Hinata Pov : (Make a wish)

Aku hanya ingin bahagia kami-sama.

End of Hinata pov

"PRETEND"

..

By: Lavenderviolletta

Naruto By Mashashi Kishimoto

Romance/Hurt/comfr

Hinata.H x Sasuke.U

..

WARNING

.

OOC, Miss Typo

..

Happy Reading

..

Hinata meniup lilin berangka 17 yang menancap pada sebuah kue tart yang sangat besar seketika suara tepuk tangan membahana di ruangan besar dan mewah itu, Hyuuga Hinata seorang siswa yang hidupnya tidak normal, tidak seperti kebanyakan siswi lainnya, yah.. di usianya yang remaja dan seharusnya menikmati masa-masa menyenangkan itu, ia malah harus berkutat dengan relasi ayahnya, dia terlahir sebagai putri tunggah seorang pengusaha kaya raya yang akan meneruskan perusahaan, kehidupan mewah tak membuatnya bahagia, ia dididik menjadi seorang direktur di usianya yang masih belia, ia tak mempunyai teman, didikan Hiashi membuatnya menjadi seorang yang dingin dan pendiam, ia seorang anak yang penurut, ia merasa bukan anak Hiashi, ia lebih menganggap dirinya sebagai anjing peliharaan Hiashi, ia hanya bisa mengangguk dan mematuhi semua keinginan ayahnya yang keras, bahkan untuk jatuh cinta, Hinata bersumpah pada dirinya untuk tidak jatuh cinta pada seorang pria karena itu akan menyakiti dirinya sendiri, ia tahu, untuk urusan cintanya juga Hiashi yang mmenentukan, yahh,, seperti saat ini di ulang tahunnya yang ke 17 Hiashi mengumumkan perjodohan dirinya dengan relasi kerja Hyuuga, menjodohkan dirinya dengn pria yang sama sekali tak Hinata kenali, pria bernama Uchiha Sasuke yang di jodohkan dengan Hinata itu tampak malas dengan perjodohan ini, ia bahkan tak sedikitpun melirik Hinata.

"Hiashi-kun, bagaimana jika Hinata pindah ke selolah yang sama dengan Sasuke." Mikoto memberi usul, tentu saja ini dalam rangka mendekatkan keduanya.

"Hm, ide bagus.. " Ujar Hiashi, "Bagaimana Hinata?"

Hinata menatap Hiashi seraya tersenyum palsu. "Hai Otousaan.."

Sasuke mendecih ketika Hinata selalu mengiyakan perkataan Hiashi, apakah gadis itu tidak bisa berkata tidak. Pikirnya mengingat Hinata selalu berkata Iya dan Iya.

"Ku dengar kau akan kembali ke belanda lusa ini, Hinata akan tinggal sendirian lagi, bagaimana jika Hinata tinggal di sini saja, bukankah ini juga rumahnya." Fugaku memberi saran, dan hanya anggukan dari Hiashi,

"Arigatou Fugaku, kau banyak membantu."

Mikoto tampak senang ketika Hinata kini tinggal di rumahnya, mengingat ia tak mempunyai anak perempuan, Mikoto mendekor kamar Hinata dengan sangat feminim, ia bahkan memenuhi semua laci meja rias Hinata dengan pernak pernik asesoris dan pita-pita serta bando untuk menghiasi rambutnya.

"Arigatou Mikoto-sama." Ujar Hinata seraya membungkukan sedikit wajahnya.

"Nee Hinata-chan, apa yang kau lakukan." Ujarnya seraya menegakan tubuh Hinata. "Mulai sekarang kau harus memanggilku Okaasan, dan memanggil suamiku Otousaan." Ujarnya seraya membelai puncak kepala Hinata lembut.

Sasuke berdiri diambang pintu, ia memperhatikan Mikoto yang menurutnya berlebihan, melihat Sasuke Mikoto langsung meninggalkan kamar Hinata, ia ingin memberi waktu pada Sasuke dan Hinata berdua.

Setelah Mikoto meninggalkan kamar, Sasuke memasuki kamar Hinata dengan kedua tangannya yang di masukan ke dalam saku celana, ia menatap Hinata datar, Hinata tak menghiraukan Sasuke, dia terus melipat bajunya dan memasukannya ke dalam lemari.

"Jika karena kau bukan seorang putri pewaris utama Hyuuga, Okasaan tak mungkin baik padamu, kau tau ibuku adalah seorang yang pemilih, dia hanya akan baik pada orang-orang tertentu."

Hinata hanya diam, dia tak memperdulikan perkataan Sasuke yang menyinggungnya.

"Besok kau satu sekolah denganku, tapi kau tak mungkin satu kelas denganku, aku berada di kelas khusus, hanya orang yang memiliki IQ tinggi yang bisa masuk kelasku."

Hinata mendecih dalam hati, buatnya ini sangatlah tidak penting.

"Aku mempunyai seorang kekasih, untuk itu bersikaplah untuk saling tak mengenal."

Hinata selesai dengan aktifitas membereskan bajunya, ia membuka jendela, menghirup udara segar seraya menatap langit sore. Sasuke yang merasa kesal karena Hinata mengacuhkannya hanya berdecih kesal, apa gadis ini bisu pikirnya.

Sasuke tak bergeming, ia tetap memperhatikan Hinata dari belakang, Sasuke salah tingkah ketika Hinata berbalik, dia ketauan sedang memperhatikan dirinya rupanya.

"Bisakah kau keluar, aku butuh istirahat."

Hinata menaiki ranjangnya seraya menutup sekujur rambutnya dengan selimut, Sasuke dengan kesal keluar dari kamar Hinata, ada apa dengan gadis ini pikirnya, awalnya ia mengira putri seorang anak kaya raya itu akan bermanja-manja pada dirinya seperti yang para fans nya lakukan, akan tetapi Hinata berbeda, dia bahkan bersikap lebih dingin darinya, dan untuk pertama kalinya Sasuke berbicara banyak dengan seorang gadis.

..

Konoha Senior High School.

Sebuah mobil mewah terparkir indah di parkiran KSHS, dua orang eksekutif muda dan tampan mengawal seorang putri yang keluar dengan mengenakan seragam yang rapih, rambutnya tergerai sepinggang dengan poni rata, kedua eksekutif muda itu membungkukan setengah badannya ketika Hinata meninggalkan keduanya, beberapa siswa dan siswi disana tampak kagum dengan kehadiran Hinata, yah.. Hinata adalah murid baru di sekolah ini.

..

"Hey, jangan coba-coba meliriknya, dia itu adalah putri Hyuuga, calon pewaris utama Hyuuga yang juga calon istri dari Uchiha Sasuke." Ujar seorang siswa bernama Shino.

"Kawaii ne des.. sempurna sekali hidup Sasuke." Kiba menggeleng kagum.

Hinata yang mendengar orang-orang memujinya itu hanya menganggapnya angin, ia tak perduli pada semua itu.

Sasuke membulatkan matanya saat Hinata kini berdiri di depan kelasnya, hei.. bagaimana mungkin Hinata bisa satu kelas dengannya, satu lagi kejutan untuk Sasuke, selain karakter Hinata yang dingin dan pendiam, dia juga seorang siswi yang jenius, ia terlihat seperti clongingan Sasuke. Seperti yang Sasuke katakan untuk tak saling mengenal, Hinata hanya diam saat duduk di belakang Sasuke, ia mengikuti pelajaran dengan tenang, Sasuke mendecih, kini malah dirinya yang tak konsen, pikirannya melayang kemana-mana.

Hinata duduk di sebuah taman yang sepi dengan membaca sebuah novel, dua orang siswi menghampirinya, Hinata hanya mentap mereka malas.

"Perkenalkan aku Karin."

"Aku Ino."

Tak menjawab pertanyaan mereka Hinata hanya melirik sekilas dan kembali membaca novelnya, Karin dan Ino berusaha sabar, mereka ingin Hinata menjadi ketua geng mereka, Hinata sudah popular di hari pertama sekolah mengingat semua orang tau bahwa dirinya adalah seorang putri, belum lagi Hinata merupakan calon istri dari pria yang sangat popular di sekolah ini,

"Hinata-chan, Sasuke bersama Sakura di kantin, harusnya kau tak membiarkan itu, dia calon suamimu."

"Yah, Karin benar, wanita miskin itu tidak tau diri, dia tak tau dirinya siapa."

"Bisakah kalian pergi dari hadapanku? Kalian membuatku muak."

Karin dan Ino tercekat kaget, mereka akhirnya berdiri seraya berdecih kesal meninggalkan Hinata sendiran di taman, Hinata menutup novelnya seraya menghembuskan nafas. "gomene, Karin-chan, Ino-chan." Lirihnya.

"Tak seharusnya kau beersikap kasar pada mereka."

Hinata menengadah ke atas, ia menyipitkan matanya saat dilihatnya kini seorang pria tengah duduk diatas pohon dengan kaki yang terlentang, terlihat sangat santai.

"Tak perlu menatapku seperti itu, aku biasa tidur disini."

Hinata memalingkan wajahnya, ia kembali membaca novelnya dengan pria itu yang kembali tidur di atas pohon.

..

Bell berbunyi, Hinata bermaksud kembali ke kelas,namun ia menghentikan langkahnya saat ia menginjak sesuatu, ia menginjak sebuah sapu tangan, matanya menyipit saat di sapu tangan itu terdapat rajutan berbentuk huruf kanji AI sama seperti tato yang ada di dahi pria yang tidur diatas pohon, Hinata menengadah, namun pria itu sudah tidak ada disana.

..

Sasuke menghampiri Hinata yang tengah membereskan bukunya, mengingat di kelas sudah tak ada orang dan hanya mereka berdua, seperti biasa Hinata menghiraukan kehadiran Sasuke.

"Katakan pada Kaasan aku pulang terlambat, katakan padanya aku ada latihan tennis."

"Sasuke-kun." Teriak seorang wanita yang menjadi kekasihnya, Sakura Haruno.

Sasuke melambaikan tangannya, Sakura melihat Sasuke tengah duduk di atas meja Hinata, ia segera menghampiri keduanya.

"Hinata, dia kekasihku." Ujar Sasuke memperkenalkan, Sakura merasa dirinya tak enak karena ia mengetahui bahwa Hinata adalah calon istri Sasuke. Hinata masih tak merespon ia masih sibuk dengan buku-bukunya.

Sasuke melepaskan handsfree yang tertutup oleh rambut Hinata itu ketika mengetahui bahwa Hinata tak mendengarkannya sedari tadi karena benda itu, ia berdecih kesal.

"Akan ku katakana pada Okaasan seperti yang kau katakana Sasuke-kun, bersenang-senanglah." Hinata menepuk pundak Sasuke seraya meninggalkan keduanya di kelas.

..

Makan malam yang henning menyelimuti kediaman Uchiha, sampai keheningan itu terhenti ketika seorang eksekutif Hinata datang menemuinya.

"Gomene, mengganggu acara makan malam anda, ada masalah di kantor, mereka tak bisa menghubungi karena ponselmu mati." Hinata teringat belum mengisi batreinya, ia menghela nafas sejenak.

"Hai arigatou Sasori-kun." Ujar Hinata pada eksekutif itu, "Gomene, saya harus segera ke kantor." Hinata berdiri,

"Tunggu Hinata-chan, biar Sasuke mengantarmu."

"Tidak mau." Sasuke berkata acuh seraya terus makan dengan santainya.

"Sasuke !" bentak Fugaku,

"Tidak apa Otousaan, Okasaan, aku pergi bersama Sasori dan Pain-kun."

Hinata bergegas pergi bersama Sasori meninggalkan ruang makan, Sasuke meletakan sumpitnya dan pergi meninggalkan ruangan itu begitu saja.

….

Senior High School

"Hyuuga Hinata !" teriak Anko ketika melihat Hinata mengantuk dan memejamkan matanya beberapa kali.

"Hai, Gomene sensei."

"Apa yang kau lakukan? Kerjakan soal ini !"

Hinata berjalan menuju papan tulis, ia mulai menggerak-gerakan spidol disana, menjawab soal yang Anko berikan, Anko menatap Hinata tak percaya, ia melihat Hinata tak memperhatikannya tapi kenapa Hinata bisa menjawab soal dengan cepat dan benar.

"Bagaimana kau bisa mengerjakan ini? Kau bahkan tak memperhatikanku."

"Rumus ini sering aku pakai ketika menghitung profit perusahaan."

Anko terlonjak kaget, benar juga pikirnya, Hinata adalah seorang direktur perusahaan Hyuuga walaupun statusnya masih seorang pelajar.

"Apa kau tidak tidur semalaman? Kau bisa mencuci muka mu dulu."

"Arigatou, sensei."

..

Sasuke menatap Hinata dari jendela kelasnya ketika Hinata tidur di taman, ia sungguh tak menyangka bahwa kehidupan yang Hinata lalui sulit, Hinata bahkan baru pulang ketika ia sarapan, dia tidak tidur tadi malam, onyx itu tiba-tiba menyipit saat ia melihat seorang rivalnya meloncati pohon dari jendela kelas, pria itu tidur di dahan pohon rindang itu dengan Hinata yang tidur di bawah pohon itu.

..

"Tunggu-" Ujar Hinata ketika Gaara akan meloncati kelasnya.

"Ini terjatuh kemarin." Hinata melambaikan sapu tangan milik Gaara itu pada Gaara yang berada di atas pohon.

"Simpan saja, kau lebih membutuhkannya bukan?"

"Eh?"

"Itu terlihat dari raut wajahmu, kau mengalami kehidupan yang sulit, tapi kau tak bisa menangis karena kau tak ingin ayahmu melihat kau menangis, kau bersikap dingin dan pendiam untuk menyembunyikan bahwa kau rapuh, aku orang yang bisa menjaga rahasia, kau bisa menangis di depanku." Gaara meloncat dan kini tepat berada di depan Hinata.

"Permisi, aku harus kembali." Gaara memegang tangah Hinata ketika Hinata akan pergi meninggalkannya. "Aku kasihan padamu." Ujar Gaara menyeringai seraya melepaskan genggamannya pada tangan Hinata.

..

Pria bertato AI itu membuat Hinata tak bisa tidur malam ini, entah kenapa Hinata terus terpikirkan oleh pria itu, "Tidak boleh.. Tidak boleh Hinata." Hinata menjambak rambutnya berkali-kali, sepertinya ia butuh segelas soda.

..

"Jatuh cinta pada pandangan pertama hm?"

Hinata meletakan gelasnya saat Sasuke yang tiba-tiba muncul di sampingnya, mereka sepertinya mengalami insomnia, Sasuke dan Hinata kini berada di taman belakang Uchiha, keduanya memandang langit malam.

"Namanya Gaara, Sabaku no Gaara, aku tau banyak tentangnya."

Seperti biasa Hinata menghiraukan Sasuke, ia meneguk sodanya kembali.

"Kurasa dia mendekatimu hanya karena ingin mengalahkanku, kau tau dia rivalku."

"Dia rivalmu? Tapi kenapa tak satu kelas dengamu?"

Sasuke terkekeh, "Hei akhirnya kau merespon perkataanku, tak ku sangka topic pembicaraan mengenai Gaara membuatmu membuka mulut."

Hinata menghela nafas.

"Kelas khusus yang kita tempati itu hanya di isi oleh kalangan orang jenius dan kaya, Gaara dan Sakura adalah orang pintar namun karena mereka berasal dari ekonomi bawah, mereka tak mendapatkan kelas itu, bersyukurlah karena kita di karuniai otak yang cerdas dan terlahir dari keluarga kaya."

"Ku pikir tidak, aku bahkan sangat iri pada Sakura, dia bisa menghabiskan hidupnya sebagai seorang gadis remaja, mempunyai banyak teman, mempunyai kekasih, pulang sekolah bisa mampir-mampir ke kedai ramen, menonton film, aku sangat menginginkan semua itu."

Sasuke terdiam, ia tau Hinata selalu pergi ke kantor seusai sekolah, menjadi direktur di usia muda bukanlah hal yang mudah, dirinya saja bahkan tidak mampu melakukan itu.

"Sasuke, jika kita menikah, kita akan semakin kaya, tapi jika kau menikahi Sakura dan aku menikah dengan Gaara mungkin akan imbang."

Sasuke menautkan alisnya. "Jika Hiashi-sama mengetahui ini, kau akan mati."

Hinata terkekeh, "Aku hanya bergurau."

Sasuke mendecih, ia meneguk minumannya.

"Bolehkah aku jatuh cinta?"

"Hm?" Sasuke menatap Hinata tak mengerti.

"Sebelum kita menikah, aku hanya ingin merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta seperti yang kau rasakan pada Sakura."

"Tch.. kau sadar kau berkata seperti itu di depan calon suamimu."

"Kau juga memperkenalkan kekasihmu pada calon istrimu." Hinata terkikik seraya pergi meninggalkan Sasuke yang masih tak mengerti dengan perkataan Hinata.

"Sasuke." Teriak Hinata seraya berbalik.

Sasuke menatap Hinata tanpa menjawab panggilannya.

"Sabaku no Gaara, kini aku tau siapa namanya, nama yang indah." Hinata tersenyum, "Oyasumi.." ujarnya lagi meninggalkan Sasuke sendirian. Sasuke masih bingung, apakah Hinata memang jatuh cinta pada Gaara atau ia melakukan ini karena ingin membuatnya cemburu, Sasuke mendecih,

"Sepertinya kau ingin main-main denganku, kita lihat siapa yang akan menyesal nanti Hyuuga."

.

..

.

.

.

TBC

Tadinya mau Oneshoot, tapi ternyata susah, jadi author memutuskan ini mungkin hanya akan sampe 3 atau 4 chapter.. thanks for reading Minnaaa..

Arigatou ^_^