A/N: Chapter terakhir dari Sweet Baby Berry! Semoga kalian suka~ X"3 Ah, halaman FFN sekarang baru lagi yaa. Tapi, halaman reviewnya jadi ngebingungin sihh. Yg anonymous ga keliatan namanya yg mana n seringnya ada tulisan "Guest" aja =A=" Butuh waktu ngebiasain diri lagi...

Terima kasih untuk kalian yang sudah bersedia mereview pada chapter sebelumnya ^^

Kazugami Saichi Hakuraichi: Halo, nak. Ke mana aja dirimu? Lama tak bersua :"3

kouyuki: Saya update cepat nih kali ini XD Gimana? Mau ngasih hadiah apaaa? *nungguin* *plak*

aretabelva: Yohoooo, salam kenal, aretabelva :D Yg penting sesekali kamu nyempetin diri lah untuk review, saya juga udah seneng X"3 Grimm n Ichi ga mungkin kalo ga langgeng~ Mereka kan tiap hari saling meraep X"3 *digetsuga+cero*

surreaLife: *peluk balik* XD Semoga yaa... Amiin... T^T Syok banget pas pertama kali kena penghapusan tuh. Ga nyangka fandom Indo juga sampe diliat padahal belum tentu adminnya ngerti bahasanya =))" Kapan2 saya bikin lagi MPreg kok~ Kalo ada ide =))" Ahaa, iyaa, nanti yg "Ichigo" bakalan dipublish lagi, tapi nanti karena mau ada beberapa hal yg diperbaiki :3

felicia: Sensei? Kamu panggil saya senseeei? ;A; *terharu* *plak* Ehehehe, ini saya update cepat. Gimana? Hadiahnya manaa? X"3 *digaplok*

GhostEviLand: Salam kenal juga n makasih~ XDD Next story saya akan berusaha lebih baik lagi~

GeeNa: Saya tebak... kamu pasti lagi pake bb :"| *soktau* *plak* Eh, masaa? Jahat banget ._. Padahal kalo emang ga suka kan ga usah baca... Hauu... ._. Ngga~ Saya usahakan untuk ga pindah kok :"D Soalnya saya sendiri juga udah betah di sini. Lagian saya juga kenal kalian kan di sini X3

Tia Hanasaki: Hmm... Ngomong apa yaa? Kasih tau ga yaaa? XD *bletakk* Sekarang saya update kilat nih, mana hadiahnya? :"D *nodong* *plak*

Aoi LawLight: Di sini juga lemot kok T^T" Tenang ajaa...~ Kenapa anaknya tiba2 jadi berwujud kucing? D8 Kan ga ada nekomimi di sini... Wkwkwk. Asumsi yg adanya Ulqui itu sama Yammy ya? =))" Ga kook~ Ntaran juga bakalan tau Ulqui sama siapa. Udah ga ngagetin lagi sih sebenernya ;)a

Guest/reitan namikaze: Iyaa... Untung banget ga jadii. Kalo sampe jadi... beuh, nangis darah yg ada =A= *lebay* *plakplakplak* Nama anak Ichigo yaa... Liat aja di sini deh ;)

Guest/grimmichi: Siaaappp. Ini sudah dilanjut~ Enjooooy XDD

Anonymous: Daripada jadi papa, saya sih maunya Grimm jadi suami :"| *bletakk* Ehehehe... Makasih. Semoga kamu juga suka chapter ini yaa. Saya ga terlalu berbakat bikin ending TTATT"

Terima kasih juga untuk yang sudah login dulu sebelum mereview: Mayumi Fujika / everyonepiece / jigoku no hime / nanao yumi / chiisana yume / seakey07 / sheila-ela / Zanpaku Nightfall Akenomyosei / Yukina Itou Sephiienna Kitami / SimbaRella / Vipris / aryangevin / CCloveRuki / Animea Lover Ya-ha / Park Minnie / widi orihara / DeVIL MaGNAe RIn / Minami Riru / Hoshi Yukinua / katskrom / astia aoi / key-kouru / Ggiovhrala Gomen kalau ada yg terlewat... Lagi agak gangguan jaringannya T_T


Sweet Baby Berry

Chapter 16


"Bisa kita bicara sebentar, Ichigo?"

Shit.

Ia benar-benar lupa mengenai Rukia.

Rukia sebenarnya memiliki tubuh yang kecil, tapi entah mengapa saat itu keberadaannya nampak besar. Mengintimidasi. Mungkin karena Ichigo sendiri merasa ia memiliki salah kepada sang gadis, makanya ia jadi serba salah. Ia gelisah. Bergeser-geser sedikit mencari posisi agar ia bisa lebih tenang dan rileks, tapi sama sekali tidak membantu. Apalagi ketika Rukia berjalan semakin mendekat. Kerutan kedua alis yang ada di wajah Rukia membuat Ichigo menelan ludah. Kedua tangannya menggenggam erat selimut yang masih menutupi sebagian tubuhnya...

DUAKK.

Strike.

Pukulan telak di kepala membuat Ichigo membelalakkan kedua bola matanya. Tertelengkup, ia memegangi kepala yang kini terdapat benjolan besar dan terasa senat-senut. "What the fuck, Rukia!" Ichigo menoleh dengan tepian matanya yang berair akibat menahan rasa sakit. Tapi, rupanya Rukia tidak berhenti di situ dan berlanjut menjewer satu telinga sang remaja bersurai oranye dengan cukup keras. Membuat yang bersangkutan meringis dan menjerit-jerit meminta dilepaskan, "Itte-te-te-te-tee...!"

"Ini sebagai bayaran sudah membohongiku, baka." Melepaskan jewerannya, Rukia memberikan keplakan terakhir di kepala Ichigo. Gadis Shinigami itu mendengus, melipat kedua lengannya di dada, "Kau pasti tidak tahu apa yang kurasakan ketika pertama kali tahu kalau kau dibawa pergi oleh Arrancar, apalagi ketika pada kenyataannya, kau pergi dengan senang hati," puas melihat Ichigo yang tersentak kecil mendengar penekanan katanya, Rukia melanjutkan, "... Dan kemudian dikatakan kau memiliki anak dari Grimmjow. Arrancar. Hollow..." ia mendesis. Tidak tahan dengan emosi dan perasaan tersakiti yang membuncah di dadanya.

Sudah banyak yang ia berikan ketika merasa Ichigo memiliki perasaan kepadanya... untuk kemudian ia menyadari kalau dirinya hanya kegeeran semata. Amarah, karena Ichigo sama sekali tidak mengatakan apa pun sebelumnya. Rasa malu, karena ia tidak bisa menyadarinya sendiri walau pun sudah beberapa kali menangkap sesuatu yang berbeda dari sang pemuda.

"Rukia, aku—"

Rukia mengangkat tangannya. Memberikan tanda pada Ichigo untuk menghentikan kata-katanya, dan dituruti dengan segera oleh yang bersangkutan. "Tidak. Jangan katakan apa pun. Aku tidak yakin..." suaranya gemetar dan semakin terdengar berbisik, hingga kemudian ia menghala nafas panjang, "Aku membutuhkan waktu untuk ini semua, Ichigo."

—Dan Rukia pun pergi.

Melewati Grimmjow yang baru kembali dan menatap dengan tatapan curiga.

Meninggalkan Ichigo yang merasa sebagai orang paling rendah sedunia.

The damage has been done, after all.


-1 tahun kemudian, Las Noches-

"—nggh... Mmn, G-Grimm..."

Grimmjow menggeram ketika area di sekitar kejantanannya mengetat. Bisa ia rasakan dengan jelas Ichigo yang semakin mendekati puncaknya. Dengan sengaja, ia berikan hantaman keras, dan sesaat seringai lebar tercetak di wajahnya ketika Ichigo menjerit keras, memanggil namanya. Ia pun mendesis, menyusul sang Beta segera. Mengosongkan seluruh benihnya di dalam Ichigo yang sudah tergeletak, gemetar merasakan cairan panas memasuki dirinya.

Hanya deru nafas tersengal-sengal yang terdengar di dalam ruangan kala itu. Baik Grimmjow maupun Ichigo sama-sama berusaha mengembalikan rasa di tubuh masing-masing setelah aktifitas yang lama sekali tidak mereka lakukan ini. Karena setiap mereka ingin melakukannya, selalu ada saja gangguan.

Sebagian besar dari ketiga anak mereka yang masih kecil dan butuh perhatian lebih.

Suara cakaran di pintu membuat Grimmjow mengerang, dan walau pun kening Ichigo berkerut, pemuda bersurai oranye itu tertawa kecil. "Ayo, Grimm, kita tidak bisa meninggalkan mereka lebih lama lagi." Ia berikan dorongan pelan kepada sang Alpha yang berada di atasnya, membuat Grimmjow mau tidak mau bangkit dari posisinya, dan sambil menggerutu, memakai pakaiannya kembali. Ichigo pun melakukan hal yang sama. Dan setelah memberikan kecupan di bibir Grimmjow, ia berjalan ke arah pintu, membukanya dan tersenyum lebar ketika melihat siapa yang ada di sana, "Maaf, maaf... Kami membuat kalian menunggu, ne, Kat-chan? Yuki-chan?" Tangannya terjulur, menangkap kedua tangan mungil Katsuya yang menjulur ke arahnya, meminta digendong.

Sebagai yang paling bungsu, Katsuya, yang dari perawakannya serupa dengan Grimmjow versi mini—minus matanya yang berwarna serupa dengan Ichigo namun lebih terang, merupakan anak yang paling manja. Katsuya kecil selalu tidak rela jauh dari ibunya barang semenit pun. Anak bungsunya inilah yang menjadi alasan terbesar kenapa ia dan Grimmjow tidak bisa berseks dalam selang waktu yang lama. Membuat sang Alpha frustasi.

Berbeda dengan Katsuya, Yukiko yang merupakan satu-satunya anaknya yang perempuan, bertindak sebagai yang paling tua di antara anak-anaknya yang lain, merupakan pribadi yang mandiri. Jika ditilik, rasanya mirip sekali dengan Karin. Diberikan nama Yukiko karena perawakannya yang serupa dengan Shiro. Rambut seputih salju, dengan kulit yang tidak jauh berbeda. Tapi, memiliki mata yang berbeda. Kedua mata Yukiko benar-benar mirip dengan Grimmjow, dan karena struktur warnanya yang dominan putih, kedua iris Yukiko jadi nampak mencolok. Seolah kedua iris biru itu bisa memancarkan sinar. Saat ini, anak sulungnya itu merangkak menjauh, kembali ke tempat di mana mainannya terletak, setelah puas melihat sang ayah dan ibu akhirnya selesai dengan aktifitas prifat mereka.

"Damn that Shiro... Di mana dia sekarang?" Bersungut-sungut, Grimmjow melangkah keluar kamar dan menuju posisi di mana ia bisa merasakan reiatsu Shiro berada bersama seorang lagi anaknya. Ia kesal karena lagi-lagi sang albino mengacuhkan tugasnya untuk menjaga anak-anak. Padahal ia masih butuh waktu lebih lagi bersama Ichigo.

Yeah, satu ronde lagi saja padahal.

Tatsuya, anak tengah dari Grimmjow dan Ichigo yang memiliki penampilan persis seperti sang ibu, namun berkepribadian serupa dengan sang ayah, berjingkrak senang ketika melihat Grimmjow yang muncul dari tikungan, "Aaah! Dah! Dah!" serunya sambil menjulur-julurkan tangannya, meminta diambil dari gendongan Shiro yang pandangannya fokus terhadap pintu di depannya.

Mengambil Tatsuya, Grimmjow membuka mulutnya, bermaksud untuk menghardik Shiro. Namun tidak jadi ketika suara orang mual terdengar dari balik pintu yang ada di depan Shiro. Untuk sesaat mereka semua terdiam. Kedua iris azure sang Arrancar bersurai biru itu menatap dalam diam pintu toilet yang tidak bergeming, sebelum kemudian menatap ke arah sang Hollow—yang baru ia sadari, wajahnya lebih putih daripada biasanya. "Shiro, kau—"

"... Kurasa aku harus menghilang dulu," bisik sang albino sambil berbalik dan berusaha mengambil langkah seribu.

Sayangnya, gerakannya itu masih kalah cepat ketika pintu toilet terbuka, dan tangan yang berwarna serupa dengannya meraih kerah bajunya, mengangkatnya tinggi-tinggi hingga ia tidak bisa merasakan lantai lagi di bawah kakinya. Gelagapan, dengan takut-takut Shiro menatap ke sepasang iris hijau-zambrud yang menatap nanar ke arahnya. Bisa terdengar suaranya yang menelan ludah ketika melihat dengan jelas sosok yang ada di hadapannya adalah Ulquiorra yang siap meledak kapan pun. "De-Dengar, aku tahu kalau aku salah karena ti-ti-tidak bilang-bilang dulu mengenai m-ma-mating p-p-p-p-pill..." Shiro semakin gagap ketika melihat Ulquiorra mengarahkan dua jarinya kepadanya, dan cahaya berwarna hijau terang menyala di sana. Cero. "Ulqui-chaaann...!" Shiro bukanlah seseorang yang biasa merengek, tapi untuk kali ini adalah pengecualian.

"Don't beg for mercy, Trash."

Cahaya hijau terang yang membutakan mata, serta suara seperti ledakan yang terdengar berikutnya, menandakan kalau Ulquiorra benar-benar menembakkan cero. Membuat lubang menganga besar di salah satu sudut Las Noches.

Dan membuat Grimmjow terbelalak, karena lagi-lagi ia harus mengeluarkan gocek yang tidak sedikit untuk perbaikan istananya.

Sedangkan Tatsuya memekik senang, mengira kedua pamannya sedang bermain tembak-tembakkan. Lalu, Ichigo yang berada di ruangan lain, tapi masih bisa dengan jelas mendengar keributan yang ada, memutar kedua bola matanya, menghela nafas panjang.

Sudah biasa.

Ketika debu-debu yang berterbangan menipis, dan sosok Ulquiorra yang tengah merapikan pakaiannya yang berdebu kembali terlihat, sementara Shiro entah berada di mana, Grimmjow tersadar dari kondisi shocknya. Berjalan dengan langkah dihentak-hentakkan menuju sang Arrancar bersurai hitam, "ULQUIORRA! SIALAN KAU! KIRA-KIRA KALAU MAU—" dan kembali menutup mulutnya, menghentikan langkahnya, saat Ulquiorra menatap ke arahnya dengan tatapan dan nafsu membunuh yang tidak main-main.

Jelas-jelas saat ini Ulquiorra sedang sangat badmood.

Dan Grimmjow yang sudah sempat merasakan seperti apa kemarahan seorang Beta, tidak ingin cari gara-gara lebih lagi. Ia menghela nafas panjang, lega, karena nampaknya Ulquiorra tidak berniat menumpahkan kemarahan kepadanya dan lebih memilih berbalik pergi... untuk kemudian melakukan sonido menuju kamar mandi, diikuti suara muntahan.

Grimmjow cuma bisa sweatdropped.

Ichigo yang saat itu baru akan mendudukkan Katsuya di sebelah Yukiko, membatu ketika mendengar suara derap langkah yang semakin mendekat, disertai lolongan panjang, "ICHIGOOOOOOOOOOOOOO, MY HERMA SOOOOOOOOOOOOOOOONNNN~!" Isshin. Tidak salah lagi. Satu-satunya orang yang memanggil 'herma son' merupakan singkatan dari 'hermaphrodite son' kepada anak laki-lakinya yang ternyata juga bisa melahirkan, hanyalah satu orang di dunia ini.

Beruntung, Ichigo yang sudah biasa menerima perlakuan sang ayah, beserta memiliki dua orang adik yang saling menjaga, bisa menyelamatkan keselamatan Katsuya yang masih berada di dalam gendongannya. Isshin dihentikan dengan satu tendangan di perut dari Ichigo, satu tendangan di punggung dari Karin, dan satu tamparan telak di wajah dari Yuzu. Ditambah sesaat sebelum jatuh terjerembab di lantai, Grimmjow yang baru saja kembali, menembakkan cero yang untungnya meleset hingga bukan tubuh sang kepala keluarga Kurosaki yang bolong, namun hanya tembok.

Tapi, sebenarnya tidak akan ada yang peduli juga kalau memang benar tubuh Isshin-lah yang bolong di akhir.

"DAMNIT, GOAT FACE! TIDAKKAH KAU LIHAT AKU SEDANG MENGGENDONG KATSUYA? ! !" Memberikan beberapa injakan terakhir di punggung sang ayah yang kini tidak sadarkan diri, Ichigo mendengus, memberikan anaknya kepada Yuzu yang masih berkali-kali menampar wajah sang ayah sambil berkata, "Ayah jahat! Ayah jahat! Ayah jahat!" Gadis bersurai coklat pucat itu baru berhenti ketika Katsuya sudah benar-benar ada di tangannya. Berdiri, dan setelah memeluk Ichigo dengan sebelah tangannya mengatakan betapa rindunya ia kepada sang kakak, ia pun mendekati Karin yang sudah bermain bersama Yukiko yang cuek dengan keadaan di sekitarnya.

"Ayahmu gila. Aku masih heran kenapa sampai saat ini belum juga ada petugas rumah sakit yang menyeretnya pergi." gerutu Grimmjow sambil berjalan mendekat kepada Ichigo dan mengalungkan lengannya di pundak sang Beta.

Ichigo mendengus, "Jangan tanya, aku juga selalu mempertanyakan hal yang sama."

"Selamat sore~! Kurosaki-kun! Grimmjow-san!"

"Ah, sore, Inoue." Berbeda dengan Ichigo yang menyapa balik kepada Orihime, Grimmjow hanya menggeram saja, namun kepalanya mengangguk, pertanda kalau ia memang balik menyapa juga walau tidak melihat ke arah sang gadis. Lengannya yang melingkar di pundak Ichigo bisa merasakan ketika mendadak tubuh Betanya itu menjadi kaku dan tegang. Bingung kenapa, Grimmjow pun akhirnya menoleh dan dengan segera seluruh warna di wajahnya menghilang melihat apa yang saat itu tengah dibawa oleh Orihime.

Dengan penuh rasa bangga dan semangat yang menggebu, Orihime membuka tutup tempat bekal makanan yang dibawanya. Menunjukkan setumpuk benda berbentuk bulat dan berwarna coklat yang terdapat bintik-bintik hijau, kuning, serta merah di permukaannya. "Tadi pagi, aku berusaha membuat bola-bola daging. Tapi, karena aku bosan dengan bola-bola daging yang begitu-begitu saja, akhirnya aku menambahkan melon, cabai, wasabi, dan kopi di dalamnya. Kujamin rasanya enak. Ayo kalian coba!" Ia pun menyodorkan makanan itu ke depan Ichigo dan Grimmjow yang langsung melangkah mundur jauh-jauh dengan wajah hijau, menahan mual.

Melihat gestur penolakan yang diberikan oleh dua kawannya, wajah Orihime langsung berubah muram. Kedua alisnya berkerut, sementara kedua tangannya memeluk erat bekal di dadanya. Pemandangan yang membuat hati Ichigo terenyuh dan tidak tega. Tapi, sebelum Ichigo sempat mempertaruhkan nyawanya lagi, tepukan ringan dirasakan Orihime di lengannya. Gadis itu pun menoleh, dan dalam sekejap perasaannya membaik melihat siapa yang ada di sana. "Rukia-chan..."

"Ssshh... Tidak apa, Hime-chan," walau gadis Shinigami bertubuh mungil itu tersenyum lembut ke arah Orihime, tatapan matanya begitu tajam menatap ke arah Ichigo dan Grimmjow, "Kau tidak membutuhkan mereka untuk menyicipi makanan buatanmu, masih ada aku." Dengan berjinjit sedikit, Rukia pun memberikan kecupan lembut di pipi Orihime yang langsung bersemu, baru kemudian mengambil bola-bola daging yang ada dan memasukkannya ke dalam mulut. Tidak buang-buang waktu untuk mengunyah, dan langsung telan saja.

Melihat wajah Rukia yang masih tersenyum, Orihime langsung kembali cerah dan kembali bersemangat. Ia pun melangkah riang mendekati Karin dan Yuzu, menawarkan bola-bola dagingnya, tanpa sadar wajah kedua gadis itu menunjukkan ekspresi horor yang tidak tertahankan.

Orihime sama sekali tidak menyadari Rukia yang kini berjongkok di tepi ruangan dengan tangan menutupi mulutnya, sementara wajahnya begitu hijau. Ichigo ikut berjongkok di belakangnya, menepuk-nepuknya, sementara Grimmjow terkekeh-kekeh, membuat Rukia mengacungkan jari tengah ke arah sang Arrancar.

Sambil terus menepuk-nepuk punggung sang gadis Shinigami, Ichigo tersenyum. Mengingat kembali bagaimana terkejutnya ia ketika pertama kali mendengar mengenai hubungan Rukia dan Orihime yang sudah lebih dari sekedar teman. Perlahan, ia jadi mengerti bagaimana perasaan Rukia ketika tahu dirinya ternyata menyukai sesama jenisnya. Karena ia yakin, apa yang dirasakan mereka tidak jauh berbeda. Kecuali untuk Rukia, gadis itu sempat merasakan sakit hati karena saat itu mereka sedang berhubungan walau bukan pacaran. Sedangkan dirinya, hanya langsung merasa senang karena Rukia mendapatkan ganti yang lebih baik. Dan semenjak itu pun, hubungan mereka berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

"ITSYGO~!"

Belum sempat Ichigo, maupun Grimmjow bereaksi panggilan lain yang mendekat, warna hijau yang nampak blur langsung menimpa Ichigo, sementara yang bersangkutan hanya bisa terpekik. "Kyaaa! Aku kangen Itsygooo!" Nelliel yang selama beberapa waktu ini pergi berlibur ke dunia manusia bersama Tesra dan anaknya, Felicitas, membenamkan kepala Ichigo ke dadanya yang besar sebagai limpahan kerinduan yang jelas-jelas membuat sang Beta tercekik, tidak bisa bernafas.

"NELLIEL! LEPASKAN ICHIGO, SIALAN!" Hanya mementingkan keselamatan pasangannya, Grimmjow tidak peduli lawannya itu wanita dan langsung main tarik saja rambut Nelliel. Tapi yang bersangkutan tidak bergeming, malah semakin membenamkan kepala Ichigo dan menggosok-gosokkan kepalanya sendiri di atas kepala sang Shinigami daikou. "TESRA! LAKUKAN SESUATU PADA ISTRIMU!" Geram Grimmjow ke arah Tesra yang juga berusaha melepaskan Ichigo dari dekapan Nelliel.

BAMM!

Debu mendadak bertebaran, diiringi dengan lantai yang terasa bergetar, Yammy melangkah keluar dari kumpulan debu dan serpihan tembok Las Noches dengan kedua tangan menggertak, "Di mana, Shiro?" Suaranya yang berat menggema di dalam ruangan. Arrancar bertubuh raksasa yang belakangan ini berperan sebagai seorang 'ayah' di dalam hubungan antara Shiro dan Ulquiorra itu menggerakkan sepasang matanya, mencari sosok yang dimaksudkan. Namun hanya bertemu pandang dengan Grimmjow yang membelalak, mulut membuka dan menutup berkali-kali, nampak ingin mengatakan sesuatu, sementara sepasang iris azure-nya fokus terhadap lubang besar yang lagi-lagi tercipta di tembok Las Noches.

Ichigo yang akhirnya terlepas dari dekapan Nelliel, mengambil udara banyak-banyak, hanya untuk kemudian tersedak sendiri mendengar apa yang diucapkan Grimmjow dengan suara yang meledak-ledak.

"YOU GIANT DICKHEAD, WHERE DID YOU PLACE YOUR FUCKING BRAIN? ! IN YOUR DICK? ! WAS THAT WHY YOU GOT A MONSTROUS COCK WHEN YOUR HEAD JUST A FUCKING BEAN-SIZED? ! !"

"GRIMM! LANGUAGE! ! !" Ichigo memekik. Tidak tahan mendengar umpatan yang ia yakin juga terdengar oleh ketiga anaknya yang masih kecil dan polos.

"ENGLISH FOR NOW!"

Sementara itu, di luar Las Noches berdiri Harribel, Renji, Byakuya, Chad, Ishida, dan Urahara yang termanggu, berpikir apakah sebaiknya mereka masuk saja tanpa perlu terlalu memperhatikan sekeliling, atau kembali dulu ke dunia manusia, menunggu keadaan tenang sebelum mereka bisa berkunjung.


END


*bersiap pakai armor Grimmjow sambil celingukan nyari posisi Zam-chan*

Oke, sampai bertemu lagi di cerita saya yg lain~ Terima kasih banget buat kalian yang selama ini sudah setia membaca dan meninggalkan kesan dan pesan kalian ;D