A/N: niatnya mau bikin lemon KakaTen tapi author masih dibawah umur jadi tidak jadiiiii :p
Lagipula fans pairing ini kayaknya nggak banyak. Yah, itung-itung author menulis untuk promosi ^^
Oh iya, ultah Tenten udah lewat jauuuh banget (sori, Tenten!) tapi karena masih bulan maret author buru-buru menulis ini. Mumpung idenya lagi ngalir deras, hehe.
Kalau kau pikir Tenten butuh lebih banyak waktu tayang di anime maupun manga, kau pasti akan suka cerita ini karena disini aku memberinya kesempatan itu :(
Dilihat saja sudah jelas ini fic dengan crack pairing, so...read at your own risk :)
One-shot ini tidak disarankan untuk pembaca berumur di bawah 15 tahun, kau sudah diperingatkan!
Warning: Extreme frenching scene. Rating may go up to M. Contains mild geje-ness! You have been warned!
Gak tau deh apa beneran ada french kiss di narutoverse, tapi namanya juga fanfiction.
Oke deh, selamat membaca! :)
Oh and RnR, please! :)))
Langkah Kakashi yang memburu dan meloncati dahan-dahan pohon membaur dengan suara dentuman jantungnya sendiri. Ia sedang berlomba dengan waktu, entah apakah ia akan tiba di tujuan tepat waktu.
Bulir-bulir keringat membasahi alisnya, ekspresi marah dan konsentrasi penuh menghiasi wajah putih nan misterius milik sensei dari team 7 itu. Ia tidak dapat menahan diri untuk merutuk. Betapa bodoh olehnya untuk jadi begini panik karena gadis itu.
"Sial. Tenten!"
.
Angin sepoi-sepoi membelai halus wajah Tenten. Kedua matanya tertutup, menikmati segarnya atmosfir pedalaman hutan di luar gerbang Konoha. Hidungnya menghirup bau harum rumput dan air terjun besar di hadapannya, ber-ratus meter di ujung danau yang terbentuk oleh derasnya hantaman air yang mengikis dataran di sekitarnya. Air yang tampak di permukaan sangat jernih seperti kristal. Meski begitu dasarnya tidak terlihat karena permukaan yang terus bergelombang.
Tenten menghalau sinar terik matahari dari mata dengan kelima jemarinya. Berendam di dalam danau itu pasti sangat menyejukkan.
Ia tersenyum tipis akan keironisan pikirannya. Sengatan matahari tidak akan mampu menyentuhnya lagi ketika air mulai memenuhi paru-parunya, telinga dan hidungnya dan memberatkan mayat Tenten di kedalaman danau.
Ia sudah siap. Mungkin mayat Tenten akan ditemukan beratus-ratus tahun kemudian, atau bahkan tidak akan ditemukan sama sekali. Ia juga yakin tidak ada satupun teman di Konoha yang menyadari absensi dari Weapon Mistress hari ini.
...
Hari ulang tahun Tenten.
Tenten tertawa kecil, mengingat betapa dirinya berharap semua orang akan mengingat ulang tahunnya, memberinya selamat atau apalah. Tidak banyak, hanya ucapan selamat.
Tapi team 8 sendiri melupakannya. Gai-sensei dan Lee sibuk begitu juga dengan Neji. Mereka sedang dalam misi dan tidak berada di Konoha hari ini. Menyakitkan untuk dipisahkan dari team yang merupakan keluargamu satu-satunya di hari jadimu. Kebijakan Hokage memang tidak bisa dilawan dan Tenten sangat paham itu.
Di sisi lain ia merasa tidak dibutuhkan. Team 8 minus Tenten adalah hal yang sering terjadi. Tampaknya Hokage tidak menyadari dampak dari kelupaannya akan keberadaan Tenten sebagai salah satu anggota team Gai.
Hal ini melukai perasaan Tenten teramat sangat. Ia tidak sekuat, secantik Sakura. Tidak seseksi, maupun terlahir dari klan dengan kekkai genkai seperti Ino.
Tidak ada yang membutuhkan tokoh sederhana seperti Tenten.
Perlahan, langkah demi langkah diambil Tenten dengan berat. Mengakhiri hidup sebagai ninja yang gagal akan lebih baik dan terhormat, bukan?
Impian Tenten untuk diakui oleh desa dan Hokage tidak akan pernah terwujud. Ia sudah gagal.
Air memenuhi sandal Tenten. Kedua mata coklat gadis itu menatap nanar kebawah, ke pantulan wajahnya yang hancur oleh gelombang dari percikan air terjun.
Lagipula, tidak akan ada yang sedih kehilangan seorang Tenten.
Sensasi dingin air merembes ke baju Tenten, mendinginkan suhu daerah perutnya.
Tenten. Nama tak bertuan, tak bermarga, tak berarti apa-apa.
Ketinggian air merengkuh dagu Tenten.
Ah, kalau diingat-ingat tadi pagi Tenten sempat menulis niat bunuh diri ini di dalam diary-nya. Lucu deh kalau ada yang membacanya setelah sadar bertahun-tahun dirinya telah tiada. Dalam hati Tenten berniat akan tertawa di surga saat itu terjadi.
...
Air danau menelan Tenten bulat-bulat.
Kakinya yang dibalut chakra memberatkan tubuhnya seperti batu, menahan mengapungnya tubuh Tenten. Samar terdengar langkah kaki Tenten semakin ke dalam kesunyian danau.
Mata coklatnya tertutup. Mulutnya sengaja ia buka, oksigen berlarian keluar. Ia mencoba menghirup air danau, mempercepat proses bunuh dirinya.
Rasanya sakit dan paru-paru Tenten menolak hal ini, tapi ia bersikeras.
'Masih belum.'
Mata coklat Tenten membuka. Suara tadi...siapa?
...
'Tenten!'
Tenten terpana dan terpaku. Matanya menatap lurus ke depan; lapisan air jernih danau di atas kepalanya berbuih, menandakan ada sesuatu yang besar memaksa masuk ke dalam danau.
Tenten tersentak melihat rambut berwarna silver mengkilat di dalam air yang sangat familiar itu.
'Ka-kashi sensei?' Saking kagetnya, tanpa sadar ia membiarkan mulutnya terbuka terlalu lebar. Ia tersedak, lupa akan tujuan awalnya untuk bunuh diri. Naluri untuk bernapas memaksa Tenten untuk bergegas kembali ke permukaan, tetapi ia mendapati kakinya terikat oleh tanaman air dan tidak bisa lepas.
Tenten bergelut dengan tanaman air itu hingga badannya terasa lemas. Ia menyerah dan membiarkan kesadarannya berangsur-angsur menghilang.
Sesaat sebelum kegelapan menelan, Tenten merasa seperti ada dua tangan yang besar namun lembut mendekapnya.
.
Hal pertama yang diingat Tenten saat ia terbangun adalah warna silver.
Seluruh badannya sakit ketika ia mencoba bergerak. Saat ia bernafas, ia terkejut karena ia tidak bernapas melalui hidung sebagaimana semestinya. Mulutnya yang bernafas tetapi bukanlah udara segar yang terhirup.
'...apa ini rasanya mati?'
Namun kesimpulan yang dibuatnya itu tak bertahan lama karena pandangannya membaik dalam hitungan detik. Satu mata silver menatap mata coklat Tenten.
...
Kakashi menuntun dada Tenten naik dan turun dengan tangannya yang besar. Selembut mungkin ia melepaskan bibirnya dari milik si Panda. Nafasnya panas di bibir Tenten, membuat gadis itu merinding. "...kau baik-baik saja, Tenten?"
Tenten menutup mulutnya refleks. Ia merasa mual. Kakashi bersegera duduk. "Muntahkan."
Benar saja, air danau yang tertelan olehnya tak tanggung-tanggung muncrat ke samping; ia muntahkan ke sisinya agar tidak kena Kakashi. "Uhuk! Oekh!"
Kakashi membantu Tenten duduk, tangannya dengan lembut menahan agar gadis itu tidak jatuh. Badan mereka basah kuyup, membuat rambut Kakashi turun dan rambut Tenten terlepas dari ikatannya. Awalnya Tenten melihat tatapan si copy cat ninja seolah sang ninja sangat khawatir. Tetapi perlahan ekspresi itu berubah menjadi ekspresi marah, cengkramannya pun bertambah kencang.
"Kau-apa yang kau pikirkan, hah? Bodoh...!"
Tenten tersenyum sinis, kelopak matanya menutup malas. "Ya, aku memang bodoh. Bukankah lebih baik aku mati?"
Ekspresi Kakashi melembut, tatapannya penuh kekhawatiran. Gadis ini masih hijau. Ia belum mengerti apa-apa. Ia tidak tahu betapa berharganya hidup. Kehidupan penuh rantai kebencian shinobi-lah yang membuatnya bertindak tanpa berpikir. Lagi-lagi kunoichi berbakat yang nyaris membuang hidupnya. Untung saja Kakashi menemukan dan membaca diary yang Tenten tinggal di tempat latihan team 8. Niat melihat-lihat tempat latihan team Gai berubah seketika menjadi misi penyelamatan Tenten.
Tanpa berpikir panjang ia menyandarkan dahinya di atas dahi Tenten. Untuk berjaga-jaga ia masih menggenggam kedua lengannya, kalau-kalau Tenten kabur dan mencoba melukai dirinya lebih parah lagi. "Syukurlah aku tidak terlambat. Kau membuatku takut."
Tenten memperhatikan wajah Kakashi dengan perasaan tidak menentu. Haruskah ia merasa senang? Kakashi terdengar sungguh-sungguh mengkhawatirkan dirinya. Hal yang wajar mengingat Hatake Kakashi adalah teman sekaligus rival dari Maito Gai. Tidak adakah yang benar-benar mengkhawatirkan Tenten dari lubuk hatinya?
"...kenapa kau tahu aku ada disini?" tanyanya sembari terbatuk-batuk.
"Aku yakin aku sudah menghapus jejak chakra-ku."
Kakashi yang ternyata dari tadi menutup matanya lelah membuka mata silvernya lagi. Angin berhembus membuat mereka kedinginan; yap, Kakashi akui itu. Basah kuyup dan ditiup angin membuat siapa saja kedinginan bahkan ninja hebat sekalipun. Lebih baik ia cepat-cepat membawa Tenten pergi dari pinggir sungai ini sebelum mereka berdua masuk angin.
"Aku membaca diary-mu." jawabnya singkat.
Tenten menatap kebawah, bulu matanya yang basah menitikkan air ke tanah berumput tempat mereka duduk. "Kau bohong. Aku tidak menuliskan tempat tujuanku."
Kakashi menatap ke langit, menggosok belakang lehernya. "Baiklah. Aku minta bantuan pakkun."
Kakashi terperanjat ketika Tenten tertawa kecil. Sedikit kaget, sedikit senang. Senang Tenten melupakan niat bunuh diri, kaget menyaksikan tawa manis si Panda. Ia tidak yakin gadis ini sering menunjukkan senyum sejuta watt pembuat jatuh hati siapa saja di depan umum. Ternyata banyak sisi menarik dari gadis berambut coklat panjang nan ikal ini. Aura keindahan wanita yang sedang dilihat Kakashi sekarang, misalnya.
"Baiklah. Aku percaya." ucapnya tiba-tiba. "Tapi satu hal lagi." akhirnya Tenten menatap penuh wajah Kakashi. "Kau yakin memang tidak punya niat tertentu saat kau mencariku di tempat latihan? Seingatku justru Gai-sensei yang biasanya mencari-carimu."
"Yah, kebetulan aku lewat jadi sekalian mampir." jeplaknya tanpa berpikir.
Tenten tersenyum manis, menggeleng kecil. Tentu saja itu tadi sebuah kebohongan. "Arigato, sensei."
Senyum Tenten memudar ketika dilihatnya ekspresi serius Kakashi. Belum sempat bertanya ada apa, tangan besar Kakashi tiba-tiba mengambil rambut basah coklat yang menghalangi kecantikan wajahnya ke belakang telinga Tenten. Kata-kata tak sanggup mengungkapkan kagetnya si Panda.
"Aku membutuhkanmu."
Deg.
Panas menjalari wajah Tenten. Ia tahan keinginan untuk menggigit bibir. Otaknya terasa beku namun ia hanya diam menunggu si copy cat ninja menyelesaikan kalimatnya.
"Aku akan berada disisimu. Aku akan menjagamu. Ada Gai atau tidak, aku akan ada untukmu.
"Sesepi apapun itu...jangan pernah coba lakukan ini lagi. Kau mengerti?"
Tenten menunduk. "Aku...mengerti." gumamnya. Jadi Kakashi sudah membaca semua halaman diary-nya? Berarti ia tahu betapa Tenten merasa tidak dibutuhkan. Ia mengerti metode psikologis 'team 8 membutuhkanmu' tidak akan bekerja dan ia perlu memposisikan dirinya sebagai contoh konkret.
'Aku membutuhkanmu.'
Dia juga meyakinkan Tenten kalau dia akan terus menemani Tenten. Jadi ia tidak lagi...mencoba bunuh diri.
Meski Tenten tidak melihatnya, Kakashi tersenyum puas. Menarik napas dalam, ia sandarkan lagi dahinya diatas milik Tenten, dan mengatakan dua kata yang ia persiapkan sejak tadi pagi.
"Omedetou tanjoubi, Tenten."
...
Mata gadis itu membelalak, diangkatnya wajah innocent miliknya. Bibirnya terbuka akan mengucapkan sesuatu; tapi terhenti.
Dihadapannya ia lihat wajah seorang pria yang tampan, yang sangat maskulin dengan luka di mata kiri, namun tertutup.
"K-kaka...?"
Secepat kilat bibir Kakashi menyegel bibir lembut gadis di hadapannya. Secara efektif membisukan Tenten, secepat itu pula tangannya mendorong Tenten kembali ke posisi tidur dengan kedua tangan Kakashi sebagai bantalan.
Tenten gemetaran, matanya menutup takut. Bukan takut karena apa, tapi takut melihat wajah tampan yang lagi lengket banget (bibir ke bibir, bo'!) sama mukanya sendiri. Terlalu tampan! Sangat menggiurkan bagi wanita manapun!
Jemari Kakashi meremas lembut rambut panjang Tenten. Kedua kakinya memenjarakan tubuh kecil itu. Tubuh yang kecil...dan rapuh. Tak peduli apakah mereka sedang basah kuyup atau akan masuk angin; Kakashi sudah tidak tahan lagi! Napas buatan yang ia berikan ke Tenten tadi seperti menghipnotis kesadaran si copy cat ninja dan Kakashi sudah cukup bersabar. Kedua bibir semerah mawar itu ternyata manis seperti madu. Lembut seperti sutra. Dan-
Kakashi mendesah nikmat. Dapat ia rasakan ciuman balik dari gadis berambut eboni dibawah kendalinya itu bergesekan dengan bibirnya. Oh...andai ia mencium Tenten lebih cepat. Andai ia tahu kalau kepolosan Tenten bisa begitu menarik, ciumannya yang begini membakar. Ia selalu membayangkan ciuman pertama yang menggairahkan; tetapi ciuman pertama yang penuh keraguan dan rasa takut plus malu seperti ini justru lebih nikmat.
Beberapa detik mereka mengambil jeda untuk bernafas. Terutama bagi Tenten yang nafasnya lebih pendek dari Kakashi, ia sangat bersyukur akan pengertian itu. Tapi tidak lama kemudian Kakashi membalut bibir manis itu kembali, bulir keringat menjadi satu dengan kebasahan bajunya.
Kakashi tidak yakin ia akan bisa berhenti.
Bagaimana dengan Tenten?
Well, ini juga ciuman pertamanya. Terus terang saja, si Panda tidak percaya hal ini terjadi padanya. Tahu-tahu ia merespon sendiri. Tangannya melingkar di leher Kakashi, menyisiri kebasahan rambut berwarna silver. Karena air danau atau keringat ia tidak peduli.
Yang pasti, Tenten tak yakin kalau ia mau berhenti.
Hampir bersamaan, pasangan beda usia itu saling melepaskan ikat kepala di tengah-tengah panasnya sesi ciuman. Agar bisa mencium lebih dalam, tampaknya.
Naluriah Kakashi memuncak. Tanpa disadarinya lidahnya memasuki mulut Tenten, menyapu bersih tiap inci kontur yang ada. Tenten mendesah kaget. Ia beranikan diri untuk berinisiatif mengambil jeda.
Mereka berdua 'berpisah' dengan nafas terengah-engah, Tenten menelan ludah melihat mata Sharingan Kakashi ikut membuka, memperhatikannya.
"K-kakashi-sen...sei..." ucapnya tersengal-sengal. "K-kupikir...hahh...k-kita..lebih baik-"
"Shh." sela Kakashi. "Jangan berpikir."
Deg.
Tenten sadar jantungnya tidak henti-henti berdentum sejak dari Kakashi memenjarakannya dengan hujan ciuman, tapi mendengar 2 kata itu dari bibir miliknya seperti injeksi adrenalin dalam darah.
Dan Tenten langsung berhenti berpikir; atau lebih tepatnya tidak bisa berpikir dengan pikiran yang seakan berkabut karena gairah. Sekujur tubuhnya serasa terbakar, anehnya ia tidak risih.
Tanpa peringatan bibir Kakashi kembali menghinggapi punya Tenten. Kali ini, lidahnya langsung ambil andil.
"Mmng...!" mata Tenten menutup dalam kenikmatan tabu. Alisnya berkerut. Di dalam perutnya seperti ada yang terbakar dan semakin lama semakin memanas, keringat yang muncul karenanya pun membuatnya yakin kalau hanya Kakashi yang bisa membuatnya takluk seperti ini.
Sesekali Kakashi mengintip dari balik kelopak mata yang terasa berat. Ekspresi Tenten yang terlihat seolah mengaku kalah dari agresi Kakashi baginya sangatlah...menggairahkan? Membakar? Atau malah...merangsang? Apalah itu, yang pasti ia menguasai gadis itu dalam kendalinya. Dan kalau mereka melewati semua ini, tidak perlu diragukan lagi Tenten akan jadi miliknya seutuhnya.
Perlahan, dengan perasaan hampir meleleh Tenten bereksperimen menggunakan lidahnya. Yang senang dengan kecepatan kemampuan menangkap hal-hal baru Tenten sudah pasti Kakashi. Sabar dan telaten ia menuntun lidah gadis itu untuk bergulat dengan miliknya. Meski Tenten mendesah, kadang melenguh, jelas sekali ia menikmati tiap detik kegiatan ini. Menilai dari bagaimana liur campuran mereka menetes turun dagunya...sangat, teramat hingga tidak salah kalau author (weh?) menulis terlalu menikmati.
Serangan terakhir Kakashi; melibatkan lidah dibawah lidah keluar sebagai pemenang. Ia mengambil kesempatan ini untuk berhenti, senafsu apapun dia tak akan mau melewati batas, terlebih usia Tenten masih dini untuk merasakan lebih jauh.
Namun bukan berarti ia tidak bisa menikmatinya, bukan?
Tali panjang dari liur mereka terbentuk ketika dengan lambat Kakashi menarik mundur kepalanya. Dilihatnya muka yang merah, penuh peluh namun tetap cantik baginya. Mata secoklat brownies itu pun setengah terbuka. Gampang sekali untuk menebak apa yang dirasakan Tenten. Kepala yang pusing, mata yang berkunang-kunang dan tak lupa keinginan untuk meneguk ludah melihat lidah Kakashi yang dengan sensual membasahi bibir. Kakashi tersenyum nakal sembari memakai hita-ate-nya kembali.
"...aph-apha..hh..yhangg b-bharushan…..?" tanya Tenten lemas, matanya serasa berputar karena episode kecil barusan.
"Apanya?" goda Kakashi, dengan lembut ia mengusap tetesan liur di ujung mulut si Panda.
"Aku hanya memberimu hadiah ulang tahun."
.
RnR! :))))))))
Coz reviews make me a happy Panda :)))
