Chapter 3: 1st Lesson

Pagi kembali datang. Hari ini, menyegarkan, sejuk, tanpa sarapan. Atas perintah Remus-sensei yang menurut ketiga muridnya (terutama Hermione) itu sangat berlebihan. Pagi itu diselimuti rasa lapar, sakit perut, bunyi perut yang berbicara dengan bahasa perut, kruyuk (artinya: kukuruyuk! Nih laper, lha?).

Waktu sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Harry, Ron dan Hermione berdiri di dalam hutan, menunggu Remus-sensei datang dengan membawa ilmu-ilmu ninja yang tiada enaknya jika dipelajari terus menerus, hanya membuat kepala pecah dan mengeluarkan isinya, termasuk otak dan sel-selnya.

Sambil menunggu, Harry, Ron dan Hermione memilih untuk mengobrol. Di tengah kesunyian di dalam hutan desa Konoha. Hewan-hewan aneh, termasuk burung berkepala naga (wah, kasian, keberatan kepala), sigung berbau mawar, semut biru dan hijau (pada habis keracunan semua), kucing liar berekor domba, dan lain-lain.

"Hermione," panggil Harry. "Aku punya sesuatu untukmu."

Hermione tidak menghiraukannya. Dia tetap bertahan di tempat, membaca buku pengetahuan favoritnya. Ron menangkap para lalat batu yang mengganggunya (untung menangkap lalatnya tidak menggunakan lidah).

"Oh, ayolah, Hermione. Ini dia." Harry menyodorkan seikat bungan mawar biru berbau kuskus.

Perlahan, Hermione menoleh, dan dia berkata, "Kau memberiku bunga?"

Harry mengangguk. Dia tak henti-hentinya menyodorkan bunga mawar super bau itu.

"Kau tahu itu bunga apa?" Hermione lagi.

Harry menggeleng. Dia tidak sedikitpun mengkhawatirkan apa-apa tentang bunga itu. Mau bunga itu bau, beracun, kotor dan lain-lain, dia tidak mengamati.

"Benar-benar tidak tahu? Aku pikir kau mengalami polip," ujar Hermione. "Jadi, kau mau tahu bunga apa itu?"

"Eh—ya," kata Harry ragu-ragu. "A—aku penasaran."

"Baiklah kalau begitu," Hermione mendeham, "bunga itu dalah, bunga mawar Blue Fitchy. Bunga mawar berwarna biru berbau kuskus."

Harry terlonjak. Dengan sengaja, dia mencoba menghirup aroma bunga itu. Hueeks… Rasanya seperti mau muntah darah (lebay).

"Sebodoh-bodohnya Harry, dia pun tak tau Blue Fitchy, apalagi Rafflesia Arnoldi Viridis (rafflesia arnoldi berwarna hijau)," ledek Ron yang menurut Harry dan Hermione, ledekan itu adalah kalimat pertama yang diucapkannya hari ini.

Harry menggerutu. Dia membuang bungan mawar itu jauh-jauh. Dia mencium aroma tangannya. Hueek.. benar-benar tidak sedap (siapa yang bakal bilang sedap).

Menit-menit berlalu, dua jam berlalu. Remus-sensei tak kunjung datang. Harry tertidur; bersandar pada batang pohon beringin tua. Hermione masih saja membaca bukunya (diam-diam wajahnya menunjukan ekspresi bosan). Ron masih bermain-tangkap dengan lalat-lalat batu.

Suara langkah kaki terdengar. Seorang lelaki dewasa menghampiri Harry, Ron dan Hermione. Remus-sensei baru saja datang.

"Selamat pagi, anak-anak," sapanya lembut. "Wah, kalian tidak datang telat."

"Kau yang telat!" bentak Hermione yang langsung melempar bukunya setelah Remus-sensei menyapa.

Tanpa mempedulikan bentakan Hermione, Remus-sensei langsung mengajak murid-muridnya belajar untuk pertama kalinya dengannya. "Baiklah, kita mulai latihan kalian hari ini. Sebelum latihan, mari kita berdo'a sesuai kepercayaan masing-masing. Berdo'a, mulai!"

"Bismillahirahmanirrahim…," (lah? Islam semua? [just kidding]).

"Baiklah, mudah-mudahan do'a kita dikabulkan oleh yang Maha Kuasa, Amin," ujar Remus-sensei.

"Amin," diikuti oleh ketiga muridnya.

"Nah, kita mulai pelajaran hari ini. Sekarang, aku ingin kalian bersembunyi, CEPAT!" perintah Remus-sensei.

Murid-muridnya berpencar, mencari tempat persembunyian mereka dan menunggu perintah selanjutnya dari Remus-sensei.

"Hmmm…," gumam Remus-sensei. Matanya mengamati sekitar, memastikan seluruh muridnya sudah bersembunyi di tempat-tempat yang aman dari jangkauan dirinya.

Remus-sensei berbalik. Dia terperanjat, Harry masih saja belum bersembunyi. Dengan bersemangat, Harry beseru, "Hahaha! Ayo, lawan aku!"

"Harry," gumam Remus-sensei. "Jika aku suruh kau untuk bersembunyi, sembunyilah. Bukannya menyerang secara menegur orang seperti ini."

Harry hanya tertawa-tawa.

Di balik dua tempat persembunyian, Ron dan Hermione sama-sama membatin. Pertama, Ron membatin, "Baka, dia seperti anak yang tidak pernah diajari baik-baik." Dan Hermione, "Payah, sama sekali tidak keren."

Sementara itu, Harry masih berhadapan dengan Remus-sensei. Wajah Harry menunjukan betapa tolol dirinya, disuruh bersembunyi malah langsung ingin menyerang (pakai bilang mau nyerang pula, fuh… -_-).

"Baiklah kalau begitu, Harry. Tapi kau harus kelilingi lapangan yang berada di dalam hutan ini tujuh kali. Ayo!" perintah Remus-sensei.

Harry berlari mengitari lapangan yang cukup luas, dengan sungai kecil ditengahnya dan beberapa rumput yang tumbuh tinggi. Harry terus berlari, sampai-sampai…

SREK! Seutas tali menarik kaki Harry sehingga Harry tergantung dengan posisi terbalik pada cabang pohon yang gemuk.

"Hei! Lepaskan aku!" seru Harry.

"Kau harus lebih mengamati sekitar, Harry. Tidak hanya lihat ke depan, tapi ke bawah dan juga ke atas," ujar Remus-sensei.

"Argh…," erang Harry. "Sekarang, aku ingin mencoba lagi. Biarkan aku berlatih supaya lebih mengamati sekitar!"

"Baiklah, baiklah," kata Remus-sensei seraya menarik tali yang mengikat Harry dan membuat Harry jatuh berdebam ke tanah.

"Payah," gumam Ron dan Hermione bersamaan.

Harry kembali mengitari lapangan. Dan lagi-lagi terkena perangkap Remus-sensei. Dia mengulang lagi, kena lagi. Lagi, lagi, lagi dan lagi.

"Nah, sekarang kau harus bisa melepaskan dirimu sendiri, Harry," kata Remus-sensei santai. Dia meninggalkan Harry yang masih saja tergantung (sepertinya akan memulai pelajaran untuk Ron dan Hermione)..

"Sekarang pasti giliranku," gumam Ron. Dia keluar dari tempat persembunyiannya. Berlari dengan kencang dan melempar beberapa shuriken. Shuriken-shuriken itu menggores kulit wajah Remus-sensei.

"Ron! Kau terlalu berlebihan!" jerit Harry.

POOF! Remus-sensei berubah menjadi kayu yang tertancap-tancap shuriken.

"Ah," gumam Ron. "Dia menggunakan Kawarimi No Jutsu."

Sementara itu, Remus-sensei sudah berpindah ke atas salah satu pohon. Kini, giliran Hermione untuk diberi pelajaran.

"Ya, ampun. Kenapa bisa begitu," gumam Hermione yang baru saja melihat Ron menyerang Remus-sensei. Dia melihat, Remus-sensei masih saja duduk di atas pohon, berdiam diri melihat Harry yang masih tergantung dan Ron yang terdiam.

PIK PIK! Seseorang mematuk pundak Hermione.

"Hermione, di belakangmu," kata suara yang taka sing lagi, suara Remus-sensei.

Hermione menoleh. Terkejut karena tiba-tiba Remus-sensei sudah berada di belakangnya, dia berteriak, "AAAA!" dan pingsan…(stress berat, ya? :-o)

"Ah, dia masih lemah," gumam Remus-sensei. Dan kembali ke murid-murid laki-lakinya.

Teriakan Hermione yang super kencang membuat Harry dan Ron bisa mendengarnya dengan jelas.

Harry bertanya pada Ron, "Hei, bagaimana caranya membebaskan diri dari ta—," tapi Ron sudah keburu berlari, mengejar Remus-sensei yang keluar dari balik semak-semak tempat Hermione bersembunyi menuju bagian lapangan yang kosong dan cukup gersang.

"Argh," gumam Harry. "Aku harus bisa bebaskan diriku. Aku akan coba…. Ah, susah! Coba lagi… Berhasil!"

Harry bebas, dan pikirannya tertuju pada makanan. Dia menyelinap di balik batu bertulis, tempat Remus-sensei menyimpan makanan untuk mereka.

Sementara itu, Ron masih mengejar Remus-sensei. Remus-sensei sendiri masih berlari, dan setelah beberapa saat, dia berhenti.

"Mau lakukan apa, anak klan Uchiha?" tanya Remus-sensei dengan nada sedikit tidak sopan (sembarangan bilang pakai Uchiha, fufufu…. (_ _")

Tanpa basa-basi, Ron berseru, "Gonkakyuu No Jutsu!"

BRUUSHH! Kobaran api menyembur dari dari dalam mulut Ron (wih, debus nih?). tanah yang sudah gersang itu menjadi semakin gersang.

"Ya, ampun," gumam Remus-sensei yang berada di tengah kobaran api. "Cakranya kuat sekali (padahal mau bilang, cakranya lebay sekali)."

Perlahan, kobaran api itu menyurut. Mulut Ron masih mengeluarkan api, tapi hanya sedikit (macam naga yang baru belajar keluarin api dari mulut mereka). Dan setelah api itu menghilang, dia terkejut. Remus-sensei kembali menggunakan jurus yang dipakainya tadi.

KRUK KRUK! Tanah di belakang Ron retak, dan sebuah tangan muncul. Remus-sensei menarik Ron dan membuatnya terjerumus ke dalam tanah yang keras.

"Kau juga harus lebih teliti, Ron, ngomongnya sudah sopan, kan?" ujar Remus-sensei. Dia pergi meninggalkan Ron yang hanya kepalanya saja yang tampak di permukaan tanah.

Hermione mulai sadar. Dia bangun, dan dilihatnya, Harry, Ron dan Remus-sensei sudah tidak ada. Dia mencari-cari.

"Hei, kalian dimana? Harry? Ron? Remus-sensei?" seru Hermione.

SREK SREK! Semak-semak dekat Hermione bergerak. Seseorang berada di baliknya. Orang itu berkata dengan suara parau, "Hermione…"

"Ah!" Hermione mendengarnya. "Ron…"

DENG! (music affect, scary music ~_~)

Yang keluar dari balik semak-semak memang Ron. Tapi, keadaanya menyeramkan. Sekujur tubuh tertusuk oleh kunai-kunai dan banyak shuriken. Darahnya berceceran di mana-mana, ususnya tampak nyaris keluar, beberapa pembuluh darah keluar dari kulitnya, kakinya nyaris putus, begitu juga tangannya, matanya mengeluarkan banyak air mata sekaligus darah karena salah satu shuriken tertancap di mata kirinya (ihh, horror banget, sih) "Hermione, tolong aku," katanya dengan suara kesakitan.

Hermione terpaku di tempatnya. Dia gemetar dari ujung kepala sampai ke unjung kaki. Dia seperti baru saja menyaksikan salah satu adegan film horror paling menyeramkan di dunia."HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" jeritnya, dan kini dengan suara jauh lebih kencang dari sebelumnya (pita suaranya nggak pecah, tuh?)…

Kembali ke lapangan yang gersang…

"Suara itu," gumam Ron, "Hermione… Ya, ampun, ada apa lagi, sih?"

Sementara itu…

Harry masih saja memakan makan siangnya, padahal masih sekitar jam sembilan pagi (tentunya karena kelaparan, nggak sarapan, sih)…

"Kau tidak boleh makan siang lagi, Harry," tegur seseorang dari balik batu bertulis untuk mengenang nama-nama orang-orang besar di desa Konoha, Remus-sensei berdiri dan menatap Harry dengan tajam.

"Aaa!" jerit Harry. Dia berlari, tapi sudah terlambat, dia langsung ditarik oleh Remus-sensei dan diikat ke sebuah batang pohon yang besar.

Sementara itu…

Tampaknya Hermione sudah ¾ sadar. Dia berjalan keluar dari tempat persembunyiannya, takut-takut akan Remus-sensei yang menyerangnya tiba-tiba.

Dia tiba di lapangan yang gersang. Apa yang terjadi? Dia kembali pingsan (udah 3 kali, tuh!). Terkaget-kaget melihat Ron yang hanya kepalanya saja yang tampak (Hermione mengira, Ron habis dimutilasi, kepalanya dibuang ke lapangan gersang, anggota tubuh yang lain entah kemana).

"Lemahnya, dia," gumam Ron melihat Hermione yang tergeletak di atas tanah yang kering, gersang dan panas. Ron mencoba membebaskan diri, dan berhasil (menggunakan mantra bombarda, ledakannya membuat gempa kecil di sekitarnya). Dia menghampiri Hermione yang tergeletak lemas. Dia memanggilnya, "Hermione!"

Beberapa saat kemudian, Hermione terbangun. Dia tampak lemah. Dan saat itu juga, ia langsung memeluk Ron. Dia berkata, "Oh, ya ampun. Aku kira kau sudah dimutilasi!"

"Jangan peluk aku!" jerit Ron yang memberontak kesakitan di pelukan Hermione.

"RON! HERMIONE!" seru Remus-sensei. "SAATNYA MAKAN SIANG!"

Ron dan Hermione berlari kecapekan ke arah Remus-sensei yang sedang membuka tempat bekal untuk makan siangnya, Ron dan Hermione.

"Wah, chicken katsu!" kata Hermione penuh semangat setelah melihat isi bekalnya. "Kau dapat apa untuk makan siangmu, Ron?"

"Dia dapat egg roll dan ebi katsu. Dia dapat dua lauk karena lauk-lauknya kecil-kecil," ujar Remus-sensei.

Harry masih saja terikat tali pada sebuah batang pohon yang baru saja ditebang. Ron dan Hermione duduk di samping kanan-kirinya, membuat perutnya keroncongan (padahal baru saja makan, huh, rakusnya).

"Ini," kata Ron sambil menyodorkan seperempat bagian makanannya.

"R—Ron," kata Hermione yang tampak kebingungan.

"Kita satu tim," kata Ron tegas (ah, lebay).

Hermione berpikir sejenak, dan dia ikut memberikan seperempat bagian makanannya.

"R—Ron, H-Hermione…," gumam Harry. Dia tersenyum kecil, dan menerima suapan makanan dari kedua temannya.

Melihat itu, Remus-sensei tersenyum lebar di balik masker birunya.

Sekian lama (kira-kira satu pekan) berlatih latihan dasar bersama Remus-sensei, tim 7 melakukan sebuah misi dan tentunya tetap dengan Remus-sensei.

Pagi hari seminggu setelah latihan pertama dengan Remus-sensei, mereka akan pergi ke pelabuhan karena mereka akan menuju desa yang harus menyeberangi sungai-sungai dan danau.

"Perkenalkan, anak-anak. Nama orang yang kita akan bantu ini adalah Barty-san (diambil dari Barty Crouch)," ujar Remus-sensei seraya menunjuk seorang lelaki tua di sebelahnya.

"Pagi, Barty-san," sapa Harry, Ron dan Hermione bersamaan.

"Pagi, anak-anak. Wah, hari ini cerah juga, ya. Ayo, sekarang saatnya kita pergi," kata Barty-san. Dia mengantar Tim 7 ke salah satu perahu, dan mereka melesat di atas genangan air…

NB: nah, saatnya 'NB' ketiga! Saya sebagai penulis ccerita acak-acakan ini ingin kalian semua para pembaca me-review, oke? Kalau begitu, sayonara! Kapan-kapan ketemu lagi di chapter 4, ya!