"Byun Baekhyun."

Namja mungil dipelukan Jongin menggumam kecil sebagai balasan.

"kau tahu, cintaku padamu lebih besar dari langit dan seluruh isinya." Jongin mengeratkan pelukannya. Membuat namja mungil itu tersenyum.

"aku tahu, Kim Jongin. Lebih dari tahu malah."

.

.

.

"kau butuh keturunan, Jongin."

"aku tahu, appa." Jongin tetap menyibukkan dirinya dengan Koran yang ada ditangannya.

"dan aku yakin kau juga tahu kalau Baekhyun tidak bisa memberimu keturunan."

Jongin terdiam. Ia sudah menduga ayahnya akan membahas hal itu dengannya.

"kau harus mencari istri lain.—"

"ani!"

"atau perusahaan ini tidak akan punya penerus."

"kau tidak punya hak untuk mengatur hidupku, appa."

"tapi aku punya hak untuk mengatur masa depan perusahaan, Kim Jongin."

.

.

.

"aku tidak mau melakukannya, hyung!"

"tapi kau harus, Jongin."

"aku tak bisa, hyung. aku—"

Baekhyun membungkam Jongin dengan bibirnya. Ia lalu melepaskan ciuman mereka, setelah dirasa suaminya itu sudah sedikit tenang.

"kau percaya padaku, kan?"

Jongin mengangguk lemah.

"dia sahabatku. Dia namja yang baik dan manis. Aku yakin dia bisa memberikanmu keturunan yang baik juga."

Baekhyun berusaha tersenyum, walau sebenarnya air mata sudah jatuh membasahi pipinya.

.

.

.

"Kim Jongin, bersediakah kau menerima Do Kyungsoo sebagai pasangan hidupmu, baik dalam suka ataupun duka?"

"ya, saya bersedia." Jawab Jongin dingin. Membuat namja mungil disampingnya menunduk.

"dan kau, Do Kyungsoo. Bersediakah kau menerima Kim Jongin sebagai pasangan hidupmu, baik dalam suka ataupun duka?"

"ya, saya bersedia."

"dengan ini, saya resmikan kalian berdua sebagai suami istri. Mempelai pria dipersilahkan mencium mempelai wanita."

Jongin mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Kyungsoo. Baekhyun hanya bisa mengalihkan pandangannya dan mengusap pelan bagian dada kirinya. Entah mengapa, ia merasakan perih mendalam dibagian itu.

.

.

.

"aku tidak bisa, hyung. Aku tidak akan bisa."

"kyung—"

"dia tidak mencintaiku. Dan akupun—"

"Kyungsoo!"

Kyungsoo terdiam. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Selang beberapa detik, ia merasakan sepasang tangan melingkar dipinggang rampingnya.

"bertahanlah, Soo. Setidaknya sampai Jongin mendapatkan anak darimu. Kumohon."

Kyungsoo tidak bisa bersuara lagi. Yang bisa ia lakukan saat ini hanya menangis dipelukan Baekhyun.

.

.

.

"Jongin-sshi."

Jongin berbalik. Sedikit terganggu mendengar suara yang belakangan ini ikut meramaikan rumahnya dan Baekhyun. Jongin menatap Kyungsoo yang berjalan cepat ke arahnya.

"cuaca diluar sangat dingin. Ini, pakailah. Syal ini bisa menghangatkanmu."

Kyungsoo melingkarkan syal merah itu ke leher Jongin. Jongin hanya diam dan mengikuti keinginan si namja mungil. Diam-diam ia mengagumi istri barunya itu. Mata bulat yang indah. Pipi putih mulus yang sedikit berisi namun terkesan imut. Dan terakhir, bibir tebal berbentuk hati yang terlihat sangat indah jika membentuk senyuman.

"nah, selesai." Ucap Kyungsoo riang. Ia lalu sedikit merapatkan jaket suaminya itu.

"heum."

Jongin mengernyit melihat Kyungsoo yang menggumam kecil didepannya, masih dengan tangan yang berada dijaketnya. Baru saja ia ingin bertanya, namun gerakan lincah istrinya itu menghentikannya. Seketika, Jongin membeku. Namja imut didepannya baru saja mengecup bibirnya singkat.

"hati-hati dijalan, Jongin-sshi."

Jongin yang masih agak terkejut, lalu mengangguk kaku. Ia lalu segera membalikkan tubuhnya. Masih segar di ingatannya, Kyungsoo yang tersenyum malu dengan pipi merona merah, menundukkan wajahnya tepat setelah ia mengecup bibir suaminya itu.

Jongin tersenyum kecil. Semoga keberuntungan menyertainya hari ini.

.

.

.

"aku hamil."

"baguslah."

"hanya itu?"

Jongin mendongak.

"apa maumu?"

"kau tidak senang."

"aku senang. Tapi, aku akan lebih senang jika orang yang mengandung anakku adalah istriku, Baekhyun. Bukan kau."

Jongin beranjak dari sofa, meninggalkan Kyungsoo yang mati-matian menahan air matanya.

.

.

.

"lalu?"

"lalu apa, hyung?"

"apa yang akan kau lakukan dengan janinmu itu?"

Kyungsoo meneguk teh hangat nya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan namja tinggi didepannya.

"entahlah, hyung. Sepertinya aku memang harus membesarkannya seorang diri."

Kyungsoo terdiam menatapi koper yang ia simpan tepat disamping meja kafe yang ia duduki.

"tinggallah denganku, Soo."

Kyungsoo menatap tidak mengerti ke namja yang duduk didepannya.

"aku akan menjagamu. Kita bisa merawat dan membesarkan bayi yang ada didalam kandunganmu bersama." Yifan menghela napas, "bukankah kau sendiri bilang kalau kau ingin anakmu dibesarkan oleh ayah yang sangat mencintainya?"

Kyungsoo menggigit bibirnya. Ia bisa melihat kesungguhan dimata Yifan.

"walaupun dia bukan anakku, Aku akan berusaha mencintainya, Soo. Aku akan mencintainya seperti aku mencintaimu."

Yifan menggenggam tangan Kyungsoo erat. Mencoba meyakinkan Kyungsoo, yang terlihat masih ragu.

"kau…. yakin, hyung?"

Yifan mengangguk. Samar-samar, ia bisa melihat sebuah senyum berkembang dibibir Kyungsoo.

.

.

.

"kenapa kau pergi?"

Kyungsoo diam.

"ya! Aku bertanya kepadamu."

Kyungsoo tetap diam.

"Kyungsoo-ya!"

"Ada apa?!" kali ini Kyungsoo sudah tidak tahan. Ia balas berteriak. "apa yang mau kau tanyakan, huh?"

"kenapa kau pergi meninggalkanku dan Baekhyun hyung? kenapa kau pergi dan membawa anakku bersamamu? Bagaimanapun juga, dia darah dagingku. Aku berhak atas dia!"

"apa kau bilang? Darah dagingmu?" Kyungsoo tersenyum pahit.

"kau pernah bilang kalau kau tidak menginginkan anak ini. Dan sekarang, segampang itu kau bilang bahwa dia darah dagingmu?"

Jongin menelan ludah kasar. Kyungsoo menarik napas dalam.

"sekarang dengarkan aku, Kim Jongin. Aku hanya ingin hidup bahagia dengan bayiku dan juga Yifan hyung. Dan aku tidak ingin menganggu hidupmu dengan Baekhyun hyung lagi. Jadi kumohon, jangan pernah ganggu hidupku lagi. Biarkan aku bahagia barang sebentar."

Mata Kyungsoo mulai berkaca-kaca. "selamat tinggal, Jongin-sshi."

Kyungsoo segera membalikkan badannya seiring dengan air matanya yang tidak bisa ia tahan lagi.

"aku mencintaimu." Ucap Kyungsoo lirih. Sangat lirih hingga tidak satupun makhluk yang bisa mendengarnya.

.

.

.

Baekhyun sedikit meregangkan badannya setelah tadi bersusah payah mengangkat tubuh Jongin dari lantai satu dan membawanya ke kamar mereka. Ia agak terkejut ketika menemukan suaminya dalam keadaan mabuk saat membuka pintu beberapa menit yang lalu. Setahunya, suaminya tidak akan pernah meminum alcohol melewati batas maksimalnya.

"hiks."

Baekhyun berbalik. Jongin menangis?

"kembalilah. Kumohon." Ucapnya.

Baekhyun mengernyit. Apa yang Jongin katakan barusan?

"jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu—"

Baekhyun tersenyum mendengarnya, "aku—"

"—Do Kyungsoo."

Baekhyun membeku.

.

.

.

TBC

Or

END?

Author's note:

Hanya salah satu dari ide gila saya. Kalian yang tentukan, haruskah saya melanjutkannya atau tidak. HOHOHO