"Oi, Kuroko!" teriakan Kagami menggema di dalam gedung gym SMA Seirin, cukup keras untuk dapat didengar seisi penghuninya. Anggota tim basket Seirin yang lain tak menghiraukannya, terlalu sibuk menyeka keringat dengan handuk yang dibagikan oleh para junior mereka. Latihan hari ini lebih keras dibanding hari-hari sebelumnya, bentuk persiapan dari latih tanding melawan SMA Kaijou beberapa minggu lagi.

Kepala bersurai biru muda menyembul di antara sejumlah pemain yang berlumur keringat, bereaksi pada namanya yang disebut. "Ya, Kagami-kun?"

"Bolehkah aku mampir ke rumahmu setelah ini?" si rambut merah berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan rekan setimnya itu. Postur tubuhnya yang tinggi membuat Kuroko harus mendongak untuk menatapnya.

Begitu mendengar ucapan Kagami barusan, nyaris seluruh kepala menoleh ke arah mereka, tertarik.

"Hei, jangan tinggalkan aku." Junpei Hyuuga, kapten tim Seirin, muncul tiba-tiba di samping Kagami. "Aku juga ingin mengunjungi rumah Kuroko."

Aida Riko, pelatih mereka, juga muncul di samping Kuroko. "Aku juga! Aku belum pernah melihat rumahmu sebelumnya, Kuroko."

Beberapa saat kemudian, nyaris seluruh anggota tim berdesakan mengelilingi pemuda pendek beriris biru itu, semua meributkan hal yang sama.

"Ano…" akhirnya Kuroko membuka mulut. Walaupun suaranya tipis, namun semua mendengarnya dan berhenti bicara. "Terima kasih telah tertarik untuk mengunjungi rumahku, tetapi sayang sekali, aku sibuk siang ini. Maaf telah mengecewakan." Ia membungkuk sopan sejenak sebelum meraih tasnya dan berjalan keluar gym tanpa suara, diiringi dengan tatapan bingung dari rekan-rekan setimnya.

Suasana diliputi keheningan selama beberapa saat sebelum akhirnya…

"Apa itu tadi?" kata Hyuuga bingung.

"Apa maksudnya dia sibuk? Jangan-jangan dia punya janji kencan." gumam Izuki.

"A-apa? Tidak! Kuroko tak mungkin punya pacar!" Kagami refleks menyahut, menanggapi analisis ngawur Izuki dengan serius.

"Eeh? Kenapa tidak, Kagami?" Teppei menimpali dengan senyumnya yang kini tak inosen sama sekali, menurut Kagami.

"Y-ya… tidak mungkin! Itu saja!" si rambut merah panik sendiri.

"Cukup!" teriak si pelatih, sukses membuat semuanya membeku. Riko menunggu agar suasana kembali hening sebelum melanjutkan. "Apakah kalian menyadari perilaku aneh Kuroko akhir-akhir ini?"

"Apa maksudmu, senpai?" tanya Kagami, lambat seperti biasa.

"Bakagami." Riko menggerutu. "Maksudku, sudah beberapa hari ini Kuroko menjadi lebih pendiam dari biasanya. Aku tahu kalau dia itu memang bukan tipe orang yang banyak bicara. Tetapi diamnya Kuroko kali ini… seolah ia tengah menyembunyikan sesuatu dari kita." Ia mengawasi raut muka anak didiknya satu-persatu. "Adakah yang menyadarinya?"

"Benar juga." ucap Hyuuga menyetujui. "Passing dari Kuroko rata-rata meleset hari ini. Awalnya kupikir ia akan berlatih lebih keras dari biasanya karena kali ini lawan latih tanding kita adalah SMA Kaijou. Tetapi ternyata…"

"Dan ia juga jarang pulang bersama kita lagi tiap usai latihan." Koganei menimpali.

Mitobe membungkuk dan meraih sesuatu dalam diam. Ia lantas mengangkatnya agar semua dapat melihatnya lebih jelas.

Tas milik Kuroko.

Semuanya mengerjap.

"T-tunggu! Kalau begitu-"

"Tasku hilang!" seru Kagami. "Sial! Kuroko pasti salah mengambil tasku!" Sejurus kemudian, Kagami terhenyak. Tunggu, Kuroko salah mengambil tas? Rekannya itu tak pernah seceroboh ini sebelumnya.

Keheningan kembali menyelimuti gedung gym, kali ini lebih lama. Semuanya memikirkan hal yang sama.

Apa yang terjadi pada Kuroko?

.:xxx:.

Disclaimer to its rightful owner:

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Original Story:

Betrayal In Its Simplest Forms © Virelei

OCs © Virelei

(Link onto the original story can be found on my profile, favorite story section.)

Translation:

Betrayal In Its Simplest Forms by Rheyna Rosevelt

I own nothing but this translation

(Saya tak mengakui hak milik atas cerita ini kecuali terjemahannya)

Thus, I don't make any commercial profit within this story

(Juga, saya tidak mendapatkan keuntungan komersil macam apapun atas cerita ini)

Translation is under permission of its original author.

(Penerjemahan atas fic ini telah mendapatkan ijin dari author aslinya)

Warning:

This story contains: child/underage abuse, violence, (slight) blood, etc.

.

.

[Chapter 1]

.

.:xxx:.

"Aku pulang." ucap Kuroko pelan, tahu bahwa tak ada seorangpun di rumah yang mendengarnya –atau begitulah pikirnya.

Perlahan, Kuroko menutup pintu dan melepas sepatunya. Ia menjatuhkan tasnya, sama sekali tak menyadari nama Kagami tertera pada salah satu sisi kain tas putih itu. Kuroko berjalan melewati lorong rumahnya yang lengang, namun belum sempat ia mencapai ujung lorong yang terhubung dengan tangga menuju kamarnya, sebuah tangan bergerak keras menampar wajahnya, membuat tubuh remaja itu terhempas menabrak dinding.

Seluruh indera Kuroko dibutakan oleh rasa sakit sementara tubuhnya merosot ke lantai. Sebelum ia pulih sepenuhnya dari serangan barusan, tangan yang sama menjambak kasar surai biru mudanya, memaksanya untuk menatap wajah si penyerang dengan pandangannya yang telah berkunang-kunang. Pekik kesakitan lolos dari bibir pucat si pemuda ketika tangan itu mengeratkan pegangannya. Sepasang mata biru dingin yang familiar mendekati wajahnya.

"Dari mana saja kau, Tetsuya-kun?"

Suara dingin bernada manis yang dibuat-buat itu menggelitik gendang telinga Kuroko.

"I-Ibu," bisik Kuroko kesakitan. "Kupikir kau akan pulang beberapa hari lagi."

Seringai kejam terpoles pada wajah cantik si wanita. Rambutnya juga berwarna biru muda, panjangnya sebahu dan poninya mengarah ke kanan. Tubuhnya ramping, namun menyimpan cukup tenaga untuk melempar sesosok remaja dari ujung lorong ke ujung yang lainnya. Kulitnya juga pucat seperti Kuroko, namun semirip apapun penampilannya dengan putranya, kedua pribadi ini sama sekali jauh berbeda.

"Apakah hanya itu yang kudapat, hah, dasar anak tak tahu diuntung?" wanita itu mendesis. "Tidak ada 'Selamat datang' untukku? Aku telah bekerja lembur selama beberapa hari untuk menafkahimu. Ternyata semua usahaku sia-sia." Tekanan pada kulit kepalanya, untunglah, mengendur. Namun tak lama, digantikan oleh tinju keras dari satu sisi kepalanya, membuatnya sekali lagi terhempas menabrak dinding. "Nah?"

Rasa nyeri pada tulang rusuknya perlahan makin menjadi begitu kaki jenjang ibunya menendangnya keras. Kuroko terbatuk-batuk. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya.

"S-selamat datang, Ibu." ucapnya pelan seraya menahan sakit.

Wanita itu tak mendengarkannya. Ia justru mengangkat kakinya dan menendang dada putranya sekali lagi. Tangan pucatnya meraih kerah seragam Kuroko dan melempar tubuh pemuda itu hingga menghantam dinding lain. Kuroko berusaha melindungi dirinya sebisa mungkin, yang tampaknya sia-sia saja. Rasa sakit menyelimuti tubuhnya hingga melewati batas yang mampu ia terima. Hanya beberapa saat sebelum ia menutup mata, Kuroko mendengar suara lain berseru panik.

"Ibuki! Ibuki, berhenti! Kau bisa membunuh anak kita!"

Ayah, pikir Kuroko lemas. Sementara suara debat kedua orang tuanya berlangsung, Kuroko telah memejamkan matanya, beristirahat dalam kegelapan.

.

[To be continued]

.:xxx:.

A/N: Setelah menjelajah (dan merusuh) di fandom Hetalia dan Harry Potter, kini saya datang sebagai penduduk baru di fandom KuroBas! :D Mohon bantuannya, minna-san~ *bows* Terima kasih telah membaca! Kritik, saran, flame, atau pertanyaan silahkan Anda layangkan pada kotak review, ya~

~Rheyna Rosevelt