Disclaimer : Naruto always belongs to Masashi Kishimoto

Warning : kehancuran tingkat tinggi, aneh, jelek, ancur, abal, geje, mambu, OOC, OC, lebay, gila, bikin mata rusak, bikin gila, dkk!

Thanks to : Allah SWT, hujan, orang-orang yang selalu mendukung saya membuat fic dan mama. my mom is everything.

.

.

.


.

.

Kisah Sang Pangeran Hujan

.

.

.

Musim hujan bagi sebagian orang mungkin mendatangkan bencana dan menyebalkan. Banjir dimana-mana, becek, kotor, dan licin. Tapi ada juga yang menyukai hujan bahkan mencintainya. Bagi mereka, hujan mendatangkan rejeki dan kebahagiaan. Bagiku, hujan bukan hanya suatu siklus air saja tapi juga sumber pencari penghasilan.

Perkenalkan, namaku Sabaku no Gaara. Aku hijrah dari Suna ke Konoha sekitar 3 tahun yang lalu dan sekarang aku berusaha menetap di Konoha selama mungkin. Aku melarikan diri dari Suna karena konflik politik yang parah di negara itu tiga tahun lalu dan berusaha menemukan kehidupan yang damai di Konoha. Aku mencintai Konoha meskipun terkadang desa ini berusaha menghancurkanku dan harapanku sampai menjadi debu bertaburan. Tapi aku selalu yakin pada diriku bahwa bagaimanapun susahnya hidup yang aku jalani aku tidak boleh menyerah karena dengan terus berusaha dan berdoa semua harapanku akan terkabul.

Tahun ini aku mendengar dari TV tetangga bahwa tahun ini Konoha terkena dampak fenomena La Nina yang menyebabkan hujan turun lebih sering. Aku bersyukur atas hal itu karena aku bisa mendapat banyak peluang untuk bekerja di tahun ini.

.

oOo

.

Siang ini setelah pulang sekolah, aku akan bekerja seperti biasa setelah berganti pakaian. Siang ini juga hujan, maklum sekarang masih musim hujan bahkan saat musim kemarau pun masih sering hujan. Setelah itu aku segera membawa payung dan menuju tempatku biasa menunggu pelanggan, yaitu stasiun kereta. Siang ini stasiun tidak seramai biasanya. Hanya ada beberapa gelintir orang yang menunggu bis. Aku pun mulai menawarkan jasaku.

"permisi Tuan, apakah Tuan butuh payung?" tawarku pada seorang pria muda.

"huh! Minggir!" kata si pria muda.

"baik Tuan" kataku sambil menyingkir dari hadapan pria muda itu. Sudah 2 tahun aku menjadi pengojek payung dan aku sudah hapal tabiat-tabiat para pelanggan. Aku sudah biasa ditolak pelanggan dan aku juga sering diperlakukan dengan kasar tapi aku menerimanya dengan lapang dada demi selembar uang untuk biaya hidup dan sekolahku.

"nyonya, permisi apakah nyonya butuh payung?" tawarku pada seorang ibu-ibu yang baru keluar dari stasiun.

"maaf, tidak terimakasih" ucap nyonya itu dengan sopan. Selanjutnya,berkali-kali aku menawarkan jasaku dan selama itulah aku selalu ditolak. Sepertinya sekarang orang sudah makin sering membawa payung, pikirku.

Hari semakin sore, stasiun semakin sepi dan aku hanya duduk di depannya bersama para pengojek payung lainnya sambil berdoa supaya hari ini aku mendapat pelanggan.

Tiba-tiba, seorang gadis kecil seusiaku keluar dari stasiun bersama ayahnya. Aku dan pengojek payung lainnya segera berebut menghampiri ayah dan anak itu.

"permisi, Tuan, apakah tuan membutuhkan payung?" tawarku sopan.

"ya" jawab sang ayah singkat.

"mari Tuan" aku memberikan payungku pada mereka. sang ayah segera memakai payung itu bersama putrinya sedangkan aku berjalan di belakangnya mengikuti mereka.

Sejak tadi, aku tidak bisa mengabaikan si gadis kecil itu. Aku tak tahu apa yang salah denganku. Tapi, dia sangat…manis. Rambutnya yang pirang mengingatkanku pada bunga matahari di musim semi dan matanya yang biru mengingatkanku pada hujan di musim dingin. Baju yang dipakainya sangat bagus, badannya bersih, dan dia wangi. Begitu juga dengan penampilan ayahnya. Kupastikan dia anak orang kaya. Aku menatap si gadis kecil. Dia balas menatapku. Tatapannya seketika menghangatkan tubuhku yang basah kuyup kehujanan. Aku segera mengalihkan pandanganku. Aku pikir gadis kecil sesempurna dia pasti tidak akan mau sekedar berkenalan dengan anak laki-laki kecil miskin yang dekil sepertiku ini. Ayah gadis itu berhenti di sebuah tempat bertuliskan toko buku.

"kita kesini ya, sayang, membelikan buku cerita untukmu" kata si ayah.

"iya ayah" jawab sang anak disertai dengan anggukan dan senyuman manis.

"berapa ongkosnya?" tanya si ayah sambil menyerahkan payungku.

"3000 rupiah saja tuan" jawabku.

"ini, ambil saja kembaliannya" kata si ayah sambil menyerahkan selembar uang 20 ribuan. Aku bahagia melihatnya. Aku segera menerima uang itu.

"terimakasih banyak tuan" kataku sambil membungkukkan badan.

"sama-sama. Ayo,sayang" si ayah menggandeng tangan putri kecilnya masuk ke toko itu.

Aku masih berdiri disana. Menatap kemesraan ayah dan anaknya. Aku sedikit merasa iri pada gadis ini. sungguh, dia memiliki segalanya.

"sebentar ayah" kata si gadis kecil sambil melepaskan tangan mungilnya dari genggaman sang ayah.

"ada apa Ino chan?" tanya si ayah keheranan.

Si gadis kecil menghampiriku dan mengulurkan tangannya.

"namaku Yamanaka Ino. Salam kenal" dia memperkenalkan diri. Dia tersenyum manis padaku. Aku terkejut. Terlalu terkejut untuk berkenalan dan membalas uluran tangannya.

"salam kenal. Namaku Sabaku no Gaara" aku membalas uluran tangannya dan membalas senyum manisnya.

"senang berkenalan denganmu" katanya sambil menggoyang-goyangkan tanganku. Tangannya terasa hangat di kulitku yang dingin. Pipi gadis kecil itu memerah.

"aku juga senang" kataku.

"ino chan, sudah berkenalannya?" tanya si ayah lembut.

"sudah ayah. Sampai jumpa, gaara!" kata gadis kecil yang bernama Ino itu. Dia melambaikan tangannya padaku. Aku membalas lambaian tangannya.

Ino dan ayahnya masuk ke toko buku itu dan aku hanya mampu memandangi mereka. aku segera meninggalkan toko itu dan bersemangat mencari pelanggan lainnya.

Sepanjang sisa siang itu aku mendapat 3 pelanggan. Akhirnya aku mendapat uang juga. Sebagai salah satu tulang punggung keluarga aku harus bisa mencukupi kebutuhan keluargaku.

Sebelum pulang aku menyempatkan diriku bermain air. Kutengadahkan kepala dan kedua tanganku ke atas. Kubiarkan air hujan menusuk-nusuk permukaan kulitnya. Aku ingin semuanya tahu bahwa siang ini seorang pengojek payung kecil yang miskin sepertiku bisa berkenalan dengan gadis kaya.

.

oOo

.

Matahari mulai tenggelam. Aku segera pulang ke rumahku di pinggir kota. Begitu masuk ke rumah, aku segera menghampiri kakak perempuanku, Temari.

"neesan, lihat, aku dapat uang 30 ribu…" kataku sambil menyerahkan uang hasil kerjaku pada neesan.

"wah, gaara, syukurlah! ini banyak sekali! terimakasih, Tuhan!" kata Temari sambil tersenyum bahagia.

"mana Kankuro?" tanyaku.

"dia sudah pulang tadi dan sekarang sedang belajar" jawab Temari. Kakak perempuanku ini bertugas mengatur kehidupan kami semua. Bisa dibilang ia seperti ibu. Ibu kami bertiga yang sebenarnya sudah lama meninggal ketika melahirkanku. Temari juga bekerja seperti aku dan Kankuro. Kalau aku sebagai pengojek payung dan Kankuro sebagai penyemir sepatu, dia membantu bibi tetangga sebelah berjualan di pasar.

Setelah mandi dan makan seadanya aku segera belajar. Biarpun miskin dan serba pas-pasan, aku tidak patah semangat untuk belajar. Aku selalu rajin belajar dan mendapat nilai bagus saat di kelas. Yah dengan nilai bagus hitung-hitung aku bisa membahagiakan kakak-kakakku.

Setelah lelah belajar aku segera berbaring di tikar yang sudah berlubang di tepinya tanpa satupun bantal ataupun selimut menemani. Di tikar ini juga biasanya aku tidur dengan Kankuro namun karena Temari neesan perempuan jadi dia tidur di atas.

Perlahan, benakku memutar kejadian tadi siang. Wajah gadis bernama Ino itu masih terbayang di benakku, bahkan aku masih ingat betul warna bajunya. Pipiku menghangat. Jantungku berdebar dan seperti ada yang menggelitiki perutku. Inikah yang disebut cinta pertama? Aku tahu meskipun aku baru 8 tahun tapi aku sudah mengalami cinta pertama. Mungkin ini sedikit terlalu awal… Semoga saja aku bisa bertemu gadis kecil itu lagi, pikirku. Aku segera bangun dan berdoa.

"Tuhan, terimakasih telah mempertemukanku dengan Ino chan. aku sangat bahagia. tolong pertemukan aku dengan Ino chan lagi" aku berdoa. Setelah berdoa, aku segera berbaring lagi dan memejamkan mataku. Berharap semoga esok atau lusa aku akan bertemu dengan gadis kecil cinta pertamaku itu.

.

.

.


Author said : maaf kalo fic saya ini hancur lebur, alurnya terlalu cepat, dan kependekan. Ide ini muncul pas saya sama mama lagi nunggu taksi di mall dan pas itu saya ketemu anak pengojek payung. Kalau ada yang minta dibikin sekuel, akan saya pertimbangkan :D

Setelah membaca diwajibkan meREVIEW! :D