Thankyou for all your responses! It's amazing how this 'krik-krik' fict got your attention :D

Syukurlah tapi kalau kalian suka fict ringan ini. Cuma pengen menetralisir kejenuhan aja kok :p

FYI (for your information), DLDR (don't like don't read) is in the warning.

Yuk ah capcus lanjut yuk bok. ;)

.

Disclaimer: Naruto is Masashi Kishimoto's

Warning: OOC, AU, SasuSaku, conflictless, drabbles, geje, gareeng. Don't like don't read.

.

Saat Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura yang kini beranjak dewasa sedang dimabuk cinta.

.


Coup

Oleh LuthRhythm


Haruno Sakura mengetuk pintu kediaman Uchiha Sasuke keras.

"SASUKE-KUUN! BUKA PINTUNYAAA!" teriak Sakura agar dapat masuk ke rumah sang Uchiha untuk menjauh dari cuaca berangin ini.

Tubuhnya dibalutkan blazer dan rok span mini, menandakan baru saja pulang dari kerjanya. Lelah bukan main, karena itu ia iri pada kekasihnya yang mengambil cuti pada hari yang dingin ini.

Ceklek.

"Haruskah berteriak, Sakura? Apa gunanya bel kalau begitu?" ujar sang Uchiha setelah membukakan pintu. Sakura pun langsung memeluk Sasuke begitu melihat sosok tersebut tanpa peduli omelannya.

"Tak tahu kah kau kalau manusia sedang kedinginan ia tidak bisa berpikir jernih?" jawabnya.

Sakura lalu menyusupkan tangannya ke dalam jaket sang Uchiha hingga ke punggungnya, mencari kehangatan.

Sasuke yang tahu tak akan bisa berdebat dengan Sakura pun hanya menghela napas panjang, lalu menutup pintu agar sang angin dingin tidak dapat menyusup masuk ke rumahnya yang lebih hangat. Tangan Sasuke pun mengelus punggung Sakura, memberikan gerakan yang menghangatkan hati maupun tubuh Sakura secara bersamaan.

Inilah yang Sakura cintai dari Sasuke, talk less, do more.

Tak perlu kata-kata, ia tahu dan yakin Sasuke mencintainya.

Sakura mendalamkan pelukannya pada Sasuke, menenggelamkan wajahnya di tengkuk sang kekasih.

"Sasuke-kun," panggil Sakura sembari mengendus tengkuk Sasuke.

"Hm?"

"…kau belum mandi ya?" Sakura melepaskan pelukan dari Sasuke dan menatap mata sang kekasih. Sasuke terlihat sedikit sebal karena tak lagi memeluk sang gadis.

"Masih pagi," jawab Sasuke sembari berlalu menuju kamarnya, meninggalkan Sakura yang menatap jam dinding dengan bingung.

Tiga sore.

Okay, tiga sore. Jelas bukan pagi.

Sakura yakin setengah mati bahwa Sasuke dari tadi pagi pasti sibuk bermain playstation.

Ah, ganteng-ganteng cacat—keluh Sakura dalam hati.

.

.:*:.

.

"Sasuu-kun!"

Hening.

"Saaaasuuu-kyun!"

Masih hening.

"Sasuuu-nyan!"

Tak ada jawaban.

"Saaasuuu-pyooon!"

Masih tak ada jawaban.

Puk!

Sebuah bantal mendarat dengan telak di kepala.

Krik.

Masih hening.

"Sasuuukeee-kuuun!"

Masih, tetap, selalu tak ada jawaban.

"LALALALA HALO LELAKI TAMPAN DI SANA LALALALA—"

"—Sakura..."

"—oh, Tuhan! Akhirnya ia bica—"

"—bisakah kau diam?"

Puk!

Kembali, sebuah bantal mendarat di kepala sang pemuda yang sedang bermain playstation.

"Ugh!"

.

.:*:.

.

"Sasuuu-kuuun!"

Hening.

Sudah cukup, cukup sudah. Sakura pun menggerakkan tangannya, mencari bantal untuk kembali menimpuk sang pemuda. Tapi apa daya, segala amunisi telah terpakai percuma.

Karena itu Sakura berdiri dari tempat tidur sang kekasih, memeluk guling berlapiskan kain merah marun di tangan, melangkah untuk berhenti tepat di belakang sang kekasih yang kini memunggunginya untuk menatap layar televisi.

Sakura tarik kencang bagian belakang rambut Sasuke yang mencuat, hingga membuat Sasuke terjengkang ke belakang.

"Astaga Sakura..." keluh Sasuke dengan suara kualahan yang mencoba sabar seraya menekan tombol start pada stick playstation-nya.

Sakura yang berdiri kini menunduk menatap sang kekasih yang berbaring di lantai masih dengan memeluk guling di tangan. "Demi dewa Jashin-nya Kak Hidan, Sasuke-kun! Umurmu sudah 26 tahun tapi kebiasaanmu asik dengan PS tanpa memerhatikanku masih sama seperti saat kita remaja dulu! Tak bisa kah kau berubah menjadi lebih dewasa, wahai Sasuke-san?" omelnya panjang lebar.

"Kebiasaanmu menimpukku dengan bantal juga tidak berubah, Sakura." Sasuke memutar bola mata.

"Hey! Jangan membalikkan keadaan! Kau curang!"

"Yak, tidak pernah mau kalah seperti biasa."

Kembali, Sasuke memutar bola mata.

"Sasuke-kun! Sejak kapan kau menjadi lelaki bawel seperti i—Kami-sama! Jangan-jangan kau alien!"

Krik.

Sasuke menatap Sakura dengan tatapan datar.

Hening.

Sakura berpikir dengan keras; Sasuke menatap datar dengan bosan.

"Kau ke manakan Sasuke-kun, wahai Alien-sama!" pekik Sakura sembari mengangkat gulingnya tinggi-tinggi, bersiap memukul wa—

"—kalau kau pukul wajahku dengan guling itu akan kubatalkan rencanaku melamarmu malam ini," ujar Sasuke dengan alis terangkat menantang.

Satu detik berlalu.

Sakura membeku; Sasuke berwajah datar.

Dua detik berlalu.

Sakura masih membeku; Sasuke masih berwajah datar.

Tiga detik berlalu.

Mata Sakura membulat; mata Sasuke membulat.

"APA?" Sakura memekik kencang.

"Lu-lupakan." Untuk pertama kali, sang Uchiha tergagap.

"Kau—"

"—lupakan, Sa—"

BUAK!

Sebuah guling mendarat di wajah tampan Uchiha Sasuke dengan cepat dan telak. Telak. Sangat, sangat, telak hingga membuat Sasuke berwajah kaget bukan main dan membeku karena bingung akan apa yang terjadi.

"KAU—" Sakura menunjuk wajah Sasuke yang masih belum mencerna apa yang terjadi. "—bagaimana bisa kau membocorkan rencanamu melamarku yang seharusnya adalah KEJUTAN, Sasuke-kun!" pekik Sakura dengan garang.

Pada detik berikutnya, Sakura melempar guling yang sebelumnya ia gunakan sebagai senjata ke tempat tidur dengan sembarang, lalu berlari keluar kamar dengan cepat.

Suara langkah kaki Sakura perlahan-lahan mengecil, menandakan ia menjauh.

Sasuke pun bangun dari pembaringannya di lantai, kini ia duduk, masih dengan ekspresi bingung akan apa yang terjadi. Mungkin pukulan telak di wajahnya membuatnya sedikit 'korslet'?

Suara langkah kaki Sakura kembali terdengar, masih cepat, semakin terdengar jelas, menandakan ia mendekat.

Sasuke menoleh ke arah pintu, berusaha mempersiapkan mental jika sesuatu yang aneh kembali terjadi.

"KAU—" Lagi, Sakura menunjuk Sasuke dengan ekspresi sangar. "—awas kalau kau membatalkan rencanamu melamarku nanti malam!" ancamnya singkat lalu kembali berlari keluar rumah sang kekasih.

Krik.

Krik krik.

Sasuke diam dalam keheningan, memutar otaknya yang jenius untuk memroses hal yang unik (jika tidak mau dibilang aneh).

Tiga detik berlalu; seekor burung berkicau; Sasuke masih diam.

Detik berikutnya, Sasuke pun bergerak, meraih stick PS, menekan tombol start, lalu melanjutkan permainan bola dalam keheningan.

Catatan: Uchiha Sasuke kalah 13-2 pada permainan bola kala itu.

Catatan akan catatan: Sasuke berpikir mungkin seorang Haruno Sakura hanyalah ilusi belaka.

.

.:*:.

.

Haruno Sakura dengan gaun indah membalut tubuhnya berjalan dengan anggunnya ke pintu masuk rumah sang Uchiha Sasuke. Sepatu hak tinggi yang ia pakai menambah kesan kelas atas pada dirinya yang kini berjalan dengan perlahan.

Tangannya tergapai mencoba membuka gagang pintu: gagal. Pintu terkunci. Namun tak masalah, ia punya kunci cadangan.

Tangannya kini merogoh tas pesta kecil di tangannya: tak ada. Kuncinya tak ada di sana, ia baru ingat kuncinya ada di dompetnya, sedangkan sang dompet terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam tas pesta, karena itu ia tinggalkan di rumahnya.

Namun tak masalah, ia bisa menekan bel rumah untuk dibukakan pintunya oleh sang empunya rumah.

Ting ting.

Bel rumah berbunyi, menyebabkan sebuah derap langkah terdengar mendekat untuk membukakan pintu.

Ceklek.

Di sanalah terlihat, seorang pria tampan dengan celana training biru tua dan jaket hitam di atas kaus putih oblo—tunggu. Apakah ada kesalahan di sini?

"Sasuke-kun..." Sakura memandang Sasuke dengan sebelah alis terangkat, begitupun sebaliknya.

"Kau mau ke mana, Sa—"

"—tidak kah kau seharusnya ganti baju?" Sakura memotong ucapan Sasuke yang menatapnya heran.

"...untuk?" tanya Sasuke ragu.

"...melamarku?" jawab Sakura dengan pertanyaan.

Hening.

Krik.

"Oh..." respon Sasuke singkat.

Krik.

Sasuke merogoh kantung jaket hitam yang kini ia kenakan, mengambil sebuah cincin bermatakan berlian, meraih tangan kanan Sakura, menyisipkannya di jari manis sang kekasih sembari berkata, "Februari tahun depan kita menikah."

Dan di sanalah Uchiha Sasuke melamar Haruno Sakura.

Tanpa pertanyaan 'will you marry me?' (bahkan dengan sebuah perintah).

Di ambang pintu rumah (bukan di sebuah restoran mewah).

Dengan kaus putih oblong (di mana seharusnya setelan tux yang dipakai).

Melalui sebuah cincin telanjang (tanpa kotak merah marun berbentuk hati).

Berdiri dengan tegaknya sang pelamar (yang mana seharusnya ia berlutut layaknya bangsawan dimabuk cinta).

Di ambang pintu kediaman Uchiha Sasuke, Haruno Sakura menangis; Uchiha Sasuke menyeringai.

.

Grauk!

Dan sebuah gigitan mendarat di pundak sang Uchiha, lagi.

.

Catatan: Sasuke menyeringai karena menurutnya Sakura menangis bahagia.

Catatan dalam catatan: Sakura menangis karena berpikir mungkin ia jatuh cinta pada pria yang salah.

Catatan lainnya: Haruno Sakura berpikir mungkin seorang Uchiha Sasuke adalah sebangsa alien.

.

.

Catatan tangan author: ini hanyalah fiktif belaka.

.

Krik.

.

.

FIN.

Wait for the sequel: Wedd.

.

Bhahahaha sumpah anti klimaks abisssss

Geje kah? Maaf ya hahahhaa

Wedd diambil dari kata Wedding.

Semoga kalian belum jemu untuk membaca kegejean saya.

Dan tentu saja, semoga fiksi ini dapat sedikit menghibur kalian.

Thanks for all the attention, review, fave, and alert.

You rock, guys!

Last word:

review?

[wordcount: 1200]