.

Ini buruk. Aku khawatir air akan tembus menuju gitarku. Lebih baik aku berlari agar lebih cepat sampai ke stasiun.

Sekilas aku melihat gadis yang mengaku malaikat itu berada di gang sempit di antara minimart dan apartemen kecil. Sepertinya dia sangat kepayahan. Aku berniat meninggalkannya sebelum aku melihatnya terjatuh.

Aku segera berlari menghampirinya. "Hei, bangun. Kau tidak apa-apa?"

Dia tak sadarkan diri. Kulihat wajahnya pucat dan bibirnya mulai kebiruan. Dia pasti kedinginan. Aku segera menggendongnya dan berlari menuju apartemen. Untung belum terlalu jauh.

Saat itu, aku sudah lupa dengan gitarku, bahkan payungku sudah terbang entah kemana.

Kubaringkan dia untuk kedua kalinya di ranjangku. Aku segera mengambil handuk bersih dari lemari dan mengeringkannya dari air hujan. Tapi bajunya sangat kuyup. Keadaannya tidak akan membaik apabila dia tidak mengganti bajunya. Aku mencari kaosku yang kira-kira muat dipakainya.

Tunggu. Siapa yang akan mengganti bajunya?

Aku terdiam.

SIAAAL... apa yang harus kulakukan? Tapi, kalau tidak kulakukan keadaannya akan tambah parah. Ah, aku tak punya pilihan lain.

Maafkan aku ya.

~End of yamato's POV~

#

.

#

Aku terbangun dengan kepala seperti baru saja dipukul dengan benda keras. Ketika tersadar, aku sudah kembali berada di kamar laki-laki tadi. Bukankah aku sudah keluar dari rumah ini tadi?

Kenapa aku kembali kesini?

Pintu itu terbuka dan laki-laki itu masuk membawa nampan berisi mangkuk dan gelas berisi air.

"Kau sudah sadar?" Dan dia tersenyum. Ah, kenapa senyum itu menawan sekali membuatku tidak dapat memalingkan muka darinya.

"Aku sudah membuatkanmu bubur. Kali ini kau harus makan kalau kau tidak mau keadaanmu bertambah parah," dia berhenti sejenak, "bisa makan sendiri?" Aku mengangguk dan ia menyerahkan mangkuk berisi bubur padaku. "Hati-hati, panas."

Aku mulai makan.

"Masih dingin? Perlu kuambilan selimut lagi?"

Aku menggeleng. Melihat kebaikannya tubuhku menjadi sangat nyaman. "Kenapa kau baik padaku? Kau kan sudah menuduhku mencuri?" Kuberanikan diri bertanya.

Dia terdiam sebelum menjawab, "Aku masih punya hati. Tidak mungkin membiarkanmu kehujanan."

Keadaan sunyi kembali sehingga aku melanjutkan makan.

"Emm... maafkan aku. Aku... terpaksa mengganti bajumu yang basah. Tapi aku melakukannya dengan menutup mata kok." Kulihat wajahnya merah sampai ke telinga.

Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan sebelum aku menyadari bahwa baju yang kupakai sudah berbeda. Wajahku terasa panas sampai ke telinga. Berani taruhan wajahku pasti sama merahnya dengan wajahnya. Kami pun terdiam di kamar yang sunyi.

Aku menghabiskan buburku. Kuakui dia sangat pandai memasak. Dia memberikanku obat dan memberi segelas air.

"Sekarang, mari kita perjelas duduk persolan kita. Namaku Yamato, Ishida Yamato. Dan namamu?"

"Sora." Malaikat tidak punya nama keluarga karena mereka lahir tanpa keluarga. Dilahirkan dari sebuah cahaya suci yang hanya dibuat oleh Kami-sama.

"Nama keluarga?" Aku menggeleng. "Ok. Sora... siapa kau sebenarnya?"

"Seperti sudah kukatakan padamu sebelumnya, aku adalah seorang malaikat." Nampaknya dia masih tak percaya pada perkataanku karena kulihat dia memutar matanya.

"Ok. Aku tak tahu mengapa kau tak mau menceritakan yang sebenarnya padaku, tapi baiklah, aku akan menuruti permainanmu. Apabila benar kau adalah seorang malaikat, apa yang kau lakukan di dunia manusia?"

"Sebenarnya... aku adalah malaikat yang sedang dihukum. Aku harus mencari barang yang telah kuhilangkan agar aku dapat kembali ke dunia manusia."

"Bagaimana aku bisa percaya padamu? Apa buktinya bahwa kau seorang malaikat?" aku tahu dia akan menanyakan hal ini padaku.

"Tak ada." Dia tampak kecewa. "Karena malaikat yang dihukum, terutama di dunia manusia, tidak dapat menggunakan kekuatan malaikatnya sama sekali. Untuk mencegah terjadinya hal-hal buruk yang dapat dilakukan oleh pesakitan."

Dia berjalan ke arah jendela. "Aku tak tahu bagaimana cara agar aku dapat mempercayaimu. Semuanya terdengar sangat tak masuk akal bagiku."

"Aku tak mengharapkan kau mempercayaiku. Aku hanya membutuhkan kebaikanmu... lagi." Aku melanjutkan, "Aku hanya punya waktu 7 hari untuk menemukan barang yang telah kuhilangkan dan aku telah melewati satu hari dengan kesia-siaan. Aku butuh tempat tinggal."

Alisnya berkerut. Sepertinya dia sedang berpikir.

Lama aku menunggu sampai dia menjawab, "Baiklah, kau boleh tinggal di rumahku." Dia menambahkan, "Selama 7 hari."

"Terima kasih. Aku akan membalas budi baikmu."

"Apa yang akan terjadi apabila kau tidak dapat menemukan benda itu?"

"Aku akan menjadi seorang manusia." Akhirnya kukatakan juga.

"Apa salahnya jadi seorang manusia?" Sepertinya dia sedikit tersinggung.

"Kurasa kau tidak akan mempertanyakannya bila kau pernah menjadi seorang malaikat."

Diam sejenak. Agaknya dia tidak berniat mengomentari jawabanku. Kemudian dia akhirnya membuka suara, "Istirahatlah. Aku ada di ruang tengah apabila kau membutuhkanku."

Dan pintu kamar pun ditutup.

TO BE CONTINUED


halo semuanya.

perkenalkan nama saya ayay dan saya adalah author baru. yang baru saja kalian baca adalah fanfic pertama saya. fanfic ini adalah yang pertama saya buat saat saya masih sd meskipun tentu saja ada banyak perubahan di sana sini. (no one asking)

berniat untuk membuat oneshot tapi ternyata cukup panjang sehingga dapat dijadikan multi chapter (meskipun saya tak berniat menjadikannya sangat panjang). dan juga perasaan tak enak pada teman yang menanyakan kapan fanfic saya publish. *wink* to fariacchi dan pijar-religia

fic ini dikhususkan untuk kalian berdua yang telah menginspirasi saya untuk mencoba terjun di dunia fanfiction.

kenapa saya pilih Digimon? karena saya cinta mati sama anime ini waktu masih kecil. (sampai sekarang sih) dan saya sangat suka sama karakter Ishida Yamato dan Takeru Takaishi. kakak beradik paling keren. oleh karena itu saya sangat senang waktu melihat idola saya memainkan harmonika di konsernya. (loh, ini nyambung kemana?)

seperti yang sudah saya bilang, fic ini tidak akan terlalu panjang sehingga saya usahakan untuk update secepatnya. (mumpung masih suasana liburan.)

saya masih harus banyak belajar, oleh karena itu saya butuh kritik dan saran senpai sehingga tidak terulang kesalahan yang sama pada chapter atau fic saya selanjutnya.

ayay mohon diri. (_)

Thanks for Read and maybe Review

*wink* to all the readers