Disclaimer : Fanfict ini milik saya, sementara Vocaloid bukan milik saya ._.

Warning : Karena si author masih newbie, mungkin alurnya gajelas, ceritanya gak nyambung, OOT, typo, dsb. Jadi, saya siap menerima flame ^^

Rated : Teen

Genre : Humor, Life


Miku : Halo minna-san! Selamat datang di fanfict si author abal satu ini ^^

Meiko : Iya, selamat *hik* datang *hik* minna *hik*…

Author : … *facepalm* *beresin botol sake*

Luka : … Si author lama amat ya nulisnya… Soalnya kerjaannya g-

Author : *bekep Luka pake tuna* Psst, jangan buka aib. Atau ente-ane- wassalam! DX (?)

Luka : …. *inner: Emang apa hubungan ane sama lu thor, thor ==" (?)*

Author : ?8&%$# !? *ngomong tanpa jeda dan berapi-api (?)*

Gumiya : *lewat sambil siul-siul*

Author : *tendang Gumiya* Baiklah, mohon bantuannya, para senpai ^^ " *bows*

Gumiya : Selamat membaca, minna! *kemudian tendang-tendangan sama author (?)*


"Nee-chan. Bangun. Sudah pagi."

Kurasakan seseorang mengguncang-guncangkan tubuhku. Kubuka mataku yang masih berat untuk terbuka. Ah, ternyata Gumiya.

"Hah … Akhirnya bangun juga … Ayo cepat mandi, aku sudah buatkan sarapan. Nee-chan lembur lagi semalam ya?" kata Gumiya sambil melihat setumpuk kertas di meja belajarku.

"Ya … Tenggat waktunya 1 minggu lagi sih …" jawabku sambil menguap.

"Hhh, aku tau kau sedang debut, tapi jangan sampai susah dibangunin juga …"

Aku melempar bantal kecil berbentuk hati warna pink ke arah Gumiya.

"Ya sudah, aku mandi ya." tawaku sambil melesat ke luar kamar.

"Nee-chan!" Gumiya berteriak kepadaku. Aku hanya menjulurkan lidah, lalu masuk ke kamar mandi setelah mengambil handuk warna pink-ku.


Yap, perkenalkan, namaku adalah Megurine Luka. Aku siswa kelas II-B di SMP Ishiyama. Aku mempunyai seorang adik bernama Gumiya. Kami tinggal berdua di rumah ini karena orang tua kami bekerja di luar negeri dan mereka jarang pulang. Gumiya duduk di kelas I-B di sekolah yang sama denganku. Dia merupakan kapten basket di sekolah kami. Sementara aku, adalah seorang komikus yang sedang dalam masa debut. Aku dan dia sama-sama terkenal di sekolah kami. Hng, segitu dulu ya tentangku. Yang lain? Gugurekasu ne~ XP (Author: … *lempar tuna*)


Setelah menyisir rambut pink panjangku dan menambahkan sebuah jepit ungu, aku bergegas keluar kamar mandi menuju ruang makan. Di sana sudah ada Gumiya yang sedang melahap roti bakarnya.

"Hari ini aku membuat roti bakar dan earl gray tea. Aku juga sudah menyiapkan onigiri dan bakpao untuk bekal kita." kata Gumiya setelah dia menelan roti bakarnya. Kemudian dia meneguk tehnya.

Aku mengambil sebuah roti bakar, lalu mengolesinya dengan selai raspberry. Kemudian menggigitnya perlahan. 'Oishi! Masakan Gumiya selalu enak ya…' kataku dalam hati. Aku segera menghabiskan sarapanku. Setelah membereskan meja makan dan mencuci piring bekas sarapan, kami berdua berangkat bersama ke sekolah.


Aku segera menaruh tasku di bangkuku. Kemudian mengeluarkan beberapa buku pelajaran. Tempat duduk di sebelahku kosong. Yap. Anak laki-laki di sini kurang 1 orang. Jika bertambah 1 lagi, maka genaplah menjadi 40 siswa.

"Ohayou, Luka-chan! Kau datang agak telat ya."

Aku menoleh. Seorang gadis berambut pendek berwarna coklat dan seorang gadis dengan rambut twintail panjangnya yang berwarna hijau. Mereka berdua adalah Meiko dan Miku, sahabat sekaligus teman sekelasku.

"Ohayou, Miku-chan, Meiko-chan. Sudah mengerjakan PR Bahasa?" sapaku.

"Wah, tentu saja sudah. Kau tau lah seperti apa Kiyo-sensei jika kita tidak mengerjakan PR darinya. Aku mengerjakannya setelah kencan dengan Mikuo kemarin." jawab Miku.

"Kemarin Kaito main ke rumahku, jadi sekalian mengerjakan PR juga, ehehe." lanjut Meiko.

"Souka …" aku menjawab sambil tersenyum. Ya. Kedua temanku ini sudah punya couple. Hanya aku … yang belum punya. Bukan berarti aku nggak laku sih … Beberapa hari yang lalu saja aku baru menolak seseorang. Hanya saja … Aku belum menemukan seseorang yang cocok untukku. Di antara semua orang yang menyatakan cinta padaku, belum pernah ada yang menarik hatiku. Itu saja.

Tiba-tiba, bel berbunyi. Meiko dan Miku segera duduk di bangkunya. Kiyo-sensei memasuki ruangan, dan pelajaran pun dimulai.


Malam telah tiba. Setelah mengerjakan PR, aku melanjutkan komikku. Entah kenapa, tiba-tiba ideku mampet.

"Uh … Ideku mampet segala …" dengusku kesal. Aku kemudian berdiri dan berjalan menunju balkon yang menyambung dengan kamarku. Rumahku tingkat 2. Kamarku dan Gumiya bersebelahan, dan terletak di lantai 2.

Aku menikmati angin malam yang menyibak rambut pink panjangku dengan lembut. 'Segarnya …' gumamku sambil merentangkan kedua tanganku lebar-lebar.

Aku mengamati lingkungan sekitar rumahku. Sepi, seperti biasa. Tunggu. Ada aktivitas di rumah yang berjarak 2 rumah dariku. Rumah yang lumayan mewah itu sudah lama kosong dan disewakan. Aku melihat beberapa orang yang mengangkat kardus masuk ke dalam rumah itu. 'Ada yang pindah ke kompleks sini?' gumamku.

Aku mengamati mereka. Tiba-tiba, aku melihat seorang anak laki-laki berambut ungu (yang kelihatannya sebaya denganku) sedang mengangkat sebuah kardus. Aku mengamati wajahnya. 'Ah … Dia lumayan juga …' batinku. 'Eh?! Mikir apa kau Luka? Ayo cepat lanjutkan komikmu!' kataku lagi dalam hati. Aku pun meninggalkan balkon dan masuk ke kamar.

"Nee-chan! Kita kekurangan beberapa bahan makanan nih! Mau belanja nggak? Soalnya aku lagi buat makan malam." teriak Gumiya dari dapur.

"Iya! Biar aku aja yang belanja!" sahutku pada Gumiya. Aku berdiri dan merentangkan kedua tanganku. Kemudian aku mengambil dompet dan memakai jaketku, dan segera saja pergi ke supermarket yang lumayan dekat dari rumahku.


"Pasta, sudah … Merica, sudah … Sudah semua … Ah! Iya! Saus tomat!" pikirku. Aku segera menuju ke rak bagian saus tomat.

"Uh … Tinggi sekali …" aku berjinjit sambil berusaha mengambil botol saus yang tak terjangkau olehku. Saat berhasil kuambil, tiba-tiba aku terpeleset. Aku hanya bisa pasrah dan menutup mataku …

BRUK!

Aku terjatuh. Tapi… Kenapa tidak terasa sakit? Rasanya aku menindihi sesuatu…

"Daijobu, nona?"

Ah! Ternyata anak laki-laki berambut ungu yang kulihat tadi menolongku! Dia membantuku berdiri.

"D-Daijobu. A-Arigato."

"Douita ne." Dia tersenyum ramah. Entah kenapa, mukaku terasa panas, jantungku berdegup kencang …

"Ah, eh, uhm, p-permisi dulu ya, mau bayar belanjaanku. J-Jaa!" kataku sambil berlari ke kasir. Dia melambaikan tangannya dan tersenyum. Setelah selesai membayar belanjaanku, aku segera berlari ke rumah dengan muka merah.

.

.

'K-Kuso … Ada apa denganku … Ah! Kami belum berkenalan pula! Bodohnya aku, uh…' makiku pada diriku sendiri. Entah kenapa, dari tadi jantungku berdetak kencang sekali. 'Ada apa dengan diriku?' pikirku lagi.


Aku memakan sup krim jagung dengan perlahan-lahan. Gumiya memperhatikanku yang tidak seperti biasanya. Dia meneguk lemon tea-nya dan berkata,

"Ne, nee-chan, kau kenapa? Apa sup krimku nggak enak?"

"Eh? E-Enak kok …"

"Nee-chan kenapa sih? Dari kemarin kau diam terus, bahkan makan malam kemarin nggak kau habiskan, padahal biasanya nambah segala. Jangan-jangan… Kau mengalami sesuatu ya di supermarket?" selidik Gumiya.

Uhuk! Mendadak aku tersedak. Gumiya kaget dan langsung menyodorkan segelas air. Aku langsung meminumnya hingga habis. Gumiya bernafas lega.

"Hhh, aku tak apa-apa kok. Sungguh …" jawabku.

Gumiya hanya menganggukkan kepalanya.


Aku memasuki kelas dengan langkah pelan. Sampai di kelas, aku disapa oleh Miku, Meiko, dan Miki. Kami berbincang-bincang, dan pembicaraan kami berempat terhenti ketika bel masuk berbunyi.

"Ohayou, anak-anak!" sapa Kiyoteru-sensei.

"Ohayou, sensei …" jawab murid kelasku, termasuk aku.

"Anak-anak, ada murid baru!" kata Kiyo-sensei lagi.

Seorang anak laki-laki berambut ungu masuk ke dalam kelasku.

'A-Anak itu!' seruku dalam hati.

Anak-anak kelas II-B langsung riuh. Ya, penampilan anak baru itu terlihat bahwa dia bukan anak biasa. Tubuhnya yang tinggi … Wajahnya pun, tampan …

"Nama saya Kamui Gakupo, saya pindah di sini karena ada urusan keluarga, yoroshiku, minna-san!" senyum Gakupo ramah.

"Nah, Gakupo-kun, kau bisa duduk di samping Luka-san." kata Kiyo-sensei menunjukku. Aku kaget. Semua mata di kelas II-B memandangku, dengan pandangan yang bermacam-macam. Ada pandangan iri, pandangan 'menyetujui', dan sebagainya …

"Ne, nama lengkapmu siapa?" tanya Gakupo

"N-Nama lengkapku Megurine Luka. Yoroshiku, Gakupo-san."

"H-Hai! Eh, bolehkah aku meminjam buku paketmu? Soalnya aku kan murid baru…"

"Oh, ya, silahkan." Aku menaruh buku paketku di tengah-tengah bangku.

Duh … Kenapa, jantungku … berdetak kencang lagi?


Aku sudah selesai mandi dan memakai seragam. Aku langsung menuju ke dapur. Aku bangun agak pagi hari ini. Saat langkahku mendekati dapur, tercium bau manis yang enak …

"Hee? Pancake?" tanyaku pada Gumiya.

"Yup. Aku buat pancake. Nee-chan mau bantu?"

"Aku buat bekal saja, gimana?"

Gumiya menganggukkan kepala tanda setuju. Dia membalikkan pancake yang sedang dia masak. Aku membuka kulkas.

'Hng, ada roti, tuna, tomat, selada … Aha! Sandwich tuna!' pikirku.

Aku segera mengambil bahan-bahannya, lalu memakai celemek warna ungu kotak-kotak. Aku memotong tuna dan rotinya. Aku mencuci bersih selada dan tomatnya, lalu memotongnya. Kemudian, kuolesi rotinya dengan saus tomat, kutumpuk bahan-bahan yang sudah kupotong, kutaburi keju … Yap! Jadilah sandwich~ (*Author lewat sambil ngiler*)

Aku segera mengambil 2 buah kotak bekal, dan memasukkan sandwich itu ke kotak bekal.

"Sarapan sudah jadi!" Gumiya menyodorkan sepiring pancake kepadaku.

Aku menerimanya, dan menuangkan madu pada pancake-ku. Sementara Gumiya, dia menuangkan sirup maple pada pancake-nya.

Kami segera menghabiskan sarapan kami, dan berangkat ke sekolah.


Saat istirahat, aku mengeluarkan kotak bekalku. Saat mau kubuka, kulihat Gakupo sedang mengubek-ubek isi tasnya …

"Doushita, Gakupo-san? Mencari apa?"

Gakupo menoleh. Dia meringis dan berkata,

"A-Ano, b-bekalku … Ketinggalan …"

"Hee? Kau ternyata lebih ceroboh dariku ya … Aku bawa sandwich, banyak kok, mau sepotong?" tawarku.

Dia tampak senang. Tapi sepertinya dia agak tidak enak kepadaku.

"Benarkah? Apa aku tidak merepotkanmu? Nanti kau lapar …"

Aku menghela nafas dan tersenyum,

"Hmm, daijobu, ne?"

Aku menyodorkan sepotong sandwich padanya. Dia menerimanya dan mulai menggitnya.

"Oishi! Enak sekali Luka-san! Kau bikin sendiri?"

"I-Iya, orang tuaku tinggal di luar negeri. A-"

Belum sempat aku berterima kasih, teman sekelasku, Kaito, memanggil Gakupo.

"Woy Gakupo! Ada seseorang yang mencarimu tuh, dari kelas I-B!"

"Ah, jangan-jangan dia! Eh, sebentar ya, Luka-san."

Gakupo keluar kelas. Aku melihat anak dari kelas I-B itu memberikan bekal Gakupo. Anak itu berambut hijau sebahu, dan, dia, manis …

'Siapa dia ya? Apa hubungan dia dengan Gakupo? Dia manis lagi… Eh? Lho? Apa yang kupikirkan?' gumamku. Aku segera menghabiskan bekalku.


Hari ini genap seminggu Gakupo bersekolah di sini. Karena dia tampan dan pintar… Dia menjadi terkenal di sekolah ini. Banyak sekali anak-anak perempuan di sekolahku yang nge-fans padanya.

( Author: Wait. Terong- pedo- gitu? Femes? OAO") (Gakupo: Thor, ane tau kok, tau … *mundung bawa terong*) (Author: Kidding bung, kidding … ==)

'Hhh… Sebetulnya Gakupo-san itu siapa sih…' gumamku.

Tiba-tiba pundakku ditepuk seseorang. Ternyata Miki.

"Luka, gomenasai, aku harus pulang cepat hari ini, harus menjemput Yuki dari sekolahnya, sekalian berbelanja … Kau piket sendirian tak apa-apa?"

"Eh? Ke mana yang lain?"

"Piko ada urusan, jadi dia pulang cepat. Sementara Neru, dia absen hari ini."

"Hhh, baiklah, gapapa, aku bisa kok piket sendirian. Hati-hati di jalan ya, Miki. Salam buat Yuki." senyumku. Aku melambaikan tangan pada Miki. Setelah Miki sudah pulang, aku mulai menyapu kelas, sendirian.

.

.

"Uh … Kuso … Sialnya aku hari ini …" kataku sambil mengepel lantai.

Saat mengepel lantai, pel-pelan yang kupegang tidak sengaja menyenggol ember berisi air. Ember itu tumpah. Aku tidak sadar, tiba-tiba saja aku terpeleset dan hanya bisa memejamkan mataku …

Ah, tidak! Seseorang menolongku! Aku menoleh. Ternyata … Gakupo … menolongku …

"Huft … Kau memang ceroboh ya, Luka-san! Untung kau nggak jatuh."

Aku melihatnya sekilas. Seragamnya basah karena menolongku. Duh …

"Gomenasai, hontou gomenasai, G-Gakupo-san, s-seragammu jadi basah karena aku …"

Dia tersenyum, "Daijobu desu ne, yang penting kau baik-baik saja kan?"

Aku mengangguk. Entah kenapa … Mukaku memerah …

"Kubantu ya?"

Aku mengangguk. Lalu kami mengepel kelas berdua. Setelah 10 menit, akhirnya selesai juga …

"Luka-san, mau kuantar pulang?"

"E-Eh?" aku kaget. Jantungku berdegup kencang.

"Iya, kan rumah kita dekat. Kalau kau nggak mau juga nggak apa-apa kok."

Dia tersenyum. Mukaku makin merah.

"Eh, t-tidak a-apa-apa kok. A-Ayo." kataku sambil membawa tasku.

Gakupo tampak senang. Kami berjalan pulang berdua. Dia banyak bercerita tentang kegiatannya di sini. Ternyata, dia mendaftar eskul kendo. Dia mengatakan, dia suka dengan pelajaran yang ada hubungannya dengan pedang. Aku hanya tersenyum mendengar ceritanya. Tapi di dalam hatiku, jantungku berdegup lebih cepat, beda dari biasanya.

Oh Tuhan … Akankah ini terus berlanjut? Apa … nama perasaan yang kurasakan saat ini?

*Author lewat dan muter lagu Melt-nya Hatsune Miku* *digiles Luka pake tuna*


Luka : Yak! Akhirnya fict chapter pertama si author baka ini selesai… Tapi kenapa ane blushing mulu? Salah apa diriku … ==

Author : Suka-suka dong! Daripada kau nggak jadi tokoh utama? Dasar tsundere -_-

Luka : Apa? Ayo, ulangi perkataanmu!

Gakupo : S-Sabar Luka …

Author : … Dasar tuna tsundere …

*Author dan Luka cakar-cakaran, jambak-jambakan, dsb (?)* *Gakupo yang nggak salah apa-apa jadi sasaran*

Gumiya : … Minna, tolong review-nya ya! Arigato gozaimashu~ *hilang*