OLEANDER
CHAPTER 10
An abstract word, love.
Tak lebih adalah nama lain untuk racun.
Yang mengiming-imingi tentang kebahagiaan, membuatmu bodoh sesaat, lalu mengincar kematianmu perlahan.
Sampai kau menyadari nama lain berikutnya untuk cinta adalah oleander yang tidak nyata.
…
"Omoooo banyak sekali sayurannya Kyu! Sejak kapan kau bisa memakan ini semua huh?"
Sungmin menampakkan tampang polosnya yang penuh semangat ketika Kyuhyun mulai menghambur-hamburkan kantung belanja yang di bawanya di atas meja makan. Wajahnya lelah dan kusut, sementara tanggapan keterlaluan polos Sungmin hanya membuatnya semakin ingin memakan apa saja, terutama jika ia di ingatkan lagi pada…
Aishh..
Kyuhyun menggeleng. Ia sudah setengah mati berusaha melupakan bentakan ahjumma sangar tadi. Omelan tepatnya, ketika Kyuhyun mulai merasa kelelahan dan memilih duduk di belakang stand daripada melayani pembeli, justru memaki dan memberi tatap membunuh pada setiap yang menawar. Memangnya siapa yang tidak marah melihat karyawan sepemalas itu? Di tambah serentetan panjang saat melempar-lempar tidak ikhlas sayur-sayuran miliknya sebagai upah Kyuhyun, kalau saja anak itu tidak tampan, sudah di pastikan ia sudah memukulinya dengan panci. Ah, wanita itu memang makhluk yang terlampau berisik ya?!
"Tentu saja! Ahjumma itu sangat baik sekali padaku!" sahutnya dengan senyum di paksakan.
"Apa besok kau akan pergi sekolah lagi? Maksudku… apa akan sampai malam begini lagi?"
Kali ini Sungmin tampak sedikit lebih serius meski ia tidak menatap langsung Kyuhyun, sibuk memindahkan seluruh sayuran ke dalam kulkas.
"Aku rasa besok giliran toko ikan menjijikkan…" keluh kyuhyun pelan.
"N-ne?!"
"ANNIYA! Maksudku IYA! Aku tentu saja harus sekolah! Kau tidak tahu ya aku ini murid teladan?!"
"Itu meragukan. Tapi… ck! Kenapa hari ini kau sangat berisik sih?!"
Pria itu tertawa geli, membuat Kyuhyun tidak dapat berbuat apa-apa selain salah tingkah. Yah, jika saja yang di hadapannya ini eunhyuk, teman sekelasnya yang terlalu bodoh, atau siapapun orang lainnya, ia pasti sudah membenturkan kepala orang itu ke meja. Tapi ini Sungmin! Pria manis yang apapun yang ia lakukan akan selalu terlihat menggemaskan, yang dalam keadaan bagaimana pun tak pernah gagal membuatnya semacam… berubah idiot? Entah apa namanya, tapi pria itu selalu membuatnya tidak mampu berpikir dengan benar, tidak mampu bernafas dengan baik, dan tidak memikirkan apa-apa selain bagaimana caranya membuat alasan agar dapat menatap wajah itu lama-lama, untuk rasa bosan yang sampai kapan pun tak akan pernah muncul. Rasanya selalu sama, kadar kebodohan yang tak pernah berkurang semenjak ia pertama menemukan manik foxy itu. Ia jatuh dan selalu jatuh untuk seorang pria bernama Lee Sungmin. PRIA! Ingat itu Kyuhyun bodoh!
Pria cantik yang mewakili setiap rasa manis di dunia. Oh, seseorang tolong hentikan Kyuhyun dari pikiran liarnya tentang pria kelinci ini atau otak mesumnya akan bekerja semakin baik.
Dan Sungmin benar soal satu hal, bocah ini mulai berisik, kentara sekali salah tingkah dengan sesuatu yang bahkan Sungmin tak mengerti apa dan kenapa. Wajahnya memerah, sedikit. Ia sedang berusaha mati-matian menyembunyikannya, tentu saja.
"Kyu…"
Melepaskan lobak di tangannya, Sungmin menatap Kyuhyun dari seberang meja dengan tatap yang sulit di artikan, sedikit bersemburat merah yang semakin lama semakin terlihat. Sementara kyuhyun tidak (lagi) begitu memerhatikan, menyibukkan diri dengan kaleng soda di permukaan bibirnya.
"Bisakah kau pulang lebih cepat? Aku… kesepian."
"MWO?!"
Oh, ia hampir menelan kaleng itu.
"Kau… merindukanku?"
Tersenyum miring. Ya, menyeringai lebih akurat. Terutama ketika dilihatnya wajah Sungmin memrah hebat, membuatnya kembali lebih percaya diri mengerjai bocah itu. Otak jahilnya sedikit muncul kembali ke permukaan sepertinya.
PLUK! Lobak dan bayam mendarat di kepala Kyuhyun, menyangkut pada rambut cokelat sedikit ikalnya.
"A-aku bilang aku kesepian! Kau tuli, ya?!"
"Arasseo… berkata jujur saja sulit."
Sambil mengusap rambut keren _menurutnya yang ternoda benda hijau yang seumur hidup tidak akan pernah dia sukai itu, Kyuhyun berjalan ke kamarnya, sesaat kemudian kembali dengan membawa kertas manila lebar berwarna hijau dan sebuah spidol.
"Untuk apa itu Kyu? Kau bukan bermaksud mengajar playgroup atau sejenisnya, kan?"
Kyuhyun diam saja, mengambil gunting lalu secara cekatan memotong-motong kertas itu menjadi segiempat-segiempat kecil, seukuran panjang ibu jari. Lalu secara lihai tangannya tergerak mencoret setiap lembar dengan spidol, menulis sesuatu mungkin, Sungmin hanya menatap bingung tanpa sempat bertanya macam-macam lagi.
Kyuhyun tampak sangat serius di matanya, membuatnya kembali harus mengagumi pahatan wajah pria itu, seharusnya ia iri… sebagai pria ia harus iri setengah mati, tapi… ia justru menyukai untuk sekedar melihatnya, memerhatikannya, memilikinya jika boleh. Sudah tidak peduli dengan status gender atau apasaja itu, ia menyukai orang ini, begini saja tidak bisa?!
Setelah sesekali terlihat berfikir, wajah serius itu pelan-pelan luntur tepat ketika Kyuhyun tersenyum sambil berteriak "selesai!" untuk kegiatan tidak jelasnnya, kemudian mengulung-gulung setiap kertas tadi, memberi sebuah pita merah muda pada salah satunya.
Mengambil sebuah toples kaca, ia memasukkan semua gulungan itu setelah menghitungnya, semuanya ada dua puluh satu.
"Itu apa Kyu?" tanya Sungmin akhirnya, tangannya sebenarnya tidak sabaran ingin menggapai sebuah gulungan yang di ikat warna pink, tapi tentunya tangan Kyuhyun lebih cepat menghalangi.
"Teman-teman untukmu. Disetiap gulungan terdapat sebuah soal Matematika yang harus kau selesaikan, hyung. Satu saja setiap hari. Jika kau berhasil menjawab dengan benar, kau boleh meminta hadiah apa saja, tapi jika salah, bersiap-siaplah menerima hukuman dariku. Dan satu lagi, gulungan berpita merah muda itu tidak boleh kau buka sebelum semua soal terbuka. Bagaimana?"
"T-tapi aku lemah dalam Matematika, Kyu!"
"Kalau begitu siapkan dirimu untuk hukumannya. Semoga beruntung!"
Namja itu menyeringai kelewat lebar sembari mengambil langkah ke kamarnya, meninggalkan Sungmin yang masih merasa dibodohi. Rasanya apapun yang terjadi siang tadi, walau ia di paksa memikul beban puluhan kilo, ketika pulang dan melihat Sungmin, semuanya terangkat seketika, ketika ia bisa mengerjai namja itu, seluruh kebahagiaan di dunia di keruk untuk menggantikan setiap rasa lelah tadi. Untuk pertama kali dalam hidupnya Kyuhyun merasa… pulang. Yah, sesuatu yang menjadi tujuanmu untuk beristirahat, tempat yang kau yakini paling nyaman di antara setiap sudut bumi, hal yang kau akan selalu berbalik dan kembali padanya, bahkan hal yang dimana pun kau berada, kau selalu berpikir tentangnya dan mulai menghitung waktu kapan kira-kira bisa menemuinya, lagi. Alasannya untuk pulang, Lee Sungmin.
Dan…
"Jangan harap kau menang! Aku sudah memikirkan bagaimana hukumanmu! Haha."
Pria itu tersenyum sinting, tidak lebih waras dari sebelumnya.
Kedua orang pria berjas elegan itu masih mengobrol di sebuah ruang kerja pribadi yang luas. Seorang pria dengan jas putih dan pakaian berwarna senada tampak santai di balik kacamata tipisnya, bersender di kursi seberang meja seraya menyeruput black coffee yang masih mengepul. Pria lainnya melepas jas abu-abunya, tapi wajahnya sedikit pun tidak berubah, masih menampakkan keseriusan yang sama. Beberapa kali ia menumpukan siku di atas meja hanya untuk memijat pelipisnya yang seperti akan meledak.
Knock.. knock…
Ketukan di pintu mencairkan mereka sejenak dari suasana lengang namun sarat ketegangan tadi, seorang pria muda dengan jas formal berwarna cokelat memasuki ruangan. Ekspresi wajahnya jelas tidak lebih rileks dari kedua orang yang ada di ruangan itu.
"Tuan Lee…" sapanya teramat sopan seraya membungkuk dalam-dalam, seolah ia tak ingin bangkit dan menatap ekspresi murka yang dia tebak akan segera memenuhi ruangan.
"Bagaimana? Apa kalian sudah berhasil menemukan anakku?" tanyanya langsung, menatap tajam pria muda yang sekaarang gemetaran itu.
"M-maafkan saya, Tuan… kami sudah berusaha mencarinya di seluruh Seoul, tapi…"
"Haissh! Apa kerja kalian ha?! Mencari satu orang saja kenapa tidak bisa?!"
Dia benar, tuan Lee pasti marah besar sekarang. Ia mungkin harus bersiap mencari pekerjaan baru sekarang. Mendesah kuat mengigat bagaimana Lee Sungmin selama ini adalah orang yang selalu membela dan melindunginya, tapi sekarang ia terancam didepak dari pekerjaan karena bocah itu pula.
"Tenanglah SungJin. Bukankah kau bilang anakmu kemarin barusaja memberitahumu bahwa dia baik-baik saja dan tidak perlu mencarinya?"
Pria dengan sulaman nama Cho YeongHwan di jas putihnya itu bangkit berdiri untuk menengahi. Di tepuk-tepuknya punggung sahabatnya itu sampai akhirnya pria itu menyerah, memilih menghembuskan nafas panjang dan kembali duduk.
"Tapi dia anakku… dan dia tidak sekuat anak laki-laki normal lainnya." Kali ini suara itu bernada putus asa.
Ia memagut jasnya seperti ingin menghancurkan benda mahal itu. Ia tidak peduli. Memangnya ayah mana yang sanggup memikirkan yang lain sementara anaknya sedang tidak jelas keberadaannya?
"Bagaimana menurutmu. Mati cepat tapi dengan bahagia, atau tersiksa dalam waktu yang lama? Mana yang lebih baik?"
"Apa maksudmu?"
Lee Sungjin mendelik pada sahabatnya, pria itu tampak tidak begitu ambil pusing, ia lalu menyeruput dan menghabiskan sekaligus gelas kopinya sebelum menjawab. Tersenyum singkat dengan mimik sulit di simpulkan.
"Kau lebih tahu apa yang terbaik untuknya."
Sungmin POV
Demi Tuhan aku akan membunuhnya!
Ya, aku harus membunuh anak itu sebelum usiaku habis oleh keriput dan kebotakan, atau lebih parah sebelum otakku benar-benar meledak.
Sepertinya aku harus menulis catatan ini besar-besar agar aku tidak lupa menyambutnya dengan sebilah pedang saat ia pulang nanti. Dan aku melakukannya, menulis dendamku dengan spidol merah, menebalinya beberapa kali, ck, ini benar-benar horror kau tahu?!
Aku menelungkupkan wajahku lagi ke atas meja, ke atas kertas lusuh yang mau ku pelototi berapa lama pun tetap tidak akan berubah, kecuali jika aku memakannya dan itu benar-benar hampir kulakukan. Aku frustasi! Sudah jelas kan?! Ini sudah hampir malam, Kyuhyun sebentar lagi akan pulang dan jika melihat aku masih seperti ini ia pasti akan tertawa keras-keras bahkan berguling-guling di atas atap karena kelewat bahagia. Lalu… lalu… aku bergidik. Hukuman apa memang yang ia rancang untukku? Senyumannya waktu itu benar-benar mengerikan!
Kembali menekuni kertas hijau itu, berharap sebuah mukjizat mendatangiku. Dan…. Taraaaaa!
Aku melempar diriku ke lantai. Ini masih sama. Masih kosong karena aku sama sekali tidak dapat memikirkan sedikit saja jawabannya. Apa-apaan dia?! Dia pasti sengaja membuat soal semengerikan ini.
Lim
Hyaaaaaaaaaa dia pasti bermaksud membunuhku pelan-pelan! Omelku gusar.
Baiklah! Aku menyerah!
Aku melirik pada jam dinding, tidak sampai setengah jam lagi Kyuhyun akan pulang, dia mengatakan begitu tadi pagi. Dan aku serta merta tidak mampu menahan diriku untuk tidak tersenyum. Aneh huh? Aku juga merasa begitu. Seharusnya aku marah kan? Tapi… rasanya tidak ada hal lain yang kuinginkan di dunia selain melihatnya pulang sambil tersenyum. Meski kentara sekali wajahnya lelah, tapi ia tetap berusaha tersenyum dan memamerkan apa yang ia bawa.
Membuatku mengerti kenapa umma adalah orang pertama yang selalu menyambut ayahku ketika ia pulang dan orang yang paling gelisah saat menungguinya. Melihatnya di pintu, melihat sosok lelahnya… membuatmu ingin mmenghambur ke pelukannya dan sekedar menawari secangkir teh atau sedikit pijatan. Hanya agar ia tersenyum.
Ah…
Aku meraba dada kiriku, sedikit sesak. Tapi tetap, terimakasih Tuhan. Aku bahagia….
Kyuhyun POV
Seluruh badanku terasa lengket dan bau. Yah, hari ini aku bekerja di toko daging, ck! Sungguh tidak elit.
Tapi masa bodoh. Ketika melihat arlojiku yang menandakan waktunya pulang, maka yang ada di pikiranku hanya…
Bagaimana cara aku aku tersenyum tidak terlalu lebar saat melihatnya nanti? Melihatnya lagi untuk pertama kali setelah seharian yang menyiksa, yang membuatku merasa nyaris sesak nafas karena tidak menemukannya di sekitarku.
Bagaimana cara agar tidak terlalu bodoh ketika berada dalam radius cukup dekat disisinya? Haruskah aku berhenti memasukkan udara kehidung dan paru-paruku? Karena aroma namja itu benar-benar membuatku hilang akal. Bukan tentang lilac atau vanilla, ia tidak menggunakan parfum apa-apa, tapi menguarkan aroma manis tersendiri.
Hanya bagaimana cara agar aku bisa menatapnya lama-lama dan ia tidak menyadari itu?
Aku… jatuh untuknya. Tapi tentu saja tidak bersedia menjatuhkan harga diriku yang teramat berharga. Setidaknya di hadapan bocah bodoh itu.
.
Tidak begitu menyadari ketika aku justru berlari kegirangan dari pasar menuju rumah, namun berdiri tidak sabar di antara semak di belakang pintu. Oh, ini masih jam 6:44 sementara aku mengatakan akan pulang pukul tujuh atau lewat. Aku harus menunggu sekitar lima belas menit. Dan itu neraka!
Sedikit tersenyum… ah, tidak, tersenyum demikian lebar dan gila ketika melihatnya berdiri di depan teras dengan mata mencari-cari gelisah. Menungguku, eh?
Astaga! Aku bisa saja melompat sekarang. Aku hampir meledak! Tinggal sedikit lagi aku pasti akan meledak karena bahagia.
Dua orang itu saling memberikan deathglare terbaik masing-masing. Tentu saja Sungmin kalah telak, tapi tentu ia tidak mau menyerah, sebuah spatula panjang telah mengabdikan diri di tangan kanannya untuk memperlancar aksi protes Sungmin.
"Apa maksudmu memberiku soal seperti itu hah?! Ingin aku mati sakit kepala?!"
"Jangan salahkan otakku yang terlalu jenius! Aku mana bias memikirkan soal yang lebih mudah dari itu?!" jawab Kyuhyun enteng, menyeringai lebar.
"Aissh!"
Dan spatula itu benar-benar menjalankan misi mendarat-di-kepala-kyuhyun-yang-sangat-jenius dengan sukses.
"Baiklah. Terserah. Jadi apa hukumannya?!" dengus Sungmin, bertahan dengan deathglarenya, mungkin saja itu sedikit membantu agar Kyuhyun tidak member hukuman yang aneh-aneh?
Entahlah, sepertinya pikirannya akan salah.
Namja itu menyeringai kian… iblis.
TBC
PENGUMUMAN
AKU… eung… tidak melanjutkan the dawn di FFn lagi, tp diWP…
Dan sedang berpikir untuk melakukan yang sama pada oleander. Mungkin hanya akan publish oneshot2
Oleander udah chap 11 , dan… kurasa ini postingan terakhir.
Harap tidak protes, dan jika masih mau baca, just visit .com