Janji di Bawah Bulan Purnama

Fandom: Kuroko no Basuke

Rating: Pg-15/T

Genre: Mystery/Romance/AU

Pairing: Kagami Taiga/Kuroko Tetsuya

Sinopsis: Kagami adalah iblis. Sudah tugasnya menggoda dan menjebloskan manusia bejat ke neraka. Namun, di antara semua manusia laknat yang pernah ia temui, mengapa harus seorang pemuda belia yang sepertinya tidak memiliki dosa yang membuat perjanjian dengannya? "Tuan Iblis, jadilah temanku."


Hak Cipta: Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Peringatan: AU (dimana ada iblis, malaikat, dan manusia), shounen ai, fluff, bahasa kasar (mungkin), mistipo (sangat mungkin).

A/N: Halo para pembaca ceria ff net, di sini Lunaryu~. Ini fan fic Indo pertama luna di fandom Kurobasu. Sebetulnya sih, tidak terlalu pe-de mengarang pakai bahasa Ibu, tapi karena sudah lama luna tidak memakainya, takut karatan (mungkin sudah karatan sih). Mohon kritik dan saran yang membangun, ya! Silakan dinikmati~ (semoga saja tidak terlalu gaje *salting*)


Janji di Bawah Bulan Purnama

© lunaryu~

Bagian 1: Sang Iblis, Kagami Taiga


Kagami Taiga, seorang (semakhluk) iblis. Dengan wajah tampan yang terkesan agak menakutkan, rambut semerah darah dengan warna lebih gelap di bagian bawah, iris mata rubi yang menawan, dan tubuh tinggi semampai yang atletis dan indah bak Adonis, ia adalah iblis handal yang bertugas menjebak manusia, menarik mereka untuk bergelimang nafsu duniawi dan membuang hati nurani, menyesatkan jalan hidup, baru kemudian menjebloskan mereka ke neraka atas segala tindakan bejat dan laknat di mata manusia lainnya.

Laki-laki, perempuan, tua, muda; tidak ada yang tidak bisa digoda olehnya. Oleh karena itulah, Kagami sering disebut sebagai sang 'iblis legendaris' yang bernaung di bawah kuasa Lucifer, sang Raja Neraka, malaikat yang diutus (dihukum) oleh Tuhan untuk menjaga keteraturan di neraka, sekaligus memberikan ujian bagi manusia yang telah melanggar hukum yang dibuat-Nya.

Iblis tidaklah jahat. Mereka hanya menjalankan tugas yang diberikan. Begitu juga dengan Kagami Taiga. Ia menjalankan tugas sebagai iblis, bukan berarti ia menyukai tugasnya itu. Meskipun dalam bisikannya terkandung ide-ide yang menakutkan, sesungguhnya ia membenci manusia yang mengikuti bisikannya. Karena itulah ia menyeret mereka ke neraka untuk menghukum mereka dan agar mereka (manusia) dapat menebus dosa-dosa mereka.

Umumnya, iblis tidaklah kasat mata. Dalam ketidakberadaan yang semu, mereka menghampiri dan mengikuti manusia yang diberi cobaan, menanamkan gagasan yang dibisikkan dengan bahasa ruh yang kemudian akan ditangkap langsung oleh pikiran manusia sebagai ide. Tentu saja semuanya berupa ide-ide jelek yang dimainkan dengan kata-kata manis untuk menutupi keburukan tersebut. Manusia tidak sadar bahwa tindakan mereka sering terpengaruh oleh gagasan iblis, kecuali bila para manusia itu beriman, berpengetahuan, mampu membedakan salah dan benar yang telah ditanamkan dalam diri mereka melalui pelajaran budi pekerti dan agama sejak mereka masih kecil. Jika prinsip-prinsip baik dan buruk itu tertambat dengan kuat dan seorang manusia memiliki hati yang baik, gagasan-gagasan iblis tersebut tidak akan dapat mempengaruhinya.

Akan tetapi, ada juga jenis manusia lain. Manusia yang sengaja mencari iblis. Dengan senang hati mengikuti jalan iblis karena ketidakpercayaan mereka terhadap Tuhan. Manusia-manusia tersebut adalah jenis manusia khusus yang hanya ada beberapa di dunia ini. Jenis manusia yang terpikat oleh iblis karena mampu melihat sosok mereka. Jenis manusia yang memang dilahirkan untuk menjadi perantara iblis. Jenis manusia inilah yang mampu memanggil dan mengikat kontrak dengan para iblis untuk mendapat kemampuan spesial dengan jiwa mereka sebagai bayarannya. Jenis manusia yang akan mendiami Neraka Jahannam sempai akhir masa. Jenis manusia yang disebut sebagai… penyihir.


~Kagami x Kuroko~


"Taiga," Lucifer memanggil puteranya yang tengah menumpuk kertas-kertas laporan yang berisi daftar manusia yang akan diuji selanjutnya olehnya dan rekan-rekan iblis lainnya.

Kagami mendongak. "Ya, Ayah?"

"Ada yang melakukan ritual pemanggilan iblis di dunia manusia," katanya sambil mendengus.

Kagami menjatuhkan kertas-kertas tersebut karena kaget. "Masih ada penyihir yang tersisa setelah perburuan penyihir abad 14 lalu?" Ia ternganga, menatap Lucifer dengan tak percaya.

"Sebetulnya memang masih banyak yang tersisa, tapi sangat sedikit yang bisa melakukan ritual pemanggilan iblis karena darah penyihir sudah bercampur dengan darah manusia biasa dan tidak lagi murni untuk bisa melihat sosok iblis," jelas sang Raja Neraka sambil menghela nafas panjang. "Bikin repot saja. Kau saja yang pergi untuk melihat apa yang dimaui orang ini," titahnya.

Kagami mengerutkan dahinya sembari mengumpulkan kertas-kertas yang tadi ia jatuhkan. "Ayah, ini kan tugas Ayah sebagai Satan. Yang bisa mengikat kontrak dengan penyi—"

"Makanya, kau lihat dululah. Penyihir murni seharusnya sudah tidak ada." Belum selesai Kagami memprotes, Lucifer menyela. "Lagipula, ada kemungkinan ini cuma kecelakaan. Ada juga manusia yang tidak sadar kalau dia melakukan ritual pemanggilan iblis karena mereka kira itu hanya lelucon. Aku akan terlihat bodoh kalau menganggap hal ini serius," lanjutnya bosan.

Kagami memandang sang ayah dengan rasa curiga setelah ia meletakkan tumpukan kertas yang tadi dipungutnya ke meja, sebelum ia menghela nafas panjang. "Bilang saja Ayah hanya malas," gerutunya dengan tatapan menuduh.

"Taiga…" Ada peringatan dalam desisan Lucifer dan Kagami mengangkat kedua tangannya, mengaku kalah.

"Baiklah, aku hanya perlu mengeceknya, kan?" Kagami segera membalikkan badan dan melebarkan sayap hitamnya yang tadi terlipat, hendak segera terbang ke dunia manusia dan menyelesaikan tugas tambahannya meskipun sebetulnya ia super sibuk.

Ayahnya memang suka seenaknya kalau memberi perintah. Pantas saja Tuhan menurunkan jabatannya dan menjatuhkannya ke neraka. Namun, Lucifer adalah malaikat yang tangguh. Dari semua malaikat, Lucifer adalah yang paling berkharisma dan bangga sebagai makhluk terindah ciptaan Tuhan. Lebih dari yang lain, ia mencintai Tuhan dan sosok-sosok sesama malaikatnya. Oleh karena itu ia tidak terima ketika Tuhan memintanya dan saudara-saudaranya tunduk di bawah manusia.

Hanya karena kebanggaannya itulah Tuhan menghukumnya. Ditambah lagi, karena kekeraskepalaannya, Lucifer sendiri yang meminta diberi tugas untuk membuktikan bahwa manusia-manusia tersebut memiliki derajad yang lebih rendah darinya dan saudara-saudaranya. Dalam penciptaan anak-anak Lucifer di neraka selanjutnya, Lucifer sangat disegani dan dihormati, karena dia adalah makhluk pertama yang menentang Tuhan dan satu-satunya malaikat yang diberi ijin oleh tuhan untuk menciptakan makhluk lain (yang berasal dari jiwa-jiwa manusia yang digodanya) di bawah kendalinya, yang disebut dengan 'iblis'.

Di neraka, tidak ada yang bisa menentang perintah Lucifer. Lebih tepatnya, tidak ada yang mau menentangnya karena hukuman bagi iblis yang menentang Lucifer jauh lebih berat daripada hukuman yang diberikan kepada manusia yang dijatuhkan ke neraka. Lagipula, mana mungkin Kagami, yang merupakan iblis favorit Lucifer, bisa menentang sang ayah? Yang tidak dipedulikan Lucifer saja bisa direbus hidup-hidup, kalau sampai yang favorit menentang juga…

Kagami gemetaran, tak mau berpikir lebih jauh tentang nasib seperti apa yang akan menimpanya kalau sampai itu terjadi. Pak tua itu sungguh egois dan menyebalkan—batin Kagami saat ia memasuki wilayah dunia manusia, menembus penghalang tak kasat mata yang memisahkan dunia manusia dengan dunia 'bawah'.

Dunia manusia terletak di antara area neraka, yang ada di bawah, dan area surga, yang ada ada di atasnya. Iblis-iblis tinggal di area neraka, sedangkan malaikat tinggal di area surga. Iblis dan malaikat kerap berseteru, atau lebih tepatnya 'perang mulut', di dunia manusia karena tugas mereka yang berlawanan. Jika iblis bertugas untuk menarik manusia ke neraka, tugas malaikatlah untuk membimbing manusia ke surga.

Namun, pada dasarnya manusia itu dibuat untuk memiliki nafsu duniawi yang mungkin lebih dasyat dibanding iblis. Tugas iblis hanyalah membujuk, manusialah yang memilih melakukannya. Sama halnya dengan malaikat. Mereka membujuk manusia untuk berlaku baik, tetapi sering kali bujukan mereka tenggelam dalam rayuan iblis, karena kata-kata iblis jauh lebih manis, sosok mereka pun lebih menggoda.

Sesaat setelah sampai di dunia manusia, Kagami melayang, mengepakkan sayapnya di udara dan menoleh ke sana-sini untuk mencari siapa gerangan yang telah melakukan ritual iblis. Ia mengikuti aroma 'darah' yang tersebar di udara, berusaha mendeteksi di mana 'korban' telah dipersembahkan untuk ritual pemanggilan tersebut.

Terlihat sebuah bangunan besar berwarna putih di kejauhan, tanda palang merah menghiasi papan yang menjadi identitas bangunan tersebut. "Rumah sakit?" Kagami memiringkan kepalanya. Bau darah itu berasal dari sana, membimbingnya untuk terbang ke rumah sakit tersebut.

Kagami melihat cahaya temaram yang muncul dari sebuah jendela kamar di lantai teratas rumah sakit tersebut. Bau darah tersebut tercium paling kuat di sekitarnya. Sepertinya pemanggilnya ada di dalam kamar tersebut. Kagami mulai berspekulasi bahwa pemanggilnya mungkin pasien penghuni rumah sakit yang sudah divonis akan mati tetapi tidak terima dengan itu, atau dokter muda yang menginginkan kepintaran dan ketrampilan yang tidak ada tandingannya, tetapi sesungguhnya bodoh.

Atau mungkin juga seperti kata Ayah, hanya kecelakaan saja—batin Kagami lagi, merasa lelah. Mengapa ia harus menjalankan tugas yang bukan untuknya? Padahal dia juga sibuk dengan kuota manusia yang harus dibawa ke neraka. Penyihir (meski tidak murni) sudah sangat jarang bisa berkomunikasi dengan iblis, mestinya Lucifer bisa menangani mereka sendiri, kan? Ayahnya memang pemalas!

Kagami berdecih kesal sebelum ia masuk ke kamar tersebut melalui jendela, berniat menunjukkan kemunculannya yang dramatis dengan asap putih, tebaran sayap hitam dan mungkin cahaya kegelapan yang diambil dari sisi kelam bulan. Akan tetapi, belum sempat ia menciptakan ilusi mata tersebut, seseorang telah mendahuluinya.

"Ah, betulan datang."

"Hyaaaa!"

Kagami menjerit (tidak) seperti anak gadis saat suara itu datang dari arah belakangnya. Ia buru-buru membalikkan badan sembari melipat sayapnya agar tidak membuat ruangan tersebut berantakan karena tempat itu ternyata bukanlah sebuah kamar pasien, melainkan sebuah gudang peralatan medis yang sudah tidak terpakai.

"Kau—!" Yang menyambut mata Kagami ketika ia bermaksud untuk membentak manusia yang sudah berani mengejutkannya, adalah seorang anak-anak.

Suara Kagami tercekat di tenggorokan ketika iris rubinya bertemu pandang dengan sepasang mata bola yang besar, memenjarakan langit biru yang cerah tanpa awan di dalamnya. Surai yang sewarna dengan matanya terhampar menutupi kepala kecilnya sampai di pertengahan leher yang rentan, sebagian membayangi dahi dan alisnya. Tatapannya begitu lurus tanpa cela menghiasi wajahnya yang imut dan mungil, seperti batu aquamarine kembar. Ekspresinya datar, tanpa emosi, tetapi kedua bola mata tersebut sudah cukup untuk memberi tanda pada Kagami bahwa bocah itu tengah terkejut.

"Akuma-san*," panggil anak itu perlahan dan Kagami terkesiap karena sesaat ia kehilangan kata-kata. Padahal ia adalah iblis dan yang dihadapinya hanyalah sesosok manusia; manusia yang sudah kerap ia kerjai untuk diseret ke neraka.

"Kau… memanggilku?" Mata Kagami tak lepas dari mata biru anak itu, agaknya cukup terhipnotis dan terpesona dengan—

Woi! Tunggu dulu! Apa-apaan reaksi berkilauan yang seperti di shoujo manga itu?!—pikiran Kagami menghardik tindakannya yang konyol. Mengapa ia begitu terpukau dengan sosok anak itu? Dilihat dari manapun ia tak lebih dari anak kecil biasa. Tubuhnya saja pendek dan kecil seperti anak SD. Apa yang tadi membuat Kagami terpaku di tempat?

"Jadi… Anda sungguh seorang iblis?" tanya anak itu, sepertinya penasaran. Ia mengangkat tangannya dan meraih sayap Kagami yang terlipat, kemudian menyentuhnya perlahan. "Oh… ini sayap betulan."

Kagami yang masih cukup syok dengan apa yang terjadi barusan tersentak and menggeparkan sayapnya, menjauh dari sentuhan anak itu. "Ja-jangan sembarangan sentuh, bodoh! Kau tak tahu kalau sayap iblis itu beracun?!" omel Kagami keras.

Lhoh! Kok aku malah memperingatkan manusia, sih?!—Kagami jadi bingung sendiri karena kelakuannya yang jadi aneh. Entah mengapa saat melihat anak itu, Kagami merasakan sesuatu yang tidak benar. Ada yang salah dengan ini! Ia adalah iblis! Peduli apa dia jika si manusia terkena racun sayap hitamnya?!

"Oh, begitu… maaf, Akuma-san. Terima kasih," balas si surai biru sembari menyunggingkan senyum tipis yang membuat jantung Kagami berdesir.

Lho…? Lho?! Ke-kenapa jantungku jadi…!—Kagami panik. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Apa-apaan ini?!

"Be-berisik! Aku tidak butuh ucapan terima kasih dari manusia!" bentak Kagami mencoba menutupi kegalauannya. Entah mengapa suhu tubuhnya meninggi, membuat mukanya terasa panas. Kagami menggeleng kepalanya keras sebelum menatap anak itu lagi sambil menyeringai, mencoba menjalankan tugas selayaknya sorang iblis. "Lalu… kenapa kau memanggil iblis, Bocah? Ada yang kau ingin—"

"Kuroko Tetsuya," sela anak itu cepat, memotong perkataan sang iblis, membuatnya bengong.

"Hah?"

"Namaku bukan bocah, tetapi Kuroko Tetsuya, Akuma-san," si bocah, Kuroko, memiringkan kepalanya ke samping, memandang sang iblis dengan mata berbinar. "Dan tolong jangan panggil aku Bocah, karena aku sudah besar."

Sebetulnya Kagami ingin marah karena Kuroko sudah memotong kata-katanya. Manusia mana yang berani menyela kata-kata iblis yang dipanggilnya, sih? Namun, karena Kuroko terus memandangnya dengan mata besar bulatnya yang lucu itu, Kagami jadi tidak bisa marah.

Sial! Wajah anak ini lucu sekali, sih?! Memangnya boleh ada makhluk selucu ini di jagad raya?! Ini sih kejahatan!—Makhluk mungil nan imut yang bahkan bisa menggerakkan hati iblis…, seramnya!

"B-baiklah, Kuroko Tetsuya. Kau sadar kalau kau sudah memanggil iblis, kan?" Kagami memincingkan mata pada Kuroko. Si anak mengangguk sekali, sepertinya sadar betul dengan apa yang ia lakukan. "Lalu, apa keperluanmu? Kau ada permohonan yang ingin dikabulkan? Harta dan kekayaan berlimpah? Kekuasaan tak terbayangkan? Atau wanita-wanita tercantik di dunia? Sebut saja. Aku akan mengabulkannya," lanjut Kagami mulai percaya diri lagi karena kata-kata manis itu sudah ia ucapkan ribuan kali dengan mimik menggoda yang sangat terlatih untuk menjerumuskan manusia ke jalan sesat.

Kuroko melihat wajah Kagami dengan tatapan sedikit bingung. Setelah diam beberapa saat, baru Kagami sadar kalau yang ia tanyai itu adalah anak kecil. Kontan Kagami jadi merasa bahwa dirinya adalah iblis paling idiot seneraka.

Anak kecil begitu mana mengerti tentang nafsu duniawi, bodoooooh!—Kagami merasa mukanya memanas lagi karena bocah yang ada di hadapannya merupakan anak-anak yang masih belum mengenal dosa. Hatinya masih bersih dan mungkin ritual iblis ini memang hanya kebetulan saja.

Tunggu! Tapi anak kecil yang masih berhati suci tidak mungkin bisa memanggil iblis! Ini benar-benat aneh bin ajaib! Ada apa ini?! Apa aku salah mendatangi orang? Tapi simbol ritual pemanggilan iblis jelas-jelas ada di sini! Korbannya juga… eh?!—Kagami kontan celingukan, mencari binatang yang seharusnya dikorbankan untuk upacara ritual itu. Tanpa disangka, Kagami tidak menemukan binatang apapun di ruangan itu.

Lha? Terus bau darah itu…?—Kagami menoleh ke arah Kuroko lagi dan menatap sang anak dengan penuh selidik sampai ia menemukan semburat warna merah yang menetes-netes dari tangan kiri anak itu.

"Coba lihat tanganmu!" Kagami yang tak habis pikir dengan apa yang dilakukan bocah itu meraih tangan Kuroko dan memeriksanya. Di telapak tangan kirinya terdapat goresan yang cukup dalam. Darah masih mengalir dari lukanya. "Kau ini bodoh, ya?! Masa menggunakan darah sendiri sebagai persembahan untuk memanggil iblis! Kalau melukai dirimu sendiri sedalam ini, bisa-bisa kau mati karena kehabisan darah sebelum iblisnya muncul! Apa sih, yang orang tuamu ajarkan padamu?!" tanpa sadar, Kagami berteriak memarahi anak itu. Letupan rasa khawatir muncul dari hatinya yang seharusnya sudah membeku seperti es karena terus berhadapan dengan manusia-manusia laknat tak tahu diri.

Entah mengapa, melihat sosok anak kecil yang terluka karena ulahnya sendiri seperti ini membuat Kagami sangat jengkel. Ia ingin lihat orang tua yang membesarkan anak sebodoh ini. Kagami menempelkan tangan anak itu ke mulutnya dan menjilat darah di atas dan sekitar lukanya.

"Ah!" Kuroko mengerang, mungkin sedikit kesakitan, tetapi itu adalah proses penyembuhan. Saliva iblis seperti milik kucing, memiliki zat antiseptik dan kekuatan penyembuh.

Kagami merasa terkejut ketika ia merasakan darah anak itu. Rasanya manis dan gurih, lain dengan darah manusia-manusia busuk yang pernah ia cicipi sebelumnya. Kagami juga membaui aroma yang belum pernah ia cium. Bau lezat yang membuatnya sedikit mabuk.

"Akuma-san…"

Kagami terperanjat saat mendengar rintihan pelan Kuroko dan kontan melepaskan tangan Kuroko sebelum mundur beberapa langkah. Waduh! Aku ini sedang apa, sih!? Kok jadi aneh begini!? Ada apa dengan darah anak ini? Kok aku bisa sampai terpengaruh begitu?!

Kuroko hanya terus melihatnya dengan ekspresi tak terbaca selama beberapa saat sebelum ia menunduk, menyembunyikan wajahnya yang sepertinya memerah. "Akuma-san… aku hanya menginginkan satu hal," bisiknya lembut, membuat perhatian Kagami terusik.

Bahkan suaranya pun terdengar manis…! Siapa anak ini sesungguhnya?

"A-apa yang kau inginkan?" entah mengapa Kagami jadi tergagap. Ia merasa dikacaukan oleh keberadaan anak ini. Kuroko membuatnya bertingkah aneh dan ia merasa kalut akan hal itu.

"Akuma-san… jadilah temanku," pinta Kuroko sembari menatap Kagami sekali lagi dengan wajah penuh permohonan.

"Eh?" Kagami hanya bisa membelalakkan matanya sebelum- "EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEH?!"

Hari itu, para pasien di rumah sakit tersebut mengeluh karena ada suara sangat berisik dari lantai atas…

Bersambung…


*Akuma-san: Tuan Iblis.

A/N: Ah… luna ini ngapain, sih, bikin-bikin cerita baru padahal cerita bersambung luna yang lain belum kelar semua… T_T Yah, tapi luna sudah gatal ingin nulis pakai bahasa Indo lagi, jadi… Ah, tapi ini hanya coba-coba, kok. Entar kalau responnya bagus, luna lanjutin. Tapi kalau enggak, ya…*liat ke arah lain* P-pokoknya, luna selesaikan dulu cerita bersambung luna lainnya, nanti baru mikir ke sini lagi deh…