The Zhangs' Mommy

IV

Cezzie Xonesotic

Cast : EXO members, bertambah seiring jalan cerita

Pair : JoonXing (Joonmyeon Yixing), HunHan, BaekYeol and TaoRis

Genre : Yaoi, romance, family and friendship

Disclaimer : Tokoh di dalam fiksi bukan milik author, author hanya memiliki hak penuh pada plot cerita

(a/n : Sedikit typo pada bagian 'From : Yunho : Ne, ahjussi bisa mengusahakannya Junmyeonnie. Memangnya kau perlu berapa buah?' Itu bukan dari Yunho, tapi Yoochun. Cezzie lupa kalau Yunho itu Kepala Sekolah, bukan ahjussi-nya Suho~ mianhae~)

xxx

Laki-laki berparas lembut itu tersenyum tipis. Ia baru saja menyelesaikan kue-kuenya di dapur dan ketika ia menghampiri ruang depan ia hanya menggelengkan kepala. Zhang Yixing mematikan televisi yang masih menyala. Mereka semua sudah tidur, Yi Fan, Chan Lie dan Shi Xun. Yixing kemudian berjalan menuju kamar dan kembali dengan beberapa helai selimut. Ia menyelimuti Kris dan Sehun yang tertidur di lantai berlapis karpet. Dengan hati-hati ia meraih ponsel Kris yang masih tergenggam, Yixing hanya mengerutkan alis melihat gantungan boneka Panda pada ponsel itu.

Yixing beralih kepada Chanyeol yang tertidur di sofa sambil memeluk bantal. Ia menyelimutinya, mengusap pelan pipi Chanyeol. Masih tampak wajah bekas menangisnya. Yixing tahu betul Chanyeol menyukai Baekhyun, Chanyeol sering cerita. Ah, dia jadi penasaran seperti apa Baekhyun itu.

'Eommaaa~ Baekkie-ku pacaran sama Suho, bagaimana ini?'

Selintas kalimat itu tiba-tiba muncul dalam benak Yixing. Suho yang dimaksud sudah bisa dipastikan Suho yang selama ini sering menemuinya. Yixing tidak tahu mengapa ada perasaan tidak mengenakkan ketika Chanyeol berkata seperti itu. Ia menghela nafas panjang, tidak sengaja matanya terpaku pada satu titik. Pasangan boneka dengan pakaian pernikahan itu.

"Huff, ada apa denganku..." Yixing mengusap wajahnya. Ia kemudian berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Tentu ia tidak lupa mematikan lampu ruang tengah dan menghidupkan lampu kecil di atas meja.

'Cklek.'

Yixing membuka pintu kamarnya. Sejenak matanya menatap sendu pada kasur di kamarnya. Di kasur itu terdapat dua buah bantal, tapi mengingat fakta bahwa ia sebenarnya tidur sendiri membuatnya merasa sedih.

"Hmm, menghidupi tiga anak dan mengelola cafe semacam ini pasti sangat merepotkan yaa. Tidakkah terpikir untuk mencari pasangan?"

"Pasangan apa?" Yixing terkekeh pelan tapi kemudian ia terdiam. Ugh, kenapa tiba-tiba ia teringat Suho.

Yixing membuka lemarinya, menarik piyama dan mengganti pakaiannya dengan piyama. Ia naik ke kasur dan merebahkan tubuhnya. Kasurnya sangat empuk, sangat nyaman untuk ditiduri. Tapi Yixing tidak pernah benar-benar merasa nyaman, tidak dengan fakta bahwa ia sendirian di kasur yang nyaman itu.

Bohong ketika Yixing berkata ia tidak menginginkan pasangan. Jauh di lubuk hati ia tentu menginginkannya. Yixing ingin seseorang yang bisa menemaninya tidur. Yang akan mengobrol ringan mengenai hal-hal menarik atau perkembangan anak-anaknya. Yang akan mengusap pipinya. Yang akan memberi kecupan di dahi sebelum tidur. Dan yang akan tersenyum setiap ia membuka mata di pagi hari. Tapi kenyataan yang ada bahwa Yixing hanyalah menemukan ruang kosong di kasur nyamannya.

Xiumin dan teman-temannya yang lain bukannya tidak pernah menyarankan mengenai mencari pasangan. Tentu mereka melakukannya, lebih dari sering malah. Dan kendati Yixing menginginkan seorang pasangan, entah mengapa ada seperti rasa malu dan rasa tidak percaya diri dalam hatinya.

Memangnya ada yang mau dengan seseorang yang sudah punya anak berusia 18 tahun?

Ha, Yixing ingin tertawa.

Lagipula Kris, Chanyeol dan Sehun sudah terbiasa dengan kondisi bahwa mereka tidak memiliki ayah. Mencari pasangan baru membuat Yixing khawatir anak-anaknya tidak akan merasa nyaman. Dan alasan terbesar mengapa ia enggan memiliki pasangan adalah karena ia masih menunggu.

Gege yang ia sayangi itu masih ia tunggu sampai sekarang.

"Kau tahu? Aku merasa Suho tertarik padamu."

Itu yang dikatakan Xiumin beberapa hari yang lalu. Yah, memang Yixing tidak bisa memungkiri bahwa ia pun merasa gelagat yang agak berbeda dari Suho. Suho adalah teman Kris, tetapi Suho justru tampak lebih dekat padanya. Bukan Yixing tidak suka, ia mungkin hanya merasa tidak terbiasa mendapat perhatian seperti itu. Tapi lucunya kadang ia merona sendiri karena Suho. Well, Suho berkencan dengan Baekhyun sekarang.

...mengapa ia merasa seperti dikhianati?

Yixing menghela napas, lagi entah untuk yang ke berapa kali. Bersiap untuk tidur, ia menutup matanya.

.

Suho membuka matanya. Ini sudah jam dua namun Suho belum bisa tidur. Pikirannya terus tertuju pada sebuah kesimpulan yang ia simpulkan beberapa jam yang lalu. Kesimpulan bahwa Kris menyukai Tao, sepupunya. Mengingat Kris yang pernah bersikap tidak biasa saat mereka membicarakan Tao. Suho juga ingat Kris pernah memandangi wajah Tao yang tengah tidur.

Dan satu lagi buat membuat Suho semakin yakin adalah ketika ia melihat gantungan boneka Panda di ponsel Kris. Suho ingat betul Tao yang membeli gantungan itu sewaktu mereka di Qingdao kemarin. Dan Suho juga tahu kalau Kris bukan tipe yang suka memakai benda berkesan imut seperti itu. Malah ketika mereka kelas 2, seorang gadis yang menyukai Kris memberikan Kris sebuah jam tangan mahal namun tidak pernah sekali pun dipakainya.

Jadi mengapa ia mau memakai sebuah gantunga ponsel yang harganya tentu sangat jauh dari sebuah jam tangan mahal?

Suho bisa membuktikannya sendiri, apa benar Kris menyukai Tao. Tapi jika benar Kris menyukai Tao, rasanya Suho tidak sampai hati kalau harus mempercayakan Tao pada orang seperti Kris. Kris itu suka seenaknya, kadang melalaikan tanggung jawab. Rasanya orang seperti itu terlalu beruntung mendapatkan laki-laki manis sepolos Tao.

Tapi ngomong-ngomong Suho berpikir terlalu jauh. Belum tentu juga Tao suka pada Kris kan?

"Haa~ kepalaku pusing~" Suho menghela napas panjang sambil mengurut dahinya.

.

.

.

Suho membuka pintu ruangan OSIS, ia mengangkat alisnya ketika melihat Kris sudah berada di sana tengah mengerjakan sesuatu. Tidak biasanya Kris lebih dulu sampai di ruangan OSIS. Ah, bicara soal Kris, Suho teringat kemarin. Well, kenapa ia tidak tanya langsung?

"Hei, Kris," Suho meletakkan tasnya di meja, ia memanggil Kris namun tidak menatap ke arah pria tinggi itu. Malah Suho kini tengah melihat berkas-berkas yang semalam belum ia selesaikan.

"Hm," Kris menyahut malas. Sama seperti Suho ia pun tidak menatap ke arah laki-laki itu, ia tampak lebih berkonsentrasi pada PR yang belum ia selesaikan. Kris tidak menyangka ternyata ada PR lain ia kira ia sudah menyelesaikan semua PR-nya kemarin, untung PR ini tidak terlalu sulit.

"Kau suka pada Tao yaa..."

'Sretttt...'

Sebuah coretan. Panjang dan tebal. Tapi Kris tampak tidak terlalu memerdulikan buku PR-nya yang tak sengaja tercoret olehnya sendiri. Lebih dari itu, ia kini tengah menenangkan hatinya.

Bernafas Kris... Bernafas...

"T-tidak," Kris menyahut singkat. Ia tidak mau mengaku, tidak pada sepupu Tao sendiri. Bisa-bisa jadi masalah nantinya.

Suho melirik ke arah Kris. Ia bisa lihat si sulung Zhang itu terlihat terkejut tapi dalam sekejap ia berhasil mengatasinya dan kembali tampak normal. Tapi Suho tidak menyerah sampai disitu. "Begitukah? Baguslah, karena bibi mengatakan Tao akan dijodohkan."

'Srettttt.'

Kali ini Kris tidak hanya mencoret bukunya, bahkan ia nyaris merobek kertasnya sendiri. Dan bagi Suho itu sudah seperti lebih dari cukup. Ha, mudah sekali ngomong-ngomong =,=)v

.

.

.

Suho menatap tiga benda di hadapannya. Hari ini ia akan mencoba peruntungannya meminta ijin dari para Zhangs untuk mengajak Yixing berkencan. Dan tiga benda ini adalah senjata ampuhnya. Dalam hati Suho minta maaf karena secara tidak langsung ia menyeret Tao dalam hal ini.

Setelah memastikan penampilan baik-baik saja, Suho segera bergegas untuk berangkat sekolah.

.

Jadi sekarang sudah jam pulang sekolah. Suho berada di ruang OSIS, di hadapan Kris, Chanyeol dan Sehun yang ia panggil. Ketiga tiang listrik itu menatap Suho dengan tatapan tajam. Terutama Chanyeol, entah kenapa Suho merasa Chanyeol seperti mau memakannya hidup-hidup.

"Terakhir kali kau menyuruh kami berkumpul seperti ini, kau mengatakan hal yang sangat menjijikkan. Kalau kau mengatakan hal yang aneh lagi, awas saja," celetuk Sehun. Masih teringat olehnya ketika Suho mengatakan bahwa ia tertarik pada ibunya. Hah, membuat Sehun mual saja.

Suho menahan salivanya. Ia bahkan belum bilang apa-apa, tapi nyawanya sudah diambang bahaya gini. Entah mengapa Suho merasa seperti pangeran yang menyelamatkan Putri Yixing dari menara yang dijaga oleh tiga setan. Fyuh~

"Begini..." Suho mundur selangkah, ancang-ancang kalau nanti Kris atau Chanyeol atau Sehun melempar kursi ke arahnya. "Aku..." Tarik napas Suho, tarik napas... "Minggu ini aku berniat mengajak Yixing berkencan ke- WA!" Bergegas Suho bersembunyi di bawah ketika ia melihat Chanyeol hendak mengangkat meja.

"T-tunggu! Dengarkan aku dulu!" Suho mengintip dari tepi meja. Perlahan ia bangkit saat merasa situasi mulai aman. "Aku punya pertukaran."

"Pertukaran?" Sehun mengangkat alisnya.

"Y-ye, pertukaran," sahut Suho, "Aku yakin kalian tidak akan menolak ini. Aku berikan kalian sesuatu dan kalian berikan aku ijin untuk mengajak Yixing berkencan."

"Kau pikir ibu kami benda?! Seenaknya ditukar begitu!" Chanyeol menyahut marah.

"Tenang dulu," Suho mengeluarkan tiga benda dan meletakkannya di atas meja, "Kalian akan suka ini," ujarnya. "Nah, Zhang Shi Xun, aku sudah tahu hubunganmu dengan Luhan soensaengnim."

"Mwo?" Sehun tampak terkejut, demikian pula dengan Kris dan Chanyeol, "K-kau ini bicara apa, mana-"

"Tidak perlu berkilah Sehunnie~" Entah kenapa Sehun merinding sendiri mendengar Suho menyebut namanya seperti itu. "Aku punya bukti yang tidak bisa kau bantah. Tapi tenang saja, aku tidak akan mengancammu, justru aku akan membantumu."

"Membantu?"

Suho mengangguk, "Bukankah sangat menyebalkan kalau moment berduamu dengan Luhan soensaengnim terganggu?" Sehun tidak menjawab, tapi dalam hati ia mengiyakan. "Aku bisa memberikanmu ini," Suho menunjukan sebuah amplop putih. Di mana di dalam amplop tersebut terdapat kertas yang kemarin ia cetak.

"Apa itu?"

"Ini adalah surat pemberian ijin cuti atas nama Luhan soensaengnim selama seminggu. Jika kau mengijinkanku berkencan dengan ibumu, aku akan berikan ini kepada kepala sekolah Jung untuk ditandatangani dan kau bebas menikmati Luhan-mu selama seminggu."

Sehun membeku di tempatnya. Bebas menikmati Luhan selama seminggu? Tentu Sehun menginginkannya, apalagi ia dan Luhan sudah lama tidak berkencan karena kesibukan Luhan. Jangankan berkencan, bermesraan dengan Luhan di ruang kesehatan pun selalu saja mendapat gangguan.

"Kau pikir kau bisa seenaknya membuat surat cuti untuk seorang guru, eoh?" ujar Chanyeol.

"Ini salah satu keistimewaan yang diberikan sekolah pada ketua OSIS, Chan Lie. Begitu kan, Kris?" Suho menoleh ke arah Kris, sedangkan Kris hanya membuang muka sambil mendengus kesal. Benar apa yang dikatakan Suho. Seorang ketua OSIS diijinkan membuat surat cuti untuk seorang guru jika guru tersebut dirasakan telah melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Betapa Suho bersyukur ia seorang ketua OSIS.

"Bagaimana Shi Xun?"

"A... Aku..."

"Jangan terbujuk olehnya!" seru Chanyeol cepat, "Masa kau tega mengorbankan umma demi kemesumanmu itu?!"

"Tenang saja Chanyeol, aku juga punya sesuatu untukmu," Suho tersenyum penuh makna ke arah Chanyeol. Ia kemudian mengeluarkan sebuah kotak yang ternyata sebuah album. "Ini adalah album yang sangat diinginkan oleh Baekhyun. Aku tahu kau menyukai Baekhyun, jika kau berikan ini kepada Baekhyun, aku yakin Baekhyun akan sedikit memperhatikanmu."

"E-eh? Tapi bukankah kau berkencan dengan Baekkie?"

"Sebenarnya itu hanya tipuan saja."

Chanyeol terpaku di tempatnya.

Sebenarnya Chanyeol ingin sekali menarik perhatian Baekhyun dengan melakukan sesuatu selain menjahilinya. Tapi Chanyeol tidak tahu harus apa. Pertemuannya dengan Baekhyun hanya di lingkungan sekolah. Chanyeol takut untuk mencari tahu hal-hal yang disukai Baekhyun karena ia tidak mau Baekhyun mengetahui kalau Chanyeol menyukainya. Ia terlalu malu untuk itu.

Tapi kini Suho mempunyai sesuatu yang diinginkan Baekhyun. Jika Chanyeol memberikan benda itu mungkin Chanyeol bisa memperbaiki hubungannya dengan Baekhyun dan memulai hubungan pertemanan, meski itu terdengar agak mustahil. Toh, Chanyeol juga lelah terus bermain seperti anjing dan kucing dengan Baekhyun. Dia juga ingin dekat dengan Baekhyun. Tidak perlu terlalu dekat sampai harus ke kantin bersama, setidaknya ia bisa mengucapkan 'Selamat pagi' jika bertemu Baekhyun.

Hanya saja kalau Chanyeol menerima penawaran Suho itu berarti ia menyerahkan ibunya kepada Suho. Yang benar saja. Membayangkan ibunya berjalan berdua bersama Suho itu seperti satu dari sekian mimpi buruknya. Tapi album itu... Ah, bodohnya Chanyeol. Ia tidak perlu menerima album itu kan? Karena... "Tidak perlu album darimu, aku bisa beli sendiri," ujar Chanyeol dan ia tersenyum miring. Suho kira Chanyeol mudah diimingi-imingi? Heh, Chanyeol bukan anak kecil yang akan menangis meraung di pelukan ibunya ketika merasa sakit hati.

...err...

"Begitukah?" Suho tersenyum miring. Tentu saja otaknya yang cerdas sudah memikirkan seribu langkah, jadi ia benar-benar berada di posisi tidak terkalahkan. "Sebenarnya ini album yang langka sekali Chan Lie," ujar Suho.

"Langka bukan berarti tidak ada kan?" timpal Kris yang sedari tadi diam. Ucapannya sedikit banyak mengembalikan kepercayaan diri Chanyeol. "Benar," timpal Chanyeol, "Kalau berusaha pasti bisa ditemukan."

"Hmm..." Suho mengulas senyum tipisnya. Dia sama sekali tidak khawatir. Dengan santai Suho membalikkan album itu, "Ini bukan album biasa Chanyeollie~ Lihat, album ini ditandatangani oleh seluruh member SNSD."

Skakmat!

Kini Chanyeol terdiam di tempatnya. Itu memang bukan album sembarangan, itu album dengan tanda tangan. Seluruh member pula!

"Jangan terpedaya olehnya Chanyeol!" seru Kris, "Apa kau rela menukar umma dengan album seperti itu?!"

"T-tapi Yifan-ge... A-album itu ditandatangani oleh semua member..." Chanyeol melirik ragu-ragu kepada gege-nya.

"Kalian jangan mau tertipu dengannya! Chanlie! Shixun! Apa kalian tega menukar umma dengan surat cuti dan album seperti itu?!" seru Kris tegas. Bagaimana pun ia tidak sudi kalau ibunya yang penjelmaan malaikat itu berdekatan dengan rakyat jelata seperti Suho. Dan Suho juga pendek.

"Santai Krissie~ Appa tidak melupakanmu kok~ ^^"

Kris ingin muntah mendengarnya.

"Aku akan berikan ini padamu," Suho mengacungkan sebuah amplop berwarna putih, "Aku tahu kau menyukai sepupuku Taozi, jadi di dalam amplop ini ada banyak foto-foto Tao yang tidak mungkin bisa kau tolak."

Kris terkejut mendengarnya. Ia tidak tahu bagaimana Suho bisa menebak itu, tapi sepertinya mengelak pun percuma. "Foto Tao?" Kris menyeringai, tidakkah Suho tahu kalau lebih setengah isi laptopnya adalah foto Tao-nya, "Aku sudah punya lebih dari cukup."

"Tapi aku yakin kau hanya punya foto Tao dengan seragam sekolah, tidak punya foto Tao dengan pakaian bebas."

Kris menyeringai. Tolong jangan samakan dia dengan Chanyeol dan Sehun. "Tentu aku punya. Aku men-stalking Tao bukan untuk kesia-siaan."

Suho, Chanyeol dan Sehun sama-sama membelalakkan mata mereka. Tidak pernah mereka kira bahwa Kris adalah stalker Tao, bahkan di luar sekolah. Suho sedikit khawatir sekarang. Bukan takut penawarannya gagal, tapi takut kalau baby panda-nya diapa-apakan oleh Kris.

Melihat Suho terdiam, Kris merasa bahwa dialah pemenangnya.

"Begitu," Suho berdehem, "Tapi kau pasti tidak punya foto ketika Tao tidur."

Kris terdiam. Dia memang tidak punya itu. Tao tertidur? Oh God... Kris tidak bisa membayangkan semenggemaskan apa ekspresi yang bisa ditampilkan Tao ketika panda itu tertidur.

"Kau juga pasti tidak punya foto waktu Tao menangis."

Tao menangis?! Kris semakin terdiam. Membayangkan wajah polos Tao yang memerah dengan mata berkaca-kaca dan bibir kucingnya yang bergetar. Kris ingin pingsan rasanya.

"Daaaann... Kau pasti tidak punya ini! Hohohohohooo...!" Dengan nistanya Suho menunjukkan sebuah foto. Bukan foto biasa, melainkan foto yang sanggup membuat Kris ternganga bahkan nyaris menjatuhkan rahangnya.

Itu adalah foto sebuah celana dalam yang tengah dijemur dengan gambar panda di bagian belakangnya! Itu celana dalam Tao! Berwarna putih dan bahannya tampak sangat lembut. Membayangkan Tao yang montok itu hanya mengenakan selembar celana dalam bergambar panda...

...dan Kris Zhang pun tidak sanggup berkutik lagi.

Sehun dan Chanyeol yang menyadari gege mereka sudah tak tertolong lagi hanya bisa menghela napas. "Teganya kau Kris-ge, menukar umma dengan celana dalam Tao," gumam Sehun dan Chanyeol pelan.

.

.

.

Sudah Suho yakini kalau para Zhang tidak akan bisa berkutik dengan penawarannya. Otaknya cerdas, sangat. Otaknya itulah yang sudah membuat harum nama EXO High School berkat prestasinya, baik dalam skala nasional maupun internasional. Dan yah... Singkat cerita Suho berhasil mendapat ijin dari ketiga anaknya.

Selamat Suho-sshi!

'Klining~'

Suho membuka pintu cafe Yixing. Hari ini tidak terlalu banyak pengunjung, hanya tampak beberapa meja yang terisi. Suho berjalan menuju salah satu meja dan duduk di sana. Ia mengulas senyum melihat penampilan Yixing hari ini.

Yixing hari ini mengenakan kaus longar dengan garis-garis horizontal berwarna ungu. Lengan kaus itu cukup panjang, hingga hanya mampu memperlihatkan jari-jari lentik Yixing. Gesture ketika Yixing menyingsingkan poninya dengan jari membuat Suho merasa meleleh. Dan kembali pertanyaan itu mendatangi kepalanya.

Bagaimana mungkin malaikat selembut Yixing bisa memiliki tiga anak se... Yah, seperti ketiga Zhang itulah. Dan lagi kendati sudah memiliki tiga anak dan cukup berumur, tubuh Yixing tetap ramping layaknya remaja belasan tahun. Jelas sekali malaikat itu mampu menjaga bentuk tubuhnya dengan baik.

Suho suka! 3

"Baiklah, kau kemari ingin memakan kue atau memakan Yixing," canda Chen yang sedari tadi ternyata sudah berada di samping Suho dengan menu di tangan. Suho hanya tertawa pelan, "Memangnya dia bisa dimakan?" ujarnya membalas canda Chen.

"Tidak, karena sebelum kau makan kau sudah dibunuh oleh anak-anaknya."

Terima kasih sudah mengingatkan, Chen.

"Aku pesan cheese shortcake saja dan orange juice saja."

Chen mengangguk, "Segera sampai~" Dan memang tidak butuh waktu lama untuk membuat Suho mendapati seporsi cheese shortcake saja dan segelasorange juice di hadapannya. Dan tidak butuh waktu lama juga untuk menghabiskan semua itu. Toh Suho hari ini ke cafe bukan untuk makan kue.

Selesai makan, Suho segera bergerak menuju kasir. Kebetulan sekali Yixing yang sedang menjaga kasir. Suho menyerahkan lembaran won sesuai harga dari makanan yang ia pesan. "Terima kasih," Yixing tersenyum tipis. Ah, lihatlah lesung pipit mungil di pipinya itu.

"Emm... Apa minggu ini kau ada waktu?" Suho menjalankan rencananya. Jangan heran kalau Suho menyebut 'kau' pada Yixing, ia memang memanggilnya begitu.

"Eh?" Yixing tampak terkejut.

"A-ah, begini... Sebenarnya aku mau mengajakmu ke taman bermain, minggu ini. Bagaimana?" Ucapan Suho selanjutnya membuat Yixing semakin terkejut. Ini seperti ajakan kencan kan?

"B-berdua saja?" Yixing merasa ingin menampar wajahnya sendiri. Kenapa ia perlu bertanya hal seperti itu?

"Y- B-bertiga!" sahut Suho cepat, "Aku juga mengajak Tao." Rasanya ia belum cukup berani untuk mengatakan bahwa mereka akan pergi berdua. Dan sekali lagi Kim Junmyeon memanfaatkan Tao untuk rencananya. Suho rasa setelah ini ia akan mentraktir Tao makan, meski harus kehilangan setengah isi dompetnya karena Tao itu banyak sekali makannya.

"B-baiklah," Yixing tidak mengerti mengapa ia langsung mengiyakan. Ini pertama kali ia menyanggupi ajakan seseorang. Yah, mungkin karena Suho bilang mereka akan pergi bertiga.

"O-oh, ne..." Suho tersenyum lebar. Pipinya terasa panas dan jantungnya berdebar penuh semangat. Yixing menerima ajakan kencannya! "Aku jemput hari minggu jam dua, bagaimana?"

"Boleh," Yixing mengangguk sambil tersenyum. Dan Suho pun berjalan keluar cafe dengan senyum lebar di wajahnya.

"Uri Yixing akan berkencan minggu ini~" Xiumin yang mencuri dengar menggoda atasannya.

"Aish kau ini, kami tidak pergi berdua saja kok, dia membawa sepupunya juga dan lagi..." Xiumin sedikit mengangkat alis melihat kedua bola mata Yixing yang tampak meredup, "...dia sudah punya pacar."

.

.

.

Lu Han, pria berusia 23 tahun itu mengernyitkan alisnya bingung. Ia baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah. Mendadak sekali kepala sekolah Jung memberinya cuti satu minggu. Cuti ini terkait dengan kinerja Luhan yang sangat baik selama ia bertugas. Disertakan pula tanda tangan dari ketua OSIS.

Tidak tahu harus bersikap apa, memang Luhan sesekali menginginkan libur. Ia merasa penat juga dan harus ia akui ia merindukan Sehunnie-nya. Tapi kalau diberi cuti mendadak begini Luhan justru merasa bingung.

"Xiao Lu!" Luhan memekik pelan ketika merasa seseorang memeluknya dari belakang secara tiba-tiba. Ia menoleh dan ternyata itu Sehunnie-nya.

"A-apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!" Bergegas Luhan melepas kedua tangan Sehun yang melingkar di pinggangnya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada siapa pun yang melihat kejadian barusan. Dan Luhan bersyukur bahwa koridor sekolah di mana ia dan Sehun berada saat ini tampak sepi. Yah, lagipula sekarang juga masih jam pelajaran.

"Kau ini! Seenaknya saja!" sembur Luhan ke arah kekasihnya. Sehun hanya memutar bola matanya. "Ah ya, seminggu ini aku menginap di apartemenmu, oke?"

Luhan mengangkat alisnya, "Seminggu? Eh, apa ini berhubungan dengan cuti kerja yang diberikan kepala sekolah Jung padaku?!"

Sehun tersenyum sambil mengangguk berulang kali.

"A-apa?! Y-yah Sehunnie! Jangan bilang kalau kau yang berada di balik semua ini. Ayo mengaku!" seru Luhan sambil menunjuk-nunjuk wajah Sehun.

"Ceritanya panjang, Xiao Lu," Sehun mengecup ujung jari Luhan, "Pokoknya mulai sekarang setiap pulang sekolah aku akan ke apartemenmu oke? Masak yang enak, dan..." Sehun memajukan wajahnya, berbisik kepada rusa manisnya, "...dandan yang cantik."

"Dandan apanya!" Luhan menarik hidung Sehun kesal, "Seenaknya main ke apartemenku, memangnya kau tidak membantu umma-mu di cafe, eoh?"

"Sudah ada Xiumin hyung dan Chen hyung di sana, Kris ge dan Chanyeol ge juga pasti kadang-kadang membantu," ujar Sehun dengan bibir mengerucut, "Lagipula aku merindukanmu, Luhan~"

Luhan tampak terkesiap untuk sepersekian detik, namun tak lama raut lembut memenuhi wajah bulatnya. Ia tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Dengan jahil menarik hidung Sehun. "Ne, ne. Aku mengerti."

.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar satu jam yang lalu. Sekolah yang tadinya ramai pun kini tampak lengang. Hanya tampak beberapa siswa yang masih berada di lingkungan sekolah, untuk pelajaran tambahan maupun kegiatan ekstrakurikuler. Zhang Chanyeol salah satunya.

Ia tengah berada di perpustakaan, bukan untuk membaca karena sebenarnya Chanyeol bukan tipe yang addicted terhadap buku. Melainkan ia tengah menyusun buku atas permintaan petugas perpustakaan. Tidak bisa menolak, ia menggerutu kesal sambil menyusun buku-buku tua itu berdasarkan tanggal terbitnya.

"Baekkie, kau sudah menemukan bukunya?"

Chanyeol menoleh saat mendengar sebuah suara yang cukup dikenalnya, terlebih suara tersebut baru saja menyebut sebuah nama. Ia mendapati sosok mungil Do Kyungsoo berada tidak jauh darinya. Dan dari ucapan Kyungsoo tadi tampaknya Baekhyun juga berada di sini.

"Oh, Chanyeol-sshi," sapa Kyungsoo saat ia melihat Chanyeol. Chanyeol hanya mengangguk sebagai balasannya. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Menyusun buku," sahut Chanyeol singkat.

"Kau sudah menemukan bukunya?" Tiba-tiba saja sosok Baekhyun muncul. Laki-laki mungil itu tampak terkejut melihat Kyungsoo bersama Chanyeol.

"Tidak, tapi aku menemukan dia," Kyungsoo berujar santai sambil menunjuk Chanyeol. Baekhyun memutar bola matanya. Oh tidak, kenapa harus Chanyeol. Rasanya setiap ia melangkah pasti ia bertemu Chanyeol. Apa dunia ini terlalu sempit atau Chanyeol yang terlalu besar?

"Kalau tidak ada di sini, kita ke toko buku saja," ujar Baekhyun ketus.

Dan Chanyeol kini tahu betapa Baekhyun menganggap ia begitu menyebalkan. Lirikan sinis dari Baekhyun sudah membuktikan. Chanyeol tidak heran mengapa, ia menjahili Baekhyun selama dua tahun. Huff~ padahal kan Chanyeol hanya ingin dekat, biarpun caranya salah sih...

"Maafkan aku."

Kyungsoo dan Baekhyun sama-sama membulatkan mata mereka. Mulut mereka ternganga. Apa yang berada di depan mereka saat ini adalah pemandangan yang tidak pernah mereka kira akan benar-benar terjadi. Terlebih bagi Baekhyun. Benarkah apa yang ia lihat? Benarkah apa yang ia dengar?

Zhang Chanyeol meminta maaf dan membungkuk ke arahnya!

"A-apa yang..."

"Aku minta maaf karena kelakuanku selama dua tahun ini. Aku minta maaf sudah menjahilimu. Tolong maafkan aku."

Baekhyun masih tercengang di hadapannya. Ini seperti sesuatu yang ia impikan. Chanyeol meminta maaf padanya. Baekhyun kira itu hanya akan menjadi sekedar mimpi namun kini Chanyeol benar-benar meminta maaf padanya, bahkan sampai membungkuk.

Baekhyun adalah anak yang baik. Ia tidak pernah benar-benar marah pada orang lain, tidak pernah mendendam tapi itu tidak berlaku untuk Chanyeol. Tidak setelah Chanyeol membuat Baekhyun terkurung di toilet anak perempuan dan membuatnya dijuluki 'Mesum'. Tidak setelah Chanyeol berulang kali membuatnya tersandung dan mengolok-oloknya. Dan Baekhyun masih ingat sekali ketika dengan sengaja Chanyeol melemparinya dengan bola basket, membuat Baekhyun secara tidak sengaja menjatuhkan sebuah buku kecil yang ditandatangani oleh Taeyeon SNSD langsung ke genangan air. Alhasil tanda tangan di buku kecil itu langsung mengabur karena terendam air.

"Kau pikir kejahilanmu selama dua tahun itu bisa dimaafkan hanya dengan kau yang membungkuk selama dua menit di hadapanku, eoh?" Baekhyun melipat tangan di depan dadanya, memandang angkuh pada Chanyeol yang kini sudah bangkit dan menatapnya kecewa.

"Jangan begitu Baekkie-yah, Chanyeol-sshi sudah minta maaf yaa sudah. Jangan diperpanjang lagi," ujar Kyungsoo. Baekhyun mendengus sambil membuang muka.

"Begitu, baiklah aku mengerti," Chanyeol berujar singkat, kemudian berlalu pergi dari hadapan Baekhyun dan Kyungsoo.

"Dia minta maaf dengan sungguh tapi kau acuhkan, dia pasti sakit hati," celetuk Kyungsoo.

"Yah Dio! Kau ini temannya atau temanku sih?!" Baekhyun berseru kesal, "Mana bisa aku percaya, ia sudah menjahiliku selama dua tahun! Kau ingat?! Dua tahun!"

"Tapi..."

"Baekhyun-sshi." Baekhyun dan Kyungsoo sama-sama menoleh, keduanya tampak terkejut melihat Chanyeol menghampiri mereka. Mereka kira Chanyeol sudah pergi, tapi ternyata tidak. "Ini, sebagai permohonan maafku." Chanyeol menyodorkan album yang ia dapat dari Suho. Dalam hati berdoa semoga benda ini bekerja sesuai harapannya. Yah, benda itu harus bekerja sesuai harapannya atau Chanyeol akan mengebiri Suho.

Di lain pihak Baekhyun berdiri membatu di tempatnya. Mata kecilnya membelalak. Itu... Itu album terbatas Soshi! Demi Tuhan! Baekhyun sudah menghampiri seluruh toko kaset di Seoul dan dia tidak bisa menemukan album itu. Baekhyun juga sudah mencari melalui situs online-shop, tapi tetap saja ia tidak bisa menemukannya.

Lalu bagaimana Chanyeol bisa menemukannya? Rasanya ini tidak adil.

"B-bagaimana?" Chanyeol mulai cemas, jangan-jangan Baekhyun tidak mau menerimanya. Atau album ini sama sekali bukan apa yang diinginkan Baekhyun? "I-ini ditandatangani juga lho." Chanyeol menunjukkan bagian belakang album itu dan Baekhyun merasa seperti melihat sebuah harta karun.

Itu album langka. Ditandatangani. Oleh seluruh member Soshi!

Kyungsoo memutar bola matanya bosan. Ia tahu Baekhyun menginginkan album itu dan ia bosan melihat Baekhyun sama sekali tidak bergerak. Tanpa mengatakan apa-apa Kyungsoo mengambil album itu dari tangan Chanyeol dan memberikannya pada Baekhyun. Baekhyun meraih album itu dengan tangan gemetar kemudian mendekapnya di dada. Ia menundukkan kepalanya. Matanya terasa panas sekarang, seperti mau menangis.

"Jadi kau memaafkanku kan?" tanya Chanyeol. Tapi tidak ada yang ia dapat selain Baekhyun yang masih menundukkan kepalanya.

"Hey, Baekhyun," Chanyeol mencoba memendekkan wajahnya untuk melihat wajah Baekhyun. Di luar dugaan Baekhyun tiba-tiba jongkok dan wajah Chanyeol berubah panik ketika Baekhyun menangis.

.

Sementara itu di sebuah ruangan dengan tag 'Ruang OSIS', teridentifikasi seonggok manusia yang bernama Zhang Yifan tengah membatu dengan pelangi yang mencurah dari mulutnya. Di mejanya tampak berserak foto-foto seseorang yang begitu menggemaskan. Sementara di tangannya terdapat sebuah foto –yang saat ini ia lihat- sepotong celana dalam yang berkibar dengan indahnya di bawah sinar matahari.

Fyuh~

=tbc=

Author bacot area~

Mian chapter ini pendek bangett u,u Sebenernya mau Cezzie panjangin, tapi entah kenapa Cezzie kena kutukan chapter 4. Mendadak ngerjain chapter ini jadi hilang mood, jadi daripada nanti terbengkalai kayak FF EXO yang juga mendadak hilang mood di chapter 4, makanya Cezzie publish sekarang~

Semoga sukaa~~~

^^
Review yaaa :DDD