Perlu pertimbangan untuk mempublish fanfic yang termasuk ke dalam songfic yang berlatar belakang lagu G-Dragon - THAT XX. Semoga pengambilan tokoh dan karakter yang saya ceritakan bisa menjiwai lagu asli meski dengan sengaja saya perpanjang ceritanya. Bertemakan tentang kehidupan sekolah, frienship, dan cinta.

Let's check this one out!

THAT XX Chapter 1

.

"Lay-ah, ada yang mencarimu diluar," Lay menoleh ke asal suara dimana Luhan berdiri dengan sebungkus potato chips ditangan.

"Siapa? Suruh saja dia masuk," sahut Lay dan kembali konsentrasi pada partitur not balok yang baru setengah dibuatnya semalam. Luhan mendengus.

"Sudah kusuruh masuk, tapi dia menolak," ujar Luhan. Kini ganti Lay yang mendengus. Didorongnya meja itu lalu beranjak keluar kelas.

"Cih, siapa sih?" gerutu Lay. Namja manis itu celingkukan di ambang pintu mencari siapa yang dimaksud Luhan. Matanya bertumbukan dengan sosok namja tinggi yang tengah berdiri membelakanginya disamping pilar tak jauh dari kelasnya. Alis Lay terangkat satu, "Mungkin dia."

Lay berjalan mendekati namja itu dan tanpa rasa sungkan ia menepuk pundak tinggi didepannya. Namja itu sedikit terlonjak kaget lalu berbalik.

"Kris-sshi? Kau mencariku?" tanya Lay. Namja tinggi yang dipanggil Kris itu hanya mengangguk dengan mata tajamnya yang lekat menatap Lay. Membuat namja manis itu sedikit risih karenanya, "Lalu ada apa? Kalau hanya memandangku seperti itu lebih baik aku kembali ke—"

"Lay-sshi, maukah kau menjadi namjachinguku?"

DEG

Lay terperangah mendengar ucapan Kris barusan. Apa ia tak salah dengar? Apa ini mimpi? Ya. Sepertinya pendengaran Lay sudah harus menggunakan alat bantu, dan sepertinya saat ini ia masih meringkup dalam selimut tebal nan nyamannya dirumah.

"Zhang Yixing. Wo ai ni," tidak. Pernyataan itu sungguh terdengar nyata ditelinga Lay.

Lay merasa tangannya disentuh seseorang. Ia melirik kebawah dimana manik hitamnya mendapati tangan besar Kris menggenggam jemarinya erat. Lay menoleh ke sekitar, hampir semua orang menatapnya dengan tatapan iri, kagum, ter-touched, dan sebagainya. Bahkan ia melihat Luhan sudah harus dibantu Chen, Xiumin, dan Kyungsoo untuk menyatukan rahangnya yang terbuka lebar.

"Err.. Kris-sshi? Kau tak sedang sakit, bukan?" saat Lay hendak melepas jemari Kris dan berjalan mundur, namja itu sudah menariknya semakin dekat. Sedikit membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan Lay. Dan kini, tak hanya Luhan yang ternganga, tak hanya Xiumin, Chen dan Kyungsoo yang turut menganga, namun hampir semua yang memandangnya kehilangan fungsi sendi dirahang bawah masing-masing untuk menyatu dengan yang atas.

"Omona! Mereka terlalu dekat," pekik Luhan seraya mengipasi wajahnya yang sudah memerah.

"Aniyo. Kau tak mengerti, eoh? Sudah lama aku memperhatikanmu, oh, bukan, lebih tepatnya memendam perasaan padamu," jawab Kris. Suara baritone merdu itu semakin terdengar jelas ditelinga Lay. Sepertinya ia harus bersyukur kepada Tuhan yang menyiptakan manusia sedemikian rupa, tidak lembek seperti lilin. Kalau itu terjadi, mungkin saat ini Lay sudah meleleh dibuatnya. #plaak#

"Jadi, apa jawabanmu?" tanya Kris lagi. Tuan Zhang, nampaknya namja tampan ini tak sabar untuk memilikimu. Lay mendorong dada Kris menjauh. Bagaimana ia bisa menjawab, jika penyebab kebisuan mendadaknya terus didepan wajahnya. Lay berdehem, menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya perlahan. Berharap dengan itu, kupu-kupu diperut dan dadanya berhenti mengepakkan sayap mereka sejenak.

"Ne, sepertinya bisa jad—ugh!" belum selesai ia bicara, Kris sudah memeluknya erat. Sangat erat. Terdengar riuh rendah para penonton memekikkan kata-kata—yang sebenarnya author dan Laypun tak tahu apa yang mereka pekikkan. Kalau saja Xiumin, Chen dan Kyungsoo tidak menyergap dan menyeret Luhan masuk kelas terlebih dahulu, sudah dipastikan namja cantik itu tergeletak pingsan.

"Gomawo, ne. Saranghamnida."

CUP

Lay merasa pipinya basah dan hangat. Ia hanya diam menatap punggung namja tinggi itu yang semakin menjauh dan menghilang di antara kerumunan massa. Dan kini, Lay merasakan wajahnya mulai memanas sampai ke telinga.

"Aigoo..." Lay menangkup pipi berdimplenya dan tersenyum lebar lalu masuk kelas. Tak menyadari sepasang mata yang sedari tadi memperhatikannya tajam.

.

***THAT XX***

.

"Suho hyung! Kau darimana saja, eoh? Kami mencarimu."

Suho memutar bola matanya malas. Kenapa hari ini semua orang saling mencari? Ingin rasanya Suho berbalik arah menjauhi empat namja tampan yang tengah berlari kecil mendekatinya. Namun sayang, salah satu dari mereka berhasil menarik kerah belakang seragamnya.

"Suho hyung, kami lapar," rengek Chanyeol, namja tinggi yang tadi menarik kerahnya. Suho mendengus kesal, "Lalu, aku harus mentraktir kalian lagi, begitu?" tukas Suho dan mendapat anggukan mantap dari empat namja kelaparan itu. Suho melipat tangan didepan dada seraya menatap mereka satu-satu, "Kurasa benar," wajah keempatnya berbinar, "Tapi kurasa juga tidak." Suho langsung berbalik badan dan berjalan menjauh.

Binar diwajah keempatnya memudar. Mereka saling pandangan, "Aaaa... Umma..."

Suho mendecih mendengar rengekan empat hobaenya itu. Tanpa memperdulikan suara-suara hina mereka, Suho melenggang dengan anggunnya. Ia tak bisa mengutuk teman-teman ummanya yang menitipkan anak-anak mereka padanya disekolah. Dan dengan enteng berkata—

"Kalau ada apa-apa, minta saja pada Joonmyeon-gun. Arraseo?" Suho meniru suara yeoja-yeoja—umma empat hobaenya—itu dengan sedikit dilebih-lebihkan hingga terdengar sangat aneh. Dan mengundang tatapan tak kalah aneh dari teman-temannya.

Tak jarang empat hobaenya itu ikut pulang kerumahnya dan makan bersamanya, dan itu membuat jatah Suho semakin sedikit meski ummanya telah menambah porsi lebih ke dalam masakannya. Dan lagi, tak jarang pula empat hobae itu tak pulang kerumah masing-masing dan menginap dirumah Suho, dan meminjam pakaiannya dan ikut tidur bersamanya, dan..dan..

"Arrrgghhh!" Suho mengobrak-abrik mejanya, membuat buku-buku dan alat tulis yang ada disana berjatuhan kesana-kemari. Ups.. Suho menoleh kekiri dengan efek slowmotion.

DEG

Dua buah bola mata lebar kini menatapnya horor. Suho nyengir tanpa dosa.

"M-mianhae, Kyungsoo-ah. Aku tak sengaja. Benar," ujar Suho seraya mengangkat dua jarinya membentuk huruf V, sedangkan Kyungsoo tetap memberikan tatapan horornya untuk Suho. Dan adegan mengobrak-abrik meja sampai Kyungsoo menatapnya tajam itupun mengundang gelak tawa teman-teman sekelasnya.

PUK

"Suho-ah, kau memikirkan hobae, oh, ani, anak-anakmu itu lagi, eoh?" Suho menoleh ke samping dimana Chen yang menepuk pundaknya tadi tengah tertawa terbahak-bahak bersama Xiumin dan teman-temannya yang lain. Suho mendengus.

"Aigo, Suho-ah. Kau mirip seorang Appa. Nampaknya anak-anakmu itu menyayangimu," kini ganti Xiumin yang meledeknya. Ya. Memang selalu seperti itu pasca acara obrak-abrik meja. Setelah mendapat deathglare dari Kyungsoo, ledekan Chen, Xiumin dan yang lain akan menggema diiringi tawa teman sekelasnya. Semua karena para hobae manja itu yang sering membuat Suho kalap mendadak. Eh? Tunggu. Xiumin? Chen? Kyungsoo? Suho sekelas dengan mereka? Berarti otomatis Suho sekelas dengan Luhan dan—Lay?

Suho mengalihkan pandangan ke bangku depan dimana Luhan dan Lay juga ikut tertawa, pasti karena ulahnya sambil sesekali menoleh ke arahnya. Suho menghela napas.

"Memalukan," gumam Suho.

"Kau yang memalukan," sahut Kyungsoo dingin tanpa mengalihkan mata lebar dan menghentikan aktifitasnya mengcopy-paste catatan Luhan yang sempat tertunda karena bukunya ikut menjadi korban keanehan Suho tadi. Suho menaruh dagunya diatas meja. Manatap Luhan-Lay sejenak lalu beralih ke Kyungsoo di sebelahnya.

"Lay sudah punya namjachingu, ya?" tanya Suho. Entah sadar atau tidak Suho menanyakan hal itu, membuat Kyungsoo mendelik untuk beberapa detik.

"Ne, apa urusanmu?"

JLEB

Pertanyaan Kyungsoo menusuk-nusuk dada dan jantung Suho. Suho menegakkan tubuhnya lalu bersandar ke bangku.

"Ne. Apa urusanku."

.

****THAT XX****

.

Bohong memang saat Suho berkata seperti itu. Kalau sampai saat ini ia selalu memperhatikan Lay dan Kris. Perih. Memang. Melihat orang yang kita sukai—oh bukan, cintai lebih tepatnya, tertawa bahagia bukan karena kita, melainkan karena orang yang ia pilih. Orang yang mereka anggap bisa lebih membahagiakan mereka.

"Semenjak awal hubunganmu dengan Kris, selalu saja kau tersenyum tanpa sebab. Apa yang Kris lakukan padamu, eoh?" suara Luhan menggema digendang telinga Suho. Suho melirik sekilas kearah Luhan. Benar. Lay nampak tersenyum riang dengan—yang menurut perkiraan Suho adalah—sekotak cokelat ditangan.

"Bagaimana tidak selalu tersenyum kalau Kris selalu saja membuatku tersenyum," kini suara Lay yang memenuhi pendengaran Suho.

"Kurasa dia menyogokmu," Luhan berujar dengan nada sedikit sinis. Suho kembali mendongakkan kepalanya. Lay tengah menggeleng dengan mulut penuh—yang sekali lagi, menurut Suho adalah—cokelat pemberian Kris. Suho mendecih. Memang, akhir-akhir ini ia melihat Lay selalu mendapatkan sesuatu dari Kris. Apa saja, contohnya cokelat seperti saat ini. Nampaknya Lay tak perlu shopping ke mall dan menghabiskan saldo ATMnya karena tak jarang pula Kris membelanjakan apa yang diinginkanya. Darimana Suho tahu? Jangan tertawa, ia mendadak menjadi stalker Kris-Lay. Entahlah, mungkin hanya perasaan Suho saja, Kris tidak mencintai Lay sepenuh hatinya. Who's know? Itu hanya hipotesa seorang Kim Joonmyeon.

"Kau selalu saja membuatku iri. Kapan Sehun akan mengajakku keluar hanya untuk sekedar makan malam? Jangankan makan malam di restoran, di kedai pinggir jalan saja hampir tak pernah,"

Apakah Suho harus tertawa mendengar gerutuan Luhan tentang Sehunnya? Oh Sehun, hobae tampan teman Chanyeol, Kai, dan Baekhyun, dan temasuk kedalam empat namja kelaparan beberapa minggu lalu. Dan empat namja yang selalu membuat Suho mengobrak-abrik meja karena frustasi memikirkan mereka.

Luhan, jangankan mentraktirmu, untuk jajan dikantin saja dia masih minta kepadaku, Appanya. Hahahah—batin Suho seraya tertawa nista dalam hati.

"Yang sabar saja. Lagipula aku juga tak pernah meminta Kris untuk membelanjakanku atau mengajak makan malam di tempat-tempat mewah," sahut Lay enteng membuat Suho harus kembali melirik ke arahnya. Mata Suho beredar dari ujung rambut Lay sampai ujung sepatunya. Lay, namja yang cukup manis nan fashionable. Makan dikedai? Suho pikir itu tak cukup memuaskan Lay. Bukan, bukan berarti Lay seorang materialistis, hanya saja—oh ayolah, kalian pasti merasa tak enak hati mengajaknya makan ditempat seperti itu, meski Suho tahu, Lay tak akan menolaknya. Suho rasa, Kris banyak paham tentang apa mau Lay. Good job. Good opportunity tuan Wu Yifan.

"Sabar? Sehun diberi sabar? Dan.." bla..bla..bla.. kalau Suho terus memperhatikan pembicaraan mereka, terutama Luhan yang selalu menggerutu tentang Sehunnya dan Lay yang nampak berbunga-bunga dengan Krisnya, kegiatan mengcopy-paste PR Suho tak akan selesai dan acara merengek pada Kyungsoo untuk bisa membuat namja belo itu meminjamkan PR padanya akan sia-sia.

"Tapi, entah kenapa aku merasa Kris tak begitu mencintaiku," oke! Untuk saat ini Suho melupakan PR. Tangannya kaku seketika saat ucapan Lay sampai pada pendengarannya. Suho melirik Lay yang entah sejak kapan senyuman dibibir itu menghilang. Suho tak suka. Ia lebih suka Lay yang selalu ceria dan tersenyum, tertawa riang meski yang ia bahas pasti tentang kebaik-hatian dan kedermawanan Kris. Dan, ya, meski ia harus terus menahan sakit dihatinya.

"Setelah semua yang Kris berikan padamu, kau masih bisa berpikiran seperti itu tentangnya?" nampaknya Luhan akan memulai acara interogasinya pada Lay. Suho mempertajam pendengarannya.

"Ne, tapi aku tak butuh itu semua. Bukankah cinta tidak diukur dari materi saja? Yang ada hanya membuatku harus membalas kebaikannya," Lay mengalihkan padangan kearah lain.

DEG

Seketika Suho salah tingkah kala Lay melirik dan tersenyum manis ke arahnya. Aigo. Lay, tak tahukah kau telah membuat konsentrasi pengintaian Suho buyar?

"Jika merasa seperti itu, kau bisa memberi Kris sesuatu yang membuatnya mengingatmu," Suho memutar bola mata mendengar ide Luhan.

Apa? Sesuatu yang membuat seseorang mengingatmu? Cincin couple? Cih, terlalu—

"Cincin couple!"

norak. Suho menelan salivanya berat mendengar pekikan Lay barusan.

"Aha! Kenapa aku tak memikirkan itu? Yang terlintas dipikiranku malah hoodie couple atau semacamnya," Suho kembali memutar bola matanya malas.

Luhan, itu cocok untukmu dan Sehun.

"Ya! Itu lebih cocok untukmu dan Sehun," mata Suho terbelalak. Ini terlalu tepat dan cepat jika disebut sebagai suatu kebetulan. Ia menoleh kesana kemari. Mungkin ada seseorang yang memasangkan alat canggih pembaca pikiran manusia ditubuhnya dan menghubungkannya dengan Lay. Kim Joonmyeon, sepertinya otakmu mulai konslet.

"Kris tak suka seperti itu, ya? Sangat terlihat dari tampangnya, sih," Suho menutup buku PR lalu dengan santai melemparkan buku PR Kyungsoo ke sang empunya buku. Melipat tangan diatas meja dan mulai intens mendengarkan pembicaraan Luhan-Lay. Terlihat seperti murid SD yang mendengarkan ocehan sang guru.

"Ne. Sangat tidak cocok. Kris itu sangat dewasa. Bayangkan saja kalau sampai dia mengenakan benda-benda imut seperti itu, contohnya hoodie bertudung telinga kucing dan sebagainya, omona. Tidak sinkron," Lay terkikik sendiri, kemudian diikuti Luhan. Tak luput Suho ikut terkekeh—sinis.

Tuan Wu, kuharap kau tidak sedang makan atau semacamnya, atau kau akan tersedak.

"Dan bayangkan Sehun mengenakan tuxedo lengkap dengan bunga kecil tersemat di dada kirinya, turun dari limosin, membukakan pintu untukku, lalu menggandengku masuk ke dalam restoran yang sudah ia booking sebelumnya. Sangat tidak sinkron meski itu bukan hal mustahil," dan kekehan Luhan tak tertahankan untuk berubah menjadi tawa terbahak-bahak. Sedangkan Lay sudah harus menutup mulut dengan kedua telapak tangannya jika tak ingin mulutnya terbuka lebar karena tawa. Dan Suho kembali terkekeh sinis saat ia ikut berimajinasi tentang Sehun tadi.

Oh Sehun, kuharap kau juga tidak sedang minum bubble tea-mu dan sedang bergurau dengan tiga namja itu. Atau kau akan tersedak lalu menyemburkan bubble tea dalam mulutmu ke wajah tampan dihadapanmu. Dan kau akan disiksa seharian oleh mereka.

Dua namja cantik itu terus bergosip tentang Kris dan Sehun. Mulai dari membahas kejelekan mereka yang membuat Suho menyeringai, kebaik-hatian mereka yang membuat Suho merengut, dan keromantisan mereka yang membuat Suho mengetuk-ngetukkan jari ke meja dengan gusar. Namun disisi lain, Suho senang melihat tawa lepas dan senyuman Lay, meski ia tahu penyebab tawa dan senyum Lay bukan karena dirinya. Sementara Suho menikmati pemandangan indah dan kegalauan hati sekaligus,

Di kejauhan sana—

"Uhukk..uhukk.. air.. hey.. air.." tangan Kris menggapai-gapai udara, sedangkan orang di depannya sudah kalang kabut mencarikan air untuknya. Dan orang di sebelahnya sibuk menepuk-nepuk punggungnya.

"Kalau makan, pelan-pelan. Tersedaklah kau," ujar Kyuhyun, orang yang menepuk punggung Kris. Dan tak lama datanglah seorang lagi yang tadi mencari air.

"Ini, ini, cepat minum," Changmin segera menyodorkan sebotol air mineral padanya.

"Kurasa ada yang sedang membicarakanku," ujar Kris setelah tersedaknya mereda.

Sedangkan disudut lain—

BRUUUUSSSSS

Sepertinya ada tiga namja yang sedang melakukan treatment wajah. Lihat saat ini mereka sedang memakai masker bubble tea. Bukan, tapi—

"Oh Sehun," suara bass Chanyeol.

"Kau bosan hidup, eoh?" pertanyaan Baekhyun.

"Cepat lari meski kami akan menangkapmu," geram Kai.

Hik

"Hyung.."

Hik

"Mianhaeyo.."

Hik

"Sehun rasa.."

Hik

"Ada yang.."

Hik

"Membicarakanku.."

Drap drap drap

Dan terjadilah pengejaran seorang Oh Sehun oleh ketiga hyungnya.

.

****THAT XX****

.

Suho tak tahu pasti sejak kapan ia menjadi dekat dengan Lay. Meski mereka satu kelas, ia tak begitu dekat dengan namja manis itu seperti layaknya Luhan, Xiumin, Chen dan Kyungsoo. Apa Suho harus lebih sering pergi ke gereja dan berdoa sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Tuhan atas kedekatannya dengan Lay? Sepertinya memang, Suho harus banyak bersyukur kepada Tuhan, tapi tidak untuk rajin ke gerejanya. Dia bukanlah Siwon dan Kibum sunbaenim yang terkenal alim itu.

Apakah bisa Suho menyebut kedekatannya dengan Lay sebagai sahabat? Bahkan Suho berharap lebih dari sekedar sahabat. Lay selalu mendatangi bangkunya dan mengusir Kyungsoo setiap istirahat dengan membawa segenggam lollipop kesukaannya, meski Suho tahu, Lay tak akan membagi lollipop-lollipop menggugah air liur itu dengannya. Dan Lay akan mendongeng tentang masalah pribadinya, sampai tentang—Kris. Seperti saat ini.

"Suho-ah, kau seme atau uke?" dan Suho tak tahu sejak kapan Lay memanggilnya dengan embel-embel 'ah' yang notabene digunakan untuk memanggil orang-orang yang sudah akrab. But he's don't care. Dan pertanyaan konyol itu yang akan selalu dilontarkan Lay setiap dia akan memulai pembicaraan. Suho menghentikan gerakan jemarinya yang menari-nari di atas buku tulis kalau tak ingin Lay ngomel dengan alasan "Kau tak mendengarkanku, eoh?"

"Kau sudah tahu jawabannya, noona cantik," sahut Suho. Menggoda? Tidak. Lay akan terkikik geli saat ia memanggilnya dengan sebutan noona cantik, lalu menepuk ringan pundaknya, "Ne, aku sudah tahu."

Suho memutar bola mata jengah, "Kalau kau sudah tahu, kenapa masih bertanya, dasar?" tepukan ringan dikening Lay berhasil memancing tatapan tak suka dari Luhan, Xiumin, Chen, dan Kyungsoo yang merasa terabaikan oleh Lay mereka.

Suho mendelik, "Apa lihat-lihat? Terpesona dengan ketampananku, eoh?" hardik Suho pada empat namja diseberang sana yang sudah bergidik mendengar deklarasi kepercayaan diri Suho. Lay menghentikan tawanya. Tampan? Ia memperhatikan Suho yang masih bersungut-sungut ke arah teman-temannya. 'Kenapa aku baru sadar?' batin Lay.

"Hey, kau juga kenapa memandangku seperti itu? Aku tahu kalau aku tak setampan Wu Yifan itu," ujar Suho saat ia mendapati Lay menatapnya intens. Lay mengerjap lucu, "Oh, ne. Ngomong-ngomong tentang Kris, apa menurutmu aku harus memberinya sesuatu?" dan inilah awal mula dari ke-drop-an semangat Suho.

Ia menyandarkan tubuh ke belakang bangku, "Terserah padamu. Kalau kau merasa harus membalas kedermawanannya, silahkan saja," jawab Suho. Lay mengetuk-ngetukkan telunjuk ke pipinya yang menggembung akibat bulatan lollipop.

"Menurutmu, barang apa yang cocok untuk Kris yang seperti itu?" tanya Lay lagi. Suho menghela nafas, "Kau sudah membicarakannya dengan Luhan waktu lalu," jawab Suho enteng. Lay menoleh dengan tatapan sulit diartikan, membuat Suho sedikit salah tingkah.

"Mwo?"

"Darimana kau tahu? Kau mencuri dengar pembicaraanku dengan Luhan?" Lay mendekatkan wajahnya, dan otomatis membuat Suho harus berusaha ekstra mengatur degup jantungnya, "B-bagaimana tak mendengar kalau suaramu dan Luhan memenuhi ruangan," kilah Suho yang terus mundur karena Lay terus mendekatkan wajahnya. Aaarrgh! Kalau saja kau tak dimiliki Kris atau yang lain, jangan salahkan Suho yang sudah 'memangsa'mu Zhang Yixing.

"Cincin couple?" Lay nampak bergumam dan menarik wajahnya ke posisi semula. Setelah aksinya tadi berhasil memubuat Suho menahan napas dan kini nampak menghirup O2 sebanyak-banyaknya.

"Baiklah. Sepertinya tak buruk untuk Kris," lanjut Lay seraya bangkit dari bangku Kyungsoo meninggalkan Suho.

.

****THAT XX****

.

"Sampai kapan kau akan terus mempermainkannya?"

DEG

Luhan menghentikan jari-jarinya yang sedari tadi sibuk mengotak-atik smartphone milik Sehun yang berhasil di rampasnya. Luhan mengenal suara ini.

"Ne. Kau tak bisa terus-terusan mengerjainya. Kasihan juga,"

DEG

Luhan juga mengenal suara ini. Ia menempelkan telinga ke daun pintu toilet. Jangan tertawa, saat ini uri Xi Lu Han cantik tengah berada di salah satu bilik toilet. Untuk menghindari Sehun tentu saja.

"Kau juga tak bisa terus membohongi hobae itu. Dia terlalu manis untuk diduakan,"

DEG

Jantung Luhan tak henti-hentinya berdegup kencang. Hobae? Manis? Setahu Luhan, hobae manis adalah Oh Sehun.

"Tunggu saat yang tepat untuk memutusnya. Aku masih ingin menikmati waktu bersamanya,"

BLAM

DEG

Luhan rasa, jantungnya semakin sehat setelah ini. Suara yang terakhir itu tadi, bukankah suara Kris?

.

.

"Sampai kapan kau akan terus mempermainkannya?"

Suho menghentikan gerak mata yang sedari tadi menggerayangi huruf-huruf hangul dalam buku tebal di tangannya. Ia mengenal suara ini.

"Ne. Kau tak bisa terus-terusan mengerjainya. Kasihan juga,"

Suho juga mengenal suara ini. Ia menempelkan telinga ke daun pintu toilet. Apa yang dilakukan Suho dengan buku tebal di toilet? Jangan tertawa. Saat ini, Suho sedang berusaha memahami materi biologi yang belum di pahaminya tadi. Kenapa di toilet? Karena ini tempat yang sangat tenang, meski toilet, tak tercium aroma khas toilet disini. Oke, tak perlu kita bahas.

"Kau juga tak bisa terus membohongi hobae itu. Dia terlalu manis untuk diduakan,"

Membohongi hobae? Manis? Siapa hobae manis? Memang ada hobae manis? Yang Suho tahu adalah hobae menyebalkan sedunia, siapa lagi kalau bukan Kai cs.

"Tunggu saat yang tepat untuk memutusnya. Aku masih ingin menikmati waktu bersamanya,"

BLAM

DEG

Dan Suho harus memegangi dada kirinya saat ini. Sepertinya Suho harus berterima kasih kepada tiga orang diluar yang telah mempersehat jantungnya. Suara tadi, yang terakhir tadi. Bukan, bukan suara berdebam pintu yang dibanting. Bukankah itu suara Kris? Orang yang membuatnya harus mengerucutkan bibir menahan kesal saat Lay bercerita dengan riang gembira tentangnya? Siapa hobae itu? Apa hubungannya?

.

.

.

BRAAAK

Suho mengutuk siapa saja yang membuat jantungnya kembali bermarathon saat baru pulih dari olimpiade marathon tingkat internasional di toilet tadi. Ia mendongakkan kepala dan mendapati Luhan terengah-engah.

"Mwo?" tanya Suho datar. Tumben namja cantik ini mendatanginya. Luhan nampak berusaha memulihkan nafasnya, "Hhh..kau tak bersama Lay?" Eh? Alis Suho terangkat sebelah, "Kenapa bertanya padaku?" Suho menanyai Luhan balik. Namja itu memutar bola matanya.

"Kalau dia tak bersamaku dan yang lain, pasti dia bersamamu," tukas Luhan. Ganti Suho yang memutar bola matanya, "Dan kau lihat sendiri, dia tak bersamaku saat ini," sahut Suho datar dan kembali memasangkan headsetnya.

BRAAAK

Aish, bocah ini kenapa hobi sekali menggebrak meja orang?

Suho melirik Luhan dengan tajam.

"Kau menyembunyikannya. Di saku mungkin,"

PLAAK

Tepukan ringan mendarat di kening Luhan. Namja cantik itu mengusap keningnya bekas tepukan Suho.

"Kupikir otakmu sedikit konslet, Xi Lu Han," ujar Suho santai.

"Aaarrgh! Zhang Yixing! Kau kemana?!" terdengarlah teriakan nista Luhan memenuhi seluruh penjuru kelas. Suho menggeleng pelan. Tak mengerti dengan tingkah temannya yang satu itu. Dan, oh lihat! Luhan nampak mengacak rambutnya frustasi, lalu mengobrak-abrik mejanya hingga barang-barang yang ada disana bertebaran kemana-mana. Oh, coba lihat lagi! Luhan merampas bakpao Xiumin yang baru masuk kelas bersama Chen dan Kyungsoo lalu memakannya rakus. Suho bergidik melihat pemandangan nista didepannya. Tak beda jauh dengan Sehun yang sering kalap saat jatah makannya diambil Chanyeol, pikir Suho.

.

****THAT XX****

.

Empat kalimat dan suara itu terus mengiang di telinga Suho. Apa maksud Kris? Memutuskan Lay? Oh tidak, tidak. Kenapa ia harus berpikiran seperti itu meski terkadang ia sangat mengharapkan hal itu terjadi. Dan kalimat-kalimat sebelumnya, mempermainkan? Mengerjai? Kris mempermainkan Lay, begitu? Meski Suho tak yakin dengan Kris, ia tak pernah mempunyai pikiran itu sebelumnya. Dan jika memang benar adanya, itu berarti Lay tersakiti oleh Kris? Jika tersakiti, bukan mustahil ia akan melihat Lay menangis.

Suho meniup cokelat panasnya yang masih mengepul. Mungkin cokelat bisa menghapus pikiran anehnya dan membuatnya sedikit tenang.

.

****THAT XX****

.

Seseorang menahannya, refleks Suho menoleh dimana Lay menggenggam pergelangan tangannya erat. Dan yang membuat Suho terenyuh adalah tetesan air mata dari bola indah itu. Lay menangis. Dengan cepat Suho menarik tangan Lay menuju atap sekolah.

"Ada apa?" Suho mendekatkan wajahnya, mengusap lelehan air mata itu dengan ibu jarinya. Lay semakin terisak. Huft, jangan sampai penyebab namja ini menangis adalah pikirannya semalam.

"Hey, ada apa?" Suho mengulang pertanyaannya seraya mengguncang pelan lengan Lay.

"Hiks.. Luhan.. Luhan bilang kalau Kris hanya mempermainkanku. Luhan bilang, ia mendengarnya sendiri kemarin di toilet,"

DEG

Suho melepas lengan Lay. Mundur beberapa langkah. Jadi Luhan juga mendengarnya? Jadi itu yang membuat Luhan kalang kabut mencari Lay kemarin?

"Lalu kau percaya?" Berhati-hati. Suho tak ingin menyakiti namja rapuh di hadapannya saat ini. Lay menggeleng. Entah Suho harus tersenyum atau bagaimana saat ini, "Baguslah."

Hanya itu yang mampu ia ucapkan. Tak berbobot? Memang.

.

"Kyungsoo-ah, bisakah kau pindah tempat untuk sementara bersama Luhan?" permintaan itu mampu mengundang tatapan aneh dari Kyungsoo, tatapan waswas dari Luhan, dan tatapan terkejut sekaligus tak percaya dari Suho.

"Jebal, bbuing-bbuing," dan mulailah aksi aegyo seorang Zhang Yixing yang diketahui tak pernah gagal itu. Suho mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas dimana ia dapat melihat semua namja berjiwa seme tak mengedipkan mata ke arah Lay, kecuali Chen tentunya. Ingin rasanya Suho menghardik mereka, namun apa daya.

"Ne.. ne.. ne.." akhirnya Kyungsoo mengalah, membereskan barang-barangnya, dan bangkit menuju bangku Luhan-Lay. Dengan wajah sumringah, Lay menghempaskan tubuhnya ke bangku Kyungsoo. Suho melirik.

"Kenapa? Marah pada Luhan?" tanya Suho. Lay menggeleng cepat.

"Aku hanya merasa aman di dekatmu," dan BLUSH! Jawaban polos Lay membuat Suho harus membenamkan wajahnya dalam lipatan tangan.

Ottokhae? Ottokhae?

.

****THAT XX****

.

"Hei kalian," Suho mengalihkan pandangan sekilas dari smartphone ke empat namja yang saat ini nampak tengkurapan di karpet ruang TVnya sembari menyuapkan kue kering ke mulut masing-masing. Tak ada yang menyahut.

"Hei! Telinga kalian dimana?" suara Suho meninggi dan ke empatnya menoleh.

"Hyung, jangan berisik. Kami tak bisa konsentrasi," sungut Kai, dan detik berikutnya mereka telah kembali menatap layar televisi. Oke, ia tak ingin basa-basi.

"Menurut kalian, apa ada teman kalian yang berparas manis?" pertanyaan Suho menarik perhatian bocah-bocah disana.

"Mollayo," jawab mereka serempak. Suho menghela nafas—sabar.

"Menurutku, yang manis itu Baekkie seorang," celetuk Chanyeol seraya melirik Baekhyun yang tersipu malu dibuatnya. Suho memutar bola matanya.

"Menurutku, yang manis itu Luhan-ge seorang," kini Sehun ikut menyeletuk dan berhasil membuat Suho mendelik.

"Menurutku, yang manis itu Kyungsoo keroro hyung seorang," oh ternyata Kai tak mau kalah. Suho semakin mendelik. Ia menepuk keningnya sendiri. Aissh memang salah bertanya pada empat bocah ini, pikir Suho.

.

****THAT XX****

.

"Kris, kau suka cincin?" Lay menyenggol lengan Kris yang nampak sedang konsentrasi dengan layar laptopnya—bermain angry bird.

"Hmm?" hanya itu sahutan dari Kris. Seperti itulah Kris jika sedang sibuk. Tapi, haruskah Lay mengalah pada burung merah bulat dan teman-temannya yang alisnya mirip Kris itu? Jangan bercanda.

"Kris... dengarkan aku," rengekan manja Lay membuat Kris menggertakkan giginya gemas. Kemudian menoleh dimana ia mendapati Lay tengah melipat tangan didepan dadanya dengan bibir mengerucut lucu. Kris tersenyum.

"Ne, aku akan mendengarkanmu," ujar Kris seraya membelai lembut surai coklat Lay.

"Kau suka cincin?" Lay mengulang pertanyaannya, Kris nampak berfikir.

"Eum, mollayo. Aku belum pernah mencobanya. Kau pernah? Bagaimana rasanya? Enak?" Lay terperangah mendengar jawaban Kris. Aigo, namja ini tampan tapi kenapa babo sekali?

"Maksudku cincin yang dipasang dijari, kau suka memakainya?" kini Kris terkekeh mendengar penjelasan Lay. Sungguh namja polos—ia jadi tak tega jika harus menyakitinya.

"Suka, kenapa?" raut sumringah tercetak jelas diwajah manis Lay saat mendengar jawaban Kris.

"Tutup matamu," titah Lay. Kris menurut. Lalu ia mengeluarkan sebuah kalung berbandul dua cincin dari tasnya.

"Buka matamu," Kris membuka mata dan—

"TADA!" entah bagaimana raut wajah Kris saat ini. Senang? Sedih? Susah? Gundah? Gulana? Menyesal? Mollayo.

"Err.. kau mau aku memakai itu?" tanya Kris. Lay mendengus.

"Aniyo. Ini bukan buatmu saja," jawab Lay. Alis Kris terangkat sebelah.

"Lalu, kau mau kita memakai kalung itu bersama? Bagaimana bisa?" Lay kembali terperangah.

"Bukan, bodoh. Bukan kalungnya, tapi cincinnya," jawab Lay seraya melepas pengait kalung dan mengambil dua cincin itu.

"Ini buatmu, pakai ini. Aku juga akan memakainya," Lay menyodorkan satu cincin pada Kris dan menyematkan satu cincin lain dijari manisnya. Kris menatap Lay.

"Apa?"

"Kau tak mau memasangkannya untukku?" permintaan itu terdengar sangat manja ditelinga Lay.

"Pakai sendiri. Lagipula aku juga memakainya sendiri," sahut Lay seraya bangkit dari bangku taman.

GREEP

Sebelum sebuah tangan menahannya untuk duduk kembali. Dan kini wajah tampan itu sangat dekat dengannya.

"Kalau kau memintaku untuk memasangkannya untukmu—" Kris meraih tangan Lay dimana cincin itu melingkar indah dijari manisnya.

"—aku bersedia," lanjutnya seraya melepas cincin itu.

"Dan gomawo, ne. Aku akan memakainya," perlahan, menyematkan ulang cincin perak berkilau itu di jari manis Lay. Kris membelai lembut pipi berdimple dihadapannya.

"Wo ai ni," dan Lay dapat merasakan hangat tubuh Kris mendekapnya. Ia turut melingkarkan tangannya ke pinggang Kris seraya melesakkan wajah manis yang merona dalam dada bidang Kris. Tanpa melihat dan tak akan pernah tahu bagaimana raut wajah Kris saat ini, kecuali seseorang di kejauhan sana.

.

****THAT XX****

.

"Mwo? Dia memberimu cincin?"

Suara itu menggema ke seluruh penjuru toilet. Dan lagi, Suho sedang berada disalah satu bilik dan membaca buku disana. #aigo..#

"Ne. Bukankah sangat menarik?"

Suho mempertajam pendengarannya.

"Sangat menarik. Tapi bagaimana dengan hobae manis itu?"

Hobae manis lagi. Sebenarnya siapa? Apa hubungannya dengan namja itu? Bukankah dia sudah punya Lay?

"Tenang. Itu bukan masalah besar. Dan tetap dia yang nomer satu,"

Cih.

"Ngomong-ngomong, sudah kau apakan si Lay itu?"

DEG

Apakan? Suho merasa keringat dingin mengucur dari keningnya.

"Tak ku apa-apakan,"

Huft.

"Atau lebih tepatnya belum diapa-apakan,"

Kini Suho merasa suhu tubuhnya mulai naik kala satu suara menekankan kata belum.

"Ne, belum aku apa-apakan,"

Br*ngsek!

BRAAAK

Tiga namja tampan dan tinggi itu menoleh ke Suho yang tiba-tiba membanting pintu bilik cukup keras. Jika mata mereka memiliki kemampuan supernatural pastilah mereka melihat kobaran asap hitam pekat di belakang tubuh Suho. Suho mendekat ke westafel dimana tiga namja itu tercekat. Membuka keran air dan—pura-pura—membasuh tangannya.

"Oh hey Joonmyeon-sshi. Sudah lama kau disini?" Kyuhyun, sepertinya ingin memecah kecanggungan disekitar mereka. Suho melirik Kyuhyun melalui pantulan cermin dihadapannya.

"Nde,"

"Kau ke toilet membawa buku?" Changmin, nampak cukup heran dengan buku tebal yang dibawa Suho mulai berbasa-basi. Lagi, Suho melirik Changmin melalui pantulan cermin dihadapannya.

"Nde,"

Hening. Kyuhyun dan Changmin melirik Kris yang sedari tadi tercekat menatap Suho. Raut keduanya nampak waswas kala Suho mendekati Kris, menatap mata Kris dengan tatapan yang cukup dibilang datar dan dingin, berbanding terbalik dengan angel facenya.

"Geu***kki."

BLAM

.

.

.

To Be Continue

Maaf kalau chapter satu-nya terlalu panjang.