Falling for you
By. Lee HyeRi
.
Disclaimer : Semua chara disini milik Tuhan YME dan milik diri mereka masing-masing.
Rated : M
Main pairing : KyuMin (Kyuhyun x Sungmin)
Genre : Romance, Hurt/comfort
Words in this chapter : 3.530
Summary : CH.6! "Kau masih marah karena kejadian malam itu? kita berdua mabuk, Min. Aku juga tidak menyangka kita akhirnya berbuat seperti itu," kali ini Kyuhyun melakukan pembelaan atas kejadian di Pulau Jeju. "Seharusnya tidak ada seks untuk pernikahan palsu," KyuMin slight HaeMin. WARNING: Yaoi, MPREG.
.
.
a/n : Annyeong... ada yang masih ingat dengan fic ini? Setelah ini yang berikutnya akan saya update adalah My Beloved Family. Terima kasih kalian sudah mau menunggu *hugs
Love you all~
Enjoy! ^^
.
.
.
Chapter 6
Sungmin hanya menatap bingung melihat ibu mertuanya kini memeluknya erat. Seluruh orang yang berada di rumah pun kini menatapnya dengan penuh senyum.
Beberapa saat yang lalu ia baru saja pingsan di tempat kerja, lalu kenapa sekarang orang-orang di rumah malah menyambutnya dengan tatapan antusias yang terkesan begitu bahagia?
"Mulai sekarang kau tidak perlu bekerja lagi, Minnie. Terima kasih sudah menjadi menantu kami. Eomma benar-benar senang sekali."
"Eomma... aku tidak mengerti. Ada apa ini?"
"Mwo? Jangan bilang kau masih tidak tahu?" tanya Nyonya Cho sambil melepaskan pelukannya dengan wajah sedikit terkejut.
Sungmin hanya menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaan ibu mertuanya. Dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi hari ini. Melihat tumpukan kado dan hadiah yang berjejer di ruang tamu semakin membuatnya bingung. Hari ini jelas bukan ulang tahunnya. Lalu untuk siapa semua hadiah itu?
"Kyuhyun... kau belum mengatakannya?"
"Belum, eomma." Kyuhyun menghela nafas pelan. Dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi dalam hidupnya sekarang. Semuanya begitu rumit dan tidak terduga seperti rencana yang seharusnya.
Sekarang namja tampan itu hanya bisa menatap 'istri'nya dengan pandangan miris. Sungguh ia tidak sanggup mengatakan apa yang terjadi. Sungmin pasti akan membencinya begitu ia mengetahui hal itu. Setidaknya itu yang ada di pikiran Kyuhyun sekarang.
"Itu dari kakek. Cepat sekali 'kan? Begitu tahu beritanya, kakek langsung mengirimkan semua hadiah itu untukmu," jelas Nyonya Cho saat melihat raut wajah bingung Sungmin.
"Berita apa? Aku tidak merasa melakukan hal yang pantas untuk diberi hadiah sebanyak ini. Aku benar-benar tidak mengerti, eomma."
Sungmin sedikit memiringkan kepalanya sambil menatap bingung pada salah satu kotak hadiah yang kini dipegangnya.
"Ini apa ya isinya," gumam Sungmin lirih dengan menggoyang-goyangkan kotak hadiah itu.
Kyuhyun mendengus pelan melihat raut wajah polos Sungmin sekarang. Sungguh ia benar-benar tidak ingin membuat Sungmin terluka.
Namun semuanya sudah terlambat. Dia harus memberitahu Sungmin mengenai kondisinya sekarang. Sungmin harus tahu itu. Meski akan sangat berat bagi namja manis itu untuk menerima semuanya. Kyuhyun sadar benar akan hal itu.
"Kita bicara di dalam. Kau harus istirahat sekarang," ajak Kyuhyun.
.
.
===000===
.
.
"Kau pasti bercanda! A-aku... tidak mungkin... ini tidak mungkin! Dokter itu pasti salah! Ini tidak benar 'kan? Kau hanya sedang membohongi kakekmu 'kan?"
"Min... mianhae."
Kyuhyun hanya mampu meminta maaf atas apa yang telah ia perbuat pada Sungmin. Ia tidak tahu harus berkata apa dalam situasi seperti ini. Kyuhyun memang dikenal dengan seseorang yang tidak pandai dalam berkata-kata. Namja itu tahu konsekuensinya jika ia salah berbicara di saat seperti ini.
"Tidak mungkin! A-apa yang telah terjadi? Aku benar-benar tidak mengerti. Kau bilang aku hamil? Lelucon macam apa itu, Cho Kyuhyun!"
"Aku sedang tidak bercanda, Min! Akan aku ingatkan jika kau lupa! Aku menidurimu saat di Pulau Jeju. Dan sekarang kau hamil. Hal apa yang kau anggap lelucon?"
Sungmin mendelik kesal mendengar jawaban Kyuhyun. Tentu saja ia tidak akan lupa pada kenangan buruknya saat di Pulau Jeju. Namja manis itu begitu ingin mengutuk Kyuhyun setelah kejadian itu. Bagaimana ia bisa lupa?
Masalahnya adalah sekarang ia harus menerima kenyataan yang lebih buruk akibat perbuatan Kyuhyun.
Keterkejutan Sungmin untuk hal ini bukanlah hal yang aneh. Namja manis itu terlihat bingung. Raut wajahnya terlihat begitu menahan emosi. Ia ingin tidak mempercayai pendengarannya. Tapi ia tahu Kyuhyun sedang tidak bercanda.
"Keluar! Aku tidak ingin melihatmu!" teriak Sungmin.
Mata foxy-nya menatap sengit pada sosok Kyuhyun yang sekarang masih berdiri di sisi kanan ranjang. Nafasnya sedikit sesak mengetahui kenyataan ini. Emosinya membuncah. Ada rasa tidak percaya namun ia tahu ini semua nyata.
Cho Kyuhyun telah menghamilinya.
Dan itu semua nyata.
"Min, aku-"
"KELUAR!" teriakan Sungmin kini begitu keras.
Kyuhyun sangat yakin bahwa sekarang keluarganya bisa dengan jelas mendengar pertengkarannya dengan Sungmin. Ia tahu ini semua salahnya. Kyuhyun sadar sepenuhnya bahwa yang terjadi ini adalah kesalahannya yang tidak bisa mengendalikan dirinya saat di Pulau Jeju.
Dan menghamili Sungmin sejujurnya tidak pernah ada dalam rencana konspirasinya.
Namun semuanya sudah terlambat. Kenyataan bahwa sekarang 'istri'nya itu telah hamil muda adalah sesuatu yang tidak bisa diubah.
Kyuhyun tahu itu.
Meski entah kenapa ada sebuah perasaan bahagia yang terselip di hatinya saat mengetahui kini Sungmin sedang mengandung anaknya. Perasaan bahagia saat berpikir bahwa ia akan menjadi seorang ayah dari anak yang dikandung namja manis itu.
.
.
.
"Ada apa dengan Minnie? Kenapa dia berteriak begitu dan –dengar itu Kyuhyun! Aigoo... sekarang dia menangis."
Nyonya Cho terlihat begitu gelisah sekarang. Wajahnya begitu terlihat khawatir mendengar anak dan menantunya bertengkar. Ia terus bertanya pada Kyuhyun mengenai apa yang baru saja terjadi.
"Biarkan dia sendirian dulu, eomma. Dia hanya butuh waktu," gumam Kyuhyun sambil melangkah menuju pintu depan rumah.
"Kau mau kemana? Pergi dan membiarkan 'istri'mu menangis sendirian di kamarnya? Suami macam apa kau!"
"Sungmin sedang tidak ingin melihatku! Eomma, sementara ini, tolong jaga Sungmin."
"Eomma tidak mengerti. Mendengar kalian bertengkar. Mendengar Sungmin menangis seperti itu. Semua itu benar-benar membuat eomma sedih. Bukankah seharusnya kita merayakan kehamilan Sungmin? Kenapa malah seperti ini?"
Kyuhyun berbalik dan memeluk ibunya sesaat. Namja tampan itu menatap eomma-nya dengan senyum miris.
"Ini begitu rumit, eomma. Aku bahkan tidak mengerti harus bagaimana," gumam Kyuhyun.
Nyonya Cho hanya terdiam saat putra tunggalnya kini masuk ke dalam mobil. Hatinya benar-benar tidak tenang melihat semua ini. Putra kesayangannya bertengkar dengan 'istri'nya lalu meninggalkan rumah. Rasanya ia ikut sedih melihat semua itu.
"Semoga kalian baik-baik saja."
.
.
=======000=======
.
"Aku... akan menggugurkannya," Sungmin mengatakannya dengan begitu lirih.
Sudah tiga hari ia mengurung diri di kamar. Berpikir mengenai apa yang harus ia lakukan sekarang setelah semua ini terjadi. Ternyata keputusannya masih saja tidak pasti.
Ia bingung. Namja manis itu sadar kalau ia tidak bisa mengambil semua keputusan ini sendirian. Ia butuh seseorang untuk bertukar pikiran untuk mengatasi masalah yang begitu rumit ini.
Dan disinilah ia sekarang. Berada di rumah sahabat baiknya, Kim Kibum, membuatnya sedikit bisa meredakan kegundahannya.
Namja yang kini bermarga Cho itu duduk di dekat jendela yang sengaja ia buka. Pandangannya tertuju pada suasana jalanan kota yang begitu ramai yang bisa ia lihat dari balik jendela itu.
"Apa kau bilang?" Kibum sedikit memincingkan matanya saat mendengar gumaman lirih Sungmin.
"Aku akan menggugurkannya," ulang Sungmin dengan terus menatap jendela tanpa menengok ke arah Kibum yang masih terlihat bingung setelah mendengar semua cerita Sungmin.
"Kau sudah gila!" seru Kibum.
Kibum memegang kedua bahu Sungmin dan membuat namja manis itu menatapnya.
"Kau sadar dengan ucapanmu? Apa kau sudah tidak waras sampai berniat membunuh calon bayimu!"
Sungmin terdiam. Ia menatap Kibum dengan wajah datar yang begitu terlihat menyakitkan.
Kibum tahu semua ini begitu sulit bagi Sungmin. Tapi ia masih punya hati. Bagaimana bisa Sungmin berniat menggugurkannya?
"Kau tahu, Kibum-ah... aku sudah tidak mengerti harus bagaimana. Setelah ini... jika Donghae tahu... apa yang harus aku lakukan?" Sungmin kembali bicara pelan sambil mengalihkan pandangannya kembali ke arah jendela. Pikirannya sudah terlalu kalut sekarang.
"Aku sudah banyak sekali membuat Donghae terluka. Jika dia tahu Kyuhyun menghamiliku... kau pikir bagaimana reaksi Donghae? Saat itu... daripada aku melihat Donghae yang begitu terluka karenaku... aku lebih baik mati."
"Tinggalkan dia!" ucap Kibum dengan tegas.
Namja itu kini duduk di hadapan Sungmin dengan wajah yang begitu serius. Dengan tatapan tajamnya, ia seolah benar-benar yakin dengan ucapannya.
"Maksudmu 'dia'siapa?"
"Donghae. Tinggalkan dia, Min. Itu keputusan yang terbaik untuk saat ini!"
Mendengar nama Donghae yang disebut, Sungmin buru-buru menatap Kibum dengan tatapan bingung.
"Apa maksudmu? Meninggalkan Donghae? Jelas itu tidak mungkin!"
Tentu saja dalam hati Sungmin, jika ia harus jujur, maka Cho Kyuhyunlah yang harusnya ia tinggalkan. Bagaimana bisa Kibum malah menyarankannya untuk meninggalkan Donghae?
"Kenapa tidak mungkin? Itu adalah keputusan yang paling tepat, Min. Pikirkan baik-baik, kau hanya akan membuatnya semakin terluka jika kau terus mempertahankan hubungan kalian!"
"Tidak! Aku-"
"Cobalah pahami posisimu! Kaulah sumber dari semua masalah ini! Kau yang egois! Bagaimana bisa kau meminta Donghae bertahan denganmu sementara kau menjalani pernikahanmu dengan Cho brengsek itu, hah?"
"Aku tidak pernah meminta Donghae untuk bertahan denganku. Aku... aku hanya..."
"Hanya apa? Kau selalu saja menempatkan posisimu sebagai orang yang paling terluka! Tapi apa kau pernah memikirkan Donghae? Kau akan jadi orang paling egois jika terus mempertahankannya!"
Sungmin sekali lagi terdiam sambil terus mendengarkan apa yang Kibum katakan padanya.
"Dengar, Sungmin. Kau berpikir untuk tidak menyakiti Donghae dengan menggugurkan bayi itu, 'kan? Jika aku berada diposisi Donghae, aku akan benar-benar terluka saat mengetahui semuanya. Jadi yang perlu kau ketahui hanya satu! Cobalah menerima keadaanmu sekarang. Kau dan Donghae... hubungan kalian sudah tidak mungkin lagi. Sadarlah, Sungmin..."
"Tapi aku mencintainya, Kibum-ah..." gumam Sungmin lirih.
Sesaat Kibum melirik Sungmin yang kini tengah menangis tanpa suara. Butiran-butiran air mata turun begitu saja dari wajah manis itu. Kedua bola mata indahnya menatap kaca jendela dengan wajah sayu. Sekali melihat saja, Kibum tahu bahwa saat ini Sungmin begitu terluka.
"Aku tahu itu, Min. Karena itulah... tinggalkan dia sebelum kau menyakitinya lebih jauh lagi. Kau tidak mau melihatnya terluka karenamu 'kan?"
Sungmin menggeleng cepat. Pikirannya mendadak benar-benar kalut. Berbagai pemikirannya tentang Donghae membuatnya merasa tertekan.
Meninggalkan Donghae...
Meninggalkan Donghae...
Donghae...
Donghae.
Berpisah...
Donghae.
Donghae.
Kedua tangan Sungmin buru-buru menutup telinga dengan erat. Ia merasa benar-benar kacau. Tubuhnya terasa gemetar karena terlalu pusing memikirkan semuanya.
"Hentikan, Kibum-ah... Kata-katamu semakin menyakitiku."
Air mata masih membasahi pipi Sungmin. Hatinya tidak pernah merasa sesakit ini. Begitu sakit sampai ia benar-benar tidak ingin Donghae mengalami sakit hati yang sama dengan apa yang ia rasakan sekarang.
Namja manis ini benar-benar mencintai Donghae sampai rasanya ia begitu hancur sekarang. Donghae... Lee Donghae yang begitu dicintainya...
Sungmin sadar dengan apa yang harus ia lakukan nantinya. Menggugurkan kandungannya atau meninggalkan Donghae. Apapun keputusan yang diambil, ia tahu akan sama saja menyakitkan untuk dirinya sendiri.
Pelahan Sungmin mengusap pelan perutnya yang sedikit membesar. Ia bisa merasakan ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana. Meski janinnya masih begitu kecil. Meski janin itu belum bisa bergerak. Namun Sungmin tahu janin itu hidup... dan terdapat sebagian dari jiwa Kyuhyun di dalam sana.
.
.
.
=======000=======
.
Perlahan Sungmin membuka pintu kamarnya. Pertemuannya dengan Kibum beberapa hari yang lalu tidak juga membuatnya tenang. Namja manis itu masih saja belum sepenuhnya bisa menerima semua keadaan ini. Pikirannya masih begitu kacau sampai ia tidak menyadari bahwa ada sosok lain dalam kamar yang baru saja dimasukinya.
"Kau baru pulang?"
Sebuah pertanyaan yang tiba-tiba saja didengar membuat Sungmin tersadar dari pemikiran absurdnya. Ia sedikit terkejut melihat Kyuhyun yang kini berdiri di sisi kanan ranjang mereka. Pakaian Kyuhyun malam ini terlihat santai. Namun Sungmin bisa menangkap sesuatu yang entah kenapa membuatnya tidak senang. Di sebelah suaminya terdapat sebuah koper kecil. Dan Sungmin sangat yakin bahwa Kyuhyun memasukan baju dan beberapa barang-barangnya ke dalam sana.
Lagi-lagi Kyuhyun menghindarinya.
"Kau akan pergi lagi?" tanya Sungmin tanpa menjawab pertanyaan Kyuhyun tadi.
Hampir satu minggu Sungmin tidak bertemu dengan Kyuhyun. Sekarang adalah pertemuan mereka yang pertama setelah pertengkaran malam itu –saat Sungmin mengusir Kyuhyun keluar.
"Aku ada urusan di luar kota," jawab Kyuhyun sambil kembali memeriksa isi kopernya.
"Eomma bilang, dia merindukanmu." Sungmin duduk di pinggir ranjang setelah mengatakan itu. Bola mata indahnya menatap wajah suaminya yang begitu serius dalam menyiapkan keperluannya selama di luar kota nanti.
Kali ini Kyuhyun tersenyum mendengar penuturan Sungmin. Sebenarnya ia tidak percaya diri saat melihat 'istri'nya masuk ke dalam kamar. Ia pikir Sungmin akan marah dan berteriak lagi ketika melihatnya seperti saat itu.
"Aku sudah bertemu dengannya tadi."
Kyuhyun berhenti mengurus kopernya dan duduk di sebelah Sungmin. Kyuhyun merasa harus membicarakan semuanya sebelum ia ke luar kota.
"Kau terlihat lelah. Apa kau sudah makan?" tanya Kyuhyun sambil mengamati wajah 'istri'nya yang kini terlihat pucat.
Sungmin menggeleng pelan.
"Eomma bilang kau sering tidak makan. Aku tahu semua masalah ini begitu membebanimu. Tapi kau harus mem-"
"Kau akan pergi berapa lama?" potong Sungmin. Kini namja manis itu menatap Kyuhyun dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Paling cepat tiga hari."
Kali ini Kyuhyun yang menatap Sungmin dengan wajah bingung. Tidak biasanya 'istri'nya menanyakan hal seperti itu.
"Bisakah..." Sungmin terdiam. Ia terlihat ragu-ragu untuk menyelesaikan kalimatnya.
"Bisakah apa?" kembali Kyuhyun memperlihatnya kebingungannya.
Perlahan Sungmin menghela nafas.
"Bisakah kau tidak pergi?"
Kyuhyun begitu terkejut dengan ucapan 'istri'nya itu.
Apa yang terjadi? Bukankah Sungmin begitu membencinya?
Agak lama Kyuhyun terdiam. Sampai rasanya Sungmin ingin menenggelamkan diri karna telah berkata seperti itu dan tidak mendapat respon apapun dari suaminya.
"B-bukankah seharusnya kau bertanggung jawab atas kondisiku sekarang? Aku tidak mengerti dengan semua pemikiranmu. Tapi entah kenapa aku hanya merasa kau sedang melarikan diri, Kyuhyun-sshi."
Kyuhyun menghela nafas pelan. Ia agak tidak percaya dengan yang baru saja ia dengar. Sungmin yang ia pikir akan memakinya begitu mereka bertemu kini malah memintanya untuk tidak pergi. Ia bingung dengan semua itu. Namun ia tidak bisa menutupi rasa senangnya melihat Sungmin kini bersikap seolah-olah pertengkaran malam itu tidak pernah terjadi.
"Kau tidak membenciku?" sebuah kalimat akhirnya keluar dari mulut Kyuhyun. Meski hanya sebuah pertanyaan yang seharusnya tidak perlu ditanyakan lagi.
"Tentu saja aku membencimu! Sejak bersamamu semua hidupku benar-benar berubah. Rasanya aku seperti dipaksa menyesuaikan hatiku dengan semua yang berhubungan denganmu. Itu sangat tidak adil bagiku –terlebih lagi bagi Donghae."
Begitu mendengar Sungmin menyebut nama Donghae, Kyuhyun buru-buru menatap Sungmin dengan wajah penasaran. Ia begitu ingin tahu bagaimana hubungan mereka sekarang. Setelah ia menghamili Sungmin, apakah mereka masih bersama? Banyak sekali pertanyaan dalam pikiran Kyuhyun sekarang.
"Lalu mengapa kau ingin aku tetap tinggal? Bukankah jika kau membenciku kau pasti tidak ingin melihatku?"
Sungmin kali ini tersenyum kecil mendengar pertanyaan suaminya.
"Aku hanya tidak ingin kau melarikan diri. Semua ini adalah salahmu. Meski aku membencimu, tetapi aku sadar bahwa aku tidak bisa melalui semua keadaan ini sendirian. Bahkan aku sudah tidak tahu lagi harus-"
Kata-kata Sungmin terhenti saat Kyuhyun tiba-tiba memeluknya. Namja manis itu begitu terkejut dengan apa yang dilakukan suaminya. Cho Kyuhyun memeluknya. Hanya hal kecil namun entah kenapa membuat hatinya sedikit tenang. Sebuah perasaan aneh yang entah kenapa membuat hatinya begitu nyaman. Paling tidak untuk saat ini, Sungmin benar-benar membutuhkan seseorang untuk berada di sisinya.
.
.
=====000=====
.
.
"Eomma, apa ini tidak terlalu berlebihan?" tanya Sungmin sambil mengancingkan jas-nya yang berwarna putih.
"Aigooo Minnie, kau tampan sekali," puji ibu mertua Sungmin.
"Tapi aku merasa jas ini berlebihan, Eomma. Aku 'kan hanya pergi ke acara pesta perusahaan saja."
Sekali lagi Sungmin mendecak dengan wajah imutnya. Pantulan sosok manis yang terlihat di depan cermin malah membuat ibu mertua Sungmin begitu bersemangat dalam mendandani penampilan menantunya.
"Justru itu, Minnie. Eomma mau orang-orang melihat bahwa begitu manisnya menantu keluarga Cho ini."
"Eomma," Sungmin mengerucutkan bibirnya. Dia agak tidak percaya diri dengan penampilannya sekarang. Setelan jas mahal yang begitu terkesan elegan sebenarnya bukan gayanya. Namun dia tetap harus memakainya karena ibu mertuanya itu sudah menyiapkan semua itu sejak pagi.
Sudah dua minggu sejak pertemuannya dengan Kyuhyun di kamar. Sejak saat itu, Sungmin sudah sedikit lebih yakin dengan keputusannya. Apapun yang terjadi, ia akan berusaha menerima semua konsekuensinya. Ini hidupnya. Dan ia yakin semua ini sanggup ia lalui.
Ia dan Kyuhyun... hubungan mereka semakin membaik sejak malam itu. Entah siapa yang memulai namun keakraban sudah terlihat jelas saat mereka bersama. Bahkan Sungmin sendiri tidak mengerti kenapa ia bisa menjadi seakrab ini dengan seseorang yang seharusnya ia benci.
"Aduh, Minnie-chagi, jangan cemberut seperti itu. Ayo cepat, Kyuhyun sudah menunggumu di mobil."
.
.
===000===
.
Sungmin POV
.
Aku bisa merasakan hampir semua mata tertuju ke arah aku dan Kyuhyun saat kami memasuki ruang pesta. Ini acara tahunan yang di selenggarakan oleh perusahan milik keluarga Cho. Hampir semua tamu yang datang adalah pegawai yang punya jabatan lumayan tinggi di perusahaan dan beberapa relasi bisnis yang punya hubungan dekat dengan perusahaan.
Jujur aku gugup merasakan begitu banyak orang yang memperhatikan kehadiranku sekarang. Terlebih lagi Kyuhyun menggenggam tanganku di depan semua orang. Jelas saja semua orang semakin memperhatikanku karena kini semua tahu bahwa aku adalah menantu di keluarga Cho. 'Istri' dari seorang calon pewaris perusahaan.
"Aigoo, semua orang menatap cucuku. Sungminnie benar-benar menarik perhatian," kata kakeknya Kyuhyun padaku.
Aku hanya tersenyum canggung menanggapi omongan kakek. Aku masih tidak terlalu percaya diri dengan penampilanku yang terkesan begitu berkelas. Begitu serasi dengan setelan jas yang dipakai Kyuhyun. Aku akui ibu mertuaku memang pandai memilih baju. Tetapi tetap saja aku merasa ini terlalu berlebihan untukku.
"Kyuhyun-ah!"
Aku merasa ada seseorang yang memanggil Kyuhyun dari arah belakang kami. Aku dan Kyuhyun berbalik untuk melihat siapa yang memanggil dengan suffix informal seperti itu.
"Hyung, kau datang rupanya," ucap Kyuhyun sambil tersenyum senang.
"Tentu saja aku datang, disini 'kan banyak wanita cantik."
"Aishh, kau masih saja seperti dulu, hyung."
Aku melihat Kyuhyun sesaat memeluk pria yang dipanggilnya dengan 'hyung' itu. Mereka terlihat begitu akrab. Siapa dia? Kyuhyun tidak pernah menceritakannya padaku.
Tunggu! Kenapa aku jadi berpikir seperti itu. Kyuhyun tidak menceritakannya padaku, lalu apa urusanku? Aishh.. kenapa aku jadi seperti ini 'sih?
"Seperti kau tidak saja. Bahkan kau yang lebih sering menggoda wanita-wanita seksi itu," cibir pria itu pada Kyuhyun.
Tanpa sadar aku melebarkan mataku mendengar sindirannya yang ditujukan kepada Kyuhyun. Benarkah Kyuhyun seperti itu? Menggoda wanita-wanita genit itu... apa benar Kyuhyun begitu?
"K-kau ini bicara apa, hyung!"
Kyuhyun agak gugup saat menanggapi sindiran dari pria itu. Ia menatapku sesaat, kemudian dengan senyum manisnya ia merangkul bahuku dengan lembut.
"Jangan mengungkit kelakuanku di masa lalu, Hyung. 'Istri'ku yang manis ini bisa jadi sangat mengerikan saat cemburu," gurau Kyuhyun sambil menatap usil padaku.
.
Deg!
.
Aku dengar pria itu tertawa mendengar gurauan Kyuhyun. Tapi aku... kenapa pipiku memanas mendengar gurauan itu?
Apa yang terjadi padaku?
"Yah! Kau menyebalkan!" ucapku sambil menyikut pelan perut Kyuhyun. Sedikit menunduk malu untuk menyembunyikan wajahku yang mungkin terlihat memerah.
"Oh, hai, Sungminnie. Aku hampir lupa untuk menyapamu."
Pria itu tersenyum padaku. Ia terlihat begitu ramah. Apa aku pernah mengenalnya? Aku tidak ingat.
"Kau tidak ingat padaku? Kau pernah bertemu denganku saat kalian menikah."
"Maaf, sepertinya aku tidak ingat," ucapku sambil tersenyum canggung padanya.
"Tidak apa-apa. Aku Hyukjae. Lee Hyukjae. Sepupu suamimu," pria yang bernama Lee Hyukjae itu tersenyum dan mengulurkan tangannya padaku untuk bersalaman. Aku berniat menyambut tangan itu untuk bersalaman dengannya sebelum aku menyadari ada sepasang mata yang memperhatikanku dari kejauhan.
.
Deg!
.
Dadaku berdegup kencang melihat sorot mata seorang pria yang berdiri agak jauh dari tempatku.
Donghae!
Dia terlihat begitu berbeda. Aku tidak mengerti tapi aku begitu takut melihat pancaran emosi yang begitu meluap dari sorot mata yang biasanya lembut itu.
Aku tahu ia menyadari bahwa aku balas menatapnya. Ia menatapku sengit dan melangkah pergi menuju pintu belakang ruang pesta.
Perasaanku tidak nyaman. Aku benar-benar gelisah. Apa yang harus aku lakukan?
Aku berniat pergi menyusul Donghae sebelum Kyuhyun menahan lenganku. Aku berbalik menatapnya dan melempar pandangan memohon padanya. Aku benar-benar harus menemui Donghae sekarang. Aku harus bicara dengannya.
Hyukjae yang masih berdiri di antara aku dan Kyuhyun hanya terdiam dan terlihat bingung. Sepertinya ia memang tidak mengerti situasi yang telah terjadi.
"Kyuhyun, aku harus ke sana."
Suaraku terdengar seperti sedang memohon pada Kyuhyun agar ia melepaskanku. Aku tidak peduli. Aku harus menemui Donghae.
Dan aku bisa melihat bahwa Kyuhyun kini sedang berpikir. Ia menatapku ragu sebelum akhirnya melepaskan lenganku dan membiarkanku pergi menyusul Donghae.
"Jangan terlalu lama," samar-samar aku mendengar Kyuhyun mengatakan hal itu.
.
===000===
.
.
"Hae... Hae..." aku mencoba memanggil-manggil namanya saat melewati lorong yang menghubungkan pintu belakang menuju tempat parkir.
Di sini begitu sepi. Bahkan aku tidak melihat Donghae berada di sekitar sini. Padahal aku begitu yakin ia tadi berjalan kemari.
Aku begitu terkejut saat seseorang tiba-tiba menarikku dan menyudutkanku di dinding.
"Apa maksud semua itu, Sungmin!"
"H-hae... aku-"
"Kau mau menguji kesabaranku sampai kapan! Apa kau tidak berpikir bahwa kau begitu keterlaluan?"
Nafasku sedikit sesak saat kini kedua tangan Donghae mencengkram kerah bajuku. Ia begitu terlihat marah. Sorot matanya yang begitu tajam membuat tubuhku sedikit bergetar menahan rasa takut.
"Apa salahku sampai kau mendiamkanku, hah? Kau jatuh cinta pada Cho muda itu?"
Aku hanya mampu menggeleng dengan sedikit ragu. Hari ini Donghae begitu membuatku takut. Ia terlihat berbeda dan aku tidak mengerti harus bagaimana.
Aku tahu semua ini salahku yang tidak mempedulikannya saat aku mengetahui kondisiku sekarang. Lalu... jika keadaannya sudah seperti ini, apa yang harus aku katakan padanya?
"Jawab aku, Lee Sungmin! Apa jangan-jangan... kau sudah tidur dengannya?"
Mataku melebar mendengar tuduhannya.
Tuhan... apa yang harus aku lakukan?
.
.
===000===
TBC
.
a/n : Saya memunculkan hyuk di cerita ini. ^^
Meski begitu, saya belum begitu yakin dengan plot yang selanjutnya akan saya tulis. Ada yang punya saran?
Saya juga berterima kasih banyak pada semua yang telah mendukung fic ini lewat review. Setiap rasa males ngetik itu muncul, dengan membaca ulang review dari kalian pasti membuat saya semangat lagi. ^^
Maaf telah begitu lama menelantarkan fic ini. Selanjutnya saya akan lebih berusaha lagi. Gomawo~ *hugs
Mind to review? :)