Minna-san~~ Gomen yang menunggu *kalo ada* fic ini DX

aku telat publish, dikarenakan sakit selama seminggu, hiks

yosh, ga usah ba-bi-bu lagi ini dia chapter 3, tanoshimi shite tte ne n_nv


Chapter sebelumnya:

Ino bersedih karena Neji mengetahui kalau ia bertemu dengan warga Konoha, dan Ino bersedih karena ia tidak mampu memegang janjinya.

Tapi kenapa saat mendapatkan reaksi Neji, hati Ino terasa perih?


Be a Bride

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto-sensei

This fiction in mine :D

Rate : T

Genre : Romance, Hurt/Comfort

Warning : Canon, OOC *maybe, Typo, dll

Latar setelah perang ninja dan Hyuuga Neji tidak mati.


Di malam harinya, Neji dan Ino makan dalam Hiashi tentang kejadian Hanabi tadi siang, dijawab seadanya oleh Neji.

Ino tak tahu harus berkata apa saat melihat raut wajah Neji yang dingin. Entah mengapa dia merasa bersalah.

Tapi, kenapa dia harus merasa seperti itu? Ino kan sudah mejelaskan semuanya?

Dengan setengah hati Ino menelan potongan yakisaba terakhirnya. Ia tahu ini makanan favorit Neji. Tapi saat teringat, rasanya ingin cepat-cepat menghilangkan rasa itu dari mulutnya.

Setelah meneguk matchanya, Ino pamit kekamarnya lebih yang melihatnya merasakan ada sesuatu yang salah antara sepupunya dengan Ino.

.

.

Mendengar pintu kamar terbuka, Ino pura-pura tertidur.

"Aku tahu kau belum tidur." Ucap Neji datar.

"Ada apa?" ucap Ino pelan sambil memunggungi Neji.

"Kau tahu, meninggalkan meja makan lebih dahulu itu tidak sopan. Hinata-sama sampai menanyaiku tentangmu."

"Maaf, aku sedang tidak berselera." Ino berbohong.

"Dengar, aku tidak mau memaksamu tentang pernikahan ini Ino."

Mendengar itu Ino langsung berbalik."Apa maksudmu Neji-kun?"

"Aku ingin kau berpikir ulang tentang ini, kau sudah mempunyai kekasih, kenapa kau menerima pernikahan ini?Apa kau berpikir setengah-setengah tentang hal ini? Bagaimana kalau anggota klan lain tahu? Ceroboh!"Apa katanya?

"tunggu Neji-kun. Aku kan sudah minta maaf tadi. Lagipula, kau itu sa—"

"Aku..akan pergi malam ini untuk misi baru. Aku ingin selama aku pergi, pikirkan baik-baik tentang hal ini, sampai kau menyesal." Neji kemudian pergi meninggalkan kamarnya.

.

Ino yang ditinggal hanya bisa diam. Ino kembali mengerjapkan matanya dan mengingat kata-kata neji tadi.

Oh, astaga! Ino merasa hari itu memang bukan hari keberuntungannya. Pria itu! Kenapa dia pemarah sekali.

Apa kau berpikir setengah-setengah tentang hal ini?

Bukannya Ino sudah pernah bilang kalau ia sudah menerima apa kata tetua. Ino tahu dia sudah dewasa, maka dari itu dari awal dia sudah mencoba untuk tidak setengah-setengah.

Menyesalkah ia?

Lagipula apa tadi katanya? Kekasih? Ino sampai tidak tahu harusberekasi apa. Marah, senang, sedih atau malu?

Malam itu, Ino terjaga dengan segudang pemikiran dikepalanya.

.

.

.

Selama Neji pergi, Ino benar-benar menggunakan waktunya untuk berpikir. Di malam hari, Ino hanya berdiam diri di depan kamarnya sambil melihat bulan. Entah apa yang ia pikirkan.

Ino menyadari bahwa selama Neji pergi, ia merasa ada suatu yang kurang. Sepertinya kehidupan Ino perlahan terisi oleh sosok mengingat hal-hal kecil yang biasa dilakukannya bersama Neji.

Hinata yang merasakan perubahan sikap Ino, hanya bisa menyemangatinya dan berharap Ino kembali ceria.

"Ne, Ino-chan. Ku harap aku bisa membantumu agar bisa menjadi ceria kembali." Hinata menepuk pelan bahu Ino.

"Hinata-chan." Ino melihat Hinata lirih. "Ne, apa aku terlihat seperti setengah-setengah dalam menerima pernikahan ini, Hinata-chan?" Tanya Ino.

"A-aku tak pernah melihatmu dalam sisi itu Ino-chan. Yang selalu aku lihat, bahwa kau orang yang selalu ceria dan berpikiran sampai iri dengan sifatmu itu Ino-chan. Maka dari itu, saat melihat kau yang seperti ini, membuatku sedih."

Ino tersenyum lalu memetik setangkai bunga."Apa aku terlalu memaksakan diri untuk dekat dengan Neji-kun? Dia..entahlah Hinata. Sebentar baik lalu kembali menjadi dingin."

"Sekarang, aku tanya padamu. Apa kau merasa memaksakan dirimu untuk dekat dengan Neji-nii-san?" Hinata tersenyum.

Ino diam selama ini ia memaksa untuk dekat dengan Neji? Tidak! Dari awal ia sudah memutuskan utntuk menjadi dirinya sendiri. Ia bersikap baik karena pria itu adalah Neji, karena ia ingin tahu Neji lebih lagi, karena ia—ah! Ino sudah tahu jawabannya!

"Terimakasih Hinata-chan. Aku sudah merasa baikan." Ino tersenyum tulus.

"Sama-sama. Senang bisa membantu." Hinata tersenyum lalu kembali memetik bunga yang lain.

.

.

.

Dua hari berikutnya, tepat satu minggu, Neji pulang sehabis dari membawa satu gulungan kertas kosong, Ino melihat Neji masuk ke kamarnya.

Ino berinisiatif mengikutinya masuk, tapi dilarang dengan alasan ia ingin menyelesaikan tugasnya dahulu yaitu membuat laporan hasil misi. Ino yang mengerti mengangguk dan bilang akan menunggunya di taman bunga belakang. Akan lebih mudah berbicara dengan suasana yang tenang di kelilingi bunga.

Ino menunggu dengan dua cangkir teh hijau kesukaan Neji. Kedua kakinya ia masukkan kedalam kolam yang jernih. Ah, rileks rasanya.

Memikirkan gulungan kertas tadi, ia jadi rindu dunia shinobi. Tapi, ia sudah memutuskannya. Ino pun tersenyum.

Tak menunggu seberapa lama Neji pun datang.

"Maaf, sudah membuatmu menunggu." Neji berujar pelan.

"Uun, tidak apa-apa ko. Ayo duduk panas begini menyenangkan rasanya mencelupkan kakimu kedalam air." Ino memberikan senyum tulusnya.

"Kukira kau sudah memikirkan apa yang kubicarakan waktu itu, Ino. Kau masih saja ma—"

"Kini giliranku menyela ucapanmu Neji-kun." Ino menarik Neji untuk duduk dan ia perlahan menarik nafas. "Dengar, aku sama sekali tidak main-main Neji-kun. Kau tahu, sifatku memang seperti ini dari ingin kita membicarakannya dengan tenang, aku sudah memikirkan tentang kata-katamu waktu itu."

Neji membiarkan Ino melanjutkan ucapannya.

"Aku ingin melanjutkan rencana pernikahan aku yakin aku tidak akan menyesal, Neji-kun." Ino tersenyum tulus dan ditemukannya raut wajah Neji yang kaget.

"Tapi, keka—"

"Dan stop bilang Sai itu kekasihku. Dia temanku, kau selalu saja kaku ya Neji-kun." Ino tertawa kecil. "Tapi apa kau sendiri yakin dengan hal ini? Kau terlihat seperti merasa terganggu olehku." Lanjut Ino sedih.

"Aku..senang kau yang jadi pasanganku." Eh? Apa katanya? "Sebenarnya, aku sudah pernah dijodohkan seperti ini, Hyuuga benar-benar butuh bantuanku untuk membuat aliansi dengan klan lain. Tapi, aku ingin tahu sifat calon pasanganku. Dari sikapku yang acuh, aku ingin tahu seberapa besar mereka peduli denganku juga klan ini."

Kini giliran Ino yang diam.

"Biasanya mereka cepat tersinggung akan sikapku. Tapi kau berbeda, Ino. Kau bersikap seperti dirimu sendiri, dan bersabar atas sikapku."

Didalam hatinya Ino bersyukur untuk sangat bersabar pada saat awal perkenalan mereka.

"Bahkan Haruno langsung mengudurkan diri pada saat perkenalannya denganku." Jelas Neji.

"A-apa?! Haruno? Sakura maksudmu?!" Ino kaget. Astaga! Dekorin itu benar-benar!

"Maaf. Aku jadi bicara panjang lebar." Neji berpaling dengan semburat merah tipis yang segera hilang.

Ah, tapi rasanya Ino sedikit gembira.

"Kenapa harus minta maaf? Aku…" pipi Ino memanas. "Aku juga senang kau yang jadi pasanganku."

Entah sejak kapan, rasanya nyaman sekali tinggal disini.

.

.

.

Setelah peristiwa yang membuat wajah Ino memerah setiap kali mengingatnya, Ino kembali menjalani rutinitasnya mengurusi bunga dan rumah tangga bersama Hinata, walaupun Neji masih bersikap kaku. Ino memakluminya, ia juga akan bersikap demikian kalau sedari kecil sudah dijejali berbagai macam latihan oleh Hyuuga.

Tapi Neji juga bersikap sangat memberikan Ino beberapa bibit bunga, sesekali Ino memberitahu arti dari bunga yang berada ditaman bunga tersebut.

Ia juga terkadang menghabiskan malam berdua duduk di beranda sambil menatap bulan dan menyesap teh hijau panas,walau keduanya tidak berbicara dan akhirnya Ino terlelap di bahunya. Tapi entah kenapa keesokan paginya Neji menjadi orang yang dingin. Ino dibuat pusing oleh sikap Neji yang berubah-ubah.

.

Seperti hari itu, Ino melihat Neji sedang melatih gerakan taijutsunya.

Wah, serius sekali wajahnya.Melihat itu rasa kangennya dengan dunia shinobi muncul kembali.

"Hei, sedang apa kau disitu?" Neji menyadari Ino memperhatikannya.

Ino yang kaget menyadari bahwa wajahnya memerah. "a-a-a-itu, aku hanya sudah lama tidak melatih taijutsuku, jadi kangen saja."

"Mau coba berlatih denganku?" tawar Neji.

"Bolehkah?!" Ino sedikit anggukan Neji, Ino berlari ke kamarnya dan mengganti pakaiannya dengan hakama latihan.

"Taijutsu-mu bisa dibilang sangat lemah, kau selama ini terlalu focus pada ninjutsu sehingga pergerakan badanmu ku lihat kuda-kuda mu?"

Dengan instruksi Neji, Ino memperlihatkan kuda-kudanya dalam taijutsu.

"Sudah kuduga, jika ku gerakkan seperti ini." Neji berhenti dan mendorong bagian belakang betis Ino dengan kakinya, lalu tubuh Ino limbung. "Kau pasti akan jatuh."

"Maaf deh, aku tidak mahir dalam hal ini."

Gerakan selanjutnya dari Neji, membuat jantung Ino berdetak lebih cepat.

"Kaki dan tanganmu harus seimbang, dan tanganmu harus seperti ini." Neji mempraktekkannya dengan memposisikan tangan Ino dengan dirinya dibelakang Ino. Seperti dipeluk! Hah, rasanya Ino ingin menahan nafasnya lebih lama.

"Rileks-kan badanmu."Nafas Neji menyentuh telinga Ino dan membuatnya semakin memerah.

"Kenapa jadi begini?! Tenang Ino tenang~" batin Ino menjerit. Oh Ino yakin wajahnya sudah seperti kepiting rebus.

"Konsentrasi Ino." Neji menginstruksikan kembali.

Tidak! Suaranya jelas sekali.

Selama berlatih, Ino juga melatih agar jantungnya tidak berdebar sangat cepat seperti saja Ino bisa menganggap kalau jantungnya berdebar karena latihan taijutsu, mungkin dia bisa lebih tenang sekarang ini.

Setelah berlatih dengan Neji, badan Ino terasa sangat pegal. Bagaimana tidak, Ino tetap dilatih dengan porsi yang sama jika Neji berlatih dengan Lee. Dibanding memikirkan rasa sakit dan pegalnya, Ino terengah sambil tersenyum puas.

"Kenapa kau tersenyum lebar begitu?" Tanya Neji.

"Tidak.. hosh.. aku hanya..hosh.. merasa senang sekali."

"Apa maksudmu? Gerakanmu masih terbilang lemah, dan kau merasa senang?" Tanya Neji heran.

"Bukan lama semenjak aku disini aku tidak berlatih ataupun melakukan tugasku sebagai tadi saat aku berlatih denganmu, rasa kangen itu terobati, aku merasa sangat senang, terima kasih ya, Neji-kun."

Mendengar itu Neji sedetik diam, lalu kembali memasang raut dinginnya."Hn."

Ino kembali bingung melihat Neji yang pergi dari lapangan latihan. Ah, pria itu benar-benar menguras otak Ino. Apa yang dipikirkannya sama sekali tidak pernah Ino pahami.

.

Sore harinya, Ino dipanggil di ruang pertemuan. Tanpa memikirkan apapun, Ino berjalan dan memasuki ruang tersebut. Betapa kagetnya ia, saat ditemukannya sang ayah beserta Sai, Sakura dan Naruto sang hokage duduk berhadapan dengan tetuan Hyuuga, Hiashi, Hinata juga Neji.

"Ada keperluan apa memanggilku, Hiashi-jii-san? lagipula, kenapa ayah, dan teman-temanku berada di sini?" Ino mencoba untuk tenang.

"Ino…"

"Benar-benar tetua! Kenapa membuat perjanjian tanpa persetujuan dariku?!Apa aku tidak dianggap sebagai hokage kalian, hah?!" Sembur Naruto.

"Apa maksudmu Naruto?!" Tanya Ino gusar.

"Aku mendapat keterangan dari para tetua bahwa kau diberi perintah khusus oleh tetua, sehingga tidak bisa menyelesaikan pekerjaanmu sebagai medic-nin di rumah sakit. Bodohnya aku tidak bertanya apa perintah itu dan langsung menyetujuinya." Jelas Naruto.

"Hokage-sama…"

"Aku belum selesai! Beberapa bulan kemudian, Sakura bertanya keberadaan Ino, karena rumah sakit benar-benar membutuhkan dirinya. Saat aku ingin menjelaskan padanya, Sai yang satu ruangan dengan kami, bilang bahwa ia bertemu Ino dan melihatnya kembali ke kediaman Hyuuga." Naruto memotong ucapan Hiashi. Tampaknya ia benar-benar marah.

"Aku yang mengetahuinya, lalu memberitahu Naruto semua yang aku tahu tentang perjodohan ini. Karena kukira hokage seharusnya tahu, karena ini harus mendapat persetujuan ini hanya ulah tetua saja." Ungkap Sakura.

"Aku benar-benar tidak percaya ini!Bagaimana kalian melanggar hak dan kewajiban Ino sebagai kunoichi? Kalian harusnya tahu semua shinobi berada dibawah naunganku penuh!" Jelas Naruto Marah.

Ino sedari tadi diam. Ia terlalu shock mengetahui semua ini. Semua yang baru ia ketahui ini. "A-apa..maksud kalian? A-aku..Ne-Neji..Tou-san apa maksud semua ini?" Ino melihat ayahnya berharap mendapat semua jawaban yang ia butuhkan.

"Maafkan ayah, Hime.." Inoichi menunduk.

"Tapi aku.. "Ino melihat kedireksi memperlihatkan wajah dinginnya yang sedikit menunduk. Oh, jangan buat ini menjadi lebih sulit untuk Ino.

"Yah, itu sih tidak masalah kalau kau dan Neji benar-benar ingin melanjutkan pernikahan ini. Aku hanya memastikan bahwa shinobiku mengetahui kebenarannya, karena dia tanggungjawabku."Jelas Naruto mereda."Dan menegur para tetua tentang hal ini."

Ino memandang Naruto dengan perasaan lega. Dia benar-benar hokage yang sangat baik. Sungguh rasanya Ino merasa bahagia jika ia bisa melanjutkan pernikahan ini dengan Neji.

"Ino terlihat oleh orang karena ia keluar dari kediaman Hyuuga. Itu sudah melanggar aturan yang ada dalam klan ini. Mau bagaimana lagi, kita harus mencari calon yang baru untukmu, Neji."Ucap Hiashi dingin.

Mata amethyst Neji menutup.

"Ya, Hiashi-sama."

Mata Ino membulat.

Kenapa Neji menyetujuinya? Oh iya, bukankah banyak yang bisa menggantikan dirinya. Bahkan ia pengganti dari yang dulu. Dari Sakura juga. Neji bisa mencari wanita lain dan mencoba menjalin hubungan lagi seperti dengan dirinya dulu.

Dengan menahan dirinya untuk menangis, Ino meminta untuk segera pamit meninggalkan kediaman Hyuuga. Dan hari itu juga, ia mengucapkan selamat tinggal pada anggota klan, pada kediaman Hyuuga.

Ah, Ino. Bodohnya kau berharap mendapat secuil cinta dari seorang Hyuuga Neji.

TBC


wuaah gimana gimanaaa~

gomen kalo mengecewakan, ceritanya maksa banget *bikinnya sambil nahan pusing* en banyak typo. aku ngecheck cuma sekali hehe

berhubung ini convert-an dari word2010 ke 2007, pas aku check, kata2nya banyak yang hilang. mohon dimklumi kalo masih ada kata yang ilang itu hehe #plak

Makasih banyak yang udah nge-Fav and Follow story aku, makasih juga yang udah nge-Review : kirei-neko, Moku-chan, Chidishpink, Leomi no Kitsune, azurradeva, Sora No Ai, jenny eun-chan, NarutoisVIP, hana37, kaname, pitalica dan guest yg lewat. Gomen ga bisa di bales satu satu. Yang pasti aku seneng banget udah mau review. Nanti review lagi yaa~.

to iu wake de, segini aja cuap-cuapku untuk sekarang.

So, Mind to Review?