Warning: mungkin akan agak sedikit OOC..

Disclaimer: I do not own KHR..


Our Destiny

PROLOGUE

"Selamat Nyonya Sawada, anda melahirkan kembar tiga, dua orang laki-laki dan satu orang perempuan!"

Nana menatap perawat itu dengan ekspresi bahagia. "Tiga orang?" tanyanya.

"Ya, Nyonya Sawada. Saat ini mereka masih berada di ruangan incubator. Begitu anda cukup kuat, anda bisa melihat mereka."

Nana tak bisa menahan air matanya. Ia mendapatkan lebih daripada apa yang diharapkannya. Ia yakin Iemitsu juga sama bahagianya dengan dirinya.

2 minggu kemudian….

"Kenapa putra pertama dan putriku masih belum bisa kutemui?" Nana bertanya dengan nada tak percaya.

"Maafkan kami nyonya Sawada, tapi keadaan putra pertama anda sangat lemah, dan putri anda kelihatannya mengalami gangguan pernafasan. Kami butuh waktu untuk memeriksanya agar bisa memastikan apa yang terjadi pada mereka."

"Tidak…" Nana menangis sedih. Iemitsu yang berada disampingnya memeluk Nana untuk menenangkannya.

##

4 minggu kemudian…

"Jadi, siapa nama mereka?" Timoteo bertanya pada Iemitsu yang sedang menggendong putranya.

"Tsunayoshi, Tamaki, Tsunahime." Jawab Iemitsu pendek.

"Kenapa hanya putra kedua mu yang tak memiliki 'Tsuna' pada namanya?" Timoteo tak bisa menahan penasarannya.

"Karena ia berbeda, ia akan menjadi seorang laki-laki yang kuat dan mewarisi Vongola suatu saat nanti." Iemitsu berkata dengan yakin.

##

3 tahun kemudian…

"Tama-chan, hati-hati!" Nana berteriak pada seorang anak yang berlari-lari di halaman. Rambutnya pirang seperti Iemitsu dengan mata coklat seperti Nana.

Anak itu tertawa saat mendengar teriakan mama nya dan berhenti berlari. Nana segera menggendongnya dan mengelus rambutnya dengan lembut.

"Mou, Tama-chan, kau akan terluka jika tidak berhati-hati." Nana kemudian menurunkan Tamaki dan menggandeng tangannya. "Ayo kita masuk, papa berkata bahwa dia akan pulang hari ini."

Sementara itu dua pasang mata mengawasi dari jendela salah satu kamar di tingkat dua rumah. Yang sepasang menatap dengan sedih dan sepasang lagi menatap dengan marah.

##

5 tahun kemudian…

"Mama, aku terpilih menjadi pemain untuk pertandingan bola minggu depan!" Tamaki yang sekarang berumur 8 tahun tertawa sambil melemparkan tasnya diatas sofa.

"Wah, hebat sekali." Nana tertawa gembira. "Tanggal berapa pertandingannya? Mama pasti akan datang."

"Tanggal 5." Tamaki berlari ke dapur. "Apa makan malam kita hari ini, ma?"

"Omelette rice." Nana menjawab sambil mengambil beberapa telur dari kulkas. "Mana Tsu-kun dan Hime-chan?"

"Tak tahu." Tamaki mengangkat bahunya. "Aku tak ingin terlihat bersama mereka, jadi aku pulang lebih dahulu."

"Kau tak boleh berkata seperti itu, mereka adalah saudaramu."

"Aku kan hanya mengatakan yang sebenarnya!" tamaki membantah dengan suara tinggi.

Nana terdiam. Sebelum ia bisa menjawab, sepasang suara terdengar dari arah depan.

"Kami pulang!"

Nana bergegas membuka pintu. Sepasang miniatur dirinya berdiri di depan pintu. "Selamat datang Tsu-kun, Hime-chan."

Mereka mengangguk, Tsuna tersenyum kecil sementara Hime dengan ekspresi datar. Tsuna dan Hime memiliki penampilan yang sama, dengan rambut coklat dan mata coklat. Perbedaannya hanyalah panjang rambutnya dan ekspresinya. Tsuna sering tersenyum, sementara Hime selalu memasang ekspresi datar dan tak peduli.

"Tama-chan sudah lebih dahulu datang. Ganti pakaian kalian dan kita akan makan malam." Nana mengelus rambut keduanya.

"Hai, kaa-san." Tsuna kembali tersenyum dan berjalan ke dalam, sementara Hime hanya kembali mengangguk dan mengikuti Tsuna masuk ke dalam rumah.

##

5 tahun kemudian…

"Oi, Dame-Tsuna!"

Tsuna menoleh dan bersiap berlari saat melihat beberapa orang murid senior mendekat.

"Hei-hei.. Dia mau kabur!" salah seorang dari mereka berteriak dan mengejar Tsuna. Tak butuh banyak usaha untuk mengejar Tsuna karena dia bukanlah pelari yang handal.

Tsuna menutup matanya, bersiap dihajar, namun tiba-tiba terdengar teriakan, "Pak guru! Ada yang berkelahi disini!"

Murid-murid senior itu menoleh ke arah suara, dan tanpa pikir panjang segera berlari meninggalkan Tsuna.

"Huuffh…" tsuna menarik napas lega. Dia menatap ke arah sumber suara dan melihat adik kembarnya, Hime.

"Tamaki keterlaluan! Bagaimana ia bisa melakukan ini padamu?" Hime berjalan ke arah Tsuna dan menarik tangan Tsuna untuk berdiri.

"Jangan berpikiran buruk, Hime."

"Jangan berpikiran terlalu baik, Tsu-chan." Hime tersenyum kecil.

Tsuna membalas senyum adiknya. "Sebaiknya kau lebih sering tersenyum, Hime. Itu membuatmu terlihat lebih manis."

"Yada." Hime menjawab pendek. "Mereka tak pantas menerima senyumku. Hanya Tsu-chan yang pantas." Tambahnya.

Tsuna menepukkan debu dari celananya. "Seharusnya kau sudah pulang bukan?"

"Dan meninggalkanmu sendirian?" balas Hime. "Aku tahu jika kau sendirian, hal ini akan terjadi. Seharusnya kau membalas mereka."

"Aku tak ingin membuat keributan."

"Hai..hai.." Hime mengulurkan sesuatu. "Ini tasmu. Aku mengambilnya dari kelas."

"Arigatou, Hime."

Hime kembali tersenyum. Hanya Tsuna lah satu-satunya alasannya untuk tersenyum.

Hingga saat ini.


Moshi-moshi…

Cha disini..

Percobaan pertama menulis fic KHR, mohon dimaafkan jika terdapat banyak kekurangan.. .

Kebanyakan fic membuat Tsuna jadi kembar, atau genderbend, jadi aku mencoba membuat mereka kembar tiga, hahaha..

R&R, onegai….