Title : Kris and Amortentia

Rated : T

Genre : Fantasy/Romance

Cast :

-main cast : KrisTao

-slight : none

-other cast : find by yourself

Disclaimer : cast diatas milik Tuhan, milik author-karena ada tokoh buatan-, milik orang tua, milik diri mereka sendiri(?). FF murni milik saya. Jika ditemukan kesamaan, itu hanya sebuah kebetulan semata yang sangat tidak disengaja.

Warning : YAOI, BL/Boys Love, abal, typo dimana-mana, alur dipaksakan dan kekurangan lain yang akan readers temui sendiri. Banyak chara yang numpang lewat. No plagiat. No Flame. No Bacot(?)

NB : Terinspirasi dari film Harry Potter, meskipun tidak ada kesamaan cerita. Tapi ada beberapa adegan yang sama yang saya tuangkan di FF ini. Banyak nama tempat di FF ini yang muncul begitu saja di imajinasiku. Nama-nama tokoh aku ambil dari anggota BB/GB. Tapi ada juga yang hasil pemikiranku. Mantra sihir sebagian kecil ciptaanku.

.

.

.

Cinta itu harus dari hati…

Tidak perlu dengan ramuan pemaksa itu, kan…

.

.

.

.

.

.

Kris and Amortentia

.

.

.

"Jaga keseimbanganmu, Tao !" teriak , sang pelatih Quidditch di Sekolah Hogwarts tersebut.

Tao sekali lagi mendengus kesal sambil memperhatikan sang pelatih yang berada dipinggir lapangan dengan tongkat sihir yang terarah pada leher seksinya.

.

Dari tadi teriak-teriak seperti itu, apa tidak kelelahan ?

.

"Tao, jangan melamun!"

.

Hhahh,, sampai menggunakan mantra Sonorus segala…

.

"Tao, konsentrasi !" teriak seseorang dari sisi lapangan yang lain.

Tao menoleh. Didapatinya Luhan yang duduk sendiri dibangku penonton sedang melambaikan tangannya kearah Tao sembari tersenyum lebar. Membiarkan lembar demi lembar buku yang berada dipangkuannya tertiup angin yang berhembus sepoi.

"Fighting !" teriaknya lagi.

Tao tersenyum. Lantas, ia segera bergabung dengan teman-temannya yang lain untuk berlatih Quidditch. Sejenis olah raga layaknya sepak bola. Bedanya, jika sepak-bola menggunakan kaki untuk menendang bola dan bermain dilapangan hijau, Quidditch menggunakan tangan untuk saling melempar, merebut dan mempertahankan bola dari lawan mainnya dan menggunakan sapu terbang untuk bermain. Karena lapangannya bukanlah lapangan hijau, melainkan udara hampa diatas permukaan tanah.

"Yaa terus. Seperti itu, Tao. Percepat laju sapu terbangmu," intruksi lagi.

.

.

.

Kris and Amortentia

.

.

.

"Kau mau kemana, Kris ?" Kai berlari kecil menyusul Kris yang kini juga tengah berlari kecil menyusuri lorong panjang sekolah berarsitektur layaknya kastil kerajaan Inggris tersebut.

"Aku ada kelas Mantra. 10 menit lagi kelas dimulai," jawabnya tanpa menghentikan lari kecilnya menuju kelas di ujung lorong tersebut. "Profesor Minnie tak suka dengan keterlambatan muridnya."

"Aku juga ada kelas Ramalan 15 menit lagi. Tapi aku santai saja. Mau ke aula besar untuk makan sebentar ? Aku lapar."

Kris menghentikan larinya. Ia tatap Kai dengan iris coklat gelapnya dengan dingin. "Makan sendiri," desisnya tajam lalu segera melanjutkan lari kecil yang berubah menjadi langkah lebar yang menggema diseluruh koridor suram tersebut.

Kai mengangkat bahunya cuek. "Yeahhh... Makan sendiri. Setidaknya Sir Wonnie tak akan tega menggunakan mantra Wingardium Leviosa untuk menerbangkan diriku layaknya kapas." Kemudian berjalan berbalik berniat menuju aula besar yang terletak di bangunan seberang.

"Sepertinya membolos satu kali di kelas Ramalan tak ada salahnya," ujarnya riang. Baru ia melangkahkan kakinya dalam hitungan ke 3, sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Cepat kembali ke kelas anda, !"

Tiba-tiba, suara kecil nan cepreng masuk pada pendengaran Kai. Memaksanya untuk membatalkan niat untuk melanjutkan kaki jenjangnya melangkah.

"Ahh." Kai berlonjak kaget. Ia buru-buru memutar tubuhnya lagi. "Prof... Profesor Jessie, anda menggangetkanku," ucapnya sembari mengelus-ngelus dada bidang miliknya.

"Cepat masuk ke kelas, atau kau akan kuberi nilai E pada pelajaran astonomi-mu," ancam Madame Jessie dengan tangan berkacak pinggang serta mata merah melotot.

Kai mendengus kesal. Baru ia akan makan, tetapi sudah tertangkap oleh Madame Jessie, Kepala Kedisiplinan Sekolah Hogwarts yang merangkap sebagai guru astronominya.

.

Animagus menyebalkan, batinnya.

.

"Tapi Profesor, perutku telah menjerit dari tadi karena belum sarapan."

"Apa kau melewatkan sarapan pagi di aula utama ?"

"Yaaa… bisa dibilang seperti itu." Kai mengusap tengkuknya dengan kepala menunduk.

"Tak ada alasan, Mr. Kai. Atau aku akan benar-benar memberimu nilai E pada…"

"Yeahh, Madame. Aku akan mengikuti kelas Mr. Wonnie sekarang," ucapnya buru-buru. Membayangkan mendapat nilai E –lagi- dikelas astronomi saja ia tak mau. Menginggat ia pernah diceramahi sang mommy karena mendapat nilai D dipelajaran tersebut dengan posisi tergantung terbalik diudara karena mantra Wingardium Leviosa sebagai hukumannya. Sungguh membuatnya merasa ingin mengeluarkan seluruh isi perut saat itu juga.

"Baiklah, silakan," ujar Profesor Jessie lagi sembari menarik ujung topi hitamnya kebelakang.

Kai lalu berjalan mejauh dari Madame Jessie dengan mulut yang tak berhenti komat-kamit. Profesor nyentrik yang selalu menggunakan make-up tebalnya itu. Samar-samar ia masih dapat mendengar teriakkan sang Madame yang selalu memekakkan gendang telinganya.

Ohh, atau bahkan selalu memekakkan seluruh gendang telinga murid asrama Hogwarts. Tentu saja bukan cuma Slytherin.

"Jangan mentang-mentang Profesor Wonnie itu baik, jadi kau menyalahgunakan kebaikkannya itu."

Sekali lagi, Kai mendengus kesal sambil terus berceloteh tak jelas.

.

.

.

Kris and Amortentia

.

.

.

"Aku tak tau jika kau ternyata tak mempunyai minat pada Quidditch," ucap Luhan.

"Yaa, setidaknya dulu memang tidak ada. Tak tau lah kenapa Sir Yunho berisi keras menyuruhku untuk ikut Quidditch," jawab Tao sambil terus menyendok pudding stroberinya.

"Mungkin Sir Yunho sangat terkesan dengan kelincahanmu, Panda," ujar Luhan lagi. Ia gapai sepiring pai apel yang sedikit lebih jauh dari jangkauannya.

Tangan Tao terulur membantu Luhan. "Yaa, mungkin karena dia pernah melihatku berkelahi, eungg…lebih tepatnya berkejaran dengan Kris. Menaiki sapu terbang dengan kecepatan maksimum. Mengejar Kris sampai mengitari bangunan Hogwarts," jelasnya. Ia serahkan piring besar berisi pai apel tersebut kepada Luhan.

"Sebenarnya aku dulu juga melihatmu. Kau keren. Tak ku kira pemuda polos sepertimu bisa menaiki sapu terbang seperti itu. Berduel dengan Kris lagi. Jelas-jelas dia 2tahun ada diatas kita," gumam Luhan dengan mulut yang dipenuhi oleh pai apelnya.

"Dia yang mencari gara-gara denganku." Tao mempoutkan bibirnya. "Boneka pandaku terjatuh, dan dengan seenak jidatnya, dia menginjaknya. Itu keterlaluan kan," jelas Tao berapi-api. Jika saja ia sedang memegang tongkat sihirnya, mungkin telah tercipta bola api disekitar mereka.

Luhan terkekeh. Tentu saja ia tau, seberapa cintanya Tao kepada boneka itu.

"Eungg, Tao, untuk pesta musim dingin 3minggu lagi, kau berencana datang dengan siapa ?" tanya Luhan tiba-tiba.

Tao menghentikan tangannya untuk menyendok pudding warna merah dihadapannya. Berfikir sejenak lalu tersenyum.

"Aku tak tau. Aku belum memikirkannya. Apa kita diharuskan membawa pasangan ?" Tao berujar lirih. Kemudian kembali memainkan sendoknya menyusuri pinggiran mangkuk putih dihadapannya itu.

Luhan memutar bola matanya malas. "Dengar ya ," ujar Luhan memberi penekanan pada nama pria kulit putih dihadapannya itu. "Kita diharuskan membawa pasangan kita masing-masing untuk datang ke pesta musim dingin itu. Dan jangan harap kau bisa kabur dihari paling penting itu. Understand ?"

"Tapi Lu, aku benar-benar tak tahu harus dengan siapa. Apa itu pesta untuk semua siswa disemua asrama ?"

"Tentu saja. Setidaknya untuk murid tingkat ketiga sampai tingkat kelima. Kau tak membaca pamflet yang disebarkan oleh Lay si murid sok sibuk dari Hufflepuff ? Aku yakin kau melewatkannya."

Tao hanya memasang senyuman sembari mengaruk ujung hidungnya yang tak gatal sama sekali. "Jadi ?"

"Apanya ? Kalau tanya yang jelas."

"Maukah…"

.

.

"Lulu akan pergi denganku, panda," ujar Sehun tiba-tiba.

Luhan berlonjak kaget. Spontan ia menjauh dari Sehun yang dengan tiba-tiba muncul dan berada disisinya.

"Kau !" teriak Luhan frustasi sembari mengelus dadanya. "Jangan ber-apparete sembarangan. Kau membuatku hampir menyemburkan pai apel dalam mulutku ini."

.

.

Tidak Lu…Kau bahkan telah menyemburkannya tadi… ckckckk…

.

.

"Kau membuat jantungku meloncat keluar, Sehun," protes Tao dengan mata mendelik yang malah terkesan imut. "Jadi, kalian akan pergi bersama ?"

"Yaa… kami akan pergi bersama. Kau akan datang dengan siapa, panda ?"

"Aku tak tau. Apa aku harus mengajak Baekhyun ?" ujar Tao meminta pendapat.

"Baekhyun ?" Luhan memutar bola matanya. "Aku yakin dia akan pergi dengan Chan. Apa kau lupa, dia sudah menjadi kekasih Chan sejak 2hari yang lalu ?"

"Benarkah ? Chan…"

.

"Hheiii, ada anak panda disini," teriak sebuah suara berat dari arah pintu super besar aula Gryffindor yang sukses membuat Tao berhenti berkata-kata.

Merasa terpanggil, Tao memutar kepalanya. Menatap siapa yang seenak jidatnya memanggilnya dengan sebutan anak panda. Begitu pula dengan ke 2 sahabatnya itu.

"Kau !" Tao kemudian terpekik kaget. Tangannya yang sedari tadi bermain di mangkuk pudding strawbery pun ikut berhenti. Melayangkan sendok kecil tersebut ke atas meja. Terjatuh.

"Well, tak usah sekaget itu, panda." Kini ia berjalan dengan santai menuju sisi Tao. Diikuti oleh Kai dan Chan yang berjalan dibelakangnya.

"Kris ? Mau apalagi kau, hhuh ?!" bentak Tao sinis sembari menjauhkan tubuhnya dari Kris yang tanpa aba-aba langsung duduk disampingnya.

"Jangan berkata seperti itu. Aku 2 tingkat lebih tinggi darimu."

"Tapi kelakuanmu lebih rendah dariku," desis Tao sinis.

"Hheii…hheii… sejak kapan panda polos ini berbicara seperti itu ?" tanya Kai memincingkan mata menatap Tao. "Ahh, pasti ini ajaranmu kan ?" tudingan Kai terarah pada Sehun yang terus menatapnya tak suka.

"Jangan menuduh orang sembarangan. Apalagi tanpa bukti seperti itu."

"Kau mengundang emosi, Kris. Cepat pergi dari sini. Ini ruang aula asrama Gryffindor. Slytherin ada di lain bangunan."

"Aku ada perlu dengan panda manis ini, Lu." Kris berujar dengan senyuman dibibirnya.

Well… Senyuman yang selalu diartikan sebagai Senyuman-Mematikan oleh hampir seluruh murid asrama Hogwarts.

.

HAMPIR.

.

Belum tentu semua...

.

.

Tao yang mendengar penuturan Kris kontan hanya bisa mengerjapkan kedua bola mata hitamnya imut.

Oohh… sebuah pemandangn indah bagi makhluk tampan berdarah murni didepannya itu. Memandang Tao dengan kerjapan mata lucu menjadi santapan Kris sehari-hari ketika ia membuka halaman pertama buku Ramalan-nya, atau bahkan mungkin seluruh buku pelajarannya.

"Berkediplah Kris. Kami tau panda kami itu manis," sindir Sehun dengan senyuman evil ketika matanya mendapati sang pangeran sok cool-menurutnya- sedang menatap tanpa kedipan ke arah Tao.

"Sekali lagi kau berbicara, kusumpal mulutmu dengan sepatu bau milik Sir Hyukkie," geram Kai tak suka sembari memandang tajam Sehun.

"Ciihhhh… Makhluk menyebalkan."

.

"Dasar albino !"

.

"Kulit hitam !"

.

"Pecinta Kodok !

.

"Pri…."

.

"Demi Janggut Merlin ! Oh Sehun ! Kai ! diam !" spontan, Luhan membentak kedua pria yang sedari tadi bercekcok ria tanpa memperdulikan tatapan aneh dari beberapa siswa yang tak sengaja lewat dideret bangku panjang yang mereka tempati. "Jangan bertindak seperti anak kecil."

.

"Orchideus," ucap Kris tiba-tiba. Seketika, sekumpulan bunga anggrek berbagai warna muncul dari ujung tongkat sihirnya. "For you, princess peach," ucap Kris seraya memberikannya pada Tao.

Tao melirik sekilas. "Aku tak suka anggrek," ujar nya ketus.

"Rosesiusdeflur," ucap Kris lagi. Dan, bunga yang tadinya anggrek, berubah menjadi puluhan tangkai mawar putih segar.

Ke-4 orang yang melihat kejadian ini pun hanya mampu terdiam diri memandang Kris dengan tatap aneh. Terlebih Sehun. Pemuda berkulit seputih susu itu memandang Kris dengan tatap seolah mengatainya, 'GILA'.

.

Seorang Pangeran Slytherin, 'GILA' ?

.

.

Heran ?

.

.

Tentu saja. Sejak kapan Kris bisa berperilaku manis-setidaknya menurut Kai dan Chan- seperti itu dengan orang lain…

"Kai, kapan Kris belajar menggunakan mantra sebagus itu ?" desis Chan yang masih berdiri di belakang Kris. Lelaki yang sedari tadi hanya diam mengikuti arus pembicaraan yang menurutnya sangat tak penting itu.

"Aku tak tau. Yang ku tau, dia sangat rajin mengikuti kelas ramuan dan kelas mantra," jelas Kai yang juga berbisik. "Aku rasa, dia menyembunyikan sesuatu."

.

"Sunieshines," sekali lagi, Kris berujar. Mawarpun telah berubah menjadi bunga matahari yang terbang mengelilinggi Tao.

.

"Aku tak tau jika Kris bisa menggunakan mantra sepandai itu," desis Luhan pada namja yang kini asik meminum jus labunya.

"Mungkinkah, dia menyukai Tao, Lu ?"

"Entahlahh. Kris suka sekali menggoda Tao."

"Kris menyukai panda. Aku bisa melihatnya. Auranya berseri-seri," ujar Sehun sembari memainkan jarinya diudara. Menciptakan sekelebat garis putih dengan aksen serbuk pink kebiruan yang membentuk Love sign.

.

.

.

Nb : di side ini, tulisan yang tebal dan miring adalah kata-kata Madame Hyolin yang memberikan penjelasan didepan kelas ditengah percakapan antara HunTao

.

.

.

"Dan ini adalah ramuan cinta. Merupakan ramuan cinta yang paling kuat di dunia. Ramuan ini memiliki warna yang menyerupai mutiara yang berkilau," Jelas Madame Hyolin dikelas ramuannya pada tingkat ketiga itu. Di kelas Tao.

"Berniat mencobanya?" bisik Tao ke Sehun saat didapatinya pria itu sedang memandang takjub pada kuali yang terus mengepulkan asap ungu diatasnya. "Aku pikir, kau tertarik."

"Ehhh… buat apa," ujar Sehun bingung.

.

"Dan wanginya sangat berbeda. Tergantung tingkat ketertarikan kita terhadap orang tersebut."

.

"Bukankah kau menyukai Luhan," bisik Tao lagi.

"Kami sudah pacaran 3hari yang lalu," jelas Sehun dengan mata yang tetap terfokus kedepan.

.

"Pembuatannya sangatlah mudah. Tetapi, jika kau salah takaran sedikit saja, maka akan mengurangi khasiat ramuan cinta ini. Bukan menghilangkan, melainkan hanya mengurangi."

.

"Apa ?!" Tao sedikit berteriak. Membuat Sehun dengan cepat membungkam mulut Tao dengan telapak tangannya.

.

"Kalian hanya harus membubuhkan serbuk Red Rose Gull gunung, serta beberapa lembar White Magnolia terawat yang memiliki diameter sekitar 4-6cm. Juga dengan 6tetes cairan kupu betina lembah Zezko."

.

"Jangan berteriak. Ku ulangi, aku-sudah-pacaran-dengan-Luhan," jelas Sehun pelan dengan memberikan penekanan pada tiap katanya.

"Kau…."

" dan . Aku kira kalian sudah mengerti tentang tata krama dikelasku," ujar Madam Hyolin tiba-tiba yang entah sejak kapan telah berdiri didekat bangku Tao dan Sehun. "Aku tak menyukai kebisingan dikelas ku. Apa aku harus mengunakan mantra transfigurasi kepada kalian sebagai hukuman ?"

Tao dan Sehun saling memandang satu sama lain. Kemudian mengarahkan pandang pada sosok sexy didepan mereka.

"Profesor, sekolah tidak mengijinkan mantra transfigurasi digunakan untuk menghukum siswa," jelas Tao mengingatkan. "Apa Profesor melupakannya ?"

Madame Hyolin kontan memincingkan tatapannya kepada Tao.

Oooh, ayolah… Madame sexy ini tau bahwa Kris menyukai sosok pria yang sekarang ada didepannya. Bukankah alasan yang cukup untuk tak menyukai Tao mengingat Madame Hyolin sendiri juga telah menyukai pangeran tampan di asrama Slyterin itu ?

"Jangan mentang-mentang kau mendapat perlindungan dari , kau dengan seenaknya melawanku, !" pekik Madame serba biru ini keras. Memaksa semua siswa yang ada di kelasnya itu menolehkan kepala kearah deret meja paling belakang.

"Hhhuhh ?" Tao megerjapkan mata. Tak mengerti dengan ucapan Profesor ahli ramuan itu. "I'm sorry, professor Hyolin. Tapi aku tak mengerti dengan kata-kata anda. Apa maksud anda dengan, mendapat perlindungan dari Kris ?"

Kini, ganti Madame Hyolin yang memasang ekspresi tak mengerti. Matanya yang berhiaskan eyeshadow biru tua itu menatap Tao yang tengah menatapnya dengan pandangan meminta penjelasan. "Begini, Mr. Tao…"

"Eungg, Profesor…" Panggil Sehun tiba-tiba memotong pembicaraan. Fokus Madame Hyolin kini beralih kepada Sehun. Sosok lain yang menjadi tersangka kegaduhan dikelas beberapa saat yang lalu.

"Ada apa ?"

Sehun tak menjawab. Ia hanya mengerjapkan matanya. Seolah memberi kode pada wanita nyentrik -selain Madame Jessie tentunya- dihadapannya itu. "Jangan mengatakannya," ujarnya tanpa suara kepada sang professor. Ia hanya mengerakan pelan belahan bibirnya. Berusaha agar Tao tak mendengar ataupun melihat.

Luhan yang yang berada dibangku beberapa deret dari Sehun pun hanya menatap dengan senyuman dibibirnya. Ekspressi bersyukur bahwa Sehun, sang kekasih-yang selalu dia anggap bodoh- mampu menghentikan perkataan Madame Hyolin yang nyaris saja membuat sang panda, atau bahkan seluruh gadis Hogwarts terjatuh pingsan seketika.

.

.

.

Kris and Amortentia

.

.

.

Lagit sore di Hogsmeade nampak begitu suram dimata Kris dan kedua sahabatnya ini. Bagaimana tidak ? awan abu-abu masih dengan setia menggantung dan tak sedikitpun memberi celah pada sang matahari untuk membiaskan sinar jingganya. Mereka berjalan tak tentu arah mengitari jajaran toko sepanjang jalan setapak yang mereka lewati tanpa ada minat masuk sedikitpun. Lalu mendudukkan diri pada bangku yang mengitari air mancur yang telah tak berfungsi sebagaimana mestinya.

"Kris, kau tak berniat masuk ke Pub milik Madame Rose ? Kulihat dari tadi dia memandangimu, kawan," ujar Kai pada Kris yang masih sibuk dengan mantel panjangnya. Ayolahhh, musim dingin sebentar lagi akan datang. Dan tentu saja, berkeliaran disore hari seperti ini cukup membuat badanmu mengigil kan ?

"Hhuh ? Kau bilang apa ?"

"Kau lihat disana," tunjuk Kai dengan dagu lacipnya pada seorang wanita di depan sebuah Pub kecil di ujung gang sebelah kanan Kris."Dia Madame Rose. Pemilik Pub di gang sempit ini. Kau berniat kesana ? Dia sedari tadi tersenyum genit menatapmu."

"Bloody hell… Kau tak tahu ? Sudah bukan rahasia lagi jika wanita penggila mawar ungu itu menyukai Kris. Dan tentu saja, jangan melupakan Madam Hyolin, pengajar ramuan di kelas kita," jelas Chan panjang lebar. "Dia, Madame Hyolin, suka berimajinasi memberimu ramuan cinta dan membawamu kedalam ruangannya, Kris."

Chan lantas menyipitkan mata menatap wanita yang ditunjuk oleh Kai. "Berkali-kali melihatnya, tetap saja masih menggoda Baekhyun."

"Aku tak meminta pendapatmu, Chan."

"Hhuhhh…Orang hitam menyebalkan," gerutu Chan. "Aguamenti". Ujung Tongkat Chan seketika mengeluarkan air yang langsung ia arahkan pada kolam air mancur yang kosong dibelakangnya. "Agar lebih indah," katanya begitu menyadari tatapan bingung dari Kai yang menatapnya tak mengerti.

"Ahh, Kris…pesta musim dingin tinggal 19hari lagi. Kau akan berpasangan dengan siapa ?" tanya Chan.

"Ku kira kau tau jawabannya."

"Hhahhh ?! Kalau kami tau, kami tak akan bertanya," gerutu Kai.

"Aku berencana mengajak Tao," jawab Kris singkat. "Ahh… pria manis itu." Kris tersenyum sembari membayangkan Tao yang juga tengah tersenyum menatapnya. "Tapi aku belum berbicara sama sekali tentang ini dengannya. Yahhh… Kau tau kan, sejak bertemu dengannya pada tahun ajaran yang lalu, aku seperti jatuh dalam pesona panda itu." Mata Kris berbinar-binar kala ia mengingat kejadian tersebut.

"Yeahhh… Kris, kau mencintainya ? Ku lihat ada banyak kupu-kupu mengitari kepalamu," goda Kai dengan senyuman evil yang malah terlihat menggelikan dimata Chan.

"Umur panjang !" seru Chan ketika ekor matanya mengkap sosok yang tengah mereka perbincangkan. "Lihat, siapa yang berjalan dari arah timurmu, Kris."

Kris menoleh pada arah yang dikatakan Chan. Dan sedetik kemudian senyum mengembang di wajah stoic yang digilai para wanita di sekolah Hogwarts-menurut penelitian dari Kai-.

.

.

Tao…

.

.

Pria berdampak hebat untuk Kris sedang berjalan dengan kedua sahabatnya. Sepertinya dia tidak menyadari keberadaan Kris. Selama Kris memandang, Tao sama sekali tidak menatap tempat ia bersama Kai dan Chan berada. Tao langsung masuk begitu saja kedalam kedai teh milik .

"Poor, My Lord," ujar Kai dengan nada sedramatis mungkin. "Kau sama sekali tak dilirik oleh panda ? Ayolah Kris… Aku benar-benar ingin tertawa saat ini," ujar Kai dengan memegang perutnya. Menahan tawa yang nyaris saja ia perdengarkan.

.

"Ric…."

.

"Tunggu…tunggu. Ayolah kawan. Apa kau berniat membuatku terus tertawa seperti orang gila dengan mantra itu ?" sela Kai buru-buru begitu Kris menggumamkan 3 huruf pertama dari mantra menjijikkan itu.

Kris mengeram kesal. Ia berdiri lantas dengan langkah lebar, atau lebih tepatnya berlari, menuju tempat Tao. Kai dan Chan tak tinggal diam. Mereka juga berdiri lantas berlari menyusul Kris yang telah lenyap dibalik pintu kayu tua berderit itu.

.

.

Klotangggg…

.

.

Lonceng yang tergatung di pintu berbunyi nyaring ketika dibuka kasar oleh dua pria beda usia 2tahun tesebut. Mereka mengedarkan pandangan lalu tersenyum lega begitu menemukan Kris berada disudut ruangan. Mereka bawa kaki mereka mendekat kearah Kris dan mendudukkan pantat mereka pada kursi kayu panjang yang ada.

"Memperhatikannya ?"

"Atau kau mengupingnya dengan telinga ke-3 mu ?"

"Kau memata-matainya ?"

Kris menghela nafas frustasi. "Bisa diam tidak ? Aku hanya ingin memfokuskan mata pada pandaku !" desis Kris lirih. Matanya tak terlepas dari sosok yang 3 tahun lebih muda darinya itu.

Ikut tersenyum manakala sang incaran tengah memamerkan deretan gigi putih serta rapinya. Membuang nafas kasar serta mencengkram erat segelas jus labu ketika matanya menangkap tangan Sehun atau Luhan dengan sangat bebas mengelus pipi chubby milik Tao.

"Ckckck… Kris, kau sungguh menggenaskan kali ini. Seorang pangeran yang digilai para penyihir ataupun muggle, tak mampu menaklukkan hati seseorang yang bahkan lebih muda darinya. Ckckckkkck…"

"Itulah spesialnya Tao. Sulit ditaklukkan," ujar Kris bahagia. "Itu berarti dia bukan pria yang akan dengan mudah mau diajak keluar oleh para penyihir ataupun muggle."

.

"Amortentia ?" ujar Chan tiba-tiba sebelum meneguk habis wiskey hangatnya.

.

"Huhh ?"

.

"Mau mencoba amortentia ? Ramuan cinta. Kau akan dengan mudah mendapatkannya," jelas Chan dengan kerlingan mata. "Dan aku yakin Madame Hyolin akan dengan suka rela membuatkan sebotol untukmu mengingat dia juga sangat-sangat terobsesi dengan dirimu. Ahh… tidak. Maksudku dengan tubuhmu, Kris." Chan berujar dengan kekehan pelan dibibirnya.

"Apa wanita make up tebal itu curhat padamu ?" tanya Kai penasaran. Pasalnya, ia hanya tahu bahwa Madame Hyolin menyukai Kris. Bukan berniat membawa Kris masuk kedalam ruangannya. "Sejak kapan kau menjadi seorang pendengar yang baik ?"

"Come on… Apa kau lupa jika sahabatmu yang tampan ini mempunyai Mindsensee, hhuh ?"

Kai tanpa sadar menganggukkan kepalanya berkali-kali. Mindsensee. Sejenis kekuatan yang bisa membaca pikiran orang. Dan tentu saja Chan akan dengan mudah membaca pikiran siapapun jika dia mau.

"Tunggu…tunggu… Apa kau juga pernah membasca pikiranku ?" tanya Kai penasaran.

"Well… setidaknya, pernah. Ya, walaupun hanya beberapa kali. Tak lebih dari jari dikedua tanganku ini," Chan menggerak-gerakkan seluruh jarinya tepat didepan wajah Kai yang tengah memerah padam.

"A…apa… apa yang kau lihat ?"

Chan letakkan telunjuknya di dagu dengan kedua bola mata yang berputar pelan. "Seingatku, dulu kau sangat ingin masuk asrama Ravenclaw. Tidak heran mengingat penduduk Ravenclaw adalah murid-murid berkepribadian tenang dan kalem. Tapi kau sama sekali tak cocok di Ravenclaw."

"Ja..."

"Tunggu…" potong Chan cepat. "Tapi aku juga pernah mendapati pikiran menyesatkan ketika membaca pikiranmu. Seingatku, kau pernah berfikiran membawa Dio ketempat tidurmu bukan ?" tawa Chan menggelegar. Tapi sedetik kemudian ia segera menutup mulutnya dengan kedua tepak tangan menginggat Kris sedang melakukan sebuah pengintaian.

"Ituuu…" Kai kehabisan kata-kata. Ia hanya mampu menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali dengan wajah menunduk.

"Tapi aku rasa, kau ingin Ravenclaw karena ingin satu asrama dengannya kan ?" goda Chan sambil menusukkan jari telunjuknya diperut Kai. "Tak kusangka topi seleksi malah memasukkanmu ke Slytherin."

"Engghhh…"

"Oohh…dia pergi," ujar Kris tiba-tiba membuat kedua penyihir muda yang sedari tadi asik di dunianya sendiri kontan memandang Kris kaget. Dengan buru-buru Kris juga beranjak dari bangkunya. Berniat mengikuti Tao lagi. Melangkahkan kakinya keluar kedai beraroma strawberry tersebut.

"Kau mau mengikutinya lagi ? Ku lihat mereka berpisah," ujar Chan dengan dahi penuh kerutan. Pasalnya, Sehun dan Luhan mengambil arah yang berbeda dengan Tao. "Dilihat dari cara mereka mengambil jalan, sepertinya mereka akan ke Diagon Alley."

Kris tak bersuara. Kakinya ia bawa mengikuti Tao. Menjaga jarak, setidaknya 10meter dibelakang sosok bermantel biru tersebut.

Kai menggelengkan kepalanya frustasi melihat tingkah Kris yang sangat bertolak belakang dengan sifat aslinya. "Apa kita akan mengikuti tingkah gilanya itu ?"

Chan memandang Kai dengan tatapan kau-bodoh- ya-. "Jika kau belum pernah jatuh cinta, kau akan menganggap tindakan Kris adalah tindakan gila dan abnormal."

"Jadi, kau menyuruhku untuk jatuh cinta ?"

"Ohh… aku lupa jika kau memang sedang jatuh cinta. Setidaknya sedang berbunga-bunga dengan Dio," pekik Chan yang membuat beberapa orang yang melintas didepan mereka harus menutup telinga.

"Kita kembali ke Hogwarts." Kai langsung mengambil langkah seribu menghiraukan Chan yang terus menyerukan namanya agar berhenti.

.

.

.

Kris and Amortentia

.

.

.

Tao merebahkan dirinya diatas hamparan hijau rumput Tuigh yang tumbuh subur di lembah Ornea di bagian selatan Hogsmeade. Atau jika dari Hogwarts, sepertinya ada di sebelah Timur tempat mereka menimba ilmu sihir selama ini. Matanya tepejam menikmati angin dingin yang dengan bebas menerpa paras tampannya.

Tak jauh dari tempat Tao berada, namja blonde terlihat sangat khusyuk memperhatikan ekspresi damai yang membuatnya secara tak sadar menarik kedua ujung bibirnya keatas membingkai sebuah senyuman-lagi-. Matanya tak pernah terlepas memperhatikan sosok yang bahkan tak bergerak seinchipun dari tempatnya berbaring.

.

Begitu damaikah ?

.

"Cantik, " bisiknya pelan. Perlahan, dia dekati namja yang masih dengan rapat menutup keping obsidian hitamnya. Menjaga kakinya agar tak menginjak ranting yang berserakkan ditanah lembab itu.

.

.

Hati-hati...

.

.

melangkah pelan...

.

.

Sangat pelan...

.

.

.

Krekkk

.

.

Sial bagi Kris. Sehati-hatinya dia, jika berjalan di lembah yang terkenal dengan pohon G'Hoole-nya ini pasti tetap menimbulkan suara bukan.

Tao membuka matanya begitu gendang telinganya menangkap suara ranting pohon yang seperti patah terinjak. Segera menolehkan kepala pada sumber suara yang telah menganggu kedamaiannya.

"Kau ?!" desis Tao pelan. "Kau mau mengangguku lagi, hhuh ? Pangeran sok cool yang menyebalkan ?"

"Hheii.. heii… tenanglah panda," ujar Kris mulai mendekat pada Tao yang tetap mempertahankan posisi tidurannya. "Aku hanya tak sengaja menemuimu disini," bohong Kris.

"Well… begitukah ?" selidik Tao.

Kris mengangguk mantap karena dia sangat yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Tao tak akan mengetahui kegiatannya tadi.

"Lalu, kenapa sedari tadi di Kedai teh milik kau selalu memperhatikanku, Cool Prince…" sindir Tao dengan memberikan penekanan pada julukan Kris yang terkenal itu.

.

.

.

.

"Hhuh ?!" Kris membulatkan matanya tak percaya. Ekspresi tegas yang tadi ia perlihatkan dengan bangga kontan menghilang begitu saja. Bagaimana bisa Tao mengetahui kegiatan menguntit dan kegiatan memata-matainya tadi ? Padahal selama penglihatan Kris, Tao sama sekali tak memandang kearahnya.

.

"Yeahhh… benarkan ?" tebak Tao lagi.

.

Oohh, apakah suara cempreng Chan yang membuat Tao menyadari keberadaannya ?

.

"Well… princess Peach," lirih Kris. "Aku hanya tak sengaja melihatmu." Kris mengambil tempat kosong disisi Tao dan merebahkan dirinya di atas rumput Tuigh yang wangi itu.

"Jangan menggeser tempatmu. Aku hanya ingin disini, " kata Kris lagi begitu ia merasakan Tao mulai menggeser menjauh dari Kris. "Aku tak akan menganggumu."

Tao tak menjawab. Tetapi ia dengan berat hati menuruti permintaan Kris. Entahlah, Tao tak mengerti dengan dirinya. Dari dasar hatinya yang paling dasar, bagian itu menyuruhnya agar tetap tinggal disini. Didekat Kris. Namun tidak dengan jalan pikirannya. Well, otak dan hati benar-benar tak sejalan sekarang.

Tao menggeser tubuhnya kebelakang. Bertumpu pada sebatang pohon G'Hoole besar. Menyenderkan punggungnya disana. Matanya kembali terpejam. Kembali merasakan setiap hembus angin yang sempat terlewatkan beberapa saat tadi. Mencoba menghirup aroma kayu G'Hoole yang berada dibelakangnya.

.

.

Wangi…

.

.

Untuk beberapa saat, baik Kris maupun Tao tak membuka suara...

Untuk beberapa saat, keduanya memilih terdiam menikmati damai yang disuguhkan lembah cantik ini...

.

Tao dengan matanya yang tertutup...

.

Kris dengan pandangan lurus kedepan...

.

.

"Apa yang kau lakukan disini ?" suara Kris akhirnya terdengar. Setidaknya, suatu hal yang mengguntungkan bagi Tao karena tak perlu repot-repot membuka suara terlebih dahulu.

"Hanya sedang menikmati waktu sendiri," jawabnya singkat. Matanya terbuka. Menatap hamparan luas karpet bunga White Peony yang berpadu dengan Violet Ranunculus dengan sentuhan Lavender disetiap sela-selanya. "Sebentar lagi musim dingin. Tempat ini pasti akan segera tertutup salju putih kan ? Ahh… Aku akan merindukan wangi ini." Tao menghirup udara dalam-dalam sampai setiap sudut paru-parunya tersesaki oleh wangi dari ketiga jenis bunga cantik tersebut. Senyum terpatri di bibir merahnya.

"Kau menyukai jenis tanaman bunga ini ?"

Tao menggeleng cepat. "Aku menyukai matahari," ujarnya dengan menggerakkan tongkat sihirnya pelan. Menciptakan sebatang tanaman bunga matahari yang menyembul dari tanah disisinya. "Cantik bukan ?"

Kris menatap Tao dalam. Matanya terfokus pada jemari lentik milik panda yang bermain disekeliling kelopak kuning cerah bunga matahari yang digenggamnya tersebut.

"Apa kau juga menyukai ku, Tao ?" tanya Kris tiba-tiba. Tao yang tengah khusyuk bermain dengan bunga ciptaannya dengan cepat memusatkan pandangannya pada Kris.

.

.

.

Tatapan tajam itu seolah mampu membuat Tao tak dapat mengalihkan fokusnya.

.

.

.

Kris and Amortentia

.

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continue

.

.

FF Chapter ke-2 saya… Kali ini mengambil setting film Harry Potter…

Obat bagi yang nyesek baca It's Hurt…

Sedikit humor yang aku tau sangat gagal -_-

TengKyu udah sempetin baca…

Maaf jika banyak typo… Kesalahan penulisan… Kekurangan disana-sini...

Mohon koreksinya…

Mind to review ?

#Bow