Title : Second Chance
Author : Yukishima
Genre : drama, fluff, angst
Rating : M
Chapter : 1
Fandom : Super Junior, GS
Pairing : Kyumin
Disclaimer : Mereka bukan punya gw, tapi cerita milik gw
Warning : GS, mature content, Naughty Kyu, Jablay Sungmin *plaaak
Note Author : Ini remake dari fic lama gw dengan judul yang sama tapi fandom aja yang diubah dengan beberapa perubahan isi crita untuk menyesuaikan karakter. Berhubung tadinya fic straight jadi gw buat aja GS ^^
No bashing & flaming please... Kritik, saran, protes boleh tapi dengan sopan karena ini hanya fic bukan kenyataan...^^ Keep smile and peace ^_^
=o=
"Minnie", panggil seorang pemuda tampan berwajah kekanakan pada gadis manis dan imut disampingnya dengan lembut.
"Hmm..," gadis yang dipanggil Minnie itu menoleh padanya.
"Minggu depan aku akan ke Amerika," ucapnya dengan intonasi rendah hampir tak terdengar malahan.
"Apa?," gadis manis itu mencoba meyakinkan pendengarannya.
"Aku akan kuliah S2 di Harvard University. Minggu depan aku harus pergi ke Amerika sayang," pemuda itu menjelaskan lagi.
"Hae-ah... Kenapa tiba-tiba begini? Kenapa tak memberitahukanku jauh-jauh hari?", gadis bernama Sungmin atau Minnie itu tampak terkejut mendengarnya. Mata bulatnya mengerjap tak percaya.
"Maaf jika baru memberitahumu sekarang karena aku sibuk mengurus proses keberangkatanku kesana," wajah pemuda itu nampak menyesal.
"Haruskah kamu meninggalkanku sendiri? Bukankah kamu bisa mengambil kuliah S2 di Korea? Mengapa harus jauh-jauh ke Amerika?," rona wajah gadis berpipi chubby itu nampak kecewa.
"Harvard adalah impianku sejak dulu. Kau tahu sendiri kalau fakultas hukum disana adalah yang terbaik bukan?," ia tersenyum tipis.
"Lalu bagaimana pernikahan kita? Baru saja kita menikah selama 2 bulan dan kamu sekarang akan meninggalkanku?," bulir-bulir bening mulai mengaliri kedua pipi chubby nan mulus gadis manis itu.
"Hanya 2 tahun. Maukah kamu menantikanku?," pemuda itu memandang penuh harap.
"Impianmu ya?," suara Sungmin bergetar menahan tangis. "Kau benar-benar egois Lee Donghae. Selalu memutuskan sesuatu begitu saja tanpa memberitahuku setelah itu kamu memintaku untuk memahamimu. Bahkan aku tidak tahu bahwa itu adalah impianmu. Apa kamu tidak tahu bahwa aku sangat mencintaimu, sehingga aku bertahan disisimu seberapa pun kamu sering mengecewakanku. Aku...ingin mendampingimu disaat bahagia maupun susah. Bukankah itu janji kita saat menikah?," Sungmin menatap Donghae dengan sayu. Butiran airmata semakin deras membasahi pipi gadis cantik itu. "Aku ingin memahamimu. Aku ingin mengerti apa saja yang menjadi impianmu. Tapi mengapa kamu selalu mengambil jarak antara kita? Aku ini istrimu, tapi kamu sama sekali tidak menganggapku penting. Bahkan aku tak pernah tahu bahwa ini adalah impianmu.
"Minnie-ah...maaf," sekali lagi Donghae meminta maaf dengan lirih.
Sudahlah. Kalau kamu mau pergi, pergi saja. Jangan memintaku menunggumu karena aku lelah dengan semuanya..," Sungmin beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Donghae yang masih duduk di taman menatap punggung istrinya.
Beberapa saat kemudian Donghae berdiri. "Min!," panggilnya sambil menyusul gadis itu namun Sungmin tak menggubrisnya. Pendamping hidupnya itu malahan semakin mempercepat langkahnya.
"Lee Sungmin!," Donghae akhirnya berhasil menyamakan langkah dan memegang tangannya.
"Lepaskan!," gadis itu menepiskan pegangan Donghae namun suaminya itu bersikeras tak mau melepasnya.
"Jangan kekanakan seperti ini! Aku mohon, mengertilah diriku..," Donghae memegang kedua lengan Sungmin dan menatap tajam kearahnya.
"Kekanakan? Siapa yang selama ini bersikap kekanakan? Aku selalu menuruti semua keinginanmu. Hah..sekarang saat aku tidak mau menerima keputusanmu, kamu mengatakan aku kekanakan?," Sungmin tertawa satir. "Terserah padamu. Kamu boleh pergi semaumu dan tak perlu kembali pun aku tidak peduli. Dan ini... Aku tak butuh ini!," Sungmin melepas cincin bermata merah di jari manis kanannya dan melemparkan ke arah Donghae namun terjatuh ke tanah. Ia kemudian berlari meninggalkan Donghae yang masih memanggil-manggilnya.
"Minnie-ah...," Donghae menatap sedih kearah sosok Sungmin yang makin menghilang. Ia kemudian menundukkan badan dan mengambil cincin yang tadi dibuang oleh istrinya.
=0=
"Lee Donghae bodoh!," Sungmin melemparkan frame foto penikahan dirinya dan Donghae ke dinding kamarnya hingga kacanya pecah berkeping-keping.
Selalu saja seperti ini. Begitulah yang terjadi dalam percintaan mereka. Donghae adalah seseorang tak bisa ditebak isi hatinya. Bersikap kekanakan dan semaunya sendiri. Lagi-lagi Donghae mengecewakannya. Namun karena Sungmin mencintainya maka ia mampu bertahan dari mulai pacaran sampai sekarang menikah jika dihitung jalinan asmara mereka berdua telah berjalan selama 5 tahun. Ia selalu mengerti dan memaafkan keegoisan Donghae karena terlalu mencintainya. Sungmin berpura-pura tegar dan bersikap seolah dirinya baik-baik saja meskipun di balik semua itu dirinya selalu menangis dalam kesendiriannya. Tapi kali ini dirinya benar-benar terlalu lelah untuk memahami Donghae.
Sungmin menatap lekat ponselnya yang berdering berkali-kali sedari tadi. Ia tahu kalau itu adalah Donghae suaminya. Diraihnya ponsel itu, lalu ia menekan tombol off untuk mematikannya. Ia ingin sendiri kali ini,tanpa gangguan apapun. Sambil mengusap airmatanya, gadis cantik itu lalu memejamkan mata mencoba melupakan kesedihannya dalam tidurnya.
=0=
Donghae memandang lama pintu apartemennya. Ia ragu untuk masuk ke dalam karena saat ini istrinya pasti masih sangat marah padanya. Berkali-kali dirinya menelepon dan mengirim SMS namun tak ada tanggapan dari Sungmin. Bahkan Sungmin mematikan ponselnya. Donghae ingin memberinya waktu sendirian hingga Sungmin akan memaafkan lagi seperti yang selama ini dilakukannya.
Dengan berat hati, Donghae melangkah meninggalkan apartemennya menuju keluar bangunan tersebut. Ia mengambil sebatang rokok dari balik saku celana kemudian menyalakannya dengan pemantik. Ia bukanlah pecandu rokok walau sesekali mengisapnya untuk iseng saja. Namun kali ini saja ia ingin menghisap batang beracun itu untuk mengeliminisir kepenatannya. Cuaca tengah malam itu begitu dingin menusuk tulang. Donghae lalu merapatkan jaket hitam panjang yang dikenakannya sambil sesekali menghisap rokok di tangannya. Uap tubuh bercampur asap rokok keluar dari lubang hidung dan mulutnya. Malam ini Donghae tak bisa kembali ke rumahnya. Ia kemudian mengambil ponsel lalu menelepon seseorang.
"Yesung hyung...maaf tengah malam mengganggumu. Malam ini, bolehkah aku menginap di rumahmu? Hanya satu malam saja.. Baik. Terimakasih..," Donghae kemudian menutup ponselnya setelah mengakhiri pembicaraan lewat ponsel. Pemuda tampan itu segera menuju mobilnya dan mengendarainya menuju rumah seseorang yang baru saja dihubunginya.
=0=
Siang itu Donghae mengendarai mobil memutari kota. Ia hendak menuju ke apartemennya, tapi masih memikirkan cara bagaimana agar Sungmin mau memaafkannya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Tak lama kemudian mobil itu berhenti di depan sebuah pet shop. Donghae pun lalu masuk ke dalamnya. Pandangannya mengitari ruangan tersebut dan terhenti ketika melihat seekor kucing Persia berbulu putih panjang. Donghae kemudian mendekatinya.
"Kucing yang cantik bukan?," Donghae kemudian menoleh pada sumber suara tersebut. Seorang pemuda bertubuh subur dan berwajah lucu bernama Shindong seperti yang tertulis di name tag-nya.
"Hmm..," pemuda bernama Donghae itu pun mengangguk pelan.
"Kau tertarik padanya?," penjaga toko pet shop itu kemudian membuka kurungannya dan mengeluarkannya dan menyerahkan kucing cantik itu pada Donghae.
"aku akan mengambilnya...," kata Donghae kemudian sambil membelai bulu-bulu kucing yang lembut dan panjang itu.
"Pilihan yang bagus..," penjaga toko bernama Shindong tersebut lalu mengambil kucing itu dari tangan Donghae dan memasukkan lagi ke dalam kurungan.
"Apa kau bisa mempercantiknya lagi?," tanya Donghae padanya.
"Tentu saja.. Kami juga menyediakan aksesoris binatang..," kata penjaga toko itu sambil tersenyum.
=0=
Sungmin bergegas menuju ruang tamu ketika bel apartemennya berbunyi. Saat mengintip ke lubang pintu ia tak melihat siapapun. Karena penasaran iapun membuka pintu. Tiada siapapun yang berdiri disana.
Meaow...
Suara seekor kucing membuatnya melihat kebawah. Ia melihat seekor kucing Persia berbulu putih polos mengenakan baju dan topi berenda berwarna pink yang membuat kucing tersebut semakin terlihat menggemaskan.
"Cantik sekali...," Sungmin berjongkok dan mengambil kucing itu dan memeluknya. "Halo...siapa namamu?," gadis itu mengajaknya berbicara dan tentu saja kucing itu hanya bisa menjawab dengan mengeong saja.
"kamu menyukainya? Aku belum memberinya nama. Mungkin kau punya nama yang bagus untuknya," Donghae tiba-tiba muncul di hadapannya sambil tersenyum.
Sungmin hanya diam sambil menatap kesal kearah Aoi. Bibir seksinya mengerucut sehingga pipi bulatnya jadi menggembung sementara mata bulatnya menatap tajam pada sang suami. Ia bermaksud menutup pintu tapi Donghae langsung menghalanginya. Akhirnya gadis itu membiarkan sang suami masuk mengikutinya sambil tetap memeluk kucing itu.
"Biarkan dia bermain dulu sayang.."
Donghae mengambil kucing itu dari gendongan Sungmin lalu meletakkannya ke lantai. Ia kemudian menarik pinggang ramping sang istri, merapatkan tubuh mereka dan menempelkan bibir tipisnya pada bibir plum milik Sungmin yang selalu memabukkan. Sementara itu Sungmin yang masih merasa kesal berusaha memberontak dan melepaskan pelukan suaminya.
Plaakk..
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Donghae, membuatnya sedikit terkejut. Ia lalu mengelus pipinya yang terasa panas. Sedetik kemudian Donghae menarik lagi tubuh istrinya dan menciumnya dengan kasar. Lagi-lagi Sungmin memberontak namun Donghae tak memberinya kesempatan malahan mempererat pelukannya dan menciumnya semakin liar bahkan menggigit dan melumat bibirnya hingga Sungmin membuka mulutnya karena merasa kesakitan. Kesempatan itu digunakan Donghae untuk memasukkan lidahnya dan menjelajahi ke dalam mulut Sungmin lebih dalam lagi. Menggigit bibirnya kemudian menghisap lidahnya, seakan tak ingin menyisakan lagi. Ia ingin mengecapi semua rasa yang dimiliki istrinya yang selalu terasa lembut dan manis.
Gadis itu tak dapat menolak lagi. Setiap kali selalu begitu. Donghae selalu berhasil memaksakan keinginannya dan mendominasi pikiran dan tubuhnya. Merasa tak mendapat penolakan dari istrinya lagi, Donghae kemudian menggendongnya dan membawa ke kamar. Meletakkan tubuh indah sang istri dengan hati-hati keatas ranjang.
Sepasang mata Donghae menatap kagum pada pemandangan indah di depannya. Sekali lagi Donghae bersyukur karena mempunyai istri seorang Lee Sungmin. Berwajah cantik sekaligus manis. Pipi bulatnya yang menggemaskan dari wajah imut istrinya itu serta sepasang bola mata bulat yang semakin menambahkan kesan manisnya.
"Yeobo...," panggil Sungmin dengan nada manja. "apa kamu akan menatapku terus seperti itu?"
"Hmm..kau sangat menggemaskan sayang," Donghae mendaratkan ciuman lembut ke seluruh wajah mulus tanpa cela istrinya dari dahi, kelopak mata, hidung, kedua pipi chubby-nya, dan terakhir pada bibir merah merekah Sungmin. Memagut dan melumatnya cukup lama.
Perlahan Donghae melepaskan tanktop pink yang dikenakan sang istri. Oh...betapa beruntungnya Lee Donghae karena hanya dirinyalah yang menikmati tubuh indah Sungmin. Dua bulatan kenyal yang masih tertutupi bra berwarna soft pink itu terlihat separuh menyembul dari tempatnya. Tak sabar ingin menikmati dua gundukan indah dibalik bra itu, Donghae segera melepas pengaitnya. "Min, tubuhmu indah sekali," gumam Donghae sambil mendekatkan bibirnya lalu mulai menjelajahi leher dan dada Sungmin dengan sapuan lidahnya sesekali menggigitnya hingga meninggalkan bekas-bekas berwarna merah keunguan. Ia bermain-main pada setiap bagian tubuh istrinya hingga Sungmin melengkungkan tubuhnya ke belakang menahan hasrat yang tak tertahankan dan mengeluarkan desahan-desaan tanpa henti ketika sentuhan Donghae merayap semakin ke bawah, melepas penutup bagian bawah tubuhnya kemudian menyentuh bagian pribadinya.
"Hae..," desahannya semakin keras memanggil nama sang suami ketika Donghae mengecupi dan bermain-main dengan lidahnya pada miliknya itu. Ia menarik rambut Donghae dengan kencang seakan tak membiarkan Donghae menghentikan sapuannya.
Setelah puas bermain-main dan memberikan sentuhan pada tubuh Sungmin, Donghae kemudian meraih wajah Sungmin mendekatkan bibirnya dan mencium bibir plum istrinya lagi. Melumatnya hingga tak tersisa lalu merebahkan tubuh Sungmin ke ranjang. Donghae kemudian melebarkan kaki Sungmin dan meletakkan sebelah kakinya keatas bahunya. Tanpa melewatkan waktu, Donghae kemudian memasuki tubuhnya. Membuatnya mencengkeram bahu Donghae hingga meninggalkan bekas kuku disana ketika merasakan sensasi kenikmatan yang semakin memuncak saat milik sang suami bergerak di dalam tubuhnya.
Gadis itu sedikit kecewa ketika Donghae menghentikan gerakannya. Tapi kemudian mengerti ketika Donghae mengangkat pinggangnya dan meletakkan tubuh mungil namun berisi itu di pangkuannya. Ia kemudian bergerak mengikuti irama Sungmin sambil memeluk lehernya, sementara Donghae menjelajahi leher dan dadanya, memberikan sapuan dan gigitan di beberapa tempat. Keduanya pun saling memanggil nama satu sama lain ketika telah mencapai puncak bersamaan.
Donghae kemudian membaringkan tubuh Sungmin ke ranjang lagi lalu membenamkan kepalanya ke dada gadis itu.
"Maafkan aku..," kata Donghae dengan nafas yang masih terengah. Sementara Sungmin hanya diam sambil membelai kepalanya.
"Bukankah aku selalu melakukannya," ucap Sungmin dengan lembut.
"Terimakasih. Kamu memang yang terbaik," Donghae membalas senyuman manis Sungmin dengan sebuah kecupan lembut di keningnya. "Selamat malam."
"Jangan...tetaplah seperti ini..," kata Sungmin ketika Donghae hendak melepaskan miliknya dari dalam tubuhnya. "Selamat malam, Hae-ah...," Sungmin pun memejamkan mata sambil mempererat pelukannya pada Donghae. Memeluknya seakan tak ingin melepaskan lagi hingga fajar menjelang.
TBC
kemarin fic ini dihapus jadi kupublish lagi. gomawo yg udah review. maaf, tak bisa kusebutin satu2 karena yg kemaren udah kehapus...^^