It's My Turn to Cry
Chapter 6
By HitsuKiro16
Warning (s) : BxB, KaiSoo~! YAOI, a little bit fight, other pairing, Angst!, A little bit of Krystal's apperance, Hurt/Comfort (maybe?), TYPO (s), isi cerita tidak terlalu bersambung dengan judulnya, newbie of Korean language and romaji of hangul, gomenasai. -.-"/, and i'm so sorry for the bad english, really, just want to try. :D
Warning (for scene(s)) : Mulai dari sini, bakalan saya kasih banyak sekali gejala-gejala yang dialami Kyung Soo mengenai penyakitnya yang sudah kalian tahu semua, kan? :')
Saya juga sedih banget lho bayangin Kyung Soo tersiksa seperti itu, tapi apa daya, saya nggak bisa menelantarkan ide saya yang sedang mengalir gila di malam hari. Hahaha.
Kyung Soo bakalan kepisah sama EXO member, untuk berapa lama? Belum tahu, deh. Saya Cuma nglanjutin sesuai apa yang saya pikir dan tulis, mengenai sampai berapa chapter? Entahlah, saya menikmati kok, nggak mau bikin fanfic sebagai beban lagi. Kasihan BETA READER saya, Rissa-chan. Saya nggak mau banyak merepotkannya, jadi saya nggak akan terburu-buru kalo mau nge-update.
Special guest : KyuMin (Kyuhyun dan Sungmin) (Eomma dan Appa Kyung Soo)
Couple (s) and Character : KAISOO, MEMBER OF EXO, HUNHAN, CHANBAEK, KRISTAO, SULAY, CHENMIN, KAISTAL (-,-), KYUMIN (Special guests).
Genre : Angst, Hurt/Comfort
Small note :
Saya bener-bener minta maaf, Jadi tambah lama nge updatenya gara-gara nggak ada pulsa modem. Plus sepuluh hari ujian tengah semester bikin saya stres. Mungkin updatenya bisa 4 atau 5 minggu berselang kalau Rissa-chan udah bisa saya kirimi filenya buat di BETA dan dan dikirim balik. Sebenernya repot juga ya kalo minta di BETA in. Saya juga jadi ngrepotin Rissa-chan. Hontou ni gomenasai. Q.Q
Tapi kalo saya udah nge update ini, berarti saya udah melewati masa UTS dan ada lagi pulsa modemnya! YAY! :D
Weleh, Hitsu malah curhat yang nggak penting. Ya udah, Baca dulu deh. Nikmati dan beri tanggapan yah~
Flashback :
"Jadi, kalian sudah tahu apa yang diderita oleh Kyung Soo." Semuanya mengangguk sedih mendengar pernyataan itu. Kyuhyun melanjutkan dengan perlahan.
"Dengan kondisi seperti itu, dia tak mungkin akan bertahan lama." Semuanya terhenyak, menahan napas, menunggu kalimat selanjutnya yang berada di ujung bibir Kyuhyun.
"Kanker Otak stadium 4 sudah divoniskan kepada Kyung Soo malam tadi."
Menatap tak percaya dengan pernyataan tiba-tiba, semuanya berdiam diri pada posisi masing-masing, berusaha menyangkal apa yang mereka dengar.
Stadium empat adalah stadium akhir yang dialami oleh seseorang terhadap penyakit kronis, terutama pada kanker otak.
Sungmin bahkan mulai terisak di dalam dekapan hangat suaminya, tak bisa menahan air matanya dan rasa sedihnya yang melimpah di dalam hatinya, salahkan dirinya yang berhati lunak seperti ini, tak bisa menghentikannya.
"Karena hal tersebut, kami sudah memutuskan sesuatu, dan kami akan memberitahukannya saat ini." Kyuhyun menggenggam tangan namja di sampingnya dengan erat.
"Kami memutuskan untuk menghentikan Kyung Soo dari pekerjaannya," setelah menarik napas dalam-dalam, namja tampan itu melanjutkan dengan mantap, "kami memutuskan Kyung Soo untuk vakum dari EXO."
-KAISOO-
Di ruangan senyap suara, terlihat Jong In duduk di sofa, sendirian tanpa terlihat kehadiran member EXO yang lainnya. Semua orang masih terlelap di pagi hari yang dingin ini di kamar hotel yang sudah dipesan menjadi 3 bagian. Di sofa hotel yang ditempatinya saat ini, namja berkulit agak gelap itu merenung mengenai semua yang Kyuhyun dan Sungmin perdebatkan dengannya, perdebatan yang membawa nama orang yang sudah begitu dikasihinya, yang tak bisa bersama dengannya untuk mengisi kegiatan mereka bersama di masa depan karena bom waktu hidup yang dibawa oleh namja mungil, Do Kyung Soo.
Kantong mata hitam dan bengkakan pada bagian kelopak atas dan bawah matanya begitu menonjol dan tak terelakkan jika dipandang orang. Namun bukan itu yang dia pedulikan, justru masa bodoh dengan kondisi wajahnya.
Jong In mengelus sisi pipi kanannya yang memerah sedikit membengkak. Pukulan yang ia rasakan kemarin dari seorang Do Sungmin membuatnya jadi agak takut dengan istri dari Do Kyuhyun, pasalnya karena pukulan tersebut Jong In berusaha disadarkan dengan kenyataan. Pukulan Baekhyun waktu itu ternyata belum menyadarkannya, ia membutuhkan beberapa pukulan untuk bangun dari keegoisan yang terbentuk dalam dirinya.
"Sakit..." kembali mengelus pipinya pelan-pelan, ia melihat ke sekitarnya, sepi. Ia rindu masa-masa lama saat Kyung Soo masih begitu dekat bersamanya. Ia rindu saat Hyungnya begitu mempedulikannya, merawatnya yang sedang tak enak badan, situasi yang sama seperti saat ini namun kehilangan makna pentingnya.
Hyung yang disayanginya tidak hadir dan tak ada di sampingnya, tidak mendampinginya di sini.
Ia mengingat-ingat lagi perdebatan besar kemarin malam, saat-saat dimana dirinya harus disadarkan akan rasa sayangnya yang begitu besar untuk seorang namja bernama Do Kyung Soo.
-flashback-
Mendengar perkataan dari Kakak laki-laki Kyung Soo, Jong In langsung bangkit dari tempat duduknya dan memprotes.
"Kenapa, Hyung? Kalian tahu Kyung Soo-hyung tak akan mau untuk melakukan itu?! Lalu kenapa Kyuhyun-hyung nekat menentang apa yang dia mau?!" Jong In terlihat tak terima dengan keputusan sepihak dari Kyuhyun dan Sungmin beserta keluarganya. Disaat semua memori-memori lamanya muncul untuk menyadarkan dirinya akan Kyung Soo, kenapa dia harus dihadapkan kembali dengan pilihan berat, dia harus dipisahkan dengan namja itu dan maut yang mungkin merenggut Kyung Soo.
"Jong In, kondisi Kyung Soo sudah separah itu, tak akan ada yang menjaganya." Namja berwajah tampan itu mengurut dahinya, kepalanya pusing. Ia sudah bisa menebak akan muncul protes, tapi ia tak menduga pendebat pertamanya justru Kim Jong In.
"Aku akan menjaganya, Hyung! Aku berjanji aku akan berada di sisinya!" namja berkulit tan itu merapatkan genggaman tangan kanannya di depan dada, menunjukkan janji simbolisnya, memamerkan keteguhan hatinya untuk menjaga Kyung Soo, namja yang disayanginya.
Kyuhyun menggeleng-geleng, tanda penolakan tanpa kata. Itulah jawaban yang Jong In dapat.
"Maafkan aku, Jong In. Tapi keputusan kami sudah bulat," mengusap leher jenjangnya dengan lembut, kembali menatap sosok yang lebih muda di depannya, "lagipula kau hanya berkata tanpa bukti." Memandang tajam sosok Hyung di depannya, bagaimana bisa Kyuhyun berkata seperti itu tentangnya. Hei! Dia tak tahu apa-apa tentang Jong In.
"Aku masih ingat kata-katamu beberapa tahun lalu untuk selalu bersama dengan Kyung Soo." Kyuhyun agak tajam memandang Jong In.
Ah, rasanya yang satu itu termasuk yang Jong In lupakan. Terlintas janjinya untuk terus bersama dengan Kyung Soo, namun yang terjadi tidaklah seperti yang keluar dari bibirnya. Bualan palsu seorang Kim Jong In.
Tampaknya Kyuhyun makin gencar memaki Jong In secara tidak langsung, merasa ada kesempatan berbicara lebih leluasa, Kyuhyun kembali membuka belah bibirnya.
"Tapi apa yang kudengar baru-baru ini? Bahkan kau mengolok-oloknya di depan teman-temannya? Membela kekasih wanitamu yang pergi meninggalkanmu, bukan?" Jong In tidak berkata-kata, ia tertunduk karena masa lalu, kesalahannya diungkit-ungkit kembali. Kyuhyun bangun dari posisi duduknya, ia mendekati Jong In dan menepuk pundaknya.
"Andai kau tak melakukan hal itu, kau masih menyimpan seluruh kepercayaanku padamu..." merapatkan kedua kelopak matanya, dia kembali berbicara dengan nada yang lebih rendah, berniat melepas kehangatan yang diberikannya lewat kata-kata tersebut beberapa detik yang lalu.
"Tapi apa yang bisa kupercaya darimu saat ini, Jong In? Kau bahkan SEMPAT menghancurkan adikku dengan kata-kata dan perilakumu..."
Jong In menengadahkan wajahnya, ingin memberontak atas kata-kata dari hyung di depannya ini, namun Kyuhyun kembali memotong kesempatan Jong In untuk menyangkal.
"Membuatnya merasa bersalah atas kesalahan yang dia perbuat, walaupun itu bukan murni kesalahannya. Membuatnya stres dan semakin mudah sakit." Terus memancing emosi Jong In yang memuncak, mulai dijatuhi sebagai pelaku penyebab semua hal yang terjadi belakangan ini.
"Lalu kali ini apa lagi yang mau kau lakukan padanya? Membuatnya bahagia, kemudian kembali kau jatuhkan ke tanah? Harapan palsu? Seperti itu?Aku tak bisa memegang kata-katamu itu, Kai." Memanggil dengan nama stage, Kyuhyun enggan menyerahkan adik yang sangat disayanginya kepada laki-laki tak bertanggung jawab seperti Jong In. Sudah cukup dengan apa yang dia dengar mengenai masalah adiknya dan namja di depannya ini.
"Aku tak akan merubah keputusanku. Aku akan mengajukan surat pengunduran diri secara sepihak tanpa persetujuan Kyung Soo."
Bibir Byun Baekhyun terlihat terbuka tertutup, ia ingin mengungkapkan sesuatu lewat bibir mungilnya, namun merasa agak canggung untuk membicarakannya dengan Kyuhyun yang baru saja memancing kemarahan Jong In. Iris Kyuhyun mendapati perilaku namja berperawakan kecil tersebut, kemudian memberi isyarat seolah-olah memperbolehkan Baekhyun mengutarakan maksudnya.
"Tapi, hyung... Kenapa harus saat ini? Disaat-saat kami bisa kembali seperti dulu? Tidak bisakah Hyung menunggu beberapa waktu lagi? Kami ingin bersama dengan Kyung Soo lebih lama lagi." Baekhyun mengutarakan pikirannya yang sempat tertahan karena perdebatan singkat Jong In dan Kyuhyun. Sungmin yang masih duduk di atas sofa mulai buka suara.
"Karena kami sebagai keluarga tak mau lagi melihat Kyung Soo tersiksa dengan ini semua. Gejala-gejala yang dialaminya saat ini tak bisa ia tahan sendiri tanpa bantuan orang lain, yang peka pada raungan tanpa suara miliknya."Baekhyun tak mau berbicara lagi, jawaban itu sudah cukup untuknya. Ia yang bersalah, ia tidak peka atas semua yang terjadi pada Kyung Soo. Secara tepat istri dari Kyuhyun menusuk hati mereka semua secara tidak langsung.
"Ia sudah menjalani ini dalam waktu yang cukup lama, dan bahkan kalian yang tinggal dan hidup bersamanya tak menyadari apapun." Sungmin mengusap kelopak matanya yang risih, air mata terlihat menggantung siap jatuh kapan saja tanpa dia perintah.
"Aku tahu Kyung Soo cukup pintar menyembunyikan semua yang dialaminya, tapi apa yang kalian harapkan kali ini? Memohon untuk bersamanya?Sudah cukup lama kalian bersama tapi baru saat ini kalian meminta untuk bersama dengan Kyung Soo lebih lama lagi setelah semua yang Kyung Soo jalani? Dimana hati kalian sebenarnya ini?" guratan muncul di dahinya yang terutup rambutnya. Ia tak habis pikir, jangka waktu yang sudah keluarga berikan untuk para member bersama dengan Kyung Soo, lebih dari cukup untuk mereka berkesempatan mengetahui yang diderita Kyung Soo sampai saat ini. Tapi yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya, para member tidak pernah memberikan perhatian yang lebih kepada Kyung Soo.
"Minnie, cukup. Yang kau katakan sudah kelewat batas. Ini bukan salah mereka." Kyuhyun mengusap air mata di pelupuk mata istrinya yang sepersekian detik yang lalu meluncur melewati pipi putihnya.
"Aku harap kalian menerima keputusan ini. Kami akan menjaganya. Tentu kalian masih bisa bertemu dengannya, namun tidak untuk jangka waktu yang lama."Kyuhyun meneguhkan hatinya untuk melanjutkan kalimat yang terakhir ini.
"Kyung Soo tak bisa hidup lebih lama lagi..."
Disambut dengan tangisan dari Sungmin, Kyuhyun ikut menitikkan air matanya sambil memeluk istrinya yang meraung-raung sedih. Harapan hidup adiknya tak bisa lebih lama lagi. Tentu saja ia tak mau itu terjadi, setelah semua selesai diproses ia akan mencari cara bagaimana cara menyelamatkan hidup adiknya, berapapun harga yang harus dibayarnya, bahkan jika dia bisa menukar nyawanya untuk keselamatan adiknya, dia akan bersedia mengajukan dirinya pertama kali. Namun vonis dokter tersebut terkesan begitu mengekang hidup Kyung Soo, seolah-olah dewa kematian sudah mengikuti Kyung Soo sampai nyawanya siap diambil. Hal itu membuat tekad yang dia punya untuk menyelamatkan adiknya terasa hilang ditelan bumi, tak akan berhasil sama sekali.
"Hyung! Jangan pisahkan kami dari Kyung Soo-hyung! Kumohon!" memecah keheningan, namja bertubuh penari itu berteriak.
"Apalagi yang kau mau, Jong In?" Kyuhyun menatapnya sebal, bocah tengik itu tak bisa menuruti kata-kata hyungnya.
Jong In terlihat ragu-ragu saat membuka bibirnya, ia agak berlebihan saat memikirkan kalimat yang berputar-putar di kepalanya. Namun merasakan dirinya didesak dengan pandangan tak sabar, mau tak mau dia mengungkapkannya dengan lantang.
"Aku mencintai Kyung Soo dan dia juga mencintaiku! Kami akan hidup bersama dan aku akan menjaganya, hyung! Percayakan dia padaku!" Jong In membulatkan tekadnya pula, setelah menyadari betapa sayangnya dia pada Kyung Soo, dia menetapkan apa yang akan dia lakukan untuk sosok pemuda mungil itu.
BUAK
Kembali keheningan terbentuk. Hanya deru napas berat yang terdengar setelah suara pukulan begitu keras mendarat di pipi Jong In.
Namja manis yang sudah berlinang air mata itu mengepalkan tangannya erat-erat, tak peduli jemari miliknya berkedut sakit karena tindakan yang tak segan-segan dilakukan baru saja.
"Kim Jong In! Jangan kau besar kepala karena dia mencintaimu!" Sungmin, yang sudah sekian lama menunjukkan sisi tegar dan tenangnya, kali ini membuka semua yang ada di hatinya. Rasa marah yang memuncak karena perkataan Jong In.
"Kau sudah mempermainkannya dengan bualan busukmu, kau tak pantas berkata seolah-olah kau perlu membanggakannya!" untaian kalimat itu menohok Jong In, membuatnya shock.
"Aku tak tahu apa yang ada di dalam pikiranmu! Tapi kau sudah menyakiti Kyung Soo! Jika sekarang kau bisa berkata seperti itu, kenapa tak sejak dulu kau melakukannya dengan benar!" Sungmin yang hendak menerjang Jong In dengan pukulan keduanya segera ditahan oleh Kyuhyun.
Merasa tubuhnya ditahan kencang-kencang, Sungmin mendeathglare suaminya, mengkodenya dengan gerakan bola matanya untuk melepaskan tubuhnya dan membiarkannya menghajar namja tak berhati itu dengan puas.
"Lepaskan aku, Kyu! Bocah ini sudah gila! Bisa-bisanya dia berkata seperti itu setelah perlakuan buruknya pada Kyungie! Biar kuberi dia pelajaran berharga!" Sungmin terlihat depresi, tubuhnya meronta-ronta didasari pada rasa benci yang sudah menumpuk di dalam dirinya, yang sudah tertimbun begitu lama. Kyuhyun dengan sabar menarik tubuh Sungmin yang terus memberontak dalam pelukan hangatnya.
"Lepaskan aku! Biarkan aku membalaskan apa yang dirasakan Kyung Soo sampai saat ini!" Sungmin meregangkan tangan kanannya, berusaha meraih Jong In untuk setidaknya mencakar wajah pemuda itu.
Tak ada pilihan lain yang dapat dilakukan oleh Kyuhyun, mau tak mau dia harus melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan pada istrinya. Dalam waktu sepersekian detik, terlintas wajah seperti apa yang akan dibuat oleh Sungmin, dan ia harus mengukuhkan niatnya untuk melakukan hal tersebut, tak peduli konsekuensi yang akan diterimanya, ini juga demi Sungmin, terlebih untuk adiknya.
Kyuhyun menarik paksa Sungmin dengan satu sentakan, menghadapkan wajah kacau itu ke hadapannya.
"SUNGMIN CUKUP!"
Dan benar saja, apa yang terlintas dalam pikirannya terjadi, hentakan keras itu membuat namja cantik di depannya terdiam.
Baru kali ini suaminya menyentaknya dengan keras. Sebelumnya, kemarahan seorang Do Kyuhyun tak akan diungkapkannya dengan bentakan seperti itu. Berkat kejadian baru saja, membuat Sungmin berkecamuk di dalam otaknya sendiri. Mulutnya terasa kelu, tak bisa berkata-kata lagi saat namja di hadapannya memandang dengan wajah yang sedih dan kecewa.
"Sudah Minnie, sudah cukup... Kyung Soo tak akan senang mengetahui kau seperti ini..." Kyuhyun memeluk Sungmin erat-erat, menutupi wajah Sungmin yang penuh derai air mata dengan dadanya yang bidang.
Sungmin kembali menangis, ia menyadari bahwa sikapnya sudah keluar dari batas. Dari yang dia ingat, adik iparnya, Kyung Soo, tidak suka jika dirinya bertindak seperti itu. Mengingat kembali paras kecewa Kyung Soo mengenai dirinya, Sungmin mengerang lebih keras. Tangisannya tak berhenti begitu saja hanya karena pelukan suaminya.
Merasa dapat kesempatan untuk berbicara di sela keheningan tanpa percakapan, Jong In mencoba untuk memecah ketenangan tersebut.
"Kyuhyun-hyung. Biarkan Kyung Soo-hyu—"
"Sudah cukup." Memotong perkataan namja kacau pada jarak yang tak begitu jauh darinya. Tak mau mendengar kalimat apa yang selanjutnya mungkin keluar dari bibir sensualnya. Kyuhyun dapat mereka-reka apa yang akan diucapkannya. Sebelum masuk ke dalam lubang telinganya dan membuatnya marah, dia merasa menghentikan perkataan namja muda itu lebih baik.
Namun Jong In sendiri terlihat berisikeras untuk mengungkapkan permintaannya. Ia memberanikan diri untuk membantah kalimat sosok yang lebih tua darinya.
"Tapi Hyung..."
"Jong In, berhenti. Jangan mencoba untuk membuat perdebatan ini menjadi semakin panjang." Mengusap puncak rambut istri dalam rengkuhannya, Kyuhyun menatap ke arah member lain yang tak berbicara sama sekali akibat ketegangan yang terbentuk di dalam ruangan tersebut. Jong In tak mengatakan apapun, dia menunduk, seolah-olah menyanggupi apa yang dikatakan oleh kakak Kyung Soo kali ini. Tekanan yang dia rasakan dari sosok Hyung di depannya benar-benar terasa mutlak baginya.
"Sekali lagi, apa yang kami pilih semuanya untuk kebaikan Kyung Soo sendiri, tak kurang juga untuk kelancaran pekerjaan kalian. Aku tak mau semua ini berantakan hanya karena keegoisan hati dan keras kepala yang tak membuahkan hasil sama sekali." Dengan tangannya, Kyuhyun kembali mengusap rambut istrinya.
"Aku tak ingin masa depan kalian menjadi kalut dan terhambat hanya karena Kyung Soo," ujarnya sarkastik. Sehun terlihat tak terima dengan perkataan kakak kandung Kyung Soo.
"Hyung, jangan katakan hal menyakitkan seperti itu tentang Kyung Soo-hyung. Kami tak pernah berpikiran tentang dirinya seperti i—"
"Tentu saja bukan maksudku berpikiran buruk tentangnya. Hei, dia adikku sendiri." Setelah perkataan Sehun dipotong oleh Kyuhyun, namja maknae itu tergagap dan bingung akan komentar hyungnya.
"Hanya saja tindakannya itu tak dia pikirkan matang-matang. Dipikirannya ia tak tahu semuanya akan berdampak ke depan, dan tentu saja itu akan mempengaruhi pekerjaan kalian," dengan tenang Kyuhyun melanjutkan.
"Keinginanku juga menyadarkannya akan hal itu. Dia harus belajar merelakan sesuatu." Namun setelah mengatakan hal itu, Kyuhyun menundukkan kepalanya, terbesit rasa bersalah dalam dirinya, ia tak bisa menolak itu.
"Aku mengerti dia ingin membawa sebanyak mungkin kenangan indah saat dia... pergi nanti." Jari-jari tangannya mengeras. Ia tak mau itu terjadi, ia tak menginginkan apa yang dia katakan itu benar terjadi. Namun apadaya, kebenaran dan faktanya sudah diungkapkan.
"Aku tak ingin melihatnya tersiksa... Ini semua sudah cukup."
Mengusap air mata yang lolos dari sudut matanya, Kyuhyun menoleh ke arah para member yang terdiam dan hanya menatapnya dengan pandangan nanar.
"Kalian boleh menjenguknya, Setidaknya sampai kondisinya membaik." Merekahkan senyumnya, Kyuhyun menghapus air mata dengan pakaiannya. Ia tak ingin terlihat menyedihkan, maka dari itu tersenyum bukanlah hal yang buruk baginya. Yang dia perbuat juga bukan semata-mata menghancurkan mimpi adiknya, namun dia hanya ingin yang terbaik untuk Kyung Soo, hanya itu.
"Kami akan membawanya pergi sekitar satu minggu setelah kondisinya membaik, atau mungkin kurang dari itu." Kyuhyun dan Sungmin beranjak dari tempat itu dengan didampingi oleh Chanyeol dan Suho yang refleks bangun dari tempat duduknya dan mengantar mereka berdua keluar.
"Kuperingatkan, Tolong rahasiakan ini dari Kyung Soo sementara waktu. Mungkin kami akan memberitahunya setelah kondisinya benar-benar sudah pulih. Jika dia sampai mendengarnya, kondisinya akan memburuk lagi. Aku benar-benar tak mau itu terjadi." Kyuhyun menunduk pamit, kemudian pintu kamar hotel itu tertutup, menyisakan kesebelas orang yang pikirannya berkecamuk.
Jong In memukul dinding tepat di sampingnya, meninggalkan suara keras dan memerahnya permukaan jemari namja yang terpuruk tersebut. Ia membenturkan dahinya ke dinding di depannya, mengerang frustasi.
"Kenapa..."alih-alih menyelesaikan kalimatnya, tetesan air mata menyela kelanjutan untaian kata yang hendak diucapkannya.
"Kenapa harus seperti ini disaat aku benar-benar menyadari perasaanku... Kyung Soo-hyung." Tubuhnya merosot dengan tempurung kakinya yang membentur pelan ke lantai. Deru napas yang mulai meningkat kecepatannya, air mata yang tak kunjung berhenti mengingat sosok yang dikasihinya menderita selama ini, berkat dirinya, ditambah dengan penyakit yang sudah dideritanya cukup lama. Muncul pula insiden hyung tercintanya ditusuk oleh fansnya sendiri karena masalah dulu, membuat sosok mungil itu koma di rumah sakit sampai saat ini.
Masih pula perasaan yang sebenarnya muncul ke permukaan, cintanya kepada Kyung Soo yang menyeruak dari palung hati terdalamnya, kenangan yang dipendamnya dalam-dalam oleh kemesraan palsu yang berujung pada kesepian.
"Kenapa disaat aku benar-benar merasa bersalah dan ingin menebusnya seumur hidup untuk terus bersama denganmu, Hyung..." isak tangisnya semakin keras, sama kerasnya dengan detak jantung yang berdegup begitu cepatnya, seolah-olah ingin meledak karena membuncahnya emosi di dalam dirinya.
"Kumohon—" mempererat genggaman tangannya,
.
"Jangan tinggalkan aku, Kyung Soo." Memejamkan kedua matanya,
.
"Aku tak ingin kehilanganmu."suara lirihnya muncul lewat sela-sela bibirnya,
.
"Selama ini aku bersalah." Air mata turun melewati pipinya,
.
"Aku benar-benar minta maaf, Kyung Soo,"tubuhnya berguncang tanpa henti,
.
"Aku benar-benar mencintaimu." Napasnya terdengar memburu namun kalimat yang diucapkan selanjutnya terkesan begitu lembut bersamaan dengan perasaan sedih yang membalutnya.
.
"Do Kyung Soo."
Dan kalimat panjang itu berakhir dengan derai air mata dan lantunan sedih yang terdengar begitu pilu. Tak hanya Jong In, namun semua orang yang merasa bersalah karena sesuatu yang terasa kosong di dalam hidup mereka.
Rasa sayang mereka terhadap Do Kyung Soo.
Juga cinta yang Jong In rasakan pada namja pembawa bom waktu, yang akan meledak,
... dengan waktu yang sudah ditentukan...
-End of flashback-
Tak jarang pemuda berkulit lebih gelap tersebut masih mengusap pipinya yang masih bengkak akibat pukulan, rasanya bukan pipinya saja yang terluka, tapi hatinya juga terasa begitu kosong.
Pagi itu terasa dingin, seolah-olah menusuk kulitnya, meresap melalui pori-pori pada kulitnya. Padahal ia masih bisa merasakan setitik dari kehangatan tubuh Kyung Soo saat memapahnya sampai ke rumah sakit, tapi kenapa tubuhnya tak bisa tenang dari gemetar yang terus mengganggunya semalaman ini. ia merasakan semua keanehan pada tubuhnya, rasa sakit di hatinya, pening di kepalanya, bahkan rasa gemetar yang tak kunjung hilang.
Perasaan ini begitu membunuhnya. Ia rindu hyungnya, ia rindu kehangatan yang didapatnya dari pemuda itu. Ia ingin suara lembut namja itu membelai telinganya, ia ingin senyuman itu terus ada di hadapannya tanpa kehilangan makna apapun. Senyuman polos Do Kyung Soo membuatnya berdebar dengan kencang, dan ia tak mau hal itu musnah dari memorinya.
Pikiran Jong In berkecamuk hanya karena pemuda itu, dan benar saja. Namja bertubuh mungil itu mengambil hatinya, menariknya dari kegelapan dan menuju tempat dimana ia seharusnya berada, kebahagiaan yang sejati.
"Kyung Soo-hyung, aku akan membuktikan perasaanku ini, aku akan membuktikan perkataanku kemarin bahwa aku akan menjagamu dan membahagiakanmu."
-KAISOO-
Matahari mencapai titik tertingginya, menunjukkan saat ini sudah pukul 12 siang, tengah hari yang menyengat kulit dengan cuaca panasnya. Di ruangan tempat Kyung Soo dirawat saat ini terdapat Kyuhyun, Sungmin, bahkan Appa dan Eomma Kyung Soo di situ. Mereka terlihat dengan diam menunggu kesadaran anaknya, adik mereka yang masih terbaring tak berdaya dengan napas yang begitu lemah.
Sungmin mendekati tubuh di atas ranjang tersebut, dengan sedih ia mengusap rambut kecoklatan Kyung Soo, tak kuasa air mata kembali menetes, perasaan yang begitu membuatnya depresi kembali memenuhinya, mengalir layaknya air sungai yang deras. Rasa kecewa tak pernah berhenti muncul ke permukaan, memenuhi dirinya, kenapa di saat Kyung Soo harus menderita sedemikian rupa, ia tak bisa menemani adik iparnya tersebut. ia dapat mengingat bagaimana tersiksanya saat rasa pusing dan menyiksa kepala bahkan tubuh Kyung Soo begitu menghancurkannya.
"Kyung Soo, cepatlah sadar. Sungmin-hyung rindu pada senyumanmu..." bergetar karena tangisannya, mau tak mau ia menundukkan tubuhnya dan mendekap tangan lemah milik Kyung Soo ke dalam pelukannya. Isakannya pilu, menyedihkan, dan membuat perutnya terasa aneh.
Suara pendeteksi detak jantung berbunyi dengan irama yang tidak pasti, dan itu membuat jantung Ibu dan Ayah Kyung Soo bergemuruh, sangat takut jika suara panjang yang tak diinginkan muncul sewaktu-waktu. Rasa bersalah tak pernah lepas dari perasaan kedua orang tua Kyung Soo, kenapa mereka tak menyadarinya sejak awal. Mereka baru menyadarinya waktu Kyung Soo menginjak stage stadium II. Perihal tersebut sudah begitu parah dan mereka baru saja menyadarinya.
"Hyung rindu dengan suara lembutmu, Kyungie. Bangunlah. Hyung tak bisa melihatmu seperti ini. Hyung benar-benar tak sanggup." Kembali Sungmin mengacak rambut Kyung Soo pelan. Hatinya teriris oleh perasaan yang menyedihkan. Ia ingin tersenyum, namun bibirnya terasa kaku, lengkungan tersebut tak bisa terbentuk. Hanya dengan menatap wajah Kyung Soo yang pucat pasi membuat isakannya semakin keras.
Tak tahan dengan tangisan Sungmin yang terasa memekakkan telinganya, Kyuhyun mendekati istrinya dan memeluk Sungmin dari belakang dengan tangan kirinya, mendekap dada namja manis tersebut, sedangkan tangan kirinya yang senggang menggenggam tangan Kyung Soo yang terus dipeluk oleh Sungmin.
Karena terkejut, Sungmin menoleh ke belakang dan bibir ranumnya menyentuh bibir suaminya. Detik berikutnya sunggingan bibir terbentuk di wajah Kyuhyun, memamerkan rentetan giginya yang putih dan rapi. Kemudian mengecup sekilas bibir di depannya.
"Kebanyakan menangis membuat wajahmu menjadi jelek. Kyung Soo akan mengejekmu saat ia sadar nanti." Sentuhan itu terlepas sepersekian detik setelahnya, membuat keterkejutan dari sosok Sungmin sendiri karena perlakuan suaminya.
Melihat istrinya masih tak bisa berkata-kata, Kyuhyun mengacak-acak rambut Sungmin lembut.
"Bisa-bisa kau dikira nenek sihir di tokoh dongeng. Lihat wajahmu ini... Aigoo... Aku tak bisa melihat istriku seperti ini. Ayo, kau harus menjaga kesehatanmu apalagi wajah imutmu, Chagi." Kyuhyun dengan tawanya yang renyah mau tak mau membuat Sungmin tersenyum. Suaminya ini bisa menghiburnya hanya dengan tindakan dan kalimat yang keluar dari mulutnya. Ia sangat bersyukur suaminya ini bisa mendampinginya sampai saat ini, memberikan semangat pada dirinya dalam situasi seperti apapun.
"Jangan mengejekku, justru wajahmu itu yang terlihat seperti kakek-kakek, chagi." Sungmin mengusap pipi di hadapannya, kemudian memanyunkan bibirnya mengingat dia baru saja diejek mirip dengan nenek sihir.
"Ayo kita makan siang dan membawa kemari buah apel kesukaan Kyung Soo." Dibalas dengan anggukan, mereka berdua terlihat mesra berjalan ke luar ruangan setelah sebelumnya berpamitan dengan orang tua Kyung Soo yang tentu saja, memandang dengan bahagia, walaupun keadaan anaknya yang paling kecil masih terlihat mengkhawatirkan.
...
..
.
Tak perlu menunggu lama untuk memecahkan keheningan, rombongan member EXO ditunjukkan dengan kedatangan ketujuh orang dengan wajah masih terlihat sedih ke dalam ruangan tersebut.
"Ya, aku tak akan membiarkan kalian masuk untuk bertemu dengan Kyung Soo jika wajah kalian kusut begini." Dengan sedikit bercanda Eomma Kyung Soo mengisyaratkan ketujuh orang tersebut untuk tersenyum dengan menyunggingkan bibirnya.
Agak canggung memang, tapi mereka melakukannya tanpa babibu.
Setelah melihat keadaan tamunya tersebut tidak terlihat sedih, Eomma dan Appa Kyung Soo mempersilahkan gerombolan tersebut masuk ke dalam.
"Nah, jangan buat Kyung Soo khawatir dengan wajah murung kalian. Kalian tahu sendiri, kan. Kyung Soo tak akan senang jika melihat kalian bersedih saat dia sadar nanti." Dengan senyuman terpatri di bibirnya, Appa Kyung Soo menepuk punggung namja yang terlihat paling tinggi di tempat itu dengan bangga.
Dari gesturnya sudah dapat ditebak, Chanyeol gugup, dan tentu saja rasa sedih itu tak mudah hilang dari wajahnya. Dengan senyum terpaksa namja bernama lengkap Park Chanyeol tersebut mendekati tubuh Kyung Soo yang terbaring di ranjang lengkap dengan banyak infus di tubuhnya dan selang tabung oksigen di hidung dan mulutnya.
"Halo Kyungie, bagaimana keadaanmu saat ini? Kau bisa mendengarku?" ah, dari kata-kata yang diucapkannya, Chanyeol merasa begitu canggung, dengan gelengan ia mengganti kata-kata yang sempat diucapkannya.
"Ah, maafkan aku. Kyung Soo, cepatlah sadar dan kita kembali ke dorm." Terlihat bersemangat setelah dapat melancarkan kalimatnya, Chanyeol menepuk punggung kekasihnya yang masih terlihat enggan untuk tersenyum dengan bebas.
Merasa dipaksa oleh namja bertubuh tinggi di sebelahnya, mau tak mau Baekhyun menyunggingkan senyumannya sambil mengusap lengan Kyung Soo yang terdapat beberapa tusukan jarum infus di kulit putih pucatnya.
Namun hanya menyentuh bagian dari tubuh namja yang disayanginya seperti adik sendiri sudah menyiksa dirinya. Ia tak bisa. Ia tak sanggup melakukan ini. Dongsaengnya tersiksa dan dirinya hanya bisa memandang dengan senyum palsu.
Baekhyun memalingkan wajahnya dari Kyung Soo yang terlelap di dalam mimpi panjangnya, Baekhyun merasa ia tak bisa menatap dongsaengnya yang terlihat begitu mengenaskan tersebut.
"Chanyeol, aku tak bisa..." namun dengan semangat yang tersalurkan lewat acakan pada rambutnya, dan anggukan singkat oleh Chanyeol, Baekhyun berusaha memantabkan hatinya dan memutar tubuhnya untuk kembali menatap Kyung Soo, dongsaeng kesayangannya.
"Kyungie... Ini aku, Baekkie. Aku tak tahu harus berbicara apa... Cepatlah sadar dan kita berlatih vokal bersama lagi. Begitu banyak yang ingin kuceritakan padamu saat ini, Kyungie." Hampir-hampir air mata menetes, dengan cekatan pemuda yang bisa dibilang bertubuh kecil tersebut mengusap kelopak matanya dengan kasar agar air mata meresap ke pakaian berlengan panjang miliknya.
"Luhan-hyung, giliranmu." Baekhyun dan Chanyeol mundur beberapa langkah supaya kedua orang selanjutnya dapat mendekati Kyung Soo dan melihat keadaan Kyung Soo dengan lebih jelas lagi.
"Uri Kyung Soo-hyung! Ayo cepatlah sadar dan kita makan apapun yang kau inginkan..." Sehun mempererat genggaman tangannya pada Luhan, wajahnya tersenyum, namun perilakunya tidak. Senyumnya masih terpatri, namun mentalnya terasa sudah hancur. Dirinya bisa berdiri tegap, namun tidak dengan perasaannya, ia merasa dirinya sudah jatuh ke dasar jurang.
"Hyung, kau tahu. Jika kau sadar aku akan memperlihatkan tarian terbaikku padamu. Bersama dengan Luhan-hyung dan juga member EXO!" namja berdagu tajam itu terlihat serius, dengan emosional dilantunkan kata-kata tersebut.
"Iya, Kyungie. Nanti sambil menonton Sehun dan Kai serta Lay menari, kita akan makan fishcake sebanyak yang kau mau. Kita juga akan minum bubble tea bersama. Okay?" Luhan berujar sambil membayangkan bagaimana hal tersebut akan terjadi. Semuanya akan berjalan sesuai rencana dan ia dapat melihat Kyung Soo tertawa senang dan senyumannya merekah sepolos-polosnya.
Namun kalimat yang mereka ucapkan terasa seperti void. Tak ada respon dari pemilik nama yang terus dielu-elukan tanpa henti. Hanya napasnya yang terdengar lemah dan kecil, nyaris tak terdengar. Ditambah pemecah keheningan dari suara pendeteksi jantung yang berada tepat di samping ranjang tempat Kyung Soo terbaring dengan tenang. Dadanya kembang kempis dengan begitu lambat, alat yang terpasang pada hidung dan mulut Kyung Soo terlihat mengembun, efek dari napasnya yang panas namun terperangkap sebagian di tempat itu, dan sisanya keluar lewat lubang-lubang yang ada pada alat tersebut.
Luhan memutar tubuhnya hingga bersentuhan dengan Sehun. Ia tak bisa melihat keadaan Kyung Soo seperti saat ini. Sehun berada di posisi yang sama, mereka mundur dari hadapan Kyung Soo yang terbaring, kemudian Sehun membelakangi ranjang tempat namja tak sadarkan diri tersebut, memberi sedikit privasi pada Luhan untuk mengeluarkan air matanya dengan leluasa. Setidaknya tidak di hadapan Kyung Soo saat ini.
"Kyung Soo-hyung..." kali ini Jong In mencoba ikut berbicara. Tak peduli orang yang diharapkannya membalas perkataannya atau tidak, ia benar-benar tidak peduli. Yang ia inginkan hanya kesadaran dari pemuda yang ditunggunya tersebut. Apa yang akan muncul dari cherry lips tersebut bukan yang utama baginya saat ini. Bangun dari tidur panjangnya adalah sesuatu yang sangat dinanti-nantikannya.
"Aku menyadarinya baru-baru saja, Hyung," membuang napasnya, "... perasaan ini, aku benar-benar baru menyadarinya setelah mengingat semua yang telah kulalui bersama denganmu." Jong In sedikit tersenyum dengan perkataannya. Ia tak habis pikir kenapa ia tak menyadarinya sejak dulu-dulu waktu mereka sudah bersama dalam kurung waktu yang tidak sebentar.
"Saat aku melihat dirimu menangis... Saat kau berjuang melawan rasa sakit pada kakimu yang terkilir hebat saat itu. Aku sangat kagum padamu dan dadaku berdegup hebat karenanya. Tapi aku masih belum menganggap hal itu sebagai tanda bahwa hatiku meraung karenamu." Mendekati Kyung Soo dengan langkahnya yang terasa berat, Jong In menyentuh dahi Kyung Soo secepat dia duduk di kursi dengan lembut, tak ingin membuat pemuda tersebut terluka.
"Saat aku menahanmu untuk memberontak karena rasa sakit tersebut... Aku juga merasakan sesuatu yang aneh di dalam diriku. Aku ingin melindungimu, Hyung! Itu yang kurasakan. Tapi entah kenapa... hatiku ini mudah goyah hanya karena kecantikan seseorang yang ternyata mengaburkan perasaanku padamu." Tangan kirinya mengepal dengan kuat, kembali mengingat masa lalunya yang kelam, yang begitu menghancurkan diri seorang Do Kyung Soo.
Mengungkit-ungkit wanita yang menjadi pengaruh buruk dalam kondisi mereka dulu, Luhan menghentikan kegiatan menangisnya dan Baekhyun tampak kesal karena Jong In tanpa sadar membawa-bawa sosok orang yang merusak situasi di dorm dulu. Chanyeol dan Sehun memahami perubahan mood yang terjadi pada kekasihnya masing-masing. Dengan tenang menghibur pasangannya masing-masing dengan caranya tersendiri, sembari mendengarkan apa yang diucapkan oleh Jong In selanjutnya.
"Wanita itu pergi dariku pada akhirnya. Aku tak bisa menerima itu dan melemparkan rasa marahku padamu, dan terus mencelamu, hyung. Aku menuduhmu sebagai orang yang bersalah. Tapi sebenarnya aku adalah orangnya. Aku yang bersalah. Aku melampiaskannya padamu, Kyung Soo-hyung." Padangannya mengarah kepada wajah pucat milik Kyung Soo.
Xiumin dan Jong Dae berada diantara mereka, tak banyak bicara dan hanya mendengarkan dengan seksama.
Xiumin kembali mengingat masa lalu saat Kyung Soo dipermalukan dan dibentak habis-habisan oleh Jong In tepat saat mereka akan mengadakan jumpa fans. Raut muka yang Kyung Soo buat saat itu benar-benar masih melekat dalam pikiran namja berumur 25 tahun tersebut. tersakiti dan dicela oleh orang yang dikasihinya, Xiumin tak ingin merasakan hal tersebut terjadi padanya. Namun dia lebih tak ingin lagi orang-orang terdekatnya menerima rasa sakit dan celaan tersebut, ia tak mau member EXO merasakan hal yang sama.
Membuang masa lalu menyedihkan tersebut, Xiumin mulai kembali fokus pada apa yang akan dikatakan oleh Jong In selanjutnya. Pelukan pada pinggangnya terasa semakin erat dan dekat. Jong Dae benar-benar mengerti apa yang dirasakannya saat ini. dengan senyum, mereka kembali menatap sosok yang berkata-kata tanpa direspon balik oleh orang yang diajaknya bicara.
"Aku mulai menyadari kembali perasaan ini saat yeoja gila itu menusukmu dan lewat mataku sendiri aku melihatmu, hyung... Menerima tusukan tersebut... seolah-olah semua yang kau rasakan terluap di saat-saat genting tersebut." Air mata mulai turun melewati pipinya yang agak tirus. Dengan cekatan Jong In mengusapnya.
"Tubuhmu begitu dingin, hyung, dan itu benar-benar membuatku bimbang dan takut. Akankah kau pergi dari hadapanku? Itulah yang begitu kusesalkan... Kenapa bukan aku saja yang menerima tusukan itu. Kenapa mereka ikut-ikutan menyalahkanmu karenaku? Pikirkanku benar-benar berkecamuk saat itu." tertawa pelan, ia menumpahkan semua yang ingin ia keluarkan saat ini juga.
"Aku berpikir keras. Apa sebenarnya salah dari Kyung Soo-hyung? Tentu saja tidak ada."
"Namun..." mendekatkan tubuhnya pada Kyung Soo, seolah-olah tak ingin kehilangan namja mungil itu, saat ini juga ingin merengkuh tubuh itu dalam pelukannya, "aku begitu takut saat mengetahui apa yang kau simpan dalam-dalam selama ini. Penyakit itu menjadi dinding tinggi buatku." Menundukkan tubuhnya, menyembunyikan wajahnya yang sudah kusut menghadap pada ranjang tepat di sebelah Kyung Soo yang terbaring tanpa tanda-tanda akan sadar.
Chanyeol terus mengurung Baekhyun dalam penjagaan kedua tangannya yang panjang, tak berharap untuk melepaskannya. Yang dapat Baekhyun lakukan hanya merapatkan tubuhnya lebih dekat lagi kepada Chanyeol. Ditengah-tengah itu kalimat Jong In membuat mereka kembali menajamkan pendengarannya.
"Ini membunuhku, hyung. Aku takut kau pergi dariku... Aku menyadari semua kesalahanku selama ini dan ini menghancurkan semua ego dan rasa benci yang terbentuk."
Ia memeluk lengan Kyung Soo, ingin merasakan apa yang Kyung Soo rasakan saat itu juga.
"Hyung, aku benar-benar menyukaimu. Maafkan aku karena tak bisa menjagamu dan menghancurkan perasaanmu selama ini." Air mata Jong In menetes pada kulit lengan Kyung Soo, membenamkan wajahnya pada ranjang di hadapannya. Ia tak kuasa membuang air matanya demi menunjukkan rasa bersalahnya pada Kyung Soo yang masih menutup kedua matanya.
"Aku tak ingin kehilangan dirimu, Kyung Soo-hyung. Kumohon sadarlah, kemudian kita hidup kembali sebagai sepasang kekasih."
Itu yang sudah ia idam-idamkan selama masa penantiannya yang terasa begitu panjang. Namun hatinya belum tenang, satu kalimat singkat yang sangat menentukan kondisi hatinya sudah mengganjal di ujung tenggorokannya.
"Aku mencintaimu, Kyung Soo-hyu—"
PIP
Tiba-tiba suara dari pendeteksi detak jantung yang terpasang pada tubuh Kyung Soo berbunyi panjang dan datar, pertanda buruk bagi semua orang di tempat itu.
Membelalakkan matanya lebar-lebar, Jong In bahkan semua orang di ruangan itu tak dapat berbicara sepatah katapun saat iris matanya mendapati garis merah terbentuk lurus.
Sambutan yang muncul adalah erangan histeris yang terbentuk dari bibir ibu Kyung Soo. Jeritan tak tertahankan keluar dari mulut Luhan yang berusaha meraih tubuh Kyung Soo. Bahkan Chanyeol menggeleng tak percaya dan segera berlari dengan panik mencari dokter yang menangani Kyung Soo.
"KYUNG SOO-HYUNG!" Jong In menarik tubuh Kyung Soo secara spontan dan menariknya ke dalam pelukannya, tak menyadari jarum yang terpasang pada lengan Kyung Soo tercabut dengan kasar membuat setitik darah keluar dari tusukan jarum tersebut.
"Tidak! Kumohon, Hyung!" rasa takut memenuhinya, hatinya tak terima, kepanikan memenuhi dirinya dan membuat tubuhnya bergetar ketakutan. Ia merasakan deru napas tak terdengar oleh pendengarannya, Kyung Soo tak bernapas, Jong In tak merasakannya.
Dadanya juga tak bergerak sama sekali, Jong In tak merasakan tanda-tanda kehidupan pada Kyung Soo, itu membuat napasnya terasa tersendat-sendat.
"Tolong semuanya keluar dari ruangan ini!" terdengar suara berat memecah kekacauan yang terus berjalan. Dokter dan beberapa perawat masuk ke tempat itu dan bergegas mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
Salah satu perawat menyentuh lengan Jong In untuk menangani Kyung Soo, tapi Jong In menepis tangan perawat tersebut dengan kasar. Jong In tak berniat melepaskan Kyung Soo yang masih ada di dalam pelukannya, ia tak mau. Chen melihat itu segera menarik Jong In dengan kasar, membuat Jong In melepaskan pelukannya pada Kyung Soo dan menyeretnya keluar dengan bantuan Chanyeol.
"Aku tidak mau! Hyung! Lepaskan aku! Aku mau bersama dengannya!" Jong In memberontak begitu mengerikan, Chen dibuat lelah olehnya, bahkan dengan bantuan Chanyeol benar-benar menguras tenaga.
"Kim Jong In! Jangan seperti ini!" Chanyeol menghentak Jong In, namun pemuda itu nampak tak peduli. Iris hitamnya terus memandang tubuh tak bergerak Kyung Soo dan berniat untuk meraihnya. Putus asa dengan perkataan, Chanyeol menghantam namja berkulit tan di depannya, membuat punggung Jong In bertabrakan dengan dinding di luar ruangan tempat Kyung Soo ditangani.
"JONG IN! SADARLAH! HAL SEPERTI ITU TIDAK MEMBANTUNYA UNTUK BANGKIT!"
Teriakan Chanyeol menggema di lorong tersebut, semua menoleh ke arah dua orang yang terlihat beradu pandang. Chanyeol mengambil napas banyak-banyak, teriakannya baru saja juga sudah berada di luar pikirannya, hanya refleks. Jong In dibuat diam karenanya pula.
Beberapa member EXO bahkan Eomma dan Appa Kyung Soo masih berada di dalam ruangan tersebut. Pikiran mereka berkecamuk dan berfokus pada Kyung Soo yang tak terbaring di atas ranjang tersebut. Suara mesin menulikan telinga mereka akan suara perawat yang memohon kepada mereka untuk keluar dari ruangan tersebut.
Salah satu dokter berlari ke dalam ruangan tersebut dan menyuruh semua orang untuk keluar dari ruangan dengan nada yang tegas. Perawat terlihat sibuk menggosok-gosok alat pembangkit detak jantung yang sudah diberi likuid sesuai prosedur, kemudian memberikannya pada dokter yang sudah bersiap setelah membuka pakaian Kyung Soo. Salah satu suster perawat memohon kepada semua orang di tempat itu untuk keluar dan menunggu. Eomma Kyung Soo menjerit ketakutan. Ia sangat tahu suara itu, detak jantung Kyung Soo berhenti berdenyut.
"Kyung Soo! Anakku! Tidak! Tidak! Jangan pergi, Kyung Soo!" tubuh ibu Kyung Soo ditarik oleh ayah Kyung Soo. Hatinya juga panik dan ia sangat takut karena tiba-tiba suara itu terdengar. Namun sosok ahjussi berumur yang berstatus sebagai suami tersebut tak kehilangan rasa percayanya pada Kyung Soo, dengan tegar ia menarik istrinya dalam pelukannya dan menuntunnya ke luar ruangan tersebut.
"Chagi! Aku harus menemani Kyung Soo! Ia akan pergi meninggalkan kita!" Eomma Kyung Soo menjerit histeris, ia tak kuasa menahan emosi yang meluap dari dirinya, memukul dada suaminya dengan keras, ingin dilepaskan agar dirinya bisa berada di samping anaknya.
"Chagi! Tatap mataku! Dia akan baik-baik saja! Percayalah dan serahkan pada dokter untuk menyelamatkannya!" tak bisa menerima perilaku istrinya, ayah Kyung Soo membentak dengan tegas, berusaha menyadarkan istrinya yang sudah kacau.
"Aku tahu, aku juga ingin berada di sisinya saat ini. Tapi Kyung Soo sedang berjuang. Kita harus percaya padanya." Dan kedua orang tua tersebut terdiam dengan sesenggukan di sela-selanya.
Di sisi lain, Jong In terduduk di lantai, apakah hal tersebut terjadi karena dirinya? Apakah Kyung Soo begitu membencinya sehingga terjadi hal seperti itu?
Ia menoleh ke arah Luhan, yang sudah kehilangan kesadarannya karena tak bisa menerima apa yang dilihatnya baru saja. Ya, Jong In juga melihatnya. Sekilas saat dirinya ditarik oleh Chen untuk keluar dari ruangan itu, sepersekian detik sebelum pintu tertutup. Garis panjang yang terbentuk dari layar pendeteksi denyut jantung dan suara yang begitu memekakkan telinganya, memotong kalimat yang ingin diucapkannya kepada Kyung Soo.
Iris hitamnya mendapati Baekhyun dan Xiumin tersedu-sedu dalam pelukan kekasihnya masing-masing. Bahkan iris mata membelalak kosong menatap lantai yang dingin tersebut. Jantung mereka berdegup seolah berpacu dengan waktu. Kyung Soo berada di ambang hidup dan mati saat ini. Tidak ada yang bisa mereka lakukan sekarang selain berdoa dan menyerahkan semuanya pada dokter. Jong In yang sadar dirinya tidak berdaya hanya bisa meremas rambutnya frustasi. Hatinya berteriak, memberontak, mempertanyakan takdir yang seolah ingin mempermainkan hati dan perasaannya.
-TBC-
Note from Author :
Yohooo, jangan berpikiran yang bukan-bukan dulu! Dia nggak mati! Belum saat ini lho! Jangan nge-blame saya tentang dia mati di chapter ini! Bukaaaannn! Q.Q
Kyungie kondisinya kan koma, suatu saat bisa kan terjadi hal-hal semacam ini, nah. Itu yang saya maksud, tapi bukannya mati dan sebagainya. Biar greget ajah~ Okay?
Ohooo, di warning aja saya udah ngomong banyak banget, apalagi di sini, ya. Bisa sampai sampai sepuluh lembar nih ngetiknya. Hahaha. Mengenai bahasa yang asing, Shireo itu kalau tidak salah artinya 'tidak' atau gimana gitu. Saya Cuma kepikiran nambah itu aja, ahahaha, terkesan aneh, ya? Saya nggak bakalan pakai itu lagi kalo jadi aneh. Full aja pakai bahasa baku indonesia aja, bahasa Koreanya saya Cuma pakai di embel-embel panggilan nama orang aja.
Wah, baru kali ini saya ngrasain kecewa, makoto-makoto ni. Ternyata di chapter 5 enggak nggebrak pembaca, reviewnya juga nggak banyak. Nggak seperti prediksi saya. Hahaha, yah, namanya perjuangan ya. Suka kalo yang review banyak, tapi namanya juga butuh kerja keras buat review. :D
Hohoho, buat yang review, beneran lho, nggak apa-apa kalo ada kritik, saya suka kok. Asalkan ada alasan yang tepat lho. Saya suka kalo dapat masukan. Tapi kalau masalah ngerubah jalan cerita saya nggak bisa, ini udah menjamur di otak saya, dan saya pikir ini nggak bisa berubah lagi ceritanya. Kalau itu yang bikin pembaca nggak suka maafkan saya sebesar-besarnya, karena saya ngikuti ide yang ada di otak saya.
Untuk masalah happy ending atau sad ending, kita belum tahu, saya juga masih ragu mau bikin ke jalur yang mana. Saya udah pastiin sama Rissa-chan buat endingnya yang 'itu'. Tapi entah kenapa saya sendiri ragu kalo lihat review dari semuanya. Jadi gundah. :D
Untuk mengingatkan, saya sayang lho sama KAISOO. Saya bukan nge-bash tokoh lho. Hitsu Cuma ngikutin yang ada di otak saya saat ini, jadi nggak bermaksud atau beranggapan bahwa saua benci dengan KAISOO, terlebih Kyung Soo. Saya justru cinta sama mereka. Saya Cuma melampiaskan syndrome jelek saya, suka nyiksa UKE imut-imut dari segi apa aja. Lihat mereka terpuruk, sedih, sakit hati, itu yang entah kenapa bisa saya suka banget. Jadi maafkan saya atas dasar cerita yang menitikberatkan pada angstnya.
Fic yang saya buat ini lebih banyak perdebatan dan pertengkaran. Buat kata ganti nama atau karakter saya nggak kreatif, jadi seadanya aja. Buat pengulangan kata dan kalimat, saya mohon bantuan buat para reviewer untuk memberi masukan mengenai hal tersebut. saya bener-bener bingung ragamnya seberagam apa. :D
Saya kan masih newbie. :D Hahaha. Baru kali ini juga niat bikin fic sampai chapter sebanyak ini. Fic lama yang anime aja saya udah block. Maksudnya saya udah pengen nge-hiatus in itu karena mentok nggak ada ide lagi. Nggak banyak review, jadi nggak semangat.