Summary :

Sasuke dan Hinata. Uchiha kembar yg menyusahkan. Karena ada masalah, mereka memilih untuk menutup diri dan pindah sekolah. Tapi bagaimana kalau di tempat barunya ada Naruto dan Sakura yang berlomba dulu-duluan macarin mereka?

.

.

Angin bertiup pelan, membawa kesejukan ke arah gedung sekolah yang bernama Oto High School. Dan di bawah keteduhan para awan yang senantiasa menutup sinar matahari, di sanalah Shikamaru semakin kencang menguap.

Ya, siswa berambut hitam yang dikuncir ke atas itu lagi-lagi harus kuat menahan rasa kantuk yang menyerangnya. Kalau di kelas sih ia bisa tidur kapan saja, namun tidak saat bertugas seperti ini—sebagai OSIS yang menjaga piket di koridor terdepan.

Tugasnya sederhana, mencatat siapa aja yang datang terlambat. Tapi saking gampangnya, beginilah rasa bosan yang ia dapat.

Di jam 08.00, koridor tentu saja sepi—menyisakan suasana hening yang sangat terasa. Palingan kalau bukan suara decitan kursi saat ia menegakan badan, pastinya Chouji yang sedang menggerutukan sesuatu.

"Aah, Shikamaru! Jaga piket ternyata membosankan!"

Shikamaru menghela nafas.

"Aku kan ngga menyuruhmu ikut ke sini, Chouji..."

"Huh, seharusnya kau senang aku mau berbaik hati ikut..." Ia menggumam, tapi Shikamaru malah menutup kedua matanya.

Sambil cemberut, ia meletakkan pipi tembamnya ke lipatan tangan, mengarahkan pandangan ke gerbang masuk sekolah. "Ayolaah! Ada yang telat dong! Aku kan mau coba marahin orang..."

Dan sepertinya harapan Chouji terkabul. Setelah lima menit terlewat, muncullah dua orang berseragam Oto High School yang berjalan begitu saja menuju gedung belajar. Cepat-cepat ia senggol bahu Shikamaru, berniat membangunkannya.

"Eh, Shikamaru! Lihat, ada dua mangsa yang baru datang..."

Shikamaru berdecak, tapi akhirnya ia melirikkan matanya ke arah yang ditunjuk Chouji. Tapi sesaat ia mengetahui 'siapa' yang pria berbadan tambun itu maksud, pupil matanya melebar—rasa kantuknya langsung hilang seketika.

Jelas sekali raut wajah Shikamaru sangat berbeda dengan Chouji yang sedang menyiapkan tampang galak ala OSIS kejam.

Sekedar info, Chouji adalah anak baru di kelas XII, jadi ia belum tau apa-apa tentang ini.

Tapi Shikamaru tau, karena dua orang yang baru datang tadi adalah...

Sasuke Uchiha dan Hinata Uchiha.

Kembar yang paling disegani di seantero sekolah.

.

.

.

TWINS ALERT!

"Twins Alert!" punya zo

Naruto by Masashi Kishimoto

[SasuHina—SasuSaku & NaruHina]

Romance, Friendship, Drama

AU, OOC, Typos, Multipair, etc.

.

.

FIRST. Si Kembar Uchiha

.

.

"WOOII! CEPET SEDIKIT KALAU JALAN! KALIAN TUH UDAH TELAT SEJAM, TAU!"

Shikamaru dikagetkan oleh teriakan Chouji yang kelewat semangat.

"BAKA! Jangan mereka!" Shikamaru menggeram, tidak lupa memberikan sebuah jitakan di kepala Chouji. Yang dipukul cuma bisa meringis kesakitan.

"Kenapa sih!? Kita kan lagi piket! Wajar dong kalau bersikap kayak tadi!"

Niatnya ia mau menjawab protesan Chouji, tapi karena melihat kedua sosok itu sudah semakin mendekat ke arah meja piket, Shikamaru berdiri dari tempatnya.

"Terserahlah, yang penting aku ngga ikutan..." Tanpa memberi keterangan lebih, ia berjalan menuju toilet yang letaknya di ujung lantai satu.

Shikamaru memang sedang kabur—tentu saja, alasannya hanya satu...

Siapa yang tidak mengetahui Sasuke dan Hinata? Tentu saja hanya para murid yang belum bersekolah sampai sebulan di sini—seperti Chouji, si newbie.

Setelah Shikamaru menghilang di belokan, Chouji mendengus. Balik ke tugas awal, ia meluruskan pandangannya ke arah si kembar yang ternyata sudah berjalan melewati meja piket.

"Hei! Kalian berdua, ke sini sebentar!"

Awalnya si pemilik mata onyx tidak mau mendengar dan terus melangkah. Namun karena adiknya menoleh dan menuruti panggilan Chouji, mau tidak maupun ia juga menghentikan langkahnya. Kini sudah jelas, di hadapan Chouji ini ada dua manusia berambut senada—biru gelap. Yang wajahnya terlihat sinis adalah sang kakak, Sasuke Uchiha. Dan yang berprawakan lembut adalah Hinata Uchiha.

"Iya, ada apa?"

Saat melihat Hinata, semua anggota tubuh Chouji lemas mendadak. Kekagumannya bertambah sesaat mata mereka saling berpandangan. Kalau boleh memuji, siswi berambut panjang di depannya ini benar-benar seperti puteri dari kerajaan antah-berantah.

Segala pujian itu langsung disimpannya dalam hati di saat ia melihat tatapan tajam dari Sasuke. Chouji mengerjapkan matanya sebentar, lalu kembali berusaha mempertegas wajah galaknya. "Kalian itu telat, dan kenapa bisa-bisanya jalan sesantai tadi, hah!?"

Hinata menunduk takut, sedangkan Sasuke mengernyit tidak suka.

"Isi lembaran ini." Chouji menurunkan nada suaranya. Dan saat ia menyodorkan sebuah pena ke tangan Hinata, pria chubby itu tersenyum. "Oh, ya. Namamu siapa?"

BRAKH!

Jackpot.

Usaha yang sangat payah untuk mengajak seorang nona Uchiha berkenalan. Apalagi di depan kembarannya.

Lihat apa akibatnya; meja piket terbalik oleh tendangan Sasuke, menyisakan wajah Chouji yang pucat dan berlumur keringat dingin. Akhirnya Chouji tau kenapa Shikamaru kabur tanpa memberikan penjelasan apa-apa. Sasuke—yang adalah pelaku dari semua ini—hanya tersenyum. Ya, senyuman sinis. Lalu ia raih kerah baju milik Chouji, dan menariknya mendekat.

"Kami udah telat..." Suara pelan tadi seperti alunan lagu neraka bagi Chouji seorang. "Jadi, lebih baik kau jangan memperlambat waktu kami lagi." Lalu ia lepas kerahnya dengan kasar. "Kalau ngga, kau akan tau akibatnya."

Glek.

"I-Iya, pasti kok! Tenang aja!"

"Hn, bagus." Sasuke meneruskan perjalanannya sambil menarik Hinata. Tapi tiba-tiba saja ia menoleh lagi. "Dan juga, jangan pernah berpikir untuk kembali menyentuh Hinata dengan tangan kotormu."

Chouji langsung merinding seketika. Ia sedang takut, tentunya. Lalu setelah kedua orang itu sudah melangkah memasuki gedung sekolah, barulah Shikamaru muncul bersama tatapan seriusnya.

"Udah kubilang jangan tegur mereka, kan? Walaupun masih kelas X, mereka memang kembar yang paling ditakutin di sini. Apalagi si Sasuke itu..."

Chouji menjawab dengan wajah tertekuk. "Lalu kenapa kau larinya ngga ngajak-ngajak, eh?"

Ia berdecak. "Mendokusai..."

.

.

~zo : twins alert~

.

.

"Mn... Sasuke-nii?"

Sasuke yang sedang berjalan menaiki tangga di depan Hinata menoleh tanpa suara, membiarkan Hinata melanjutkan kalimatnya.

"Kenapa Sasuke-nii marah padanya? Aku kasihan... padahal dia lucu seperti boneka Lotso."

Kali ini Sasuke menghela nafas berat. "Udahlah, jangan bicarain dia. Aku ini kakakmu, mengerti? Lagi pula dia mirip boneka Lotso dari mana, hah?"

Mendengar kalimat Sasuke yang tadi, itu malah menjadi sisi lucu yang membuat Hinata tertawa pelan.

Dan sesampainya di depan kelas yang bertuliskan lab kimia, Sasuke membuka pintu dengan dorongan malas.

Awalnya ia mengira murid-murid sekelasnya masih ada di lab komputer—seperti apa yang tertulis di jadwal pelajaran. Namun tampaknya kali ini berbeda, karena semua orang, termasuk salah satu guru ter-killer di Oto High sudah ada di posisinya; depan whiteboard dengan kedua tangan yang terlipat di dada.

Dimulai dari matanya yang memberikan tatapan tajam, sang guru mengeluarkan suara beratnya. "Sasuke. Hinata. Maju ke depan."

Mereka yang kini menjadi pusat perhatian mulai berjalan menuju ke hadapan guru berambut hitam panjang tersebut. "Hinata, apa kau terlambat?"

"Ngga."

"DIAM, SASUKE! Saya bertanya ke Hinata, bukan kau!"

Sasuke tertawa mengejek. "Kami tuh anak kembar dan tinggal di rumah yang sama. Jadi udah pasti kami berangkat bareng, bodoh."

"DIAM DAN KELUAR!"

Semua murid di kelas menelan ludah. Sudah menjadi kebiasaan bagi Orochimaru-sensei yang selalu membentak Sasuke dengan nada benci.

Sedangkan Sasuke langsung berdecih sekaligus berbalik untuk menuju pintu keluar.

Setelah pria itu meninggalkan kelas, Orochimaru-sensei langsung memijat keningnya sendiri dan mengulang pertanyaan tadi.

"Hinata, apa kau terlambat?"

Pertanyaan tersebut terdengar sinis, tapi untungnya tidak terkandung bentakan.

"I-Iya, Sensei..." Jawab Hinata yang sudah menunduk.

Tanpa Sasuke, rasanya Hinata bagaikan orang pincang yang kehilangan tongkat—sudah lemah, ditambah kehilangan penopang hidupnya. Tapi memang begitulah kembaran dari Sasuke Uchiha itu.

"Nah, kau dihukum. Bersihkan ruangan lab saya yang ada di sana."

"Mm..." Hinata sedikit mengadah lalu mengangguk.

Ia ambil sapu yang ada di sudut ruangan lalu kembali bertanya sambil menunjuk beberapa barang yang tergeletak bebas di meja. "Sensei, apa barang-barang ini perlu dipindahkan?"

Orochimaru-sensei menggeleng. "Kau cukup bersihkan sampah-sampah di lantai."

"Baik, Orochimaru-sen...sei—eh?"

Dukh.

Kalimat Hinata yang terhenti membuat semua orang yang ada di lab menoleh.

Hinata kesandung, dan bagaikan bergerak slow motion, mereka dapat melihat secara jelas bagaimana Hinata menyenggol meja praktek, menyebabkan papannya terbalik sehingga semua barang-barang mulai beterbangan.

Lalu—

PRANG PRANG PRANG!

Hinata yang terjatuh mulai berani sedikit membuka mata, menatap kekacauan yang telah dibuatnya. Semua barang-barang seperti pipet, tabung reaksi, cawan petri pecah berhamburan di sekitarnya, mewarnai lantai dengan berbagai pecahan benda maupun cairan kimia.

Oh, untunglah itu hasil percobaan sederhana yang berisikan garam dan air.

"Uchiha... Hinata..." Desis seseorang yang kini wajahnya semakin memerah menahan amarah.

"A-Ano, sensei..." Dengan gelalapan ia segera berdiri, lalu membungkukkan badan berkali-kali di hadapan sang guru. "M-Maaf... aku ngga sengaja—"

"KELUAR DAN SUSUL KAKAKMU!"

Mereka berdua sama-sama bikin susah.

.

.

~zo : twins alert~

.

.

Hinata yang baru saja keluar langsung segera menutup pintu. Sesudahnya ia bersandar, sekedar menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang karena peristiwa barusan.

Rasanya benar-benar memalukan apabila kau memecahkan barang di depan umum seperti itu. Untungnya hanya beberapa yang tertawa, itupun langsung terhenti karena terkena bentakan maut Orochimaru-sensei.

Lalu dengan setengah berlari ia berjalan menelusuri koridor lantai tiga, juga menuruni tangga agar dapat ke lantai satu. Tapi, tampaknya ia harus kembali menyesal sudah berani-beraninya berlari—padahal ia sangat payah di nilai olahraga.

Set!

Kakinya tersandung.

Karena kali ini dia tersandung di tengah-tengah tangga, sasaran yang akan dihantamnya kali ini adalah lantai dasar dan juga para anak tangga. Namun nyatanya saat ia akan jatuh, muncullah ketiga siswa yang langsung menjadi alasnya mendarat.

"UWAH!"

Brukh!

Oke, ini sudah yang kedua kalinya ia bertindak ceroboh seperti tadi.

Apa ia harus mengganti sepatu—agar membuat dirinya tidak sering tersandung?

Hinata yang baru saja sadar langsung meringis, kemudian barulah ia lihat tubuh siapa saja sekarang yang menjadi korban—bisa dikatakan begitu karena ada tiga orang yang tertumpuk di bawahnya.

"Ma-Maaf..."

Siswa yang ditiban sama Hinata langsung menggeram, dia dorong tubuh Hinata agar mereka bisa terbebas. Kemudian, siswa tersebut berdesis sebentar sambil memegangi punggungnya, dan barulah dia lemparkan tatapan sinis ke gadis yang sudah ketakutan itu.

"Hinata! Kau ini apa-apaan sih!? Jangan bercanda di tangga dong!"

"A-Aku ngga sengaja jatuh..." Sesalnya sambil duduk bersimpuh.

"Ah, bohong!" Sungut yang satunya.

"Iya, kita ini lagi bawa kodok percobaan! Kalau kodok-kodok di sini lepas, emangnya kau mau tanggung jawab, hah!?"

"I-Ini... Ini biar kubantu..." Dengan gugup Hinata yang sudah berdiri mengambil kandang kodok yang untungnya tidak terbuka itu. "Sekali lagi, maafkan aku!" Ia menunduk dalam-dalam tanda ia menyesal.

Namun sayangnya Hinata tidak tau kalau posisi wadah yang ia pegang terbalik, dan...

Kalian pasti tau apa yang kini berhamburan di lantai.

"GYAAAAA!"

.

.

~zo : twins alert~

.

.

"Eng... telat?"

Kembali ke Sasuke yang berada di meja piket. Di sini ia sedang menghadap ke Chouji seorang—Shikamaru lagi-lagi lolos karena dipanggil oleh guru.

"Hn."

Masih dengan keringat dingin Chouji melanjutkan. "A-Apa lagi?"

Sebuah death glare telak mengenai kedua mata sipitnya.

BRAKH!

"Kau pikir aku berbuat salah sebanyak apa!?" Gebrakan kencang diterima oleh meja piket. Chouji menjerit dalam hati. Ia benar-benar takut dengan adik kelasnya itu.

"Eh, ma-maaf!"

"Tsch, pergi sana!" Serunya sambil menarik kerah kemeja bagian belakang Chouji agar ia menyingkir dari bangku, sehingga Sasuke bisa duduk dengan nyaman di sana. Si pria berbadan lebar itu pun segera berlari menjauh. Setelah mendapatkan ketenangan, Sasuke merilekskan punggungnya ke bangku lalu menaikkan kedua kakinya ke meja piket. Dan baru saja ia akan menutup mata, sebuah suara mengganggunya.

"Sasuke."

Kelopak mata Sasuke terbuka pelan, tapi ia tidak kesal karena tau bahwa itu adalah suara sepupunya, Sai.

"Sedang dihukum?" Terlihat seorang pria berambut hitam pendek. Kulitnya memang putih seperti dirinya, tapi dia lebih pucat.

"Hn."

"Mana Hinata? Biasanya dihukum bareng."

"Nanti juga menyusul." Sasuke melemparkan pandangannya ke arah tangga lantai dua yang terlihat dari bawah, namun hal itu malah menciptakan kerutan singkat di keningnya. Karena di sana ia melihat Anko-sensei yang marah sedang menarik Hinata agar mengikutinya.

Sai yang kebetulan juga melihat, menaikkan salah satu alisnya. "Hinata kenapa?"

Tanpa bersuara lagi Sasuke langsung beranjak dari kursinya dan berjalan memasuki gedung belajar.

.

.

~zo : twins alert~

.

.

Di dalam ruangan budi pekerti, di sanalah mereka berdua berada. Hinata dan Anko-sensei. Ia memang bukanlah guru yang mengurusi bidang tersebut, namun karena buku catatan poin merah para murid ada di salah satu laci di sekitar ini, maka dijadikanlah tempat yang aman untuk membicarakan kesalahan murid.

Hinata hanya bisa meremas kedua tangannya dengan gelisah, sedangkan orang di depannya sibuk mencari sesuatu.

Setelah buku ditemukan, ia letakan benda datar itu ke meja lalu membuka satu per satu halamannya.

"Hinata, seharusnya kau tidak boleh bertindak keterlaluan seperti tadi..." Katanya sambil terus mencari nama Hinata Uchiha.

"Tapi, aku cuma tersandung... lalu menimpa mereka..."

Mendengar ada jawaban, Anko-sensei langsung melirik kepadanya. "Hinata, apa kau tega melihat teman-temanmu terluka?"

Hinata menggigit bibir bawahnya sendiri. Ia berani bersumpah bahwa ia tidak sengaja terjatuh. "Ke-Kenapa sensei ngga percaya padaku?"

Dia sodorkan buku yang berisikan catatan merah ke hadapan Hinata, dan barulah ia menjawab.

"Karena kau terlalu sering melakukan hal ceroboh itu dengan alasan 'tidak sengaja', Hinata..." Tudingnya tanpa bukti. "Akui saja kalau kau berbohong."

"..."

"Oh, dan seharusnya kau sadar, poin pelanggaranmu di bulan ini sangat mengkhawatirkan. Saya menduga kau bisa dikeluarkan kalau—"

BRAKH!

Mendadak suara bantingan pintu yang terbuka itu membuat mereka berdua menoleh ke sumber suara.

"Hinata..."

Dan sebelum yang dipanggil akan menjawab, Sasuke sudah keburu menarik tangannya agar berdiri dan bisa keluar dari ruangan menyebalkan ini. "Masuk kelas."

Guru yang tidak terima hal itu langsung berdiri sambil menggebrak meja. "Sasuke! Apa kau tidak melihat saya sedang berbicara dengannya!?"

"Ngga." Jawabnya cepat. "Yang aku lihat sensei hanya memaksa Hinata mengakui kalau dia berbuat salah secara sengaja."

"A-Apa-apaan kau, Sasuke!?"

Sasuke menghela nafas lalu menatap kedua mata sang guru yang selalu sensitif apabila ada sangkut-pautnya dengan mereka berdua itu.

"Dengar... adikku emang ceroboh, tapi dia sama sekali ngga pernah melakukan kesalahannya dengan sengaja, bitch."

"APA? JAGA OMONGANMU, UCHIHA! ATAU KAU AKAN DIKELUARKAN!"

"Keluarkan? Rasanya ngga perlu, karena kami yang akan mengundurkan diri dari sekolah menjijikkan ini—"

PLAK!

.

.

~zo : twins alert~

.

.

Di dalam mobil perjalanan pulang, tidak ada yang bersuara. Bahkan lagu yang biasanya mengalun tenang di dalam mobil tidak lagi dinyalakan.

Dan di saat itu Hinata yang duduk di sebelah kursi kemudi menatap wajah Sasuke yang masih fokus menyetir. Tatapan pria itu datar, tapi Hinata yakin kalau kakaknya itu sedang marah, terutama setelah ia menerima tamparan telak dari Anko-sensei perlihal kalimatnya yang tidak sopan.

"Sasuke-nii... maafin aku." Lirihnya pelan. "Kita berdua dikeluarkan dari sekolah..."

"Hn, ngga apa-apa. Poinku juga udah krisis. Bolos sekali aku bisa dikeluarkan." Jawabnya dengan nada biasa. "Lagian aku udah muak sekolah di sana."

"Tapi... gara-gara aku juga Sasuke-nii dipukul."

Ia sedikit berdecak. "Lupakan..."

Lalu kedua pihak memutuskan untuk tidak melanjutkan pembicaraan. Namun, saat lampu merah di perempatan menyala, mobil berhenti dan suasana lagi-lagi menjadi hening. Hinata masih merasa bersalah, sedangkan Sasuke tampaknya tengah berpikir ke arah lain.

Lalu setelah angka di lampu sana sudah akan kembali ke hijau, barulah ia menoleh ke arah Hinata. "Hinata, bagaimana kalau kita menjadi orang yang tertutup di sekolah baru nanti?"

"Eh...?"

Sebelum dikatai aneh oleh adiknya—yang sebenarnya itu mustahil—ia melanjutkan sekaligus menginjak gas untuk memajukan mobil. "Di sini kita terlalu membuat onar, sehingga banyak yang memperhatikan kita. Aku ingin mencoba untuk terlihat seperti kutu buku sehingga ngga terlalu menjadi pusat perhatian."

"Memakai kacamata tebal, ngga bersosialisasi ke siapa pun dan belajar terus sampai lulus." Imbuhnya. "Kita jalani itu selama sisa SMA, bagaimana?"

Hinata tersenyum, baginya itu bukanlah suatu yang buruk.

Hanya mengubah penampilan, apa susahnya?

"Baiklah."

Namun mereka berdua nyatanya tidak tau akan beberapa takdir yang nantinya akan datang...

.

.

~zo : twins alert~

.

.

Konoha International School.

Tepat sebulan lagi, sekolah itulah yang akan dijadikan oleh Sasuke dan Hinata sebagai tempat menghabiskan masa SMA-nya.

Namun mereka tidak tau kalau di tempat itu terdapat dua orang sahabat yang sudah menjadi 'penguasa angkatan'. Yang nantinya akan berhadapan dengan duo serupa itu.

Pertama, Sakura Haruno.

Rambut merah muda yang pas sedadanya bergerak santai saat ia berjalan. Seragam Konoha High melekat di tubuh langsingnya yang indah, bahkan wewangian bunga sakura khas musim semi selalu tercium di setiap inci kulitnya.

Ia memang nyaris sempurna, tapi, wajah cantiknya tidak secerah demikian.

Dia sedang kesal, dan itu bukanlah hal yang langka bagi penghuni Konoha High.

Jadi tidak apa-apa kalau ia bersifat...

Sok berkuasa.

Brukh.

Benturan pelan terdengar bersama senggolan kasar yang diterima bahu kanannya. Sakura menoleh, memperlihatkan iris berkrolofilnya yang indah, dan saat ia tau bahwa yang barusan ia tabrak adalah seorang kakak kelas, sepenggal kalimat sinis keluar dengan lancar dari bibirnya.

"Heh, jalan tuh pakai mata!"

Yang mendengar hanya bisa mengumpat dalam hati, sedangkan bibirnya terus berusaha agar mengucapkan maaf berkali-kali.

Sakura itu populer, cantik dan kaya. Lagi pula di sini pun ia mempunyai banyak koneksi ke para senior atau alumni yang paling disegani—jadi tidak akan ada yang mungkin melawannya.

Ya, Sakura tau. Ia memang dibenci. Tapi ia suka kehidupannya ini.

. . .

Dan yang kedua, Naruto Uzumaki.

Di lain tempat, matahari yang cerah menyinari sekolah Konoha Internasional High, dan tentu saja membuat air kolam renang menjadi berkilauan. Karena kesegaran cuaca masih mendukung, seorang pria berambut pirang membawa sebuah ban besar yang ia apit di tangan. Kemudian, dengan santai ia mengangkat kacamata pantainya ke atas, menjadikan benda itu sebagai bando untuk menahan poni jabriknya turun.

Dan baru saja ia melempar kedua sepatunya ke sudut loker khusus, dua siswi yang sudah memakai baju handuk menghampirinya.

"Uzumaki-san, kenapa ada di sini? Ini kan jam olahraga kelas kami." Tanya salah satunya dengan nada hati-hati, berusaha sebisa mungkin agar tidak menyinggung.

Pria idola yang lebih sering dipanggil dengan sebutan Naruto itu menoleh lalu langsung meletakkan jari telunjuknya ke depan bibir.

"Sstt, jangan kasih tau guru ya...?"

Melihat wajah imut pemilik kulit tan di depan, wajah mereka sontak memerah. Inginnya sih mencegah Naruto untuk melanggar peraturan sekolah, tapi mau apalagi kalau sekarang pria itu sudah membuka kaus atasnya. Dan juga ritsleting celananya sampai akhirnya ia hanya tertutupi oleh boxer berwarna merah.

Lalu setelah ia mengambil ban bebeknya, Naruto mengedip sekali ke dua cewek yang sempat mengingatkannya.

"Faarwel, baby!"

Kemudian Naruto melompat ke kolam renang.

BYUUR!

. . .

Dengan ban besar yang bisa membuat dirinya terapung di pinggiran kolam, Naruto memejamkan mata, membiarkan cahaya matahari merembes masuk ke kulitnya.

Lalu senyuman tercipta secara perlahan.

Disertai gerakan kecil di kedua kaki dan tangannya, Naruto mendesah lega saat ia merasakan air kolam renang yang menyentuhnya. "Nyaman sekalii~"

"Woi, baka."

Belum saja lima detik terlewat setelah mengeluarkan kalimat tadi, mendadak suara familiar itu menganggu ketenangannya. Ia buka kelopak mata dengan gerakan malas, dan terlihatlah seorang gadis berambut pink yang berdiri di pinggir kolam. "Cepet keluar dari kolam."

Ia berdecak sekaligus menggerakkan kakinya dengan gerakan mendayung—agar dirinya terdorong ke tempat yang lebih tengah. "Ih, apaan sih main suruh-suruh—UWAAH!"

Tapi sayangnya tangan Sakura terlebih dulu menarik ban bebek Naruto dan membuat pria itu terjungkal.

Naruto tenggelam. Tangannya bergerak liar di permukaan air, membuat banyak cipratan yang membasahi sekitarnya. Sampai akhirnya pria itu muncul ke pinggir kolam dengan nafas tersengal.

"KAU JAHAT! Aku ngga bisa renang, tau!?"

"Cepet keluar." Jawabnya acuh. "Katanya saat kenaikan kelas nanti bakalan ada dua anak baru." Lalu Sakura pun menyeringai. "Mainan baru kita..."

"Oh, oke..." Naruto mengadah, namun kali ini senyuman mesum keluar di bibirnya. "Ehh... ngomong-ngomong dari sini aku bisa melihat celana dalam pink-mu loh, Sakura-chan!"

Dukh!

"ADUH!"

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

Author's Note :

Maaf kalo pair-nya belom keliatan, kan ini baru awal dan cuma latar belakang mereka berempat. (Eh, apa jangan-jangan udah pada males bacanya? #ngek) Seperti apa yang udah ditulis di warning, ini SasuSaku dan NaruHina, bukan romance SasuHina dan bukan romance NaruSaku.

Kalo ditanya hubungan SasuSaku kayak gimana? Bisa diliat sendiri, mereka dua sama-sama orang tipe 'keras'. Kalo NaruHina-nya... sangat kuusahain supaya buat kalian senyum-senyum sendiri :D (amin).

.

.

Next Chap :

"Bagaimana kalau kita lomba-lombaan pacaran sama mereka? Kalau kamu yang menang, nanti aku kasih hadiah, tapi kalau aku yang menang, kamu yang berikan aku hadiah!"

"Yang ngga kukejar saja udah banyak yang bertekuk lutut padaku, bagaimana dengan si cupu itu, eh? Emangnya dia bisa menolak pesonaku?"

"Mau mendapatkan Sakura? LANGKAHI DULU MAYATKU!"

"To-Tolong jangan mendekat. Ja-Jangan—hyaaa!"

.

.

Review kalian adalah semangatku :')

Mind to Review?

.

.

THANKYOU