Ini adalah sebuah kisah, tentang perjalanan. Seorang anak menjajaki kehidupan. Dia lahir ke dunia dalam—tunggu, ini kenapa malah nyasar ke lagunya Bondan Prakoso, sih.

Ini adalah tahun 2016. Dimana Indonesia sudah menjalankan sistem redonominisasi. Dimana langit sudah ditutupi awan tebal. Dimana matahari sudah sangat jarang dilihat.

Dimana... Internet bujug buset mahalnya.

"KR, masuk. Bagaimana keadaan disana, KR? Ganti."

Seorang pemuda pendek dibalut pakaian hitam ala agen rahasia duduk bersandar di bagian belakang sebuah bangunan. Di tangannya terdapat sebuah walkie talkie berwarna kuning bertuliskan Homyped. Dapat diketahui langsung, kalau walkie talkie tersebut adalah hadiah dari pembelian sepatu ukuran anak-anak.

"Plis, dah, Toushiro. Jangan panggil gue KR. Lu kira gue Kamen Rider?" ujar suara perempuan yang muncul dari dalam walkie talkie yang pemuda rambut putih itu pegang.

Toushiro mengernyitkan dahi. "Elu nggak elit banget, sih. 'Kan elo sendiri yang bilang bakal ngebantu gue nyolong wifi di Dunkin Donuts! Biar keren dikitlah. Serasa agen rahasia."

"Ah. Wateper. Nyuruh seorang gadis buat nyalain router wifi di ruangan yang gelap, sedangkan elo sendiri nunggu di luar. Elo baek banget, dah. Sumpah."

"Gekh—"

"Nggak bisa ngomong apa-apa, lagi, 'kan? Gue ngerti."


Hak Cipta: BLEACH © Tite Kubo.

Peringatan: Alternative universe, out of character. Penggunaan bahasa tidak baku pada dialog. Setting: Karakura, Indonesia. Tahun 2016. Otakuanime!Toushiro, Tomboy!Rukia, Otaku-gamer!Ishida, Gamer-introvert!Ulquiorra.

Para Pencuri Wifi —
— Episode #00v1: Prolog: Dimulainya Cerita —


"Putih kepada hitam. Bagaimana keadaan disana sekarang, ganti," ujar Toushiro kepada walkie talkienya. Toushiro dapat mendengar suara desahan dari sisi lain dari walkie talkie.

"Hitam kepada putih, perangkat telah berhasil dinyalakan. Ganti... Puas lo?" ujar suara perempuan dari seberang dengan nada kasar.

Mengabaikan pertanyaan dari rekannya, Toushiro itu langsung membuka laptop notebook empatbelas inchnya, setelah dibuka, ia langsung membuka browser favoritnya, Mozilla Waterfox. Tanpa melakukan refresh, ia langsung membuka sebuah halaman yang telah di bookmarknya, lalu mengclick beberapa link dengan open link in new tab.

Ketika halaman berhasil dibuka, tertera disana; judul dari page-page tersebut,

Download Devil Survivor 2 The Animation Episode 1 Subtitle Indonesia.
Download
Devil Survivor 2 The Animation Episode 2 Subtitle Indonesia.
Dowload
Hentai Ouji to Warawanai Neko Episode 1 Subtitle Indonesia.

Setelah mengclick masing-masing tulisan download file di masing-masing page dengan kecepatan jari yang menimbulkan suara ketukan keras pada touchpad, Toushiro langsung membuka interface dari download managernya. Ia berbicara lagi di walkie talkienya.

"Putih kepada Hitam, kecepatan download 150 Kb/s. 15 Minutes remaining sebelum file pertama selesai. Kerja bagus, Rukia. Sesuai janji, kalo kita udah masuk SMA gue bakal ngetraktir elo batagor pada hari pertama."

"I-ini bukan kayak gue ngelakuinnya demi elo atau apa, ya! Gue cuma mau batagor gratis!"

Toushiro terdiam untuk sesaat di depan walkie talkienya. "Oh, liat. Ada tsundere di dunia nyata."

"Lupain yang tadi! Tunggu bentar. Gue segera ke tempat elo," bersamaan dengan terdengarnya suara kresek dari walkie-talkie tersebut, sesosok gadis berpakaian kaos hitam dan skinny jeans hitam melompat turun dari jendela di samping Toushiro.

Toushiro langsung kaget dan memegangi jantungnya. "A-apaan, sih?! Gue kira elo setan atau satpam! Elo terlalu cepat muncul!"

Rukia cuma menyengir.

"Oi, Toushiro," panggil Rukia. Toushiro hanya menjawab 'hah?' tanpa menolehkan wajahnya. Rukia lalu berkata sekali lagi, "Besok... Kita udah jadi anak SMA, 'kan, ya?"

Toushiro hanya mengangguk dalam diam. Setelah diam beberapa saat, Toushiro lalu berkata, "Kalo elo khawatir tentang perpeloncoan yang bakal dilakuin kakak kelas, tenang aja. Gue udah cek di situs resmi pemerintahan kemarin. Mereka udah ngeluarin undang-undang yang melarang MOS yang dapat menyiksa. Atau setidaknya, kita nggak akan disuruh pake kalung jengkol atau semacamnya, lah."

Rukia cuma berdehem. Tanda bahwa dia paham. Rukia sadar, kalau laki-laki di sebelahnya ini punya otak yang terbilang jenius, meskipun kerjaannya tiap hari cuma mendownload dan menonton anime saja.

"Toushiro, daridulu gue pengen tanya pertanyaan ini," ujar Rukia pelan. "Kenapa elo suka sama anime?"

Toushiro mengangkat kepalanya. Melihat ke atas, ke langit. Tidak ada satupun bintang disana. Setelah memikirikan jawaban yang tepat, Toushiro langsung balik bertanya.

"Kalau gitu, gue tanya. Kenapa elo suka sama gue?"

"Gue nggak tahu—Eh, tunggu dulu! Siapa yang bilang gue suka sama elo?!"

"Begitu juga alasan gue suka sama anime. Gue nggak tahu kenapa gue bisa suka. Tapi gue tetep suka. Ada beberapa hal di dunia ini yang nggak bisa dijelaskan oleh kata-kata, Rukia."

"Wih. Quote yang bagus. Copas darimana?"

"Twitter MTLovenHoney."

"Itu twitter siapa? Twitter alay yang lagi kasmaran sama ceweknya?" tanya Rukia polos. Toushiro menjawab dengan tatapan aneh.

"Elu berani banget, sih. Itu twitternya Om Mario Teguh, tauk," jawab Toushiro sambil mengernyitkan dahi.

Dan malam itu, Rukia terus mengajak ngobrol Toushiro yang sedang mendownload anime dengan semangat. Padahal Toushiro sendiri sebenarnya tidak suka diganggu ketika sedang berurusan dengan animenya.

Tapi, kalau yang mengganggunya itu adalah satu-satunya sahabat baiknya sejak SMP... Toushiro sama sekali tidak keberatan.


Hitsugaya Toushiro dan Kuchiki Rukia adalah contoh persahabatan beda kelamin yang akrab. Seperti Shah Rukh Khan dan rekannya di film Kuch Kuch Hota He. Bukan hanya karena tidak ada salah satu dari mereka yang berniat 'nembak', tapi juga karena faktor rumah mereka yang bersebelahan.

Tiap malam, mereka biasanya mengobrol berdua dari jendela-ke-jendela. Jika anda berpikir itu romantis, tarik kembali pikiran anda. Karena biasanya obrolan mereka tidak jauh-jauh dari ini;

"RUKIA! BALIKIN KOMIK GUE!"

"Udah gue balikin, nyet! Cari aja di lemari elo!"

"NGGAK ADA, NYET! GANTI! KALO HILANG POKOKNYA GANTI!—Eh, ternyata ada di bawah bantal gue, toh."

Plang!

"Rukia! Gue tahu elo marah! TAPI JANGAN LEMPARI GUE PAKE PANCI!"

Atau hal-hal semacam itu.

Tapi sayangnya, orangtua mereka berdua sama sekali tidak akrab. Orangtua Toushiro dan Rukia sama-sama sudah bercerai, dan mereka sama-sama tinggal dengan ayah mereka masing-masing. Ayah mereka juga sama-sama membuka counter pulsa. Bahkan di hari yang sama.

Awalnya mereka saling membenci karena dianggap 'dia merebut keuntungan yang seharusnya punya Bokap gue'. Tapi, mereka menjadi akrab sejak pertemuan takdir mereka di perpustakaan di SMP mereka.


[Senin, 6 Juni 2016. Pukul 07.00 AM — Di Depan Pagar Kediaman Hitsugaya]

[Gue udah ada di depan pager. Cepetan keluar.]

Toushiro menekan tombol kirim di HP layar sentuhnya, mengirim SMS tersebut. Tidak lama kemudian, pintu pagar rumah di sebelah rumah Toushiro—kediaman Kuchiki, terbuka. Menampilkan sosok perempuan berambut pendek berbalut pakaian putih abu-abu ala anak SMA.

"Oi~," panggil Rukia sambil melambaikan tangannya kepada Toushiro yang sedang meniup permen karet berwarna merah muda. "Makan permen karet pagi-pagi itu nggak baik."

Toushiro hanya mendengus, kemudian berjalan ke arah sekolah terlebih dulu dari Rukia.

"Tunggu, woi!" teriak Rukia sambil menyamakan langkah dengan Toushiro. Dia kemudian bertanya lagi, "Tumben-tumbenan elo makan permen karet. Biasanya jarang-jarang."

Toushiro menghela nafas, kemudian menjawab sambil mengunyah permen karet di dalam mulutnya, "Nggak ada alesan. Cuma mau ngebuat kesan 'keren' doang di hari pertama sekolah. Pas pertama kali masuk SMP juga gue gini."

"Ohoho~. Bukannya elo adalah seorang anti-sosial yang dengan bangganya menyatakan 'tidak memerlukan teman'?" sindir Rukia. "lagian, di mata gue, elo malah lebih mirip seorang maniak manis daripada anak keren. Yang ada mungkin cewek bakal jijik sama elo."

Toushiro langsung meludahkan permen karetnya ke sembarang jalan. "ngomong woi, daritadi. Kalo tahu gue nggak perlu ngebuat gigi gue lengket-lengket di pagi hari."


[Pukul 08.30 AM — Ruang Guru SMAN Karakura]

"Permisi... Ibu Matsumoto-nya ada?" tanya Toushiro didampingi Rukia saat memasuki ruangan guru. Seorang guru pria berambut putih dengan tag name Ichimaru Gin . menatap Toushiro dengan sinis melalui mata sipitnya.

"Ada perlu apa dengan Rangik—Ibu Matsumoto?" tanya Ichimaru.

"Saya dari kelas 10-AB. Ibu Matsumoto itu wali kelas saya, karena itu, saya mau konsultasi," jawab Toushiro. Kemudian, dia tersenyum jahil. "Saya punya keperluan khusus dengan Ibu Matsumoto."

'K-keperluan khusus?! Apa maksudnya?!' pikir Ichimaru heboh sendiri. Dia kemudian tetap berpura-pura tenang, kemudian menunjuk ke arah meja paling belakang dari ruangan guru. "Itu, disana."

Toushiro melirik ke arah yang ditunjuk Ichimaru. Toushiro dapat melihat seorang guru perempuan berdada oversize dengan pakaian resmi—mungkin seragam dinasnya sedang dicuci—yang sedang mengipasi dirinya menggunakan kipas bertuliskan Supri 3 Ningsih. Mungkin itu souvenir dari acara pernikahan.

Toushiro dan Rukia lalu berjalan dengan pelan ke arah meja Ibu Matsumoto.

"Ibu Matsumoto!" panggil Rukia dan Toushiro bersamaan. Toushiro lalu langsung mengatakan pokok permasalahannya.

"Kami ingin membuat klub baru."

Rangiku menatap Toushiro dan Rukia dari atas ke bawah. Kemudian tersenyum menyindir dan berkata, "Kalau kalian mau ngebuat klub perkumpulan siswa bertubuh pendek, mending batalkan saja niat kalian itu. Tubuh kalian juga nanti bakal tumbuh sendiri."

"Siapa juga yang mau buat—"

"Ngomong-ngomong, Nona Paku Romi kasihan banget, ya. Harus ngisi suara dua karakter pendek semacam Edward Elric dan... Ehm... Hitsugaya Toushiro sekaligus," potong Rangiku.

"... Tolong jangan ngomongin suara saya sekarang, Bu."

Rangiku lalu hanya tersenyum sambil terus mengipasi dirinya. "Jadi, klub macam apa yang ingin kalian buat?"

Toushiro lalu mengambil kertas yang ada di kantong celana abu-abu panjangnya.


Time Freeze Moment:

"Karena gue harus menemukan alasan yang tepat agar klub ini dibentuk, makanya gue ngebuat contekannya disini," ujar Toushiro sambil menunjukkan kertas kecil di tangannya. "Sekarang, gue nggak gugup lagi, deh!"

Time Freeze: Off.


"Ehm," deham Toushiro sambil melihat ke arah kertas contekannya. "Kami ingin membuat sebuah klub yang kegiatannya adalah melindungi, menyelidiki, meneliti, dan memecahkan masalah dan segala hal yang berhubungan dengan internet. Atas dasar tersebut, maka kami membuat sebuah klub dengan nama..."

Toushiro memberikan jeda sesaat. "World Internet Federation Idealism, alias Federasi Idealisme Internet Dunia. Dengan idealisme yang kami pegang, kami akan melindungi internet dari idealime-idealisme yang menyimpang."

Rukia memberikan jempol dari belakang.

"Dan oleh sebab itu, maka, kami meminta anda untuk menyerahkan selembar surat untuk pembuatan klub baru—EH?! KENAPA MALAH TIDUR?!"

Toushiro berteriak stres saat melihat Rangiku sudah tertidur dengan keadaan kepala menongak ke belakang kursi. Toushiro bergumam, "mana posisi tidurnya ngikut-ngikutin Boa Hancock kalo lagi nyombongin diri lagi..."

Rukia lalu menggoyang-goyangkan tubuh Rangiku. Tidak lama kemudian, Rangiku terbangun. Toushiro yang malas untuk mengulangi penjelasannya lagi langsung bertanya, "Jadi, bisakah anda memberikan kami surat pembuatan klub baru?"

Rangiku menggeleng. "Kalian baru sekolah satu hari. Masih terlalu cepat."

Toushiro merasa jantungnya tertusuk sesuatu. 'Jadi untuk apa pidato gue barusan...'

Rangiku lalu berkata sekali lagi sambil menguap, "Lagipula, untuk membuat sebuah klub, kalian setidaknya harus punya tiga anggota awal, dan satu atau lebih di antaranya harus anak kelas sebelas atau lebih."

Toushiro dan Rukia tersenyum pasrah. "jadi... Klub kami?"

"Cari anggota satu lagi yang kakak kelas. Lalu menghadap lagi ke saya," ujar Rangiku sambil tersenyum lembut dan mengelus kepala Toushiro dan Rukia pelan. Toushiro lalu menunduk sebagai tanda terima kasih.

"Terima kasih banyak, Bu. Kami akan mencari satu anggota lagi," ujar Toushiro dengan nada hormat. "Kalau begitu, kami permisi."

Toushiro dan Rukia lalu melangkah pergi—

"Tunggu."

Langkah Toushiro dan Rukia langsung terhenti saat Rangiku memanggil mereka dari belakang.

Ekspresi wajah Rangiku langsung menjadi seram. "... Sekarang, 'kan... Masih jam pelajaran..."

Toushiro dan Rukia langsung berkeringat dingin.

"MASUK KELAS SANA!" teriak Rangiku sambil berniat menendang bokong kedua murid baru itu.

"MAAAAF!" Toushiro dan Rukia langsung berlari secepat yang mereka bisa.

Setelah melihat Toushiro dan Rukia menjauh, Rangiku menghela nafas sambil mengelus jidatnya. "Ya ampun... Kenapa murid semacam mereka harus ada di kelasku, sih..."

Rangiku lalu mengangkat kepalanya. Matanya tertuju kepada guru matematika bermata sipit yang ada di dekat pintu masuk ruang guru.

Mata mereka bertemu. Mereka saling terdiam dan menatap. Kemudian akhirnya sama-sama membuang muka dengan malu-malu. Kecuali Ichimaru, karena dia malah tersenyum tidak jelas seperti biasa.

Eh, tunggu, nyet. Ini bukan fanfiksi roman Ichimaru X Rangiku, woi.


[Kantin Sekolah]

"Kita akan mendapatkan anggota baru!" teriak Toushiro dengan semangat. "Setidaknya, gue pengen punya temen klub seorang cewek moe berkacamata yang suka anime."

"Elu kebanyakan ngimpi," jawab Rukia sambil menatap Toushiro dengan sinis. Toushiro juga membalas tatapan Rukia dengan sama sinisnya. "Lagian, kenapa, sih, elo pengen buat klub... Apa itu, tadi?"

"World Internet Federation Idealism. Itu sebenarnya plesetan. Coba aja elo singkat."

"W... I... F... I?" setelah sadar, Rukia langsung menatap Toushiro dengan tatapan bosan, membentuk ekspresi sama dengan koma sama dengan (maksudnya ekspresi '=,='). "Jadi, intinya, elo cuma mau dapet ruangan klub buat maen laptop dan numpang wifi dengan tenang, 'kan?"

"Exactly," jawab Toushiro sok bule. "But, the truth is... I want to have an otaku friend!"

"Sebenarnya gue nggak ngerti elo ngomong apaan. Tapi artinya, kira-kira elo mau pengen punya temen otaku, 'kan?"

Toushiro mengangguk dengan semangat. Dia kemudian melebarkan kedua tangannya ke angkasa dan tersenyum tipis.

"Hari ini, aku telah memutuskan!" teriak Toushiro dengan kencang. Nyaris saja membuat Bibi Penjaga Kantin terkena serangan jantung. "Hari ini... adalah hari terbentuknya legenda yang akan terus membekas di sekolah ini!"

"—Hari dimana Klub WIFI akan mulai diciptakan! FUA—HAHAHAHA!"

BRUAAK!

Pintu ruangan kantin dibuka secara paksa. Darisana muncul beberapa anak SMA yang memakai jas almameter. Para kakak kelas panitia MOS itu langsung berteriak,

"Ketemu! Anak kelas 10 yang bolos dari MOS!"

"KABUURR!"

Dengan sebuah teriakan di kantin SMA Negeri Karakura. Dengan kejaran dari para kakak kelas. Dengan senyum yang tidak terlalu lebar. Dengan semangat yang membara di hati si pemuda rambut putih. Dengan seorang gadis berambut hitam yang selalu ada di belakangnya.

Dengan itu semua, legenda tentang sebuah klub yang tidak menjadi legenda (?) telah lahir disini.


Bersambung —


Catatan Penulis:

Seperti yang judul chapter ini katakan. Ini adalah episode #00v1. Alias sudah dirubah dari versi aslinya. Maaf bagi yang belum pernah melihat versi aslinya, tapi saya jamin, versi ini lebih baik daripada yang lama.

Oke, bagi yang baru membaca Para Pencuri Wifi, saya ucapkan selamat membaca untuk ke depannya. Semoga kalian tidak merasa bosan ataupun ilfeel.

Akhir kata, terima kasih telah membaca, dan sampai jumpa.

Tertanda, Elpiji (Kira Kazuki).
28 Agustus 2013.