WARNING!

.

Ending agak menjurus tapi tidak frontal/detail.

.

Check it out!

.

.

.

.

.

Tak terasa sudah sebulan penuh aku bekerja disini. Selama itu pula aku menyadari bahwa rekan kerjaku ini adalah rekan yang luar biasa. Lay, Chanyeol, Kyungsoo, dan Sehun benar-benar memperlakukanku dengan baik. Mereka seperti suntikan vitamin yang membuat hari-hariku semakin berwarna walau kami terus menerus dikejar jadwal deadline penerbitan.

.

Sewaktu aku sakit beberapa hari yang lalu pun mereka ikut mengkhawatirkanku. Saat bertemu di kantor pun mereka memberi aneka macam vitamin dan obat-obat lain supaya aku cepat pulih.

.

Lay bahkan memberiku ramuan herbal tradisional yang biasa dikonsumsinya. Aku tahu itu obat mahal walaupun labelnya obat tradisional. Lay bilang dia sendiri yang menyiapkannya. Bahan-bahannya sendiri aku tidak seberapa mengerti, tapi katanya ada beberapa bahan yang dikirim langsung oleh orang tua Lay dari Hunan, China. Efeknya pun begitu hebat. Walau suaraku masih serak, tapi radang tenggorokanku sudah tidak seberapa parah. Badanku pun sudah tidak lemas lagi.

.

Chanyeol dan Kyungsoo lain lagi. Mereka berdua kompak menjadi asistenku. Mereka selalu membuatkanku teh panas setidaknya setiap 1 jam sekali. Agak berlebihan sih memang. Aku sampai tak ingat berapa kali aku harus bolak-balik ke toilet karena kebanyakan minum teh. Mereka berdua pun selalu membawakan makan siangku karena kantin di kantor kami memang self-service: kami memesan apa yang ingin kami makan, petugas kantin akan menyiapkannya, kami bayar pesanan kami tersebut di kasir dan petugas akan memberi kami kupon untuk digunakan sebagai bukti pembayaran, kami kemudian menuju ke tempat pengambilan makanan dan menyerahkan kupon yang kami terima di kasir, dan akhirnya makan siang kami itu pun kami bawa sendiri ke meja yang sudah dipersiapkan. Kyungsoo bahkan sampai menyuapiku walau sudah ku tolak berkali-kali.

.

Sehun sendiri... Ah, aku tak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Anak itu selalu mengingatkanku untuk meminum obatku tepat setiap 8 jam. Setiap pagi aku ditelponnya untuk mengingatkanku agar sarapan dan meminum obatku sebelum pergi ke kantor. Saat makan siang di kantor pun dia yang mengawasiku sampai aku selesai menelan obat yang harus ku konsumsi. Kadang kalau kami makan malam bersama dengan teman-teman editor yang lain pun ia mengawasiku baik-baik sampai aku menelan obatku. Kalau pun kami tidak makan malam bersama, ia pasti menelponku memastikan aku sudah meminum obatku. Itu mungkin sebetulnya terlihat normal. Asal kalian tahu, awalnya Sehun merengek supaya aku mengijinkannya tinggal di apartemenku untuk memastikan supaya aku istirahat dan menghabiskan obatku. Tentu saja aku tolak mentah-mentah. Itu sudah terlalu berlebihan.

.

Kalian pun bisa menebak bagaimana dengan orang itu.

.

Di kantor dia terlihat biasa saja. Dia tetap memberiku tugas walaupun aku rasa jumlahnya tidak sebanyak yang biasanya aku kerjakan saat awal-awal aku bekerja disini. Aku masih berkutat dengan teenlit dan romansa dewasa.

.

Di luar kantor dia seperti berubah total. Ia akan selalu berada di depan pintu apartemenku setiap pagi. Aku tak tahu seberapa lama dia menunggu yang jelas dia selalu ada disitu setiap aku membuka pintu sebelum berangkat ke kantor. Ia sudah jarang menggunakan mobil pribadinya dan lebih memilih menggunakan kereta seperti yang biasanya ku lakukan. Ia pun akan selalu menungguku saat jam kantor selesai. Ia akan membuatku menunggu di dalam ruangannya jika aku menyelesaikan tugasku lebih awal. Aku tak bisa kemana-mana karena dia akan mengunci pintu dan mengantongi kuncinya begitu aku sudah ada di dalam ruangannya. Ia pun akan menungguku di dekat lift ketika aku sedang lembur. Ia pun memastikan aku harus makan malam dan meminum obatku. Bisa dibilang ia akan selalu menyeretku ke kedai atau restoran setelah kami tiba di stasiun kereta dekat apartemen kami dan membuatku makan dan meminum obatku.

.

Aku tahu ia akan memelototiku jika ia melihat Lay, Chayeol, Kyungsoo, dan Sehun yang selalu berada dekat-dekat denganku. Aku tahu ia akan mendengus kesal jika ia melihat Kyungsoo menyuapiku. Aku tahu ia akan mengepalkan tangannya saat aku menerima telepon Sehun yang mengingatkanku agar tak melewatkan makan malam dan meminum obatku.

.

Aku sendiri masih bingung dengan perasaanku. Di satu sisi aku tahu sikapnya yang perhatian dan rasa cemburunya saat aku bersama teman-teman editorku membuatku sedikit berbunga-bunga. Hanya sedikit. Okay? Tapi, di sisi lain aku masih ragu apa itu benar-benar tulus. Aku masih ragu apakah dia ingin mempermainkanku lagi. Aku tidak yakin karena aku selalu melihat skinship-nya yang begitu intim dengan Tao, walau menurut pengakuan Kris dia hanya sepupunya.

.

"Hyung? Suho Hyung?"

.

Suara Sehun kemudian menyadarkanku dari lamunanku.

.

"Ah, ada apa Sehun-ah?"

.

"Kenapa akhir-akhir ini Hyung sering melamun? Ayo makan siang. Kali ini aku dan Lay Hyung yang akan menggantikan Chanyeol Hyung dan Kyungsoo Hyung. Mereka sedang tugas luar, jadi tugas mereka akan menjadi tugas kami berdua." Jawab Sehun.

.

"Ha?" aku mendadak bingung.

.

"Sudahlah. Ayo kita seret saja Sehunie." Lay kemudian menarikku dari tempat dudukku dan menyeretku ke kantin. Sehun kemudian mengikuti dari samping.

.

Di tempat lain, Kris hanya bisa menghentakkan kakinya saat ia melihat tangan kanan Lay yang melingkar di pinggang Suho dan tangan kiri Sehun yang menggenggam tangan kanan Suho begitu erat. Suho bahkan sampai menyenderkan kepalanya di bahu Sehun. Mereka bertiga berjalan menuju lift dan sepertinya mereka akan makan siang.

.

Kris benar-benar tidak suka melihat pemandangan itu. Ia tahu kalau semua anak buahnya itu perhatian dengan Suho. Tapi ia tak menerima kalau perhatian mereka sampai harus seperti itu. Ia sendiri bahkan cuma bisa menggenggam tangan Suho karena ia sudah berjanji untuk tidak akan melakukan hal-hal yang lebih kecuali jika Suho mengijinkan.

.

Ia sudah beberapa kali mencoba untuk mencium Suho tapi itu selalu Suho tolak mentah-mentah. Berciuman saja tidak bisa, apalagi skinship yang lebih intim.

.

Ia ingat betul sebelumnya Chanyeol dan Kyungsoo yang akan menggiring Suho ke kantin setiap jam makan siang. Chanyeol akan mengambilkan pesanan Suho dan Kyungsoo akan meyuapi Suho. Tak hanya itu, mereka berdua pun selalu menyiapkan segelas teh panas setidaknya hampir setiap setiap jam sekali untuk Suho.

.

Belum lagi ia harus mendengar Suho menjawab telepon Sehun setiap mereka akan malam bersama. Ia tidak bisa menerima bagaimana Suho bisa tersenyum begitu lebar sewaktu Sehun menelponnya untuk mengingatkannya makan malam dan meminum obatnya.

.

Lay bahkan selalu memberikan Suho ramuan tradisional yang luar biasa mahal karena Kris dengar bahan-bahan ramuan itu dikirim langsung oleh orang tua Lay dari China. Ia betul-betul tidak suka melihat ekspresi Suho yang begitu cerah saat Lay memberikannya ramuan tradisonal itu. Apalagi saat mata Suho yang berbinar-binar saat Suho mengucapkan terima kasih kepada Lay.

.

"Kris-Ge!"

.

Ia lalu dikejutkan saat Tao tiba-tiba muncul di ruangannya.

.

"Kris-Ge kenapa masih disini? Ayo makan siang!" Tao lalu menarik Kris dan mengalungkan kedua tangannya pada tangan kanan Kris.

.

"Baiklah."

.

Kris pun mengikuti kemana Tao mengajaknya.

.

.

.


.

.

Lay datang membawa nampan yang terisi 1 mangkuk nasi, 1 mangkuk sup ayam, 1 mangkuk kecil kimchi, dan 1 buah botol air mineral pesanan Suho.

.

"Ini, kau makan dulu. Aku akan mengambil pesananku dan pesanan Sehunie dulu." ujar Lay sembari berlalu.

.

Sehun pun langsung meletakkan nampan itu di depan Suho.

.

"Hyung makan dulu ya. Apa Sehun suapi?" tanya Sehun.

.

"Ani. Sebaiknya tunggu Lay dulu. Oh, satu lagi. Kamu tidak usah ikut-ikutan Kyungsoo. Hyung sudah sehat dan tidak perlu disuapi, arra?" balasku.

.

"Baiklah kalau begitu." Sehun pun terlihat ngambek dan mengerucutkan bibirnya.

.

Suho melihat itu dan itu membuatnya tertawa.

.

"Aigooo~ Uri Aegi kok ngambek sih?" godaku sambil menowel pipinya yang sedikit montok.

.

"Ya~ Hyung jangan ikut-ikutan Chanyeolie Hyung dan Kyungsoo Hyung dong. Sehun kan bukan anak-anak lagi." protes Sehun.

.

"Arra, Hyung tidak akan memanggil Uri Aegi yang lagi ngambek ini dengan sebutan Uri Aegi lagi." balasku.

.

"Tapi kan Hyung barusan memanggilku dengan sebutan itu lagi." ujar Sehun mengerucutkan bibirnya.

.

Aku pun tertawa melihat ekspresi Sehun.

.

"Hahaha. Baiklah. Sehun bukan anak-anak lagi karena sudah kencan dengan penulis best seller Luhan kan?" godaku lagi.

.

Wajah Sehun kemudian merona.

.

"Hyuuunggg~ Hajimaaa~" Sehun kemudian memelas sambil memukul pelan bahuku.

.

"Aigooo~ Baiklah Hyung akan berhenti menjahilimu. Tapi kau harus cerita bagaimana makan malammu dengan penulis itu, Arra?" sahutku.

.

Sehun pun menganggukkan kepalanya sambil menunduk.

.

"So, bagaimana makan malam itu?" tanyaku.

.

"Kami hanya makan malam biasa. Kami janjian bertemu di cafe dan minum bubble tea rasa lemon sebelum kami berangkat menuju restoran. Kami ke restoran itu menggunakan mobil Luhan-Ge. Luhan-Ge membawaku ke restoran Italia yang cukup mahal. Aku sudah mencoba menolak tapi Luhan-Ge bersikeras ingin mentraktirku. Malam itu kami makan steak dan spagetti yang begitu mewah. Kami pun sempat minum segelas wine sebelum akhirnya Luhan-Ge mengantarkanku pulang ke apartemenku." jelas Sehun.

.

"Yakin hanya itu?" tanyaku memastikan.

.

Wajah Sehun pun nampak semakin merona.

.

"A... Ani... Ka... Kami hanya makan malam kok." jawabnya terbata-bata.

.

Aku pun berniat menjahili Sehun.

.

"Aku tahu kau tidak akan melakukan yang tidak-tidak. Tapi aku yakin kalian sempat berciuman kan?" godaku.

.

Blush.

.

Wajah Sehun pun semakin memerah.

.

"Darimana Hyung tahu?"

.

Aigooo~ anak ini benar-benar polos dan tidak bisa berbohong.

.

"Insting." jawabku sekenanya.

.

Sehun pun meremas ujung lengan kemejaku.

.

"Hyung jangan beritahu yang lain. Aku belum siap." ujarnya pelan.

.

Aku pun menggenggam tangannya.

.

"Jangan khawatir, Hyung tidak sebocor Kyungsoo dan sejahil Chanyeol kok." jawabku mencoba menenangkan Sehun yang matanya sudah terlihat berkaca-kaca.

.

Sehun pun menganggukkan kepalanya. Aku lalu memeluknya dan membelai rambutnya. Sehun pun menyandarkan kepalanya di bahuku.

.

"Kau masih ingat perkataan Hyung tempo hari kan?" tanyaku

.

Sehun lalu menganggukkan kepalanya.

.

"Baguslah kalau kau masih ingat. Kau masih muda, jadi jangan berpikir terlalu jauh. Kalau waktunya tiba, kau pasti akan siap dan melakukannya karena cinta, bukan karena nafsu semata. Arra?"

.

Sehun lalu menganggukkan kepalanya lagi.

.

Lay pun datang sambil membawa pesanannya dan pesanan Sehun. "Apa yang ku lewatkan? Kalian sepertinya serius sekali."

.

"Anieyo. Hanya cerita masalah pekerjaan. Iya kan Sehun-ah?" jawabku.

.

"Ne." Balas Sehun.

.

"Ya sudah, ayo kita makan siang sebelum jam istirahat selesai." ujar Lay sambil mengambil sumpitnya.

.

Di tempat lain yang berada tak jauh dari situ, Kris hanya bisa mengetuk-ngetuk mejanya melihat apa yang barusan Suho lakukan.

.

Suho menggenggam tangan Sehun lalu Suho memeluk Sehun lalu Suho membelai rambut Sehun lalu Sehun menyenderkan kepalanya di bahu Suho lalu...

.

Kris merasa emosinya sudah ada di puncak ubun-ubunnya.

.

"Kris-Ge? Kenapa belum makan?" Tao kemudian membuat Kris mengalihkan pandangannya dari Suho.

.

"Aku tidak terlalu lapar Tao. Kau makan saja duluan." Jawab Kris sekenanya.

.

Tao pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku sepupunya itu.

.

.

.


.

.

Setelah pulang kantor kami makan malam bersama lagi. Target penjualan tim editor fiksi berhasil terpenuhi, bahkan hasil suntingan Kris, Chanyeol, dan Lay sudah ada yang harus masuk cetakan kedua. Hasil suntingan Kyungsoo dan Sehun pun memenuhi target dan masih dalam pertimbangan apakah harus segera masuk cetakan kedua atau menunggu untuk menghabiskan stok yang masih ada di gudang. Hasil suntinganku sendiri tidak jelek-jelek amat. Teenlit yang ku sunting cukup laris dan sesuai dengan perhitungan di proposalku.

.

Malam itu kami pergi ke restoran khas China yang menjadi tempat favorit Lay. Menurut cerita Sehun, setiap bulan mereka giliran untuk memilih tempat makan malam bersama tepat setelah hasil penjualan sudah bisa dilihat. Bulan depan giliran Chanyeol. Sepertinya mereka menyusunnya berdasarkan urutan usia.

.

Aku pun segera menempel ke Sehun, walau Chanyeol dan Kyungsoo bersikeras ingin memonopoliku karena tadi siang mereka sedang tugas luar.

.

"Hyung mau pesan apa?" tanya Chanyeol yang tiba-tiba duduk di sebelah kiriku menggeser posisi Lay.

.

Aku tak tahu harus memesan apa karena belum pernah makan di restoran masakan China yang otentik seperti ini. Aku hanya pernah mencicipi sejenis telur dadar yang disiram dengan kuah kemerahan yang rasanya asam manis. Itu pun karena dibawakan oleh tetangga apartemenku yang dulu.

.

"Emmm~ Biar Lay saja yang pilih. Aku tak pernah makan di tempat seperti ini." Ujarku ragu-ragu.

.

Kyungsoo kemudian hampir saja menggeser posisi Sehun yang berada di sebelah kananku.

.

"Andwae! Aku mau Sehunie yang ada disini!" teriakku.

.

"Hyung~ Ayolah. Aku belum melakukan apa-apa padamu hari ini." rengek Kyungsoo.

.

"Ani. Kau dan Chanyeol sudah banyak membantuku. Sekarang aku sudah sembuh, jadi kalian berdua berhentilah memperlakukanku seperti anak-anak." protesku pada Kyungsoo dan Chanyeol.

.

Kyungsoo lalu nampak cemberut sementara Chanyeol tertawa terbahak-bahak. Lay pamit ke toilet saat ia sudah memesan makanan. Aku sendiri menyenderkan kepalaku di bahu Sehun yang melingkarkan lengannya di pundakku. Aku tak menyadari kalau dua buah tanduk muncul dari kepala Kris.

.

"Bisakah kalian tenang sedikit? Kalian terlalu berisik tahu!"

.

Perkataan Kris itu membuat semua anak buahnya itu pun diam dan segera duduk manis mengelilingi meja.

.

Tak lama kemudian Lay datang dan mendapati suasana yang tiba-tiba hening.

.

"Kenapa kalian tidak seberisik biasanya? Kalian habis salah minum obat ya?" tanya Lay dengan wajah tanpa dosa.

.

Lay kemudian melihat Kris yang menatap tajam ke arahnya.

.

Lay pun segera duduk dan tidak berkata apa-apa lagi. Ia tahu atasannya itu sedang bad mood.

.

.

.


.

.

Malam itu kami makan sampai perut kami hampir meledak. Dimsum buatan koki restoran ini begitu enak. Aku sampai lupa kalau ini masih makanan pembuka saat aku menghabiskan 3 potong dimsum yang berukuran besar.

.

Aku pun takjub dengan makanan pesanan Lay yang berdatangan memenuhi meja kami. Aku pun sepertinya hampir tidak pernah mengenali satu jenis masakan yang kini menumpuk di hadapan kami.

.

Lay kemudian menyendokkan beberapa sendok nasi goreng khas Beijing ke atas piringku. "Cobalah." ujarnya.

.

Aku pun mengambilnya satu sendok dan memakannya pelan-pelan. Enak!

.

Menyadari mataku yang berbinar-binar Lay kemudian menambahkan beberapa sendok lagi ke atas piringku sampai piringku agak penuh.

.

"Enak kan? Makanlah yang banyak." Ia lalu mengambilkan tumisan sayur dan aneka lauk yang baru pertama kali aku lihat ke atas piringku.

.

"Hyung, aaa..." Sehun lalu menyuapiku seiris tumisan daging. Aku pun melahapnya dengan cepat.

.

"Hmmm... Hmmm... Ini enak Sehunie. Gomawo." ujarku sambil mengunyah.

.

Kyungsoo dan Chanyeol pun tak ingin ketinggalan.

.

"Hyung! Aaa..." ujar mereka bersamaan sambil menyodoriku potongan lauk dengan sumpit mereka.

.

Aku yang belum selesai mengunyah makananku pun langsung tersedak.

.

Sehun dengan sigap menepuk bahuku pelan-pelan sementara Lay memberiku segelas air putih.

.

Aku lalu menenggak habis air putih pemberian Lay. "Kalian kalau mau menyuapiku lihat-lihat situasi dong." protesku.

.

Kyungsoo dan Chanyeol pun cemberut.

.

Melihat itu aku pun menghembuskan nafasku pelan-pelan. "Arra, kalian boleh suapi aku kalau aku tidak sedang mengunyah makanan, okay? Satu lagi, sebaiknya kalian satu per satu menyuapiku. Mulutku hanya satu."

.

Kyungsoo dan Chanyeol pun segera suit untuk segera menyuapiku. Dasar bocah. Aku hanya bisa membuka mulutku begitu mereka bergantian menyuapiku.

.

Di sisi lain, aku tak melihat kalau tanduk Kris ternyata sudah tumbuh sampai menembus langit-langit restoran.

.

.

.


.

.

Malam itu pula untuk pertama kalinya aku meminum arak khas China yang rasanya benar-benar kuat.

.

Aku baru tahu kalau meminum arak itu semacam tradisi untuk merayakan sesuatu. Kali ini tentu saja perayaan yang kami lakukan adalah untuk hasil penjualan bulan ini dan sekalian untuk merayakan kehadiranku yang sudah genap satu bulan.

.

Aku pun tak sengaja menenggak 3 cawan arak. Padahal soju yang rasanya tidak sekuat ini, aku hanya bisa menenggak 1 cawan. Badanku pun terasa ringan.

.

Jangan tanyakan tentang teman-temanku yang lain. Mereka sudah terlalu pro untuk urusan seperti ini. Hanya saja, yang ku perhatikan Kris minum lebih banyak dari yang biasanya.

.

Selesai makan dan bercengkrama, kami pun bergegas menuju stasiun kereta saat jam sudah menunjukkan waktu jam 9:45 malam. Itu artinya kami hanya punya waktu 15 menit sebelum kereta terakhir berangkat.

.

Kami pun segera berpisah menuju ke peron tempat kereta kami berangkat. Seperti biasanya aku pun segera digandeng sangat erat oleh Kris begitu teman-temanku itu sudah tak kelihatan lagi.

.

Anehnya aku membiarkan Kris menggenggam tanganku seperti itu. genggamannya begitu erat, seolah tak mau melepaskanku. Aku tahu ini sebetulnya aneh karena biasanya aku akan menolak kalau Kris menggenggam tanganku terlalu erat.

.

Tak lama menunggu, kereta kami pun datang. Kami berdua pun segera memasuki kereta begitu pintu kereta terbuka. Keanehan demi keanehan pun terus terjadi. Aku membiarkan Kris menuntunku ke pojok belakang kereta yang agak kosong. Hanya ada beberapa orang yang duduk di dekat pintu dan mereka sepertinya dalam kondisi tertidur. Aku membiarkan Kris membuatku duduk di pojok dalam sementara dia duduk di dekat jalan.

.

Ketika kereta berjalan, aku membiarkannya mencium tanganku yang sedari tadi digenggamnya. Parahnya lagi, aku membiarkannya melumat bibirku dengan beringas tanpa memperdulikan situasi.

.

.

.


.

.

Aku membuka mataku pelan-pelan saat aku merasa sinar matahari menerpa wajahku. Aigooo, kepalaku rasanya pusing sekali. Aku pun memutuskan untuk tidur sebentar lagi. Aku pun memejamkan mataku lagi.

.

Belum ada lima menit, aku merasa ada gerakan di sebelahku. Aku lalu merasa ada hembusan nafas di belakang telingaku. Aku pun merasa ada tangan yang melingkar di pinggangku.

.

Aku lalu membuka mataku lalu menoleh.

.

DEG!

.

KRIS WU!

.

OMO!

.

Aku kemudian terbangun dan mencoba melepaskan diri dari pelukan Kris pelan-pelan. Belajar dari pengalamanku yang dulu. Sebaiknya aku pergi diam-diam sebelum Kris terbangun. Aku tak tahu mau ku kemanakan wajahku kalau dia tahu aku sampai tertidur lagi di apartemennya.

.

Aku berhasil. Aku pun pelan-pelan mencoba bangun sebelum akhirnya aku nyaris terjatuh karena merasa ada yang agak nyeri di bagian belakang tubuhku. Aku lalu memegang pinggangku mencoba menahan rasa nyeri itu. Kepalaku pun masih agak sedikit berputar-putar. Aku baru menyadari kalau aku tidak mengenakan satu lembar pakaian pun. Di sekujur badanku pun terdapat noda kemerahan yang membekas dalam.

.

Ige Mwoya?

.

Aku pun bergegas menyambar pakaianku yang tergeletak di lantai dan memakainya seadanya. Aku pun baru menyadari kalau ternyata pakaian Kris pun juga tergeletak di lantai kamar.

.

Aku segera bergegas pergi begitu mendengar suara nafas Kris yang nampaknya akan terbangun. Tak ku hiraukan rasa nyeri yang membuatku sedikit tidak nyaman sewaktu berjalan.

.

Aku membanting pintu depan begitu aku masuk ke dalam apartemenku. Ige Mwoya?

.

Aku benar-benar tidak menyadari apa yang sudah terjadi padaku tadi malam.

.

Aku lalu mencoba mengingat-ingat. Tadi malam kami makan malam di sebuah restoran China. Aku ingat waktu Lay menyendokkan beberapa sendok nasi goreng Beijing di atas piringku. Aku ingat waktu Kyungsoo dan Chanyeol bergantian menyuapiku. Aku ingat sempat minum arak bersama-sama dengan yang lain.

.

OMO!

.

Itu dia!

.

Aku pasti mabuk!

.

Aku bahkan tidak ingat apa yang terjadi sewaktu acara minum arak itu berlangsung sampai akhirnya aku terbangun di kamar Kris dalam keadaan telanjang bulat, pakaianku dan pakaian Kris yang tergeletak di lantai kamar, terdapat noda kemerahan yang cukup dalam di sekujur tubuhku, sedikit nyeri di bagian belakang tubuhku yang membuatku tidak nyaman sewaktu berjalan.

.

Apa yang sudah terjadi antara aku dan Kris?

.

Wajahku pun serasa terbakar ketika dalam pikiranku terlintas bahwa aku dan Kris habis bercinta.

.

Tidak mungkin!

.

Itu mustahil bukan?

.

Tapi kalau mendapati keadaanku yang seperti ini, memangnya ada kemungkinan apa lagi?

.

Eottokhae? Bagaimana aku bisa sebodoh ini? Bagaimana aku sampai lupa kalau aku ini seorang peminum yang buruk? Seharusnya aku berhenti minum setelah menenggak 1 cawan arak.

.

Kim Suho, Neo jinjja pabo-yah!

.

.

.


.

.

Di tempat lain, Kris akhirnya bangun dari tempat tidur.

.

Sejujurnya ia sudah terbangun saat Suho masih tertidur dengan pulas di sampingnya. Ia pun mendapati kalau dirinya dan Suho tidak mengenakan pakaian sama sekali. Ia hanya tersenyum simpul. Terima kasih pada arak yang mereka minum tadi malam.

.

Ia sebetulnya tidak ingin membangunkan Suho. Tapi godaan untuk tidak memeluk Suho yang dalam kondisi seperti ini lebih besar. Ia pun segera memeluk Suho dari belakang dan mencoba tidur lagi.

.

Sayangnya itu tak begitu lama karena Suho terbangun. Ia pun memutuskan untuk pura-pura tertidur.

.

Tawanya nyaris saja meledak begitu melihat ekspresi Suho yang kebingungan saat ia nyaris terjatuh saat mencoba bangun dari tempat tidur sambil memegang pinggangnya. Sepertinya Kris terlalu bersemangat tadi malam. Ia sendiri tidak begitu ingat karena ia mabuk.

.

Ia pun sengaja seolah-olah menggerakkan badannya saat Suho selesai berpakaian. Ia sudah tak bisa lagi menahan tawanya.

.

Seperti yang sudah ia duga, Suho segera bergegas pergi saat menyadari gerakan yang ia buat.

.

Ia akhirnya bisa tertawa pelan saat mendengar pintu depan apartemennya dibanting.

.

Saat itulah Kris bersumpah akan membuat Suho semakin jatuh ke dalam pelukannya. Kali ini ia tak akan melepaskannya walau Suho sepertinya masih jual mahal. Ia akan terus mengejar Suho sampai tetangga apartemennya itu bertekuk lutut padanya. Tunggu saja Suho. Tunggu saja sampai kau berhasil Kris takhlukkan.

.

.

.


.

.

Sebelumnya penulis minta maaf karena keterlambatan ATT. Sampai sekarang proses penulisan sudah separuh jalan. Mudah-mudahan minggu depan sudah bisa saya terbitkan.

.

Seperti yang sudah saya sebutkan di chapter Heartbreak, tulisan ini memang akan ada adegan yang agak-agak menjurus tapi saya tidak akan menulisnya secara detail da frontal. Ini juga terkait dengan chapter berikut #spoiler.

.

CN1! versi Sehun juga sudah terbit. Itu terkait dengan salah satu adegan di chapter ini. Jadi kalau misal ada pembaca yang belum baca, silahkan mampir untuk mendapat gambaran yang menghubungkan cerita tersebut dengan chapter ini.

.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada para pembaca, para pemberi review yang sudah memberikan semangat buat saya, pembaca yang sudah membuat tulisan ini menjadi salah satu tulisan favorit mereka, dan yang sudah mengikuti tulisan saya ini.

.

Selamat menikmati dan tetap tunggu tulisan-tulisan saya yang berikutnya!

.

\(^o^)/