All character belongs to masashi kishimoto of course

" Bagaimana bisa?" Naruto memandang nanar kertas yang diberikan Hinata padanya

Hinata semakin menundukkan kepala, tak berani menatap wajah orang yang dikaguminya sejak lama , raut muka Naruto yang makin mengeras melihat Hinata makin menunduk dengan bahu bergetar menahan tangis.

" ma.. ma.. maafkan aku Naruto kun"

"kau merencanakan ini semua kan?" suara Naruto terdengar datar, tetapi Hinata merinding mendengarnya. Bahkan dalam keadaan semarah apapun hinata belum pernah mendengar suara Naruto sedingin itu. Suara Naruto yang sekarang mengingatkannya pada suara sasuke dulu.

"aku tahu kau menjebakku, benarkan hah?"kini suara Naruto meninggi. Ia berjalan mendekati Hinata dengan wajah luar biasa murka. Sementara Hinata mundur ketakutan memegangi perutnya. Dari dulu ia tahu Naruto orang yang baik, dia tidak akan menyerang sembarangan orang apalagi teman-temannya. Tapi sekarang ini Hinata tidak yaki, ia belum pernah melihat Naruto melihat seseorang dengan mata sorot kebencian.

"kukira kau gadis baik-baik Hinata...teryata..."Naruto tersenyum sinis

"kau sama saja dengan gadis-gadis lain, ingin mendapatkan suami hokage...ingin mendapatkan tittle sebagai nyonya namikaze..."Naruto semakin mendekati Hinata sementara Hinata mundur langkah demi langkah kearah pintu keluar apartemen Naruto, ia ketakutan, bagaimana mungkin pemuda yang ia cintai ini bisa membuatnya takut. Padahal Hinata tak pernah takut walaupun ia tahu kyuuubi ada di dalam tubuhnya.

"kau mau tahu apa pendapatku?"Naruto berbisik ke telinga Hinata, Hinata menggigil ketakutan sambil meraba-raba gerendel pintu dibelakangnya.

"aku tidak peduli...aku tidak peduli anak yang kau kandung anakku atau bukan, aku sama sekali tidak peduli...ibu dari anak-anakku hanayalah Sakura chan...jika bukan Sakura chan yang menjadi ibu nya itu bukan anakku" Hinata membelalakan matanya tak percaya atas apa yang di dengarnya.

"na.. na.. Naruto ku.. kun.."

"tak bisakah kau bicara tanpa gagap...kau kan ninja kau ini puya penyakit ya?" lama-lama Naruto membentak.

"pergi" Naruto kembali menurunkan nada tingggi dalam suaranya, tapi suaranya masih sedingin es.

"ta... ta.. pi Naruto kun" Hinata memandang Naruto yang kini wajahnya sudah tepat dihadapan wajah Hinata.

"pergi..., aku akan meanggapmu tidak ada, jika kita bertemu dijalan atau di pasar atau dimanapun aku akan meanggapmu tidak ada...bukankah aku sangat baik...aku tidak akan meanggapmu musuhku walaupun kau menjebakku agar kau bisa hamil...aku hanya akan menganggapmu tidak ada..aku akan menganggapmu tidak pernah muncul dalam kehidupanku...dan bisakah kau berhenti menangis.. seharusnya aku yang menangis kan...kau yang menjebakku, bukankah sekarang kenginginanmu sudah terkabul?kau kan sudah hamil dari benihku, sudah sana pergi aku tak mau berurusan denganmu lagi..jangan buat aku menyeretmu dari apartemenku aku sudah muak melihat wajah memelasmu itu" Naruto menatapnya dingin. Tanpa buang waktu Hinata segera memutar grendel pintu dan berlari sekencang-kencangnnya dari apartemen Naruto.

########

Hinata berlari sekencang-kencangnnya ke kediaman hyuuga. Ia yang biasanya sopan dan tidak pernah lupa menebar senyum pada para penjaga dan pelayan yang hilir mudik dikediamannya kini menabrak beberapa orang tanpa minta maaf. Dia benar-benar hanya ingin sampai ke kamarnya dan menumpahkan semua rasa sedih, sakit hati dan berjuta-juta rasa kecewa disana.

Hiashi yang melihat Hinata membuka dan menutup pintu kamarnya dengan kasar hanya terheran-heran. Seumur hidupnya belum pernah ia melihat Hinata berperilaku kasar. Itulah mengapa Hinata sulit sekali mengalahkan adiknya yang umurnya terpaut cukuh jauh. Hinata selalu hati-hati memperlakukan Hanabi apalagi Hinata sudah berjanji pada ibunya untuk menjaga Hanabi jika ibunya tidak ada.

Hiashi hanya mengerutkan kening, ia berpikir mugkin anak seumur Hinata memang sedang mudah terpengaruh emosi. Tapi memang Hinata belum pernah seemosional ini, bahkan ketika kemarin ia menolak jabatan sebagai pewaris ketua klan, raut wajahnya biasa-biasa saja. Hiashi sangat tahu bahwa Hinata menginginkan menjadi pewaris klan karena ingin mengubah klan hyuuga menjadi klan yang utuh tanpa sekat-sekat. Namun setelah kehilangan neji saat perang shinobi keempat ia mengurungkan niatnya. Ia hanya berpesan pada Hanabi untuk mempersatukan klan hyuuga menjadi satu kesatuan yang utuh. Tentu saja Hanabi yang diam-diam mengidolakan kakaknya menyutujui dan berjanji akan berusaha sekuat tenaga.

Hinata menahan isak tangis di kamar. Ia benar-benar tak menyangka Naruto akan menuduhnya seperti itu. Ya, memang dirinya memendam rasa pada Naruto. Walaupun Naruto tak pernah membalas pernyataan cintanya pada saat pain menyerang, dia sama sekali tidak pernah memaksa Naruto untuk menjawabnya. Ia bahkan merelakan jika Naruto kencan dengan Sakura walaupun akan menyakiti hatinya, ia bisa apa. Ia tak mungkin bisa memaksa Naruto untuk balik mencintainya.

ia tahu Naruto selalu menghindarinya, semua berawal ketika kiba berencana mentraktir semua anak-anak seangkatan untuk merayakan di angkatnya Naruto menjadi rokudaime. Memang tidak dalam waktu dekat ini, Naruto harus masih belajar banyak hal seperti politik dan lain-lain. Dulu ketika Naruto menggembar gemborkan bahwa ia akan jadi hokage hanya Hinata yang percaya.

Melihat Hinata sangat mempercayai Naruto maka kiba hanya tertawa dan berkata "kau tahu Hinata chan jika Naruto benar-benar jadi hokage kau dan teman-teman akan ku traktir makan sepuasnya"

Hinata tak menyangka bahwa kiba masih ingat janjinya dulu, bahkan ia sendiri hampir lupa jika saja kiba tak mengingatkannya. Hinata tak menyangka disitulah hidupnya akan berubah total, dipesta itu bukan hanya berlimpah makanan tetapi juga berlimpah sake ya benar SAKE. Awalnya para kunoichi tidak setuju *kecuali ino tentu* tapi karena bujukan sana sini akhirnya mereka setuju. Sialnya para pria sepertinya bertaruh siapa yang paling kuat minum. Naruto yang merasa itu merupakan pestanya tentu saja tidak mau kalah. Ia minum sake sebanyak yang ia bisa. Ujung-ujungnya para kunoichi yang harus membawa pria-pria mabuk itu kerumah masing-masing

Dan bisa ditebak, Hinata lah yang membawa Naruto pulang ke apartemennya. Kediaman hyuuga satu-satunya yang searah dengan apartemen Naruto jadi wajar saja kalau Hinata yang harus mengantar Naruto pulang.

Di apartemen itu semua berawal, Hinata tau kadang orang mabuk bisa melakukan hal-hal aneh dan tidak wajar. Hinata tidak tahu apa yang terjadi, seingatnya Naruto tiba-tiba menciumnya dan kemudian gelap.

Keesokan harinya ia bangun sendirian, diapartemen Naruto, dikamar Naruto, di atas ranjang Naruto, sendirian dan tanpa mengenakan pakaian.

#########

Hinata menghirup nafas dalam-dalam dan mengelus elus perutnya. Baru tadi pagi ia memeriksakan diri kerumah sakit. Sudah beberapa hari dia mual dan merasa kurang enak badan. Awalnya dia merasa sedang flu, tetapi ketika flu tidak sembuh-sembuh walaupun ia sudah minum ramuan herbal ia memuuskan untuk mengeceknya ke rumah sakit.

Begitu tau hasilnya ia hamil, Hinata bingung. Apa jadinya jika ayahnya atau tetua hyuuga tahu dirinya hamil sebelum menikah. Ia benar-benar bingung. Ia tidak rela jika ia harus membunuh darah dagingnya sendiri. Karena itu ia memutuskan pergi pada seseorang yang ia yakini pasti membantunya, alangkah terkejutnya Hinata begitu mengetahui reaksi Naruto. Ia tahu Naruto memang tidak mencintainya, tapi setidaknya ia ingin Naruto membantu anak yang di kandungnya.

Hinata sekarang hanya terdiam mematung, ia sudah tidak menangis lagi. Sepertinya ia sudah kelelahan menangis. Ia butuh tidur.

weeelllllll... my first fanfict yay ^_^
anyone review please ^_^