"Sehuna, ingin makan bekal bersamaku?"

Setiap hari Luhan akan berada diatas balkon atap sekolah, begitu juga Sehun. Awalnya hanya Sehun yang menempati balkon atap dengan beralasan mencari ketenangan -ketenangan dari guru yang menjelaskan sesuatu di depan kelas.

Sehun tidak pernah menganggap Luhan ada, maksudnya Sehun akan mengambil satu batang rokok dari sakunya dan menghisapnya sambil duduk diatas pagar pembatas.

Luhan selalu mengatakan bahwa merokok itu tidak baik, jadi setiap hari Luhan akan membawakan bekal yang dibuat sendiri olehnya dan mencoba menawarkan bekal yang dibawanya kepada Sehun -walaupun akhirnya Sehun tidak akan pernah menanggapinya-

"Baiklah jika tidak mau, aku akan makan sendiri", Luhan membuka kotak bekalnya dan mengucap syukur atas apa yang yelah Tuhan berikan untuk dimakannya siang ini.

"Cih", Sehun berdecih pelan lalu kembali menghisap habis rokok yang berada diantara jari telunjuk dan tengahnya.

.

.

.

Tittle: My Work

Author: DheAndini HunHan's Baby / DRae

Main Cast: Oh Sehun, Xi Luhan

Genre: Romance

Rate: T

.

.

.

Sehun kembali naik menuju balkon atap sekolah untuk yang kesekian kalinya, karena hari ini yang menajar adalah Tn. Kim, tentu saja alasan Sehun untuk membolos naik menjadi 10x lipat.

Kenapa tidak ada guru yang berani menegur Sehun?

Alasannya simple, mereka tidak ingin menjadi objek yang dibentak, karena Sehun tidak ingin hidupnya diatur, dia bisa mengurusi dirinya sendiri.

Tidak ada yang berani mendekati Sehun, kecuali Luhan tentu saja, mungkin Luhan salah dalam menentukan teman...

Jika kalian berpikiran seperti itu makan kalian salah besar, Luhan memiliki sahabat yang super baik yaitu Baekhyun dan Kyungsoo, sebenarnya mereka sudah memperingati Luhan tentang bahayanya mendekati murid badung macam Sehun setiap istirahat kedua di balkon atap, tapi dengan senyum yang tulus Luhan berkata...

"Aku hanya ingin mengubahnya, itu saja"

Tidak ada yang bisa mengubah keputusan Luhan semenjak itu, apapun yang ia lakukan, Baekhyun dan Kyungsoo hanya bisa berharap agar Sehun tidak melakukan hal buruk ataupun mengubah Luhan barang sedikitpun.

Dan walaupun doa mereka berhasil -karena Sehun tidak menghiraukan keberadaan Luhan disampingnya, Luhan tidak ingin menyerah, maksudnya ia tidak akan berhenti kalau Sehun sendiri yang mengatakan bahwa merokok itu tidak baik dan mulai akan berhenti merokok, dan jika saja itu terjadi, Luhan akan merasa sangat berhasil.

"Sehuna, ingin makan bekal bersamaku?"

Entah sudah berapa kali Luhan menanyakan hal yang sama pada punggung Sehun yang sedang duduk dipagar pembatas balkon, yang Sehun lakukan hanya melirik Luhan sebentar lalu kembali menatap keramaian sekolah dari atas sambil menghisap rokoknya, Sehun benar benar tidak menganggap Luhan.

"Baiklah jika kau tidak mau, tapi merokok itu tidak baik untuk kesehatanmu"

Luhan membuka kotak bekalnya dan kembali berdoa atas apa yang Tuhan telah berikan untuknya siang ini, termasuk bekal yang akan dimakannya ini.

Luhan memisahkan sumpitnya lalu mulai makan, Sehun masih tetap menghisap rokoknya hingga asap putih mengepul dari mulutnya.

.

.

.

"Luhan, kau tidak perlu melakukan ini"

"Tidak Baek, aku hanya ingin dia berhenti merokok"

"Tapi kau tidak perlu harus ke balkon atap hanya untuk mengantarkan bekalmu, kan?"

"Aku tidak mengantarkannya, aku memakannya sendiri disana"

Luhan tersenyum lagi pada kedua sahabatnya tersebut, memang kenyataannya seperti itu, Luhan sama sekali tidak membagi bekalnya pada Sehun, ia memakannya sendiri, mengahbiskannya sendiri.

Luhan hanya akan berhenti mengikuti Sehun ke balkon atap hanya saja Sehun berjanji padanya akan berhenti merokok.

"Sehuna, ingin makan bekal bersamaku?"

Lagi lagi yang Luhan dapat dari Sehun adalah kepulan asap putih dari mulutnya tanpa mengucapkan sesuatu yang berarti pada Luhan, bahkan hanya sekedar mengatakan 'tidak' untuk penolakan ajakan makan Luhanpun Sehun bungkam, tidak ingin berkomentar.

"Sehuna, berjanjilah tidak akan merokok lagi, maka aku tidak akan menganggumu lagi disini"

Luhan berkata tulus dengan menatap lurus punggung Sehun yang sedang duduk dipagar pembatas balkon, Luhan menunggu jawaban Sehun, tapi yang Luhan dapat hanya kepulan asap rokok dari mulut Sehun.

"Baiklah, aku akan menunggumu untuk mengatakan iya jika begitu", Luhan kembali menundukkan kepalanya untuk membuka bekal yang dibawanya dan selanjutnya ia akan berdoa atas apa yang Tuhan berikan padanya siang ini.

Luhan memisahkan sumpitnya hendak makan..

"Pergilah"

"Apa?"

"..Kau mengucapkan sesuatu?"

Luhan kembali menelan kebungkaman yang diberikan Sehun padanya, Luhan tidak ingin ambil pusing, jadi ia melanjutkan makannya yang sempat tertunda sebelumnya.

.

.

.

Luhan berjalan menapaki jalan setapak yang menuju ke rumahnya, memang ada jalan yang lebih besar dan lebih nyaman, tapi itu adalah jalan terjauh untuk menuju kerumah Luhan, mengingat ini sudah larut dan Luhan tidak ingin mengambil resiko sampai ke apartementnya larut malam jadi Luhan mengambil jalan pintas yangblebih dekat -walaupun agak menyeramkan.

Luhan berjalan dengan santai, mencoba untuk menikmati jalan yang memang agak menyeramkan ini, Luhan mencoba meraih headset dan handphonenya di tas punggung yang digunakannya, tapi saat tangan Luhan hampir menggapai handphone-nya, seseorang menarik Luhan kebelakang dinding usang yang berada disamping Luhan.

Karena panik, Luhan mencoba untuk berteriak, tapi tangan sang pelaku menutup erat mulut Luhan, seakan mengisyaratkannya untuk diam.

"Sssttt..."

Luhan menurut, ia memilih untuk bungkam, dan selanjutnya yang mereka dengar adalah sekelompok orang yang berlari mendekati mereka sambil mengucapkan umpatan umpatan kesal karena apa yang mereka kejar tidak mungkin tertangkap lagi.

"Sial! Kemana bocah itu?!"

"Kau cari kesana, dan aku akan kesana"

Setelahnya, terdengar langkah kaki menjauh berlari dari sana, sesorang yang membekap Luhan tersebut melepaskan bekapannya dan menyingkir dari tubuh Luhan karena mereka tadi berdiri dengan jarak yang begitu dekat.

"Ka...u"

Luhan bungkam seketika saat ia berbalik dan menghadap namja yang lebih tinggi sekitar 5 senti darinya tersebut, alih alih perotes karena perbuatan namja tersebut, Luhan malah melongo tak percaya melihat orang yang sedang berdiri dihadapannya tersebut.

"Pulanglah"

namja tersebut berkata sambil berbalik siap untuk pergi, tapi tanggapan yang paling masuk akal yang keluar dari mulut Luhan adalah..

"Huh?"

Luhan merasa seperti orang yang tuli dan tidak bisa mengerti apa itu yang dimaksud dengan 'pulanglah', seolah olah dia adalah makhluk dari planet asing yang tidak mengerti bahasa manusia.

"Pulanglah"

Namja tersebut kembali mengulang pernyataannya, lalu seperti sebuah perintah, Luhan berbalik hendak pulang, begitu juga dengan namja itu.

Luhan berjalan dengan pikirannya yang jauh masih mencerna kejadian apa yang baru saja dialaminya, maksudnya adalah kenapa namja tersebut menolongnya? Kenapa Luhan harus lewat sini? Kenapa dan kenapa, masih banyak pertanyaan yang keluar dikepala Luhan dengan diawali kata 'kenapa'

Alih alih ingin memikirkan jawabannya, Luhan malah kembali berbalik dan hendak berteriak

"Sehuna..."

Tapi akhirnya Luhan mengecilkan volume suaranya karena dihadapannya hanya jalan kosong, tidak ada siapapun, tidak ada Sehun..

"Gomawo.."

Entah pada siapa Luhan mengucapkan terimakasih tersebut, tapi Luhan merasa sudah mengucapkan terimakasih atas Sehun yang secara tidak langsung menyelamatkannya -mungkin.

.

.

.

Seperti biasa, Luhan akan kembali keatap sekolah dengan bekal ditangannya, dan tentu saja awalnya pasti akan dihadiahi dengan ocehan panjang Baekhyun ataupun ucapan semangat dari Kyungsoo.

Alasannya kareena Kyungsoo yakin kalau hanya Luhan-lah yang bisa mengubah pribadi seorang Oh Sehun.

"Gomawo Kyungsoo-ah.."

"Ne, cheonmayo.. Jja pergi sana, nanti jam istirahat sudah berakhir"

Kyungsoo itu seperti ibu idaman, dia perhatian, setidaknya ia mengerti keadaan Luhan. Bukan berarti Baekhyun itu bukan sahabat yang baik, Baekhyun dan Kyungsoo itu sama, hanya saja cara penyampaian tanda sayang mereka pada Luhan lah yang berbeda, jika Kyungsoo lebih suka berprilaku baik dan penyayang lanyaknya seorang ibu yang baik, maka Baekhyun akan menyampaikannya dengan ocehan panjang yang menjurus kenasehat, makna keduanya sama, sama sama memberikan dukungan dan nesehat.

"Baek-ah, aku duluan ya"

"Huh, pergi sana! Aku membencimu"

Luhan tersenyum menanggapi kata 'benci' dikalimat Baekhyun tersebut, yang dimaksud Baekhyun disana adalah 'hati hati', bukan artian dalam kata benci sebenarnya..

Luhan kembali menapaki anak tangga menuju ke balkon atap, Luhan merasa menaiki anak tangga ini akan dilkaukannya selama dia berada di SMA ini, jika saja Sehun akan menyetujui saran Luhan untuk berhenti merokok, mungkin sekarang Luhan akan memakan bekalnya bersama Kyungsoo dan Baekhyun.

Tapi yang Luhan temukan adalah balkon yang kosong, tidak ada Sehun, hanya ada banyak puntung rokok bekas Sehun beberapa hari mungkin bulan yang lalu..

Yang menjadi pertanyaan Luhan adalah kemana Sehun?

"Aku menemukan ini kemarin, punyamu?"

Luhan terlonjak kaget dengan sedikit berteriak ketika suara Sehun menyeruak dari belakang telinganya, dengan ragu, Luhan berbalik menghadap Sehun lalu mundur 2 langkah kebelakang saat dirasanya jarak antaranya dan Sehun sangat dekat.

"Ne, itu punyaku"

Luhan segera menarik gantungan kunci yang berada dijari Sehun lalu mengantonginya disaku celananya.

"Apa yang kau bawa?"

Luhan kembali seperti seorang alien yang tidak mengerti bahasa manusia, Luhan sedikit shock karena baru kali ini Sehun mengakaknya berbicara -setelah kejadian semalam tentu saja.

"Huh?"

"Aku membawa bekal seperti biasa, kau mau?"

Luhan menyodorkan kotak bekalnya pada Sehun yang ditanggapi tatapan datar oleh Sehun, lalu selanjutnya, Sehun sedikit menarik tangan Luhan bermaksud untuk mengajaknya duduk di bangku panjang yang menghadap ke lapangan sekolah dan juga gedung sekolah.

Luhan tersenyum tanpa sadar, ia duduk disalah satu sisi bangku panjang tersebit dengan Sehun duduk disisi yang lain, diantara mereka dibiarkan kosong untuk memberi tempat untuk kotak bekal Luhan.

Luhan membuka kotak bekalnya, lalu mengeluarkan dua pasang sumpit yang masih terbungkus rapi..

"Jja, mari berdoa"

Luhan adalah yang pertama memejamkan matanya dan menyatukan kedua tangannya lalu berdoa, Sehun menatapi Luhan sampai Luhan sendiri selesai membaca doanya.

"Eh Sehuna, kau tidak berdoa?"

"Sudah selesai"

Sehun berbohong, tentu saja..

Luhan tersenyum hangat lalu mulai mulai membuka bungkusan sumpitnya dan hendak meakan bekalnya saat yang dia lihat Sehun hanya memperhatikannya sedari tadi.

TBC

Huwaaa TBC dulu, lagi buntuk ide banget setelah sampe sini...

So, mind to review?