Chapter 2, silahkan dinikmati

Warning: AU, NaruGaa, Yaoi, OOC, Lebay… Aneh…


"Bego!"

Naruto menutup matanya begitu mendengar cercaan dari kedua temannya, Sasuke dan Sakura.

"Sudah tahu Gaara itu tipe yang kalau diserang tiba-tiba ia akan kabur, kau malah menciumnya tiba-tiba?" omel Sakura, pusing bukan kepalang mendengar cerita Naruto barusan.

"Intinya, kau ini bodoh sekali, dasar bodoh," kata Sasuke, hanya melipat kedua tangan di depan dadanya dan memandang Naruto dengan dingin.

"Aduh… aku sedang sakit hati begini… kalian bukannya menghibur," keluh Naruto, memasang wajah sedih dan memelas.

"Buat apa menghibur orang bego?" tanya Sakura dan Sasuke bersamaan, menusuk hati Naruto kian dalam. Naruto pun terkapar di atas meja dengan dramatis.

"Gaara memang sulit didekati, padahal sudah bagus kau bisa menyelamatkannya dari para yankee Oto, eh kau malah menyerangnya tiba-tiba," omel Sakura lagi. Naruto menghela napas panjang. Ia melirik ke sekitarnya, dimana suasana café tempat mereka berada cukup sepi dan tenang, tidak ada yang menguping pembicaraan mereka.

"Lagipula memang sejak awal kesempatan kau bisa mendapatkan Gaara itu sangat kecil, terlebih caramu kekanak-kanakan," tambah Sasuke, menyeruput kopinya dengan tenang.

"Ukh….," Naruto tidak bisa membalas perkataan teman-temannya.

"Yah, sudahlah Naruto, kan masih banyak cewek eh maksudku, cowok yang lain," kata Sakura, berusaha menghibur Naruto yang kini tampak suram.

"Aku merasa tidak bisa melupakan Gaara secepat itu," kata Naruto, menyeruput jus jeruknya dengan wajah suram.

"Bukannya ada 'pacar'mu yang dulu itu?" tanya Sasuke. Naruto tersentak dan tersedak jus jeruknya.

"Uhuk… siapa? Huk… uhuk…," Naruto terbatuk-batuk.

"Itu lho, yang selalu kau bangga-banggakan 'calon pengantinmu' itu," kata Sasuke. Sakura mengangguk, akhirnya ingat apa yang dimaksud Sasuke. Wajah Naruto segera merona begitu mendengarnya.

"Oh itu.. aku sudah berusaha mencari dia tapi tidak ketemu," kata Naruto, memutar-mutar sedotan di dalam gelas jusnya.

"Dasar bego," timpal Sasuke, membuat Naruto tersulut.

"Kau ini membodoh-bodohi aku terus!" pekik Naruto kesal, ia berdiri dan menggebrak meja.

"Memang itu kenyataannya kan? Dasar baka-Naruto," kata Sakura menusuk hati Naruto hingga si pirang kembali terkapar di lantai.

Kedua teman Naruto menghela, butuh lebih dari sekedar kerja keras untuk bisa membuat Gaara suka pada pemuda macam Naruto.

"Tapi… apa Gaara benci aku karena aku ini yankee ya?" tanya Naruto yang masih terbaring di lantai.

Sasuke dan Sakura saling pandang. Mereka sudah lama berteman dengan Naruto bahkan ketika Naruto pindah ke luar kota mereka tetap menjalin kontak tapi jika ditanya seperti itu…

"Memang tidak sepenuhnya buruk, hanya saja jadi yankee itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan Naruto," kata Sakura, berusaha untuk tidak melukai hati lebih dalam.

"Tapi memang ajaib kan kalau Ketua OSIS seperti Gaara bisa suka padamu Naruto," kata Sasuke, menusuk hati Naruto lagi.

"Ukh!" ronta Naruto.

"Yah, kau memang biang onar sih ya," tambah Sakura, menusuk hati Naruto lagi.

"Akhhh…," Naruto meronta di lantai.

"Sudah nggak ada tampang, otak lamban, yankee pula, perbaiki dulu sikap dan penampilanmu baru kau bisa mendekati Gaara," timpal Sasuke lagi.

Naruto mati di tempat.

Sasuke dan Sakura hanya saling pandang dan tidak memperdulikan Naruto yang terkapar di lantai.

IoI

"Selamat ulang tahun, Kaichou-sama!"

Gaara sudah tidak tahu ini ucapan selamat ke berapa di hari ulang tahunnya ini. Ia hanya bisa memberikan senyum datar dengan kedua tangan kerepotan membawa setumpuk hadiah yang semakin lama semakin tinggi.

Ia sudah tahu di hari ulang tahunnya, para fansnya pasti menjadi lebih agresif dari biasanya tapi hadiah-hadiah ini bagaimana caranya untuk dibawa pulang?

Gaara menghela napas saat ia berhasil menaiki tangga menuju lantai dimana ruang kelasnya berada tanpa menjatuhkan satupun hadiah yang ada di tangannya.

Tapi ia terkejut mendengar lantai itu begitu heboh.

"Wuaaahhh, Naruto kau kenapa!"

"Ya tuhan, aku sakit perut, susah berhenti ketawa, hahahaha."

Gaara mengintip dibalik tumpukan hadiah dan samar-samar melihat ada orang yang membelakangi dirinya dan sedang memarahi semua yang menertawakannya.

Begitu ia berbalik, mata Gaara hanya bisa membelalak siapa itu sebenarnya.

Naruto, ya Naruto… itu Naruto?

Rambutnya yang pirang entah bagaimana caranya disisir belah tengah, tampaknya rambutnya itu diberi begitu banyak minyak rambut hingga lepek dan mengkilat. Tak lupa sebuah kacamata yang sedikit terlalu besar untuknya tampak melorot di hidungnya. Juga seragam gakurannya yang begitu rapi.

Naruto?

"Kau ini sedang apa?" tanya Gaara sinis, merasa begitu bingung dan konyol dengan penampilan Naruto sekarang.

Naruto merasa tertohok lagi dan segera berpegangan pada dinding dengan suasana suram menyelimutinya.

"Kalau kau jadi dokter, tolong buatkan obat untuk menyembuhan kebodohannya Naruto ya, Sakura," gumam Sasuke yang matanya tampak sakit melihat keadaan Naruto sekarang. Sakura yang ada di sebelahnya hanya menghela napas.

"Kalau memang bisa begitu, aku pasti bisa kaya," kata Sakura dengan datar.

Gaara berjalan melewati Naruto dengan dingin dengan semua hadiah yang ada di tangannya. Naruto terkejut. Bodoh! Ia sampai lupa mengucapkan selamat ulang tahun!

Naruto terduduk suram di lantai dan teman-temannya hanya bisa menatapnya dengan belas kasihan.

IoI

Gaara termenung menatap awan mendung yang menyelimuti langit. Ia sedang bersembunyi di ruang OSIS, menunggu hingga sekolah kosong supaya ia bisa pulang dengan selamat pada hari ulang tahunnya ini. Ia tidak tahu bagaimana para fansnya sudah menyusun rencana untuk 'menyerangnya' hari ini.

Tidak mau mengambil resiko, Gaara lebih memilih untuk mengurung diri di ruangan secretariat OSIS, menunggu hingga para fansnya menyerah dan pulang.

Hari semakin gelap, awan mendung mulai menggeliat, Gaara semakin gelisah. Ia takut hujan akan turun sementara ia tidak membawa payung.

Dengan mengambil segala resiko, sementara semua hadiah sementara ia titipkan dulu di ruang secretariat OSIS, Gaara melesat keluar sekolah melewati jalan belakang. Tepat seperti dugaannya, ada beberapa gadis yang berusaha mengejar dan memanggilnya, namun Gaara hanya berlari dan berkelok di blok-blok perumahan hingga menyesatkan semuanya.

Begitu sadar bahwa sudah tak ada yang mengikutinya lagi dan sekarang ia aman, setitik air hujan jatuh ke kepala Gaara membuat si rambut merah mendongak ke atas dan disambut ribuan titik hujan lainnya.

"Ukh… sial…," gerutu Gaara, berlari di bawah terpaan hujan yang dengan segera membuatnya basah kuyup. Jalanan begitu sepi dan gelap karena hari sudah menjelang malam. Gaara berusaha mencari tempat berteduh karena hujan kian deras.

Ia takut nantinya…

DUAAARRR!

Gaara memekik kecil dan sontak menutup kedua telinganya. Hingga sekarang ia masih tidak suka dengan petir.

"Oh ya, tempat ini kan…," Gaara menggumam saat teringat dimana ia berada. Ia segera mempercepat langkah kakinya dan berhenti di depan sebuah taman.

Taman ia bertemu dengan bocah itu dan membuat janji…

Gaara melihat berbagai permainan yang sudah mulai karatan dan rumput liar yang tumbuh tak terkendali. Tampaknya taman ini tidak terurus…

Gaara segera menghampiri terowongan kecil berbentuk setengah lingkaran yang masih bertahan di lapangan itu. Ketika kilat kembali menyambar, Gaara segera merangkak masuk dan berteduh di sana.

Lucu sekali, ia mengulang lagi apa yang terjadi 11 tahun yang lalu, hanya saja kali ini ia sendirian.

Gaara mendekap kedua kakinya ke dadanya, bajunya basah kuyup dan ia kedinginan. Sementara kilat menyambar secara beruntun membuat keadaan makin buruk. Gaara menutup matanya dan berusaha melupakan petir-petir yang bergemuruh di sekitarnya.

Kenapa ia tidak muncul dan melindunginya sekarang?

Kapan ia akan menepati janjinya?

Gaara memeluk kakinya kian erat dan berusaha menahan air matanya jatuh.

Ia sudah menunggu sekian lama, sendirian dan kesepian. Apakah itu hanya janji kosong? Apa ia tidak akan bertemu dengannya lagi?

Setidaknya ia hanya ingin tahu namanya…

Namanya…

"Gaara…"

Gaara terkejut dan membuka matanya, melihat Naruto yang basah kuyup di luar terowongan memandangnya dengan bingung.

Naruto tampaknya sudah normal lagi, meski rambutnya turun karena basah terkena hujan namun sudah tidak dibelah dua lagi. Kancing seragamnya pun terbuka memperlihatkan dalam kaus bernama oranye. Kaca mata butut sudah tidak ada lagi di hidungnya.

"Aku… boleh berteduh di sini?" tanya Naruto setelah terdiam beberapa saat.

Gaara terlalu kaget untuk merespon sementara Naruto merangkak masuk ke dalam terowongan yang cukup sempit untuk dua anak SMA tersebut.

"Hujannya lebat banget ya, di sini nggak ada tempat berteduh yang lain sih," kata Naruto, menggeser kakinya yang bertubrukan dengan kaki Gaara.

Setelah rasa kaget sembuh dari kepala Gaara, sekarang si rambut merah mulai merasa kesal. Kenapa di hari ulang tahunnya ini ia harus kehujanan dan bertemu dengan yankee kurang ajar ini?

"Sempit tahu, pindah sana," omel Gaara, kesal kakinya beradu dengan kaki Naruto.

"Ukh, apa boleh buat, di sini kan sempit," keluh Naruto, berusaha menggeser tubuhnya tapi ia malah keluar dari sisi terowongan yang lain.

Gaara menghela napas dan berusaha melupakan Naruto yang duduk di depannya.

DUAARRRR!

"Kyaaa!" pekik Gaara, menutup kedua telinganya.

Iya, ia hampir lupa dengan petir-petir itu.

Naruto berkedip memandang Gaara yang ketakutan mendengar petir yang bergemuruh. Gaara membuka matanya dan melihat Naruto memberinya seringai. Wajah Gaara segera merona, pasti Naruto akan mengejeknya.

DUAAARRRR!

Gaara memekik lagi namun terkejut saat kehangatan memeluknya. Ia membuka matanya dan melihat Naruto sudah menariknya ke dalam pelukannya.

"Na-Naruto, lepaskan!" pekik Gaara kesal bercampur malu, ternyata si pirang itu masih saja cari-cari kesempatan.

"Sudah, kalau takut petir nggak usah jaim," kata Naruto, tidak mau melepaskan Gaara yang meronta dalam pelukannya.

"Aku cuma…"

DUAAARRR!

Gaara memeluk balik Naruto secara reflex dan bersembunyi di dadanya. Naruto sedikit terkejut dan tersenyum, ia mendekap Gaara dengan senang hati dan mulai membelai lembut kepala Gaara. Gaara merasa hangat dan menutup matanya di dalam pelukan Naruto.

Kenapa Naruto terasa begitu hangat… rasanya seperti…

"Aku baru tahu kau takut dengan petir," kata Naruto kemudian tertawa kecil. Wajah Gaara kembali memerah.

"Apaan sih?" keluhnya malu dan kesal. Ia berusaha melepaskan diri dari pelukan Naruto namun si yankee itu tidak mau melepaskannya.

Gaara menghela napas dan menyerah, pasrah di peluk Naruto. Wajahnya masih merah dan ia masih kesal, namun pelukan Naruto tidak seburuk itu.

DUAAARRR!

Gaara dan Naruto melonjak kaget, setelah petir lewat mereka saling berpandangan dan tertawa.

"Kamu juga takut," timpal Gaara, tidak mau kalah.

"Itu kaget tahu," balas Naruto tidak mau kalah.

"Payah," ejek Gaara. Naruto merasa kesal namun tidak bisa melampiaskan kemarahannya karena Gaara terlihat sangat… yah, sesuatu banget.

"Aku kan bukan manusia super yang bisa mengalahkan petir tahu," kilah Naruto, mengalihkan pandangannya dari Gaara.

'Mengalahkan petir… ?' pikir Gaara dalam hati.

"Jadi ingat, dulu aku pikir petir itu semacam monster besar yang bersembunyi di balik hujan, jadi aku berjanji untuk menjadi kuat agar bisa mengalahkannya, ahaha…," oceh Naruto yang nervous.

Mata Gaara membelalak.

Naruto bingung karena Gaara tidak merespon dan menoleh menatap Gaara yang memandangnya dalam diam.

"Gaara?"

Mungkinkah…

Wajah Gaara memerah, sementara Naruto kebingungan.

"Kau… berjanji hal seperti itu pada siapa?" tanya Gaara pelan, setelah suaranya kembali.

Naruto terdiam sebentar, sedikit terkejut. "Uh… kepada seorang anak saat aku kecil, uhm… sebelum aku pindah ke luar kota," jawab Naruto.

"Kamu tahu dia siapa?" tanya Gaara lagi. Naruto segera menggeleng.

"Tidak, aku tidak tahu, aku lupa bertanya siapa namanya, wajahnya juga tidak kelihatan karena gelap," jawab Naruto lagi, merasa kecewa dengan kebodohannya di masa lalu.

Senyum kemudian terpulas di wajah Naruto, benar juga ya… tempat ia berada sekarang kan tempat ia bertemu dengan cinta pertamanya itu…

"Lalu, kau berjanji dengan menikah dengannya?" tanya Gaara lagi.

"Ya, waktu itu aku polos sekali… eh, kok kau tahu?" tanya Naruto, baru sadar. Ia memandang Gaara yang memandang balik padanya dengan tatapan sama bingungnya.

Ketika semuanya akhirnya tersambung, wajah mereka berdua segera merona. Gaara hanya mampu memandang Naruto dengan wajah merah padam sementara Naruto kebingungan dengan wajah merah, tak tahu harus berkata apa.

Gaara menjadi tegang saat Naruto menggenggam kedua bahunya dan menatapnya lekat-lekat.

Dan kemudian…

"AHAHAHAHAHAHAHA!"

Gaara terkejut melihat Naruto yang tertawa terpingkal-pingkal di depannya. Kenapa lagi si bodoh ini?

"Kenapa kau tertawa?" tanya Gaara mulai kesal karena Naruto terus tertawa.

"Tunggu, ahaha… habis… ahaha… lucu," kata Naruto, berusaha menahan tawanya.

"Apanya yang lucu?" tanya Gaara kesal. Naruto berhenti tertawa dan tersenyum lebar.

"Ternyata kau cinta pertamaku, pantas aku langsung jatuh hati padamu saat aku pindah kembali kemari," kata Naruto. Gaara terdiam mendengarnya.

"Malah aku yang harusnya kecewa, ternyata yang aku tunggu itu kamu," kata Gaara kesal, Naruto hanya tertawa nervous.

Namun tawa Naruto berhenti saat ia merasakan Gaara bersandar ke dadanya.

"Bodoh…," gumam Gaara. Naruto terdiam dan memeluk Gaara.

"Maaf ya, aku tidak menepati janjiku," gumam Naruto.

"Kenapa kau pergi saat itu?" tanya Gaara, menarik gakuran Naruto, menyembunyikan wajahnya di dada Naruto.

"Ha-habis waktu aku bangun, kau demam, aku panik langsung pergi mencari bantuan tapi saat aku kembali kau tak ada, aku…," Naruto berhenti bicara saat tiba-tiba Gaara mengecup bibirnya, membuat matanya terbelalak.

"Aku sudah menunggumu selama ini, dasar bodoh," kata Gaara dengan wajah kesal, namun matanya sedikit berkaca-kaca.

Naruto tersenyum mendengarnya. "Maafkan aku," katanya lembut.

Perlahan, Naruto mengecupkan bibirnya kembali ke bibir Gaara namun lebih lama. Mereka berdua menutup mata dan menikmati kehangatan di antara mereka.

Begitu mereka berdua berpisah, Naruto tertawa kecil kembali dan Gaara merasa sedikit kesal namun hanya diam saja.

"Aku akan menepati janjiku," kata Naruto, menarik Gaara ke dalam pelukannya kembali.

"Eh?"

"Aku akan menikahimu, aku janji," kata Naruto, memberikan Gaara sebuah senyuman hangat yang kontan membuat wajah Gaara segera memerah.

"Ta-tapi, itukan…," mulut Gaara segera dikunci dengan bibir Naruto sebelum ia bisa menyelesaikan perkataannya.

Naruto mendekap tubuh Gaara lebih erat dan Gaara mengalungkan kedua lengannya ke leher Naruto. Gaara bergetar saat Naruto menyapu bibirnya, meminta ijin untuk masuk. Dengan malu-malu, Gaara membuka mulutnya dan lidah Naruto masuk dengan senang hati. Meski kaku dan ragu, Naruto menjelajahi mulut Gaara yang terasa manis. Gaara mengerang dan mendekap Naruto lebih erat.

Ciuman Naruto serasa memabukkan…

Begitu mereka berdua tidak bisa mentolerir lagi akan kekurangan oksigen, mereka segera menyudahi ciuman mereka. Wajah Gaara sangat merah, ia segera bersembunyi di pundak Naruto sementara Naruto hanya tersenyum dan membelai kepalanya.

"Calon pengantinku…," gumam Naruto sambil mencium rambut Gaara dengan lembut.

Gaara memerah mendengarnya, namun ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Ia mendekap Naruto dan Naruto mendekapnya balik.

Gaara tidak peduli apa kata orang bila semua tahu bahwa sang Kaichou-sama kini berkencan dengan si Yankee-kun. Karena ini bukan hanya sekedar janji, tapi Naruto adalah cinta pertamanya…

Dan cinta terakhirnya…

"Tapi aku tidak suka punya pacar yang hobi berantem."

"EEEHHH…. Ta-tapi…"

"Tidak ada tapi-tapian."

"Ukh…. Gaara…."

END


Akhirnya selesai! Selesai! Iyay~ *lempar topi

Sudah lama gak bikin fanfic yang langsung tamat sepanjang ini…

Ah, jadinya sweet banget nih, maaf kalau akhirnya agak garing…

Lucu ya, kok aku jadi seneng sih sama cerita ini? *aneh

Silahkan reviewnya!