"Aku tidak memintamu untuk melayaniku di kamar mandi" balas Kris seakan tahu apa yang akan Tao ucapkan. "Ini handukku. Pakai saja. Kau segeralah mandi dan aku akan menyiapkan makanan untukmu" lanjut Kris datar dan berlalu meninggalkan Tao yang masih terdiam di kamar mandi.

"Kris, terima kasih" lirih Tao tersenyum menatap punggung Kris yang menuju dapur. Perlahan ia menutup pintu kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya.

oOoOoOoOoOo

Trouble Maker

(Chapter 2)

oOoOoOoOoOo

Pintu kamar mandi terbuka. Menampakkan sosok wanita tinggi berambut hitam arang yang melangkah keluar dengan tubuhnya yang hanya terbalut sehelai handuk tipis. Ditambah kaki jenjangnya terekspos jelas karena tidak dapat tertutupi handuk pendek yang dikenakannya.

Sepasang mata pandanya menatap sekitarnya bingung. Namun satu detik setelahnya matanya menangkap sebuah lemari kecil yang berdiri kokoh di sudut kamar. Tao-wanita tersebut- bertanya-tanya.

'Pakaianku kotor dan basah. Apa aku boleh meminjam pakaian Kris?' batinnya bimbang.

Tao diam memandangi lemari pakaian Kris.

"Tao, makanan sudah si-…" mengabaikan kesopanan dengan mengetuk pintu terlebih dahulu, Kris dengan santainya membuka pintu kamarnya lebar dan seketika mendapati Tao yang tengah diam mematung di depan lemari pakaiannya. Kris melebarkan matanya.

"Kyaaaaa…" Tao terkejut. Suara teriakannya yang melengking mampu membuat Kris menutup telinganya.

"Ma-maaf, Tao. Aku tidak tahu kau…"

"KELUAR!" Tao menutup pintu dengan kasar. Kris refleks mundur beberapa langkah menghindari daun pintu yang bisa saja menyakiti hidung mancungnya.

Kris tersenyum. Meskipun hanya beberapa detik, namun Kris tak dapat menghilangkan bayangannya tentang apa yang ia lihat barusan. Tubuh seksi Tao yang hanya terbalut handuk tipis dan kaki jenjangnya yang terekspos membuat pikiran kotornya kembali menyerang.

"Tao, pakai saja pakaianku. Carilah yang cocok dengan ukuran tubuhmu" ucap Kris sedikit berteriak dari luar untuk memberi tahu Tao yang pasti sedang bingung apa yang harus ia kenakan.

'Seksi' batin Kris.

oOoOoOoOoOo

Tao menutup pintu kamar Kris dan menghampiri Kris yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Maklum saja, apartemen yang disewa Kris sederhana malah terbilang kecil. Kamarnya pun langsung menuju ruang santai sekaligus dapur kecil tanpa sekat.

"Tao, aku sudah membuatkan makanan untukmu. Maaf persediaanku hanya ramen instan yang tersisa" ucap Kris seadanya yang segera menaruh mangkuk berisi ramen yang telah matang. Tao mengangguk maklum dan segera duduk di seberang Kris.

Kris menatap Tao intens. Kali ini Tao mengenakan t-shirt putih miliknya. Tentu saja ukuran tubuh Kris yang jauh berbeda membuat tubuh langsing Tao terlihat tenggelam oleh pakaiannya. Namun matanya teralih pada bagian bawah tubuh Tao yang tak memakai apapun. Pahanya yang mulus hanya tertutup seperempat bagian oleh t-shirt yang dikenakannya. Ditambah Tao yang kini duduk bersila membuat Kris semakin…

Tunggu…

'Tao tak memakai celana dalam?' Kris terkejut. Sesekali matanya mengintip melihat sesuatu yang membuat darahnya berdesir. Posisi duduk Tao yang bersila membuat pemandangan selangkangannya terlihat oleh pria blonde di seberangnya.

"Kris, kau tak makan?" tanya Tao menatap Kris yang seketika gelagapan.

"Ah, tidak usah. Kau saja. Aku baru saja minum cappuccino siang tadi. Lagipula ramennya hanya tersisa satu" jawab Kris tersenyum sambil sesekali mengintip belahan vagina Tao yang semakin terlihat jelas dibalik t-shirt-nya.

"Kau yakin hanya dengan minum cappuccino bisa membuatmu kenyang?" tanya Tao meyakinkan. "Aku tahu kau lapar. Bagaimana jika ramen ini kita makan berdua?" tawar Tao disertai seringaian. Jari lentiknya menjepit sumpit plastik yang ia arahkan ke bibir kucingnya. Lidah Tao menjulur, menjilati ujung sumpit dengan sensual di hadapan Kris.

"Baiklah jika itu maumu" balas Kris. Dengan cepat Kris menyeret tubuhnya untuk duduk di samping Tao. Tangan kanannya mengapit pinggang ramping Tao. Hidung Kris mencium harum sampo yang menguar di rambut hitam Tao dan semakin menenggelamkan indera penciumannya untuk mendapatkan harum yang lebih.

Tao mengambil sedikit mie ramen dengan sumpit yang ia pegang. Perlahan didekatkannya kumpulan beberapa ramen tersebut ke mulutnya yang terbuka sedikit. Mata kucingnya menatap Kris di sampingnya dibarengi dengan ramen yang masuk ke dalam mulutnya. Diseruputnya pelan mie tersebut dan seakan mengerti, Kris mengambil ujung mie ramen yang dimakan Tao dengan mulutnya. Jadilah ramen tersebut menghubungkan bibir Tao dan bibir Kris dalam jarak yang begitu dekat.

"Hmmhh…" Tao bergumam lembut seraya tersenyum kecil menatap Kris. Jaraknya semakin dekat dengan Kris karena keduanya memakan ramen tersebut dengan tak sabar.

Tao mulai mengalungkan lengannya pada leher Kris saat jarak keduanya kini tak sampai lima sentimeter. Berinisiatif, Tao memakan habis sisa mie tersebut dan mengecup bibir Kris lebih dahulu.

Kris menyeringai. Dimiringkannya kepalanya untuk mengakses bibir kucing Tao lebih dalam. Sementara Tao sudah memejamkan matanya, Kris mengelus pinggang Tao dan membawanya semakin mendekat. Kedua mata Kris ikut terpejam menikmati ciuman lembut yang makin memanas saat Tao meremas rambut blonde-nya. Bibir Kris menghisap bibir atas Tao, sedangkan wanita bermata panda itu menghisap bibir bawah Kris penuh nafsu.

Belum sampai satu menit, lidah Kris mulai mengambil alih. Lidahnya terjulur untuk membelah bibir Tao dan meminta izin untuk masuk.

"Nggghh…" Tao melenguh seraya membuka bibirnya. Bahkan lidahnya ikut terjulur seakan mengajak lidah Kris untuk bergabung dalam mulutnya.

"Mmhhh…" Kris menjilat lembut langit-langit mulut Tao dan selanjutnya lidah panjang itu menghampiri lidah Tao untuk mengajaknya bertempur. Dengan senang hati Tao menerimanya.

"Krisshh… mmhhh…" desah Tao melanjutkan jilatannya pada lidah Kris.

Kris bosan. Ia ingin menjelajah bagian tubuh Tao yang lain selain mulutnya. Maka bibirnya turun ke leher jenjang itu. Mengecup, menjilat, bahkan menghisap titik yang membuat Tao mendesahkan namanya.

"Aahhh… Krisshh…" Tao mendongak merasakan geli nikmat pada perpotongan lehernya.

Kriiing~

"Sial!"

"Huh?"

Kriiing~

"Shit! Mengganggu saja" Kris melepaskan bibirnya dari leher Tao saat didengarnya nada dering ponselnya. Sungguh, rasanya ia ingin membunuh orang yang berani menelponnya disaat horny seperti ini.

"Angkatlah dulu" ucap Tao tersenyum. Kris mau tak mau mengambil ponsel sederhananya dengan kasar dan menekan tombol hijau tanpa melihat siapa yang meneleponnya.

"Halo" sapa Kris.

"…"

"Apa? Jangan sekarang. Kau mau apa ke apartemenku?" jawab Kris sedikit terkejut terlihat dari raut wajahnya.

"…"

"Tak bisakah besok saja? Aku sedang sibuk"

"…"

"Kau sudah di depan? Kenapa tak memberitahuku dari tadi jika kau ingin ke sini? Aku sedang si-…"

Braaak!

"Hey, Kris. Bagaimana tugas…"

Kris tersentak saat pintu apartemennya terbuka keras, membuat Tao yang sedang duduk diam pun ikut terkejut.

"…mu?" seorang pria tinggi berambut hitam kecoklatan dengan mata bulat yang diketahui sebagai pelaku dari terbukanya pintu tersebut melebarkan matanya. Arah pandangannya tertuju pada Tao yang juga menatap pria itu dengan bingung. Tak lama Tao pun berdiri dari duduknya.

"Hey, Chanyeol, sudah ku bilang jika kau ingin masuk ketuklah pintu dahulu. Jadi kau tidak mengejutkanku seperti ini" ujar Kris sedikit kesal. Sahabatnya itu memang sering bertingkah semaunya dan tak peduli dengan berbagai peringatan yang sudah berkali-kali diberikan Kris jika ingin berkunjung ke apartemennya.

Pria bermata bulat bernama Chanyeol tersebut tak mengindahkan ucapan Kris. Tubuhnya mematung dengan pandangan yang masih menatap Tao.

"Kris, di-dia siapa? Apa dia kekasihmu? Wah, selamat, sobat. Kau mendahuluiku. Huhu…" ucap Chanyeol dramatis. Dengan cepat ia berlari menuju Kris dan memeluk erat sahabat satu kampusnya tersebut.

"Lepaskan! Apa-apaan kau datang ke sini langsung memelukku. Menjijikkan!" bentak Kris melepaskan pelukan Chanyeol yang tiba-tiba tersebut. Chanyeol tertawa renyah.

"Dia kekasihmu, kan? Beruntung sekali kau mendapatkan gadis cantik dan seksi seperti dia" bisik Chanyeol. Meskipun dengan nada yang pelan, Tao dapat mendengarkan apa yang Chanyeol bisikkan pada Kris.

Kris diam tak menanggapi ucapan Chanyeol. "Tao, perkenalkan. Ini Chanyeol, teman satu kampusku. Chanyeol, ini Tao" Kris mencoba memperkenalkan dua orang yang belum saling kenal tersebut. Chanyeol kembali menatap Tao dan tanpa ragu ia mengulurkan tangannya di hadapan Tao.

"Park Chan Yeol. Kau bisa memanggilku Chanyeol" ucap Chanyeol tersenyum.

"Huang Zi Tao. Cukup panggil aku Tao" ucap Tao dan membalas jabat tangan Chanyeol.

"Kau cantik. Kris pasti sangat beruntung memilikimu" puji Chanyeol disertai senyum lima jarinya. Tangannya bagai tak rela melepas tangan halus Tao dalam genggamannya.

"E-eh?" Tao tersipu. Wajahnya merona dan bibirnya mengukir senyum malu.

Kris memandang Tao dan Chanyeol bergantian. Dengan kasar ia menarik tangan Chanyeol yang tak berhenti menggenggam tangan Tao. "Tak perlu waktu lama untuk berjabat tangan" tambah Kris.

Chanyeol merengut. Ia terpaksa melepas tangan Tao karena tarikan Kris. Namun arah pandangannya masih fokus tertuju pada Tao. Wanita bermata panda yang sadar diperhatikan oleh kenalan barunya itu merasa risih. Ia mengambil mangkuk berisi ramennya yang belum habis di lantai.

'What?' Chanyeol terkesiap saat matanya tak sengaja menatap bokong Tao yang terekspos jelas saat wanita itu menungging untuk mengambil ramennya. Ia yakin Tao tak memakai celana dalam.

"Apa yang kau lihat?" tanya Kris membuyarkan pikiran Chanyeol yang mulai kotor. Sementara Tao menaruh ramennya di meja dekat televisi dan masuk menuju kamar Kris.

"Ah, t-tidak ada" jawab Chanyeol gugup. Kris mengangkat sebelah alisnya, menandakan ia tak yakin oleh jawaban Chanyeol. "Oh, ya, bagaimana dengan tugas kuliahmu? Apa sudah selesai?" tanya Chanyeol mengalihkan.

"Belum. Kau tahu aku, kan, jika sudah dihadapi tugas mata kuliah Mr. Jung?" jawab Kris seadanya.

Chanyeol hanya mengangguk dan mendudukkan dirinya di sofa. Tangannya meraih remote televisi. Ia tekan tombol power on untuk menyalakan televisi dua puluh satu inch tersebut. Seperti biasa.

Cklek

Tao keluar dari kamar Kris dengan pahanya yang sudah tertutup oleh celana pendek. Kris yang melihatnya mendesah kecewa. Ia tak dapat melihat pemandangan paha mulus dan belahan vagina Tao lagi jika sudah ditutup seperti itu.

Di sisi lain Chanyeol pun ikut merasakan hal yang sama. Meskipun matanya fokus menatap layar televisi di hadapannya, namun sesekali mata bulatnya mencuri pandang ke tubuh Tao.

Tao berjalan dan mengambil ramen yang ia letakkan tadi dan duduk di sofa. Tepatnya di samping Chanyeol.

"Kau mau?" tawar Tao menyodorkan ramen pada Chanyeol.

"Ah, tidak. Terima kasih. Aku baru saja makan sebelum ke sini" jawab Chanyeol. Tao mengangguk paham.

Chanyeol melihat Kris yang masuk ke kamar mandi. Mungkin untuk buang air. Melihat adanya kesempatan, Chanyeol kembali menatap Tao yang masih asyik menyeruput ramennya. Tao yang merasa diperhatikan menjadi salah tingkah. Namun matanya berusaha untuk tetap fokus ke depan.

"Tao, benarkah kau kekasih Kris?" tanya Chanyeol tiba-tiba. Dalam kalimatnya, tersimpan rasa tidak yakin akan hubungan sepasang kekasih pada Kris dan Tao.

Tao terdiam sejenak, demikian juga dengan acara makannya yang ia hentikan sementara karena adanya pertanyaan Chanyeol.

"Tidak. Aku bukan kekasihnya" jawab Tao mantap.

"Lalu, jika bukan kekasihnya, kau siapa?" tanya Chanyeol lagi.

Tao kembali terdiam untuk beberapa detik.

"Tao?"

"Aku hanya pelacur jalanan yang Kris sewa" jawab Tao pelan. Chanyeol terkejut meskipun setengah hatinya ia tak percaya. Pantas saja tadi wanita itu berani memakai t-shirt tanpa pakaian dalam. Apa jangan-jangan sahabatnya baru saja 'bermain' dengan Tao?

Tao kembali melanjutkan acara makannya dan menoleh ke layar televisi yang tetap menyala. Sedangkan Chanyeol masih tetap pada rasa terkejutnya.

Kris keluar dari kamar mandi setelah menuntaskan panggilan alam yang tertunda. Dilihatnya Chanyeol dan Tao yang masih duduk bersebelahan di sofanya.

"Hey, aku ingin membeli persediaan makanan. Tao, kau ingin ikut?" ajak Kris setelah prihatin menatap isi lemari esnya yang hanya tersisa susu kotak dan puluhan botol air dingin.

"Aku tak diajak?" Chanyeol menyela sebelum Tao menjawab.

"Kau jaga apartemenku. Aku dan Tao akan ke supermarket" tambah Kris. Chanyeol merengut.

"Tidak usah" jawab Tao. "Aku akan pulang setelah ini. Lagi pula, hari menjelang malam"

Kris bingung. "Kau tinggal dimana, Tao? Biar aku antar meskipun hanya berjalan kaki. Hehe…" tawar Kris.

"Ah, tidak usah. Aku tinggal tak jauh dari sini. Aku bisa pulang sendiri" jawab Tao tersenyum seraya meletakkan mangkuk kosong ke bak cuci piring dan mencucinya.

"Setidaknya ada aku yang akan melindungimu jika siapa tahu ada lelaki jahil yang akan menodaimu di jalan" tambah Kris lagi. Ia tak mau sesuatu terjadi pada wanita yang baru saja dikenalnya itu. Bahkan ia ingin sekali Tao tak pulang dan berlama-lama di apartemennya.

"Bukankah itu memang tugasku?" Tao menatap Kris. Chanyeol kembali terkejut. Jadi memang benar Tao adalah pelacur. "Jika tak ada pria yang menggodaku, aku tak akan bisa makan seharian" tambahnya.

Kris lebih memilih diam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Sungguh, hatinya berteriak agar Tao tetap di sini dan tak meninggalkannya. Namun Kris juga tak bisa menahannya. Bagaimana pun, Tao harus kembali ke 'pekerjaannya' meskipun Kris sangat ingin Tao menghentikan pekerjaan bejat tersebut. Namun hak apa Kris menghentikannya? Lagi pula, jika Kris memaksa Tao untuk tetap tinggal, bagaimana ia menghidupi Tao dengan layak tanpa Tao yang tak lagi menjual tubuhnya? Menghidupi dirinya sendiri saja masih sangat sulit. Jika saja Suho tak memberinya satu kamar apartemen secara gratis beserta isinya, mungkin ia telah hidup terlantar di jalanan.

"Baiklah, aku akan pulang. Terima kasih banyak, Kris" ucap Tao yang telah mengganti pakaian Kris yang dikenakannya tadi dengan pakaiannya yang telah setengah kering setelah dijemur. Kakinya melangkah menuju pintu dan membukanya. Bersiap untuk pergi.

Kris masih terdiam. Tak ada satu kata pun yang meluncur dari bibirnya setelah Tao menghilang keluar dari kamar apartemennya.

"Tao…"

"Hey, kau mau ke mana, Kris?"

oOoOoOoOoOo

"Dasar wanita jalang! Pergi kau dari rumah ini!"

"Ibu, aku tidak melakukannya. Aku bersumpah"

"Aku tidak percaya. Anak macam apa kau rela memberikan tubuhmu pada ayahmu sendiri demi membeli sepeda?!"

"Ku mohon, Ibu, percayalah padaku. Aku diperkosa. Ia bukan ayahku! Ayahku sudah meninggal!"

"Bajingan! Masih saja kau mengelak?! Pergi! Jangan berani kau menginjak kakimu lagi di rumah ini!"

"Ibu, aku tidak mau. Aku bersumpah ia yang melakukan ini padaku. Ibu…"

"Persetan! Dasar anak sialan! Ku bilang pergi ya pergi!"

Aku melangkah tanpa arah di jalan sudut kota Seoul yang tampak sepi. Hari baru menunjukkan pukul enam sore namun sepertinya jalan raya yang banyak dilalui oleh kendaraan tampak tak seperti biasanya. Mungkin hujan yang bisa datang kapan saja membuat warga kota ini enggan untuk keluar rumah. Udara dingin menusuk kulit ditambah angin kencang menerpa tubuhku yang hanya terbalut kemeja panjang tipis dan rok sebatas paha. Aku memeluk dan mengusap pelan lenganku hanya untuk sekedar mengurangi dinginnya suhu.

Bruuk~

"Hey, perhatikan langkahmu jika berjalan" aku menatap bingung seorang wanita yang menabrakku.

"Maaf" hanya kata itu yang dapat ku ucapkan.

Wanita itu berdecih dan melanjutkan langkah kakinya. Aku pun begitu. Kembali melangkah tanpa arah. Aku harus mencari pria lain jika aku ingin tidur di kasur empuk malam ini.

Ya, memang benar. Aku tidak mempunyai tempat tinggal. Ucapanku tadi pada Kris hanya alibi agar aku cepat pergi dan ia tak merasa risih oleh keberadaan pelacur jalanan sepertiku untuk berlama-lama tinggal di apartemennya. Selama empat bulan hidup di ibu kota ini, aku bergantung pada orang lain. Makan dari hasil pelayananku pada pria mesum, tidur enak dengan kasur empuk jika ada pria yang meminta pelayananku pada malam hari-karena mereka akan menyewa hotel atau membawaku ke apartemennya-, jika tidak ada aku akan tidur di sembarang tempat yang menurutku aman dan nyaman, atau jika mataku masih kuat terjaga, aku tidak tidur sama sekali sampai mendapatkan pria mesum yang lain untuk membawaku.

Pakaian? Oh, ya, aku hanya mempunyai pakaian yang menempel pada tubuhku ini. Sejak pergi dari rumah, aku tak pernah mengganti pakaianku. Tapi bukan berarti aku tidak pernah mencucinya. Jika ada pria yang membawaku, aku dengan sopan meminta untuk meminjami pakaian yang cocok untuk tubuhku. Sementara itu aku bergegas untuk mencucinya, menunggu kering dan memakainya kembali saat aku akan pergi.

Aku terus berjalan meskipun semakin perlahan. Ku rasa malam ini aku akan tidur di samping restoran itu lagi. Aku sedang tidak mood untuk melayani pria mesum lain di sana karena tenagaku hampir terkuras habis oleh blowjob pada Kris tadi.

Tunggu!

"Kris…" aku tidak tahu nama itu tiba-tiba terucap tanpa sengaja. Namun entah mengapa aku merasa aku tidak rela untuk meninggalkannya. Tapi apa hakku? Aku hanya pelacur yang terbuang.

"Tao…"

Seperti ada yang memanggilku.

"Huang Zi Tao!"

Aku tidak salah. Aku menoleh ke arah sumber suara.

"Kris, kau…"

Kris? Mengapa ia tahu aku ada di sini?

"Tao, ku mohon tinggallah bersamaku meskipun sebentar" mohon Kris. Tanpa seizinku, ia memelukku seakan tak mau membiarkanku pergi.

"Kris…"

"Ku mohon" aku tak dapat berucap banyak. Bibirku terasa kelu. Ku balas pelukan Kris dan membenamkan wajahku di dada bidangnya.

"Baiklah" balasku.

oOoOoOoOoOo

"Aaahhh… sshhh… Krisshh…" Tao mendesah tak tertahan. Lidah Kris bermain di bibir vaginanya. Rambut blonde pria itu terasa menggelitik perutnya, membuat nafsu Tao semakin meningkat.

"Sllrrppp…" Kris membuka belahan vagina Tao dengan lidah terampilnya. Hisapan dari bibirnya, jilatan dari lidahnya, tak dapat Tao tolak.

"Sshhh… Kris, please. Aaahh…" dengan brutal Tao mengacak rambut Kris. Sedangkan Kris menambah kenikmatan Tao dengan remasan lembut pada payudaranya.

"Cum for me, babe" pancing Kris makin membuka lebar belahan vagina Tao dengan kedua ibu jarinya. Lidah panjangnya semakin melesak masuk dan menggesek lembut klitoris Tao. Wanita itu memejamkan matanya. Keringat mengalir ke seluruh tubuhnya. Sungguh, Tao tak tahan lagi.

"Aaaaahhhh… Krisseu…" Tao mendongak. Kris menahan pinggang Tao yang bergerak tak beraturan. Cairan bening agak kental mengalir keluar dari vagina Tao menuju indera pengecap Kris.

"Manis seperti wajahmu" puji Kris menatap wajah Tao yang kelelahan. Mata pandanya sayu dan bibirnya terbuka. Gairah Kris semakin tak terkendali. Dengan sigap ia membuka boxer dan celana dalamnya. Memperlihatkan penis besarnya yang sudah ereksi.

"Krishh… ayo, masukkan" Tao mengubah posisi duduknya menjadi tidur. Kedua kakinya ia lebarkan untuk memperlihatkan vaginanya yang sudah basah. Kris dapat melihat klitoris Tao yang membesar dan lubangnya yang sedikit berkedut karena birahi yang tak dapat dibendung.

"Aarrghh… aku tak tahan. Kau yang memancingku, Tao. Vaginamu seakan memanggil penisku untuk masuk" ujar Kris. Tangannya mengocok perlahan benda kebanggaannya.

"Aahh… ayo, cepat masukkan, Kris. Hantam lubangku dengan penis besarmu itu" pinta Tao dengan nada suara yang menggoda, sengaja untuk membangkitkan birahi Kris yang sebenarnya sudah mencapai batasnya.

Kris tak ingin terburu-buru meskipun ia sudah sangat tak tahan. Digesekkannya penisnya pada klitoris Tao, membuat suara decakan becek karena gesekkan kedua benda yang sudah basah.

"Hmmhhh…" Kris memejamkan matanya. Perlahan kepala penisnya mulai masuk secara teratur.

"Aaaakkhh!" teriak Tao. Kris terkejut. Sesakit itukah?

"Tao…" Kris tetap menerobos vagina Tao dengan perlahan.

"Aaakkhh! Kris, berhenti! Aahhh… sakit sekali" ringis Tao memeluk Kris erat untuk melampiaskan rasa sakitnya. Kris bingung namun ia mengabulkan permintaan Tao untuk berhenti.

Kris makin terkejut mendapati bagian luar penisnya yang belum masuk dinodai oleh bercak darah. 'Bukankah Tao seorang… namun bagaimana bisa ia…'

"Kau… berdarah?"

oOoOoOoOoOo

Annyeong~

Duh, maaf telat update. Bulan ini lagi sibuk-sibuknya. Ujian praktek mulai menyerang saya. T~T

Beginilah nasib anak kelas 12. T~T

Oh ya, saya mau menanggapi pertanyaan apa maksud judul dari ff ini karena isi ff ini gak ada hubungannya sama judulnya. Jawabannya, memang chapter ini belum sampai inti cerita. Kira-kira chapter depan dan selanjutnya mulai muncul konflik dan mulai kelihatan apa maksud ff ini berdasarkan judulnya.

Dan yang paling penting, saya banyak berterimakasih pada reviewers yang telah meluangkan waktunya untuk mereview ff saya yang abal ini. Mohon maaf saya gak bisa balas satu-persatu tapi saya sangat menghargai para reviewers sekalian.

Kritik dan saran diterima :)