Disclaimer: Durarara! © Ryohgo Narita & Satorigi Akiyo

Warnings: Sekuel 'Demam', OOC, typo, BL, fiksi yang panjang sekali, absurd, three-shots.


Demam: Mama & Papa?

(Part 1 of 3)

Pria serba hitam yang diketahui bernama Izaya itu sedang bersenandung ria ditengah kebisingan siang kota Ikebukuro. Mungkin orang awam yang tak terbiasa atau tak mengetahui tentang dirinya akan berpikir pria itu gila, tidak waras, sinting, dan semacamnya sebab sepanjang perjalanan, pria pecinta manusia itu melangkah dengan senyum (atau seringai?) tersungging di wajah gantengnya.

"Ha-ah~ Damai sekali hari ini!" ucap pria itu disela-sela senandungnya.

Pria itu terus berjalan-jalan riang, seperti ingin benar-benar menikmati tubuh sehatnya kembali setelah tiga hari lalu tak bergerak terkena demam dan malah melakukan hal-hal 'kau-tahu-apa' dengan musuh tersayangnya.

Saat ia berbelok di sebuah belokan, bulu jaketnya hampir berdiri dan ia hampir saja lompat indah ke kolam terdekat begitu kedua iris merahnya bertatapan dengan iris merah lainnya.

Tidak tidak, dia bukannya bertemu butler iblis berbadan seksi yang pedofilia. #desh

Ya, sepasang iris merah ke-pink-pink-an yang ia lihat merupakan replika sama persis dengan iris pria informan itu. Bukan hanya irisnya, bentuk wajah, rambut, dan rupa mereka sama persis. Yang berbeda hanyalah postur dan tinggi tubuh serta gaya pakaian.

Izaya hanya terdiam kaku sesaat melihat replika mini dirinya yang bernuansa merah muda sedang memakan es krim dengan santainya. Namun tak lama kemudian Izaya mini itu juga melonjak kecil dengan mata melebar.

"MA-MAMA?"

"H-Ha?" Izaya kembali speechless mendengar teriakan anak itu.

"Hey Tsugaru-kuun! Aku menemukan Mama!" teriak Izaya mini itu kepada seseorang sambil melihat ke belakang.

Izaya sontak saja melihat ke arah pandang anak itu. Lagi-lagi bulu jaketnya berdiri melihat replika mini musuh tersayangnya yang tengah berlari-lari kecil menuju Izaya mini itu.

"Sh-Shizu….-chan...?"

"Aku Tsugaru, versi ke-2 . Dan ini Psyche, sama denganku, dia versi ke-2 ." jelas anak kecil berkimono biru dengan wajah dan rupa sama persis dengan Shizuo, minus irisnya yang berwana biru.

"Kami datang mencarimu, Mama!~" ujar Psyche riang sambil tersenyum amat manis.

"T-tunggu tunggu. Yang kalian maksud 'Mama' itu...aku?" Izaya kaget setengah hidup dengan keringat dingin mengalir di kepalanya.

"Tentu saja! Kau kan yang 'melahirkan' kami!~" jawab Psyche riang dengan wajah innocent, seperti tak tahu apa yang baru saja ia katakan.

"APA? Aku ini laki-laki! Mana mungkin melahirkan! Dan kenapa wajah kalian sangat mirip dengan wajahku dan wajah Shizu-chan?" tanya Izaya dengan raut horor tak percaya.

Tentu saja ia amat syok saat dirinya dipanggil dengan sebutan 'Mama' terlebih dia disebut telah 'melahirkan'. Sungguh lelucon yang amat menggelikan. Terlebih lagi, apa maksud dari 'versi' yang tadi mereka sebutkan?

"Tentu saja karena kami anak Mama dan Papa!~" ucap Tsugaru dan Psyche berbarengan dengan wajah anak-anak yang amat sangat imut hingga Author pun hidungnya meler (baca: lagi pilek).

Izaya tak berkata apapun. Masih diam mencerna keadaan yang menimpa dirinya ini. Seingatnya, ia adalah laki-laki normal yang (amat) tidak mungkin melahirkan. Ia juga baru sembuh dari demamnya tiga hari yang lalu, di hari yang sama ia melakukan hal 'kau-tahu-apa' dengan Shizuo. Tidak mungkin sesama pria bisa menghasilkan anak-anak lucu imut itu dalam 3 hari.

Izaya memegang wajahnya dan menampar diri sendiri.

"Mamaaa! Apa yang Mama lakukan?~" teriak Psyche khawatir melihat tingkah 'Mama'nya yang aneh.

'Ini bukan mimpi! Aku sudah sehat dan masih sehat. Lantas hal ini benar-benar terjadi?' teriak inner Izaya sambil menatap seram 'anak-anak'nya.

"Mama, Mama tak apa-apa 'kan?" Shizuo mini berbalutkan kimono biru halus bertanya dengan nada lembut layaknya anak laki-laki yang patuh pada orang tuanya.

"Hah? A-ah iya, aku baik-baik saja. O-oh iya, kalian bilang tadi kalian mencariku. Untuk apa?" tanya Izaya sambil berusaha menenangkan dan membiasakan diri.

"Oh iya!~ Aku hampir lupa! Ayo ikut kami, Mama!~" Psyche menarik lengan baju Izaya dan mengajaknya pergi.

"Hn." Tsugaru mengiyakan dengan nada halus seperti biasa sambil berjalan mengikuti 'Mama'-nya dan Psyche.

"E-eh!"


[TIGA HARI SEBELUMNYA, DI TEMPAT KARISAWA DAN ORIHARA TWINS]

"OOH! OOH! Apakah Izaya-san akan baik-baik saja 'dibegitukan'?~~" Erika masih histeris dengan adegan R-18 yang sedang terjadi di layar laptopnya. Tak lupa ia sudah sedia ember dan berkotak-kotak tisu untuk berjaga-jaga agar ia (dan Author bejat ini) tak mengotori lantai dan sekelilingnya oleh darah.

Mairu dan Kururi yang tak begitu tertarik dengan apa yang sedang kakak mereka lakukan hanya menguap santai sambil memperhatikan layar laptop mereka yang sedang memutar dorama yang dibintangi Yuuhei-kun.

"Karisawa-san, kapan kau akan pulang?" tanya Kururi datar sambil terus menatap laptop.

"Ya, aku yakin saat Iza-nii dan Shizuo-san selesai melakukan 'itu' mereka akan menyadari semua hidden cameras yang kami pasang." tambah Mairu sambil menatap Erika yang masih cekikikan.

"Fufufu~ Ah ya! Benar juga! Sayang sekali, padahal aku ingin menonton mereka sampai selesai. Baru saja babak panas ke-2 serangan tambahan Shizuo-san yang akan membuat Izaya-san menjadi –piiip- lalu mungkin saja akan terjadi –piip-, -piip-, -piiiiiiiip―" Erika malah makin tenggelam ke dalam imajinasi fujoshi-nya. Yeah, memang Author akui sebagian besar imajinasi Erika benar terjadi.

Maka, Mairu dan Kururi mulai membereskan segala hal yang telah mereka lakukan, mulai dari merapikan kembali ruangan yang mereka pakai―yang notabene merupakan salah satu ruangan di dalam apartemen Izaya―dan menarik kembali semua peralatan pengintai yang entah mereka dapat darimana.

Sambungan terhadap kamera-kamera pun diputus hingga tak meninggalkan jejak dan semua penyadap diambil kembali. Mereka Juga mengembalikan ponsel Izaya yang sebelumnya mereka pakai untuk meneror Shizuo. Sungguh, kerja kedua kembar perempuan itu amat cekatan dan profesional. Seperti sudah terlatih. Mungkin memang Orihara Family sudah ditakdirkan dapat melakukan hal-hal tak terduga dari Yang Maha Kuasa.

"Nah, sekarang ayo kita pergi." ajak Kururi setelah semua 'perbuatan'nya rapi.

Mereka bertigapun beranjak keluar dari apartemen itu dengan langkah perlahan tapi pasti, agar tidak terdengar oleh sepasang pria yang tengah menjalin kasih di kamar. Mereka pun berhasil keluar tanpa diketahui oleh sang pemilik apartemen dan berjalan menyusuri trotoar jalan di malam hari yang sepi.

"Uwaa!~ Akhirnya aku punya video live action yaoi! Mana aktornya tampan-tampang lagi!~~" Erika bergumam sambil sesekali tertawa dan cengengesan seraya berjalan sambil memeluk laptopnya seakan laptop itu adalah sumber kehidupannya.

"Oh iya, Karisawa-san, jangan beritahu orang lain tentang video itu, ya! Dan jangan memasukkannya ke y*utube atau r*dtube sebab Iza-nii pasti akan langsung tahu." peringat Mairu sambil menaikkan kacamatanya.

"Tenang saja! Video ini akan kusimpan baik-ba―"

CKIIIIIIIIIIT

"KARISAWA-SAN!" Kedua kembar itu histeris seketika.

PRAK

Karisawa jatuh terduduk. Tak jauh darinya, laptop berisi video berharganya itu tergeletak tak berdaya di atas aspal yang dingin malam itu.

"Karisawa-san tak apa-apa?"

"Aaah! Laptopku!"

[Maaf! Maafkan aku! Apa kau baik-baik saja?] Seorang pengendara motor yang tadi hampir menyerempet Karisawa yang memang tidak memperhatikan jalan, menjulurkan PDA kepada gadis itu agar gadis itu bisa membacanya.

"Ya, aku baik-baik saja, tapi laptopku…" jawab Karisawa lirih sambil menghampiri laptopnya yang kini mati. Sudah rusak mungkin, mengingat jatuhnya laptop itu amat keras.

[W-waa! M-maaf! Benar-benar maafkan aku! Aku akan perbaiki! Aku janji!] Pengendara motor serba hitam misterius itu kembali menjulurkan PDA-nya dengan tubuh sedikit gemetar. Kemudian pengendara motor itu bergegas memungut laptop Karisawa.

"Eh? Kau yakin laptopku bisa dibetulkan?"

[Aku punya kenalan yang ahli memperbaiki sesuatu. Mungkin laptopmu bisa diselamatkan.]

"Apa data di dalamnya juga bisa diselamatkan?" Karisawa memikirkan video ekslusif yang baru saja ia dapat, tentunya.

[Mungkin bisa. Aku tak tahu. Kau boleh ikut aku ke tempat orang yang bisa membetulkan ini.]

"Baiklah!~ Terimakasih, Pengendara Hitam!~"

"Oh iya, Mairu, Kururi, maaf yah kalian kutinggal di sini. Tak apa-apa 'kan? Mungkin video tadi akan diketahui orang yang men-servis laptopku, tapi hanya satu orang tak apa 'kan?" Karisawa berbalik kepada kembar Orihara sebelum menaiki kursi belakang pengendara itu.

"Yaah, mungkin tak apa. Tapi kami tak tanggung risikonya." jawab Mairu santai.

"Baiklah. Jaa, mata!~" ucap Karisawa sebelum ia pergi meninggalkan kedua kembar itu di jalanan sepi.

.

.

"Jadi, laptop ini tiba-tiba tak menyala?" tanya pria berkacamata yang diketahui bernama Shinra itu.

"Ya, tak menyala karena jatuh cukup keras." jelas Karisawa.

[Aku hampir saja menyerempet gadis ini dan menyebabkan laptopnya rusak. Jadi, aku mohon Shinra, bisakah kau perbaiki benda ini?] tulis pengendara hitam itu yang kita ketahui bernama Celty.

"Oh, jadi begitu. Baiklah, akan kucoba semampuku. Sebagai dokter aku harus bisa memperbaiki apapun baik itu benda hidup atau benda mati!~" ucap Shinra sambil menaikkan kacamata sejenak.

[Jadi, kau menganggap manusia itu 'benda', eh?]

"Tidak tidak. Ya sudahlah, lebih baik aku mulai sekarang. Oh iya, tidak keberatan kan kalau data-data di laptop ini akan terlihat olehku?" tanya Shinra lagi memastikan.

"Err… aku sih tidak apa-apa tetapi… jangan syok saat melihat sesuatu yang… um… unpredictable."

.

.

"Haha! Ahahahaha!~ Mereka benar-benar melakukannya! Ahahaha!~" Shinra tak bisa berhenti tertawa begitu mengetahui kedua rekan SMA-nya yang mengaku-ngaku sebagai musuh malah saling berbagi kasih malam itu.

[…Ternyata benar Shizuo dan Izaya…] Celty tak sanggup menuliskan keterkejutannya di PDA-nya.

"Eh, jadi kalian kenal dengan mereka?" tanya Karisawa begitu melihat ekspresi Shinra dan Celty―setidaknya ekspresi Celty bisa diketahui dengan melihat asap hitam yang keluar dari lehernya―yang tak begitu kaget dan malah senang mengetahui hal ini.

"Ya, mereka teman SMA-ku dan merupakan kenalan yang cukup baik. Tapi ya ampun!~ Lihat apa yang tengah mereka lakukan!~" Shinra masih tertawa walau tak seheboh saat pertama.

[Darimana kau dapat video seperti ini, Karisawa-san?] Celty mengetik di PDA super cepat. Heran tentunya, bagaimana bisa adegan se-privasi ini―yah, memang video itu belum sempat merekam sampai adegan privasi yang 'sesungguhnya' tapi sudah cukup dikategorikan privasi―terekam dengan jelas oleh gadis otaku itu.

"E-eh, ya-yah jadi…" Erika menceritakan awal ia membuat perjanjian dengan si kembar Orihara. Si kembar Orihara sendiri sudah tahu kalau kakaknya menyimpan obsesi sangat besar dengan Shizuo, maka dari itu mereka menyusun rencana iseng sekaligus membuat kakaknya sadar dan lebih jujur pada dirinya. Erika yang notabene ingin melihat secara langsung bagaimana kisah cinta Izaya dan Shizuo pun setuju dan meminjamkan mereka alat-alat pengintai dan berbagai alat lainnya yang dibutuhkan. Dan begitulah semua itu terjadi dan menghasilkan hasil yang cukup memuaskan.

Tidak, lebih tepatnya AMAT memuaskan.

Kesunyian sejenak timbul di kediaman Kishitani muda di malam yang amat larut itu. Mungkin sudah bisa dikatakan hampir pagi sebab saat itu sudah menunjukkan pukul 3.

"Well, harus kuakui ide kalian itu brilian. Sekarang mereka jadi bisa jujur terhadap masing-masing." komentar Shinra memecah kehingan saat itu, masih dengan senyum menahan tawa sebab ternyata teman-teman SMA-nya begitu polos.

[Shinra, aku pernah lihat di internet soal ini…] Celty yang tadinya hanya terdiam, kini kelihatan excited sambil menunjukkan gambar sesuatu di PDA-nya.

"Apa? Ada apa?" Karisawa pun ikut melihat apa yang Celty tunjukkan di PDA-nya.

"H-hah? E-eh? I-ini kan…" Karisawa kembali senyam-senyum riang dengan wajah memerah.

"Wah Celty! Aku tak tahu ternyata kau bisa iseng juga terhadap mereka!~" Shinra berkomentar riang sambil menatap Celty dengan tatapan tak percaya yang berbinar-binar.

[A-aah, y-yah, aku hanya ingin melihat kelanjutan hubungan mereka…] tulis Celty pada akhirnya sambil sedikit menunduk-nunduk.

"Ahaha! Bagus Celty-san!~ Aku tak menyangka barang seperi itu ada!" komentar Karisawa begitu melihat PDA Celty.

"Kalau begitu aku akan pesan beberapa dan mengirim ini kepada mereka lusa. Lagipula aku yakin Shizuo pasti akan tertular demam Izaya mengingat mereka banyak melakukan kontak yang mendalam dengan kondisi Izaya yang seperti itu."

Setelah mendiskusikan beberapa hal―yang sebenarnya amat sangat tidak penting sebab hanya untuk kepuasan mereka (dan Author)― dan memesan barang-barang yang dimaksud, Shinra dan Celty kembali ke kamar mereka. Mereka juga menyarankan Erika agar tidur di kamar kosong di apartemen mereka sampai pagi datang.

Pagi harinya, pesanan yang Shinra langsung pesan tadi malam langsung sampai di apartemennya. Mereka bertiga pun mulai menegerjakan apa yang mereka diskusikan hingga larut malam.

.

Sebenarnya apa yang sedang mereka rencanakan? Bagaimana nasib Shizuo dan Izaya setelahnya?

.

.


A/N: Ini sekuel fic dari fic pertama saya di fandom ini!~~ Dan ternyata jadinya malah 6000 words lebih, akhirnya saya putuskan untuk membagi sekuel ini menjadi 3 part! Maaf saya gak pinter membagi cerita soalnya fiksinya terlanjur jadi satu TwT

Terimakasih untuk semua yang telah me-review, mem-fave dan membaca fiksi DRRR! pertama saya terutama; Takaishi Hiroki, Keikoku Yuki, Yami-chan Kagami. Terimakasih juga para silent readers!

Kalau ingin saya apdet hari ini juga, kotak review selalu terbuka bagi siapapun!~