"Kali ini, kemampuan hacker-mu sangat diperlukan."

"Tentu saja kau mengetahuinya, Ms. Haruno—ah, tidak—Mrs. Uchiha—apa aku salah?"

"Akan kuperkenalkan siapa yang akan mengawasi latihan-empat-harimu." Jemari telunjuknya menekan tombol intercom yang tertanam di sisi meja.

"Dua puluh lima." Pria itu berbisik. "Satu kali lagi aku menyusulmu, maka aku akan menghukummu."

"Hari pertama berjalan lancar—"

"Laksanakan."

Ia tersenyum simpul, "Ini sangat menarik."

.

.

.

Morte III

Naruto © Masashi Kishimoto

Morte series © mysticahime™

© 2015

.

.

.

Don't Like Don't Read

Needs no flame

.

.

.

Warning

Typo

OOC

Confusing plot

AU

Heavy theme

.

.

.

mysticahime™

presents

.

.

.

Gelap.

Kosong.

Jujur, ia sama sekali tidak bisa merasakan apa-apa di sekujur tubuhnya selain temperatur rendah dari permukaan lantai tempatnya berbaring. Seluruh inderanya serasa mati rasa.

Ia seorang diri di sini, dengan tubuh tergeletak bagai merupakan serpihan-serpihan kecil tak berbentuk.

Sakit...

Ia memejamkan matanya, berharap kegelapan dapat meredam semua nyeri yang menyebar di seluruh regional tubuhnya.

.

.

.

MORTE III

Chapter 3

.

.

.

Kantor Pusat CIA, 6.30 a.m

Pagi kembali menjelang semenjak matahari kembali ke peraduannya, menyorotkan sinarnya dalam beragam intensitas yang berpadu dengan sempurna di tengah udara. Cuaca yang cerah dalam skala musim dingin, mengakibatkan langit berwarna biru pudar—dan bukannya kelabu seperti pada hari-hari sebelumnya.

Amerika Serikat bukannya negara yang terpaku pada suatu agama tertentu. Dekorasi Natal mulai dipajang di setiap sudut jalan, dan kantor pusat CIA bukannya terlepas dari sentuhan itu. Beberapa orang staff tampak sedang menghiasi eksterior gedung markas intelijen itu, seolah tidak ingin kalah oleh masyarakat dalam rangka menyambut hari merah-hijau itu.

Pintu otomatis berbahan kaca dengan daya redam suara tingkat tinggi membuka ketika sensornya diaktifkan oleh kartu identitas milik Uchiha Sasuke. Sang empunya kartu melangkah masuk dengan gaya arogan yang biasa dikenakannya sebagai penampang luar. Sepasang kacamata hitam bertengger pada ujung hidungnya yang mancung. Entah dari mana ia sebelumnya, yang pasti penampilannya tak menunjukkan seseorang yang tidur di rumah pribadinya sebelum bertolak ke arah kantor.

"Good morning, Mr. Uchiha." Sapaan resepsionis yang selalu siap berjaga di balik meja dibalasnya dengan anggukan singkat, kemudian sang pria berjalan menuju lorong dengan elevator di ujungnya.

Uchiha Sasuke bersiap menghadapi bosnya, Hatake Kakashi.

.

.

.

.

Kantor Pusat CIA, 7.15 a.m, empat hari kemudian...

"Sai!"

Pria berkulit pucat itu menghentikan langkah-langkahnya dan berbalik ke belakang, mendapati seorang wanita blasteran berambut pirang berlari-lari kecil ke arahnya. Senyuman bertengger pada bibir Shimura Sai ketika menyadari bahwa wanita itu adalah Yamanaka Ino—mmm, Shimura Ino.

"Hai," sapanya ketika akhirnya Ino berhasil menyejajari langkahnya, "apa yang membuatmu begitu tergesa-gesa?"

"Well," Ino mengibaskan rambut pirangnya yang dikuncir hingga tersampir ke belakang bahu, "aku mencari Haruno Sakura. Apa kau melihatnya sepagian ini?"

Sai menggeleng pelan sebagai jawaban dari pertanyaan istrinya itu. "Ada apa? Ada sesuatu yang harus kau bicarakan dengan—" ia merendahkan suaranya, "—rekan baru kita itu?"

"Hmm..." wanita itu menghela napas. "Begitulah."

"Sesuatu yang penting?" tanya Sai. Kini mereka berbelok ke lorong lainnya, berusaha mencapai lorong paralel tempat atasan mereka berada. Lampu yang berpendar-pendar samar sedikit mengaburkan bayangan di bawah kedua pasang kaki mereka. "Aku tidak bisa menemanimu mencari Haruno sekarang—aku harus menemui... Bos sekarang. Kalau yang ingin kau bicarakan dengan Haruno tidak begitu mendesak, mungkin aku bisa menemanimu mencarinya saat jam makan—"

Kata-kata itu terpotong oleh tawa geli dari Ino. Senyuman tersungging di sana, kedua bola mata aqua-nya sedikit menyipit akibat kontraksi otot pipinya.

"Ada yang lucu?" Sai mengerutkan kening. Ia berhenti di hadapan sebuah pintu dan menekan tombol merah pada panel interkom.

Bip

"Tidak, hanya saja—" kata-kata Ino terputus oleh suara Kakashi yang terdengar dari speaker.

"Siapa?" tanya suara digital yang dibuat menyerupai suara sang atasan. Tentunya itu adalah rekaman, karena siapa saja yang menekan tombol merah akan selalu dijawab dengan suara yang sama, nada yang sama, kata yang sama.

"Shimura, Sir," jawab Sai dengan nada datar, berbeda dengan nada berbicaranya dengan Ino tadi.

"—dan Yamanaka," sambung Ino cepat sebelum mendengar suara Kakashi lagi.

"Masuklah," suara itu terdengar lagi. "Masukkan identitas kalian di mesin pemindai."

Sai segera menekan tombol lainnya. Ketika panel baru muncul, ia segera menggesekkan kartu identitas dan menempelkan ibu jarinya pada detektor.

"Shimura Sai, First Class Agent." Suara sintetis itu bergaung dan pintu terbuka. Ino segera melakukan hal yang sama. "Yamanaka Ino, First Class Agent."

Warna putih akibat luapan cahaya di balik pintu tersebut segera membaur dengan sempurna dengan suasana temaram di lorong tempat kedua orang itu berdiri sebelumnya. Sai dan Ino melangkah masuk ke dalam ruangan. Pintu kayu tebal itu segera menutup di belakang mereka secara otomatis.

"Good morning," sapa Hatake Kakashi dari kursi besarnya. Pria berumur empat puluhan itu tersenyum ramah ketika mendapati Ino dan Sai datang bersamaan. "Apa kalian memang sengaja datang bersama-sama? —mengingat kalian berdua adalah sepa—"

"Hanya kebetulan bertemu di lorong." Sai menjawab pertanyaan Kakashi yang menurutnya tidak penting itu. "Yamanaka-san mencari Haruno-san dan kebetulan bertemu dengan saya di lorong North C, saya sama sekali tidak menyangka bahwa Yamanaka-san juga dipanggil ke sini."

"Tentu saja," Kakashi masih tersenyum, "Yamanaka akan mencari Haruno. Tapi kau sudah tidak perlu mencarinya lagi, Ms. Yamanaka. Haruno ada di sini."

Tatapan Kakashi beralih pada sesosok wanita yang kini duduk di salah satu sofa dengan posisi kaku. Memar berwarna kebiruan mengiasi beberapa bagian wajahnya yang tak tertutupi helaian rambut merah muda. Sebelah alis Ino terangkat ketika mendapati rekan barunya babak belur. Sai juga merasakan keheranan yang sama.

"Training ala agen, seperti biasa." Kakashi mengibaskan tangannya, seolah-olah mengatakan bahwa luka-luka adalah sesuatu yang pasti didapatkan seorang agen saat latihan-latihan perdananya. "Setidaknya, kemampuan fisik Ms. Haruno sudah berkembang pesat, terutama setelah aku men-dopping-nya dengan Musculotonus."

Kening Ino mengernyit tak suka.

"Tenang saja, dopping ini hanya membuat ototnya lebih tahan terhadap aktivitas fisik yang berat, meningkatkan metabolisme tubuhnya sehingga ia lebih cepat mendapatkan kemampuan seorang agen." Bibir itu kembali tersenyum. "Tidak ada efek samping. Aku masih memberikan obat itu dalam loading dose."

Pandangan Ino beralih pada sosok pria lainnya yang tengah menghadap keluar jendela yang berhamburan cahaya, kemudian beralih lagi pada sosok yang tidak diduga kehadirannya—Uchiha Sasuke. Pria berambut raven itu sibuk dengan Palm Pilot-nya, sama sekali tidak menggubris kehadiran Sai dan Ino di dalam ruangan itu.

"Anda mengumpulkan semua members[1]," gumamnya pelan, namun tetap terdengar oleh Kakashi.

"Begitulah," senyuman itu tak kunjung lenyap. "Ada sesuatu yang harus kubicarakan dengan kalian. Sesuatu... mengenai misi yang akan kalian lakukan bersama."

Sasuke segera menutup Palm Pilot-nya, kini ia menatap Kakashi dengan tatapan datar. Sepertinya ia sudah menunggu-nunggu intro dari misi baru mereka. Penjelasan tertulis di map yang diterimanya beberapa hari yang lalu masih menyisakan tanda tanya besar di otak jeniusnya.

"Apa kau bisa mengikuti semua ini—eh, Ms. Haruno?" Kedua iris heterokromia itu beralih pada Sakura yang masih duduk diam di posisinya, seolah-olah ini semua adalah siksaan bagi wanita tersebut. Tidak terdengar adanya nada mengancam dari pertanyaan tersebut, namun empat orang di sana tahu dengan benar bahwa Hatake Kakashi pemimpin mereka tidak akan membuang-buang waktu untuk menanyakan sesuatu yang dianggap tidak berguna. Basa-basi seperti barusan, misalnya, tidak bisa diharapkan dari orang berpangkat tertinggi di CIA. Bila ia menanyakan 'apa masih bisa mengikuti', maka sebenarnya ia memberikan perintah bahwa kau harus menuruti prosedur yang ada, bukannya melakukan sejumlah tawar-menawar untuk memperingan beban pekerjaanmu.

Ino menatap wanita berambut merah muda yang terlihat pucat itu dengan cemas, namun napas yang sedari tadi ditahannya berhasil diembuskan ketika melihat Sakura mengangguk.

"Tidak masalah sama sekali, Hatake-sama." Nada suara Sakura terdengar lebih tegas dari apa pun.

Senyum tipis terulas di bibir Kakashi, lalu ia bertepuk tangan singkat. "Bagus, bagus. Itu baru agenku." Tatapannya beralih pada Ino dan Sai yang masih berdiri di depan pintu tertutup, lalu memberikan gestur silakan-duduk-anggap-saja-rumah-sendiri yang segera dilakukan keduanya tanpa berpikir panjang lagi.

Setelah memastikan keempat agennya siap untuk menyimak, Hatake Kakashi mengambil sebuah remote dan menekan salah satu tombolnya. Sebuah layar proyeksi turun secara otomatis pada bagian dinding yang berpotongan dengan arah pintu. Empat orang lainnya berkonsentrasi penuh untuk menerima penjelasan mengenai tugas mereka.

Kakashi menekan sebuah tombol lagi pada remote-nya dan layar tersebut menyala, menampilkan sejumlah slide presentasi standar.

"Kalian lihat ini?" Pertanyaannya membuat mereka semua secara otomatis mengerutkan kening. Slide tersebut menampilkan gambar lanskap kota Los Angeles yang diambil pada malam hari. Satu tombol ditekan oleh Kakashi, menyebabkan gambar tersebut bergerak.

Rupanya sebuah video.

"Los Angeles setidaknya memiliki pertumbuhan penduduk paling pesat di bagian pesisir barat saat ini, total penduduk resminya nyaris mencapai angka lima juta kepala, sedangkan orang-orang yang tidak tercatat sebagai residen resmi jumlahnya masih sangat banyak." Kakashi mengeluarkan pointer dan menunjuk-nunjuk beberapa bagian dari video yang sedang diputar. "Seperti yang kalian lihat, keramaian New York terlihat baik-baik saja. Sangat normal. Seolah-olah kegiatan yang terpusat di sini hanyalah ekonomi dan industri hiburan terutama di Hollywood."

Slide berganti dengan gambar lain, kali ini berupa rekaman yang seolah diambil secara candid oleh seorang turis.

"Secara kebetulan, salah satu rekan kita menemukan rekaman ini diunggah di YouTube sekitar enam hari yang lalu. Mungkin tujuan si perekam adalah mengambil rekaman memorial acara jalan-jalannya di LA, namun perhatikan ini." Video mendadak berhenti pada satu frame, lalu muncul zoom dari salah satu sudut. Gambarnya begitu buram sampai-sampai perlu beberapa waktu bagi keempatnya untuk mencerna.

Sasuke-lah yang pertama kali angkat bicara. "Orochimaru."

Kakashi mengangguk satu kali. "Orochimaru, buronan yang sudah dikejar-kejar oleh CIA sejak tahun lalu dan selalu berhasil lolos. Kau tentunya ingat bagaimana misi penangkapan kita tahun lalu, Uchiha." Sekarang, ia keluar dari balik meja dan berdiri di sebelah layar proyeksi. "Orochimaru berada di Los Angeles selama masa buron, bukankah menarik? Kita semua—terutama kau, Uchiha—tahu benar Orochimaru adalah orang yang sangat berhati-hati dengan kemunculannya di muka umum, terutama setelah statusnya menjadi buronan nomor satu yang dicari oleh CIA. Pertanyaannya adalah, kenapa Orochimaru tiba-tiba menampakkan diri di Los Angeles?"

Tidak ada yang menjawab. Sasuke hanya menatap lurus layar yang menyajikan zoom-out wajah Orochimaru dari posisi menyamping, gambar itu begitu buram sehingga usaha teknisi informatika menghilangkan noise dari gambar itu sehingga bisa dikenali sebagai Orochimaru bisa dikatakan hebat. Ino mengetuk-ngetukkan kukunya ke lengan. Sai berkedip sekali dan memutuskan untuk tidak angkat bicara. Sakura—hanya menatap Hatake Kakashi tanpa membuka mulut.

"Jawabannya ini." Slide berganti dengan slide lainnya; video lain diputar, kali ini dengan suara.

"Kami meminta Shikamaru melacak lokasi video pertama dengan GPS dan berhasil meng-hack sistem keamanan di restoran tempat video tersebut diambil. Inilah yang kami dapatkan—"

Di layar tampak Orochimaru berbicara dengan seorang pria yang memakai topi dan masker sehingga wajahnya tidak bisa diidentifikasi dengan mudah. Suara latar video tersebut begitu bising sehingga Sasuke hanya mampu mendengar sepotong dari kalimat Orochimaru.

"...siap... nuklirnya... Sabtu..."

Nuklir?

Semua orang di ruangan itu menggaungkan pertanyaan yang sama dalam kepala. Keempatnya saling menoleh dengan keterkejutan yang jelas di mata mereka. Orochimaru bertransaksi nuklir—atau apa?

"Kita semua tahu apa yang menyebabkan Orochimaru buron hingga saat ini: penggelapan sejumlah senjata api dan teror bom di lima negara bagian sehingga menimbulkan banyak korban jiwa." Informasi itu mengingatkan Sasuke akan pengejaran-pengejaran yang dilakukannya tahun lalu. Pengejaran yang membuat salah seorang rekannya meninggal dunia. "Bukannya tidak mungkin bila saat ini ia berurusan dengan nuklir."

"Tunggu," tiba-tiba saja Sasuke menyela. "Bukankah lebih tepat kalau sekarang kita mencaritahu terlebih dahulu siapa yang menjadi lawan bicara Orochimaru?"

"Soal itu," Kakashi mengedikkan bahu dengan santai, "CIA sudah tahu sejak hari penemuan video candid tersebut. Yakushi Kabuto dari FBI, bukan begitu..."

Pandangan Kakashi jatuh pada sosok yang duduk diam sejak tadi.

"...Haruno Sakura, yang menemukan video tersebut?"

.

.

.

.

Ketika semua tatapan tertuju kepadanya, Haruno Sakura hanya bisa menggigit bibir. Tidak berkomentar apa-apa mengenai kebenaran yang diungkapkan oleh Hatake Kakashi. Memang ia yang tidak sengaja menemukan video tersebut di YouTube saat tengah malam beberapa hari yang lalu, kemudian dilaporkannya hanya untuk memberitahukan keberadaan Orochimaru di LA agar CIA bisa langsung meringkus penjahat yang sedang buron itu. Namun, saat iseng-iseng menghilangkan noise dari video tersebut, ia menemukan fakta yang lebih menarik. Karenanya, ia meminta tolong Shikamaru untuk men-trace sumber video tersebut berikut koordinat lokasi pada GPS satelit sesaat setelah memberitahu atasannya, Hatake Kakashi.

Siapa yang menyangka kelanjutan dari perbuatannya itu berakhir seperti ini? Ia sama sekali tidak pernah membayangkan akan turun langsung ke dalam sebuah misi. Alasan perekrutannya ke CIA bertahun-tahun silam adalah karena otaknya begitu cerdas dalam meretas banyak jaringan dunia maya, termasuk database CIA sendiri. Seharusnya, ia dijadikan tahanan karena melakukan kriminal dengan mencuri data-data CIA dan menjualnya pada FBI, namun CIA menawarkan posisi yang lebih baik dengan gaji yang lebih menjanjikan daripada nominal yang ia dapatkan dari FBI atas data-data curiannya.

Sekali tepuk, dua lalat kena. Itulah prinsip CIA.

"Benar," akhirnya ia bersuara setelah melewatkan banyak waktu dengan tutup mulut. Sakura bangkit dari kursi, mengabaikan rasa sakit di seluruh persendian dan ototnya, juga pada lengan kiri dan kanannya yang bekas disuntik dengan injeksi Musculotonus. Ia menuju meja Hatake Kakashi tanpa meminta izin dan langsung mengutak-atik komputernya. Atasannya tidak terlihat keberatan.

"Seperti yang kalian dengar, suasana di restoran itu berisik sekali," Sakura mencolokkan flashdisk yang dikeluarkan dari kantung celana panjangnya. Gerakan seperti itu saja sudah membuat seluruh tubuhnya menjerit. "Kalau kuhilangkan noise dari suaranya..." ia menjalankan beberapa aplikasi yang dibuatnya sendiri untuk kemudahan dalam bekerja dan melacak, "...maka akan terdengar seperti ini."

Klik.

"Persiapan sudah selesai, nuklirnya akan diluncurkan hari Sabtu tanggal dua puluh lima."

Suara Orochimaru terdengar begitu licik dan dingin, bergema di seluruh ruangan. Kakashi mengangkat alis saat mendengar keseluruhan kalimat tersebut. Dua puluh lima—Desember? Pandangannya langsung jatuh kepada kalender yang tergantuk di dekat rak buku raksasanya.

"Lima hari lagi?" tanyanya dengan nada tidak yakin.

Sakura mendongak dan memandang kalender tersebut. "Jika informasi ini akurat, maka akan terjadi peluncuran nuklir tanggal dua-lima." Ia menipiskan bibirnya. "Itu berarti akan terjadi pembunuhan massal saat hari Natal." Cepat ia menarikan jari-jarinya di keyboard komputer tanpa banyak bicara lagi.

Perhatian Kakashi beralih pada Sasuke, Sai, dan Ino.

"Kalian, agen-agen yang sudah terlatih, kalian harus mendukung Ms. Haruno dalam tugas perdananya ini."

Ino menautkan kesepuluh jemarinya, menatap Kakashi seolah-olah atasannya sudah gila.

"Apa pun yang terjadi, tugas ini sangat—"

"Ada banyak sekali acara tanggal dua puluh lima," kata-kata Sakura menghentikan percakapan nyaris-satu arah antara mereka berempat.

"Di Amerika?" tanya Kakashi.

"Di seluruh dunia." Sakura mengklik mouse beberapa kali, sehingga apa yang barusan dikerjakannya muncul di layar. Terdapat sebuah daftar yang sangat panjang dan berisi banyak kegiatan tanggal 25 Desember yang terekam oleh database negara. "Mulai dari acara Natal di gereja kecil di Minnesota—" wanita itu tidak melanjutkan kata-katanya ketika melihat Kakashi terlihat tidak sabar, "—dan acara-acara internasional seperti konferensi UNO di Los Angeles, yang dimulai setelah perayaan Natal Presiden dan beberapa pemimpin negara di Gereja Cathedral of Our Lady of The Angels—kemungkinan besar Orochimaru mengincar ini."

Sebuah fakta baru. Tidak ada yang lupa di antara mereka semua bahwa hari Natal tahun ini akan diadakan acara internasional yang sebelum-sebelumnya tidak pernah diadakan di luar area Rumah Putih. LAPD sudah jauh-jauh hari melakukan latihan penyeterilan jalan dan memulai pengalihan jalur.

Tentu saja, tidak ada yang menyangka bahwa acara tersebut akan dijadikan target teroris seperti Orochimaru. Keberadaannya yang bagaikan hantu selama setahun terakhir membuat CIA tidak bisa menduga pergerakannya.

"Dan, ini yang sangat menarik," Sakura berhasil membuat mereka semua mengalihkan perhatian dari pikiran masing-masing.

"Apa itu?"

"Sekitar lima kilometer dari Katedral itu, ada sebuah pabrik nuklir." Layar proyeksi memperlihatkan Sakura sedang meng-scan sebuah area sehingga terlihat seperti gambaran peta dengan garis-garis samar yang dikenali sebagai garis lintang dan garis bujur. "Dan..." ia mengklik sesuatu sehingga gambar tersebut menyerupai blueprint, "kemungkinan ini blueprint area yang harus kita tangani."

"Pabrik... nuklir?" Ino tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

.

.

.

.

Tiga jam setelahnya, mereka berempat berkumpul di ruang kerja Sakura untuk membahas strategi apa yang akan mereka gunakan untuk menghentikan Orochimaru. Sakura yang tidak beranjak ke mana-mana dari ruang kerjanya setelah pertemuan di ruangan Hatake Kakashi selesai membagikan hasil cetak biru peta lokasi pabrik nuklir dan sekitarnya hingga mencapai Katedral yang kemungkinan akan menjadi sasaran ledakan nuklir.

"Pelajari saja sekarang, karena kalian akan berada di garis depan misi ini, Shimura-san, Ino." Sakura merasakan Sasuke mendelik ke arahnya. Bagaimana mungkin agen dengan pangkat seperti Sasuke diberikan arahan oleh Sakura yang baru pertama kali masuk ke tugas lapangan? "Uchiha-san juga," dan panggilan itu—terdengar begitu formal dan kaku.

"Lalu, apa tugasmu, Haruno?" Sai bertanya sambil mengamati cetak biru di tangannya.

"Aku?" Sakura terdengar tenang saat mengatakannya. "Aku akan ikut dalam penyelidikan bersama kalian, tapi sebagian besar waktuku akan dihabiskan di kamar hotel yang berjarak satu blok dari Katedral untuk memberikan arahan jalannya misi."

"Memangnya siapa yang memberikan wewenang padamu?" tanya Sasuke tanpa memedulikan blueprint yang seharusnya ia pelajari hari ini.

"Menurutmu," Sakura menjawab dengan diplomatis, "untuk apa aku ditempatkan dalam misi ini kalau bukan untuk memandu?"

Setelahnya, tidak ada lagi yang bicara. Uchiha Sasuke memasang wajah masam selama mempelajari blueprint yang diserahkan kepadanya. Keheningan itu pecah ketika Ino angkat bicara.

"Ngomong-ngomong, kalau kita jadi berangkat ke Los Angeles hari ini, apakah kau tidak bersiap-siap, Sakura?" Seperti dua orang lainnya, Ino sudah memakai setelan resmi untuk bertugas, juga sudah mempersiapkan sejumlah perlengkapan yang dititipkan pada resepsionis di depan sana. Sementara Sakura—tidak terlihat mempersiapkan apa pun selain sudah mengepak peralatan hacker-nya dalam sebuah ransel yang terlihat berwarna-warni seperti orang akan liburan.

"Bukankah akan lebih mudah berbaur kalau kita terlihat seperti turis?" balas wanita itu dengan nada bertanya. "Aku yakin di LA sudah banyak FBI—para pembelot. Salah satu pejabat mereka bertransaksi dengan Orochimaru, pasti ada kemungkinan ada banyak FBI berkeliaran di LA juga, kan? Apalagi yang mulai mencurigai Yakushi Kabuto."

Untuk kesekian kalinya, tiga agen yang sudah tidak hijau lagi di lapangan terpana dengan pola pikir wanita bernama Haruno Sakura.

.

.

.

.

to be continued...

.

.

.

[1] Members = sebutan untuk anggota sebuah tag-team