Disclaimer: Masashi Kishimoto
Genre: Hurt / Comfort / Angst
Rated: Semi M
Pairing: SasuSaku
Warning: Canon, Angsty, Postwar, Dramatic, Mellow, Galau, Lebay, Full of SPOILER dan berbagai hal lain.
Naruto © Masashi Kishimoto
Love Story That Has No Beginning
Story by: Akina Takahashi
Chapter 5: Open Your Heart
"Sebaiknya kita bermalam disini." Sasuke menyarankan. Matanya menatap sebuah penginapan mungil yang mereka temukan setelah melintasi hutan perbatasan Hi No Kuni seharian. Kondisi mereka berdua sudah tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan perjalanan. "Aku tidak merasakan adanya aktivitas shinobi disini."
"Kau benar Sasuke-kun." Sakura dengan segera berusaha menyamai langkahnya dengan Sasuke. "Sejauh ini aku sama sekali tidak merasakan adanya pergerakan chakra shinobi lain."
"Henge!" Dengan segera Sakura merubah wujudnya dengan sisa chakra yang dimilikinya. Seketika rambut merah muda dan mata hijaunya berubah warna menjadi hitam. Jika saja ia memiliki Sharingan, mungkin dengan penampilannya saat ini ia akan dikira sebagai Uchiha. Sakura sadar bahwa ia tidak boleh membiarkan seorangpun melihat wujudnya yang sebenarnya karena rambut merah mudanya sangat terkenal di kalangan shinobi. Salahkan shisou nya yang telah membuatnya terkenal sebagai iryo-nin jenius di seluruh aliansi lima negara.
Sasuke menyeringai tipis ketika melihat Sakura yang telah merubah wujudnya. Ia mengerudungkan jubahnya menutupi rambut ravennya yang unik itu. Sakura segera melangkah maju dan Sasuke mengikuti di belakangnya.
"Ayo."
"Hn."
Dengan terburu-buru mereka memasuki penginapan yang ada di hadapan mereka.
"Selamat datang. Ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang pelayan wanita berambut coklat.
"Bisakah kami memesan satu kamar dengan dua ranjang terpisah?" Sakura bertanya pada pelayan tersebut. Sakura sadar, ia tidak bisa memesan kamar yang berbeda dengan Sasuke karena saat ini ia sedang dalam misi pelarian. Hal itu dapat menyulitkannya.
"Maaf, saat ini yang tersisa hanya kamar dengan satu futon saja." Jawab si pelayan.
"Err—" Sakura berusaha melanjutkan pertanyaannya kembali. "Apakah aku tidak bisa memesan futon lebih?"
"Bisa sih, nyonya. Tapi Anda harus menunggu—"
Perkataan sang pelayan tak sempat selesai karena Sasuke telah lebih dulu memotongnya. "Tidak usah. Kami ambil kamar dengan satu futon saja. Maafkan istriku yang telah merepotkanmu." Mata Sakura melebar ketika mendengar kata-kata Sasuke sebelumnya.
I-Istri?
Belum sempat Sakura berkata-kata, Sasuke telah menarik lengan gadis itu dan memaksanya untuk bekerja sama dengannya. "Bisa tunjukkan kepada kami dimana kamarnya?"
"Lewat sini, tuan." Sang pelayan dengan segera memimpin jalan dan Sasuke segera mengikutinya.
Tentu saja... Sasuke melakukannya agar orang lain tidak mencurigai kami...
Kau bodoh Sakura.
Bodoh karena kau berharap lebih...
Sakura yang sempat terdiam kini telah kembali fokus dan mengikuti langkah Sasuke dengan terburu-buru.
Setelah berjalan beberapa saat menyusuri lorong di pinggir penginapan, si pelayan membukakan pintu geser dari ruangan yang berada di hadapan mereka. Sakura dengan segera mengedarkan pandangannya mengamati kamar mungil seluas empat tatami yang tertata rapi itu. Hanya ada satu buah meja kayu dan satu buah futon disana.
"Selamat beristirahat, tuan dan nyonya." Sosok sang pelayan segera menghilang seiring dengan pintu geser yang telah tertutup.
Sakura menghela napas panjang sebelum akhirnya ia meletakkan jubah dan tas ninjanya di pinggir futon. "Aku akan berusaha membuka kembali segel chakra-mu setelah ini."
"Beristirahatlah. Aku akan memesan makanan pada pelayan."
"Ah— aku juga sudah menyiapkan pakaianmu jika kau ingin berendam di ofuro." Sakura mengambil kimono tidur yang tersedia sebelum akhirnya berjalan menuju ke pintu keluar.
"Hn."
.
.
.
Love Story That Has No Beginning © Akina Takahashi
Published at fanfictiondotnet
Do not copy or publish it on another site without Author's permission
.
.
.
Tanpa berkata-kata Sakura menyuruh Sasuke untuk berbaring diatas futon, sementara tangannya dengan cekatan membuka simpul yukata lelaki itu. Setelah bagian atas yukata Sasuke terbuka, Sakura dengan segera mengarahkan telapak tangannya yang dialiri chakra hijau ke atas segel yang terdapat di perut pemuda itu.
"Tahan sedikit ya Sasuke-kun" Sasuke mengerutkan keningnya ketika ia merasakan rasa sakit yang amat sangat di dadanya. "Aku sedang berusaha membuka kembali aliran chakra-mu." Sakura masih berusaha memfokuskan chakra hijaunya pada segel Sasuke.
Seketika chakra Sasuke yang sebelumnya tersegel kuat, kini mulai mengalir dengan aliran yang sangat tidak teratur. Hal inilah yang menyebabkan sang Uchiha prodigy mengalami kesakitan yang amat sangat.
"ARRRGH!" Pemuda berambut raven itu menjerit tertahan ketika merasakan rasa sakit yang luar biasa pada seluruh bagian tubuhnya. Tangannya mencengkram tangan Sakura yang masih bebas. Ia menautkan jari-jarinya dengan gadis itu. Persis ketika saat ujian chuunin dulu, saat Orochimaru memberikan kutukan kepada pemuda itu. Sharingannya berputar liar. Sakura yang merasakan ada sesuatu yang tidak biasa dengan segera menghentikan tindakannya.
"Kontrol chakra-mu Sasuke-kun!" Dengan panik Sakura mencengkram lengan Sasuke erat. Sementara sang pemuda masih terlihat sangat kesakitan. "ARRGH!"
Tanpa sadar mata hijau Sakura bertatapan dengan Sharingan Sasuke yang telah benar-benar aktif. Dan itu menjadi kesalahan terbesarnya hari itu.
Sakura terjebak dalam genjutsu tingkat tinggi yang hanya bisa dihasilkan oleh Sharingan selevel Sasuke.
Sakura seolah memasuki dimensi yang berbeda. Ia berada di tempat yang sangat gelap tanpa ada cahaya sedikitpun. Seketika ada cahaya yang bersinar di depannya. Disana terlihat sosok Uchiha Sasuke yang masih berusia tujuh tahun.
"Okaa-san... Otou-san..." Sasuke kecil menangis ketika melihat kedua orang tuanya telah terbujur kaku di hadapan matanya. "Oniisan... kenapa? Kenapa kau melakukan ini, oniisan?" mata hitam bulatnya menatap tidak percaya pada kakak lelaki kesayangannya. "Aku hanya ingin mengukur kemampuanku."
"Dengan membantai seluruh klan?" Sasuke kecil berusaha bangkit dari posisinya. Ia mendekati pemuda remaja yang sangat mirip dengannya. Kakak laki-lakinya, Uchiha Itachi.
"SYUUT" Sebuah kunai berhasil menggores lengan Sasuke. Sang bocah terjatuh sambil memegangi lengannya yang terluka.
"Sasuke-kun!" Sakura berusaha menggapai Sasuke namun yang terjadi hanyalah ia menembus tubuh Sasuke yang ada di hadapannya. Seolah-olah ia adalah hantu yang tak dapat dilihat, didengar, ataupun disentuh.
"Hiduplah. Benci aku seumur hidupmu. Mendendamlah." Itachi menatap mata Sasuke tajam. "Temui aku ketika kau telah mempunyai mata yang sama denganku."
Bzzzt— zzt—
Dengan segera pemandangan di depannya berganti. Layaknya layar televisi yang sedang rusak. Sakura tidak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi. Disana terdapat siluet-siluet hitam yang tak dapat dilihatnya dengan jelas.
Makin lama siluet itu semakin jelas. Disana terlihat sesosok Sasuke kecil sedang bersama dengan ibunya. "Ibu, kenapa ayah tidak mau menjemputku di akademi? Apakah ayah jauh lebih sayang pada oniisan daripada aku?" Sasuke menggembungkan pipi tembemnya. Membuatnya makin terlihat cute. Sang ibu segera menghampiri anak bungsunya dan segera meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya. "Sst— jangan bilang-bilang ya. Ayahmu selalu membicarakanmu saat ia sedang berdua bersama ibu. Sepertinya ia malu kalau terlalu terlihat mengkhawatirkan anak bungsunya."
"Yang benar bu?" Wajah Sasuke terlihat berseri-seri.
"Tentu saja." Senyuman lembut di wajah Uchiha Mikoto membuat hati Sakura terasa sakit. Demi Tuhan, seandainya ia masih hidup. Betapa beruntungnya orang yang berhasil menjadi menantu wanita itu. Uchiha Mikoto, di mata Sakura adalah wanita paling sempurna. Sewaktu kecil ia sempat bertemu beberapa kali dengan Mikoto ketika ia masih mengikuti Sasuke layaknya stalker. Saat itu Sasuke masih menjadi anak laki-laki normal yang hidup bahagia bersama keluarganya.
Belum sempat Sakura kembali menghampiri bayangan itu, pemandangannya telah berubah kembali.
Bzzzt—
Zzztt—
Ngiingg—
Kali ini perubahan dibarengi dengan munculnya suara dengungan, persis seperti suara dengungan mikrofon yang rusak.
Sakura menutup telinganya.
Kali ini ia melihat sosok dirinya yang sedang berusaha menghentikan Sasuke dan Naruto yang sedang bertarung di atap rumah sakit. Saat itu ia hampir saja celaka jika saja Kakashi tidak menolongnya.
"Kalian berdua! Hentikaan!"
Dunia di sekelilingnya kembali berganti.
Ia melihat Sasuke menepis piring berisi apel yang telah ia kupas dan menginjak apel tersebut di hadapannya.
Saat itu ia merasa hatinya berdenyut nyeri.
Hancur berkeping-keping.
Sama seperti buah apel yang sudah terinjak itu.
Kenapa aku harus melihat hal ini kembali? Kenapa Sasuke masih mengingatnya?
Kenapa aku harus melihat kembali semua kenangan buruk ini?
Bayangan di hadapannya kembali terganti oleh bayangan punggung Sasuke yang semakin menjauh darinya.
"Aku tak bisa mengambil jalan yang sama dengan kalian berdua. Aku berbeda dengan kalian. Apapun yang terjadi aku akan membalaskan dendamku."
"Mulai saat ini kita berada di jalan yang berbeda."
Bzzzt—
Zzzt—
Zzzzzzt—
Ia tak dapat melihat apapun di depannya. Hanya suara-suara yang mengganggunya.
"Aku mencintaimu Sasuke-kun!"
Ia kenal suara itu. Ia tahu suara itu.
Seketika jantungnya berdegup kencang. Sakura mencengkram erat dadanya.
"Kumohon jangan pergi! Jika kau bersamaku disini, aku janji kau tidak akan menyesal. Setiap hari kita akan melakukan hal yang menyenangkan! Kita akan bahagia, aku bersumpah! Kumohon tinggallah denganku disini."
"Aku bahkan akan berusaha membantumu membalaskan dendammu. Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuk membantumu, tapi— aku akan berusaha sebaik mungkin. Jadi, kumohon tinggallah bersamaku."
"Jika kau tetap ingin pergi, bawa aku bersamamu!"
Sakura jatuh terduduk ketika melihat sosoknya ketika masih genin mencoba untuk menghentikan Sasuke. Saat pernyataan cintanya ditolak untuk yang pertama kalinya.
Entah kenapa ia masih gemetar ketika mengingat ini. Ia benci rasa sakit ini.
"Kau menyebalkan."
DEG
Kalimat itu lagi. Kenapa ia harus mendengarnya lagi?
Tuhan... rasanya ia ingin mati saja ketika mendengar kalimat itu.
"Hentikan..." Bibirnya bergetar. "Keluarkan aku dari sini Sasuke-kun..." Ia tahu bahwa dirinya kini telah berada dalam genjutsu, namun ia sama sekali tak mampu keluar dari kenangan mengerikan itu.
Bzzt—
Zzzt—
Bayangan kembali berganti.
"Itachi melakukan semuanya demi Konoha!"
"Ia sangat mencintaimu, Sasuke."
Dan yang Sakura lihat kali ini adalah sosok Sasuke yang tengah menangis di pinggir laut berombak.
Zzzzt—
Zzzt—
"Izinkan aku untuk membantumu Sasuke-kun!"
"Jika kau serius dengan perkataanmu, bunuh gadis itu!" Sasuke menunjuk sosok gadis berkacamata yang sedang sekarat.
Sakura melihat sosoknya yang tengah memegang kunai dengan gemetaran. Ia kembali terhentak ketika ia melihat sosoknya tersebut hampir dibunuh oleh Sasuke, jika saja Naruto dan Kakashi tidak menyelamatkannya.
"Cukup Sasuke-kun!" teriaknya. "Keluarkan aku dari sini! Aku tidak mau mengingatnya lagi!"
Zzzt—
Bzzzttt—
"AKU MENCINTAIMU SASUKE-KUN!"
Aah— ini dia... pernyataan cintanya yang kedua kali. Pernyataan cintanya ketika mereka baru saja berhasil melawan Kaguya.
"Aku mencintaimu! Sangat mencintaimu sampai tak tertahankan! Seandainya semua rasa sakitmu bisa dialihkan kepadaku, aku rela menggantikanmu. Maka dari itu... kumohon..."
"Kau menyebalkan." Sang Uchiha dengan segera menjebak sosok Sakura dalam genjutsu dimana dirinya terlihat seolah-olah membunuh Sakura dengan chidori-nya.
"Hentikan—" Sakura yang tak tahan melihat memori yang berseliweran di hadapannya segera menutup telinganya. "Aku tidak mau dengar... tidak mau—" air mata berjatuhan di pipi putihnya.
Kali ini ia akhirnya melihat kejadian yang sebenarnya yang dulu tak sempat dilihatnya karena terjebak oleh genjutsu Sasuke.
Tentu saja kini ia dapat melihatnya karena ia berada di ingatan Sasuke saat ini.
Naruto yang terlihat marah dan Kakashi yang terlihat kecewa.
"Apa yang kau lakukan pada Sakura-chan!"
"Sakura... dia benar-benar mencintaimu... bahkan disaat kau berusaha membunuhnya pun ia tetap mencintaimu."
Kali ini sosok Sasuke yang berbicara.
"Aku tidak mengerti kenapa dia bisa mencintaiku setelah apa yang terjadi." Sasuke menghentikan kata-katanya sesaat sebelum melanjutkannya kembali. "Dan aku juga tidak menyuruhnya untuk mencintaiku. Lagipula aku tidak merasakan apapun padanya."
Sudah. Cukup.
Seketika Sakura merasakan ada seseorang yang menarik tangannya. "Bagaimana rasanya melihat memori milik orang lain?" Mata emeraldnya yang basah menatap mata obsidian di hadapannya. "Sasuke-kun— aku tidak—"
"Cepat keluar dari pikiranku."
Suara berat itu adalah suara terakhir yang Sakura dengar sebelum akhirnya ia kembali tersadar. Ia kini telah kembali berada di kamar penginapan. Tubuhnya berkeringat dingin dan gemetaran akibat efek genjutsu yang sangat luar biasa. Dengan segera ia menarik tangannya dari dada Sasuke, sementara pemuda itu hanya diam tak berkata-kata. Suasana menjadi canggung seketika.
Akhirnya Sakura memberanikan diri untuk berbicara. "Su- sudah cukup untuk hari ini. Ha- hanya b-butuh satu kali lagi sebelum segelnya terlepas." rasanya sulit sekali bagi Sakura untuk mengontrol lidahnya agar tidak gemetar.
"Sakura—"
"Aah, sepertinya aku ingin berjalan-jalan sebentar di luar." Sedikit bersyukur karena ia dapat berbicara dengan lancar, Sakura memaksakan dirinya tersenyum. "Aku akan segera kembali." Dengan terburu-buru Sakura berlari menuju ke pintu keluar. Sementara Sasuke menatap pintu yang baru saja tertutup itu dengan tatapan kosong.
.
.
.
Sakura: "Hari itu, kau mengajariku bahwa hidup dalam kesendirian itu sangat menyakitkan... Aku sangat mengerti hal itu sekarang. Aku memiliki teman dan keluarga... tapi jika kau pergi... bagiku... itu sama saja dengan hidup sendirian."
.
.
.
Sakura berlari keluar dari area penginapan itu. Membiarkan kakinya berjalan ke arah yang bahkan ia tak tahu akan membawanya kemana. Ia bahkan tidak peduli jika ada orang yang mengenalinya saat ini. Ia sama sekali tidak memiliki niatan untuk menggunakan henge seperti sebelumnya. Rambut merah mudanya berterbangan tertiup angin. Mata hijauya menatap kosong jalanan di depannya.
Kata-kata terakhir Sasuke yang dilihatnya di dalam genjutsu masih terngiang-ngiang di telinganya.
"Aku tidak mengerti kenapa dia bisa mencintaiku setelah apa yang terjadi."
Sungguh ia pun tidak tahu jawabannya.
"Aku juga tidak mengerti, Sasuke-kun... bisakah kau beritahu aku jawabannya?"
Kenapa ia bisa sebodoh ini? Mencintai seseorang yang tidak mencintainya sama sekali selama bertahun-tahun.
Rasanya sakit.
Ingin rasanya ia melupakan segalanya.
"Dan aku juga tidak menyuruhnya untuk mencintaiku. Lagipula aku tidak merasakan apapun padanya."
Sial.
Kenapa ia tidak bisa lupa?
Sakura menundukkan kepalanya dalam-dalam sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menuju hutan. Untuk saat ini ia benar-benar ingin sendirian.
Dengan cekatan sang Kunoichi mengalirkan chakra pada kakinya dan memanjat pohon yang ada di hadapannya hingga ia berhasil mencapai dahan tertinggi. Mata emeraldnya menatap bintang-bintang yang berkilauan di langit.
Sasuke tidak akan pernah mencintainya.
Itu kenyataan. Dan ia masih belum bisa menerima kenyataan itu.
Hei idiot, bagaimana rasanya mengetahui apa yang ada di pikiran Uchiha Sasuke secara langsung?
Menyakitkan bukan?
Sudah kubilang bahwa kau hanya membuang waktumu saja Sakura. Kau itu bodohnya luar biasa ya? Sampai mengorbankan segalanya untuk pemuda brengsek tak tahu diri itu.
Tidak aku—
Mau beralasan apa lagi?
Hubungan kalian tidak akan berjalan dengan baik. Hubungan destruktif seperti ini hanya akan membuatmu menderita.
Diam.
Aku mencintai Sasuke-kun, dan aku tidak peduli apakah ia mencintaiku atau tidak.
Jangan berbohong.
Aku tidak—
Jangan lupakan bahwa aku adalah bagian dari dirimu juga, Sakura. Aku adalah lubuk hatimu yang terdalam.
Sakura mengeratkan pelukannya pada kedua lututnya. Ia meringkuk menyembunyikan wajahnya disana. Hari ini benar-benar melelahkan. Belum lagi perdebatan innerself-nya hari ini sangat luar biasa membuatnya lelah.
Sakura menutup matanya perlahan. Ia tidak peduli lagi jika ia harus tidur di atas pohon seperti ini. Lebih baik daripada jika ia harus tidur satu futon dengan Sasuke.
Kesadarannya semakin memudar.
Cih. Kenapa akhir-akhir ini ia sering sekali jatuh pingsan? Sebelumnya ia bahkan berhasil membuat kedua orang tuanya panik setengah mati. Apakah ini wajar? Apakah wajar jika setiap kali ia berusaha membuka segel itu ia kehilangan kesadaran setelah melakukannya?
"Kenapa... kenapa kau sangat membenciku?"
"Sasuke-kun..."
Sakura menutup matanya erat. Tubuhnya letih luar biasa. Sesaat sebelum kesadarannya menghilang ia mendengar suara bariton yang sangat dikenalnya itu menjawab pertanyaannya.
"Aku tidak membencimu, Sakura..." Uchiha Sasuke tiba-tiba saja muncul. Ia menggendong gadis pink yang nyaris pingsan akibat kehabisan chakra dengan sebelah tangannya. "Jadi—aku tak perlu menjawab pertanyaanmu kan?"
Sakura berusaha membuka matanya— sesaat ia sempat melihat raut wajah Sasuke yang entah kenapa terlihat sendu. Ia menyentuh wajah tampan pemuda itu dengan kedua telapak tangannya. Senyum tipis terukir di wajah cantiknya. "Aah... yokatta..." Sasuke meraih tangan Sakura yang tengah menyentuh wajahnya. "Tidurlah." Perintahnya singkat. Sang Haruno tersenyum sebelum akhirnya kembali menutup matanya. "Sepertinya aku bermimpi indah hari ini."
Ingin rasanya Sasuke mengingatkan gadis itu bahwa ini bukanlah mimpi, namun entah kenapa lidahnya kelu.
"Hn." Gumaman tak jelas kembali keluar dari mulutnya. Hening sesaat sebelum akhirnya ia berbisik pelan. "Sakura, gomen..."
.
.
.
Sasuke: Hei... Naruto. Kau harus menyelamatkan Sakura apapun yang terjadi. Aku tahu kau bisa menyelamatkannya. Setelah kau mendapatkannya, bawa dia, dan lari... lari secepat dan sejauh mungkin yang kau bisa. –Tidak lagi.. aku telah kehilangan segalanya. Aku tidak ingin seseorang yang berharga bagiku mati di hadapanku, lagi."
.
.
.
"Tsunade-sama."
"Ada apa Shizune?" Tsunade yang asalnya sedang memeriksa dokumen gulungan rahasia milik negeri Suna, segera menghentikan pekerjaannya dan memfokuskan dirinya pada apa yang akan dikatakan oleh anak buah kesayangannya tersebut.
"Sepertinya salah satu tim ANBU telah menemukan tempat persembunyian Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura."
Tsunade membelalakkan matanya. "Benarkah itu?"
"Mereka menemukan luapan chakra yang sangat besar disana." Shizune menatap mata coklat Tsunade serius. "Tak salah lagi itu adalah chakra milik Uchiha Sasuke."
"TIDAK MUNGKIN!" Tsunade menggebrak meja kerjanya dengan keras. "Sakura tidak mungkin dapat membuka segel chakra yang kuberikan pada Uchiha Sasuke!"
"Tsunade-sama, memangnya kenapa jika Sakura berhasil melakukannya?" Shizune terlihat sedikit heran. Tak akan aneh kan bila seorang iryo-nin hebat seperti Sakura dapat melakukannya? Belum lagi gadis itu adalah murid kesayangan Tsunade.
Tsunade mengurut pelipisnya. "Astaga, aku tidak menyangka ia sebodoh itu."
Tsunade menghela napas sebelum akhirnya berusaha menjelaskan pada Shizune. "Segel itu hanya bisa dibuka oleh orang yang memiliki byakugou. Butuh chakra yang sangat besar untuk membukanya. Bahkan aku pun harus mengumpulkan chakra dalam waktu yang cukup lama untuk membuat segel itu."
Shizune menutup mulutnya. "Astaga— lalu... apa yang terjadi jika Sakura yang tidak mempunyai persediaan chakra sebanyak Anda membuka segel itu?"
"Aku tidak tahu... karena selama ini belum ada orang yang berhasil melakukannya kecuali aku." Tsunade bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah jendela. "Apapun yang akan terjadi, pastilah bukan hal yang baik baginya."
"Tsunade-sama... apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Sang Hokage kelima membalikkan wajahnya menatap Shizune. "Hubungi tim Shikamaru secepatnya! Jangan sampai tim lain ataupun ANBU dari negara aliansi yang menemukan mereka terlebih dahulu."
"Rahasiakan hal ini dari para tetua dan pemimpin negara aliansi. Jangan biarkan mereka mencampuri urusan ini. Pastikan mereka berdua dalam keadaan baik-baik saja."
"Baik! Akan segera saya laksanakan!" Shizune dengan cepat segera menghilang dari ruangan Tsunade.
Tsunade melangkahkan kakinya keluar ruangan. Sepertinya banyak hal yang harus ia lakukan sekarang. Bagaimanapun ia tidak ingin murid kesayangannya menderita lebih jauh lagi. Ia harus membujuk semua pemimpin aliansi lima negara dan juga para tetua untuk segera membatalkan hukuman mati bagi Sasuke. Dan juga ia harus membantu Naruto yang saat ini sedang mengumpulkan bukti untuk meringankan atau bahkan membebaskan Sasuke dari hukuman tersebut.
"Semoga kau baik-baik saja Sakura..."
-To Be Continued-
Author's note:
Akhirnya saya bisa mengupdate fanfiksi ini. Entah kenapa saya butuh waktu yang cukup lama untuk berusaha ngedapetin feel-nya. Disini saya berusaha bikin karakter Sasuke terlihat dingin di mata Sakura, tapi sebenernya Sasuke sangat perhatian dan dia sebenarnya merasa menyesal banget atas semua yang udah dia lakuin dulu ke Sakura. Makanya di bagian akhir dia minta maaf sama Sakura. Hmm... mungkin ada yang mikir, "Kenapa dia ga bilang langsung aja sama Sakura? kan gampang, lagipula Sakura ga perlu menderita kalau tahu Sasuke punya perasaan yang sama kaya dia."
Hal itu ga gampang buat Sasuke (yang ada di fanfiksi ini tentunya) karena di juga ga tau apa yang dia rasain sama Sakura sebenernya. Orang se-dark dia dengan masa lalu super kelam pasti ga pernah ngerasain yang namanya cinta (cinta sama cewek maksudnya). Jadi dia juga ga bisa bilang sama Sakura. Yah, pokoknya gitu deh penjelasannya.
Nah kalau buat Sakura, mungkin ada yang mikir gini "Padahal di chapter chapter sebelumnya dia udah berusaha biasa aja sama Sasuke, tapi kok di chapter ini dia galau lagi sih? labil amat ni orang." iya sih, bener. Saya juga kalau jadi Sakura pasti udah saya tinggalin tuh si Sasuke, cowok brengsek yang selalu bikin saya merasa inferior. Tapi kenyataannya, Masashi Kishimoto bikin karakter Sakura sebagai sosok yang sangat setia sama cintanya, dan itulah yang bikin saya ngefans sama karakter ini. Saya berusaha menggambarkan bagaimana perasaan Sakura yang selalu merasa dirinya dibenci oleh Sasuke (padahal ngga sih sebenernya) di chapter ini.
Plot, dan alur cerita sudah saya siapkan dan ending pun sudah saya buat, jadi tenang aja fakfiksi ini ga bakalan hiatus kok... tetep ikutin LSTHNB yaaa~!
Sedikit info: fanfiksi saya yang akan update selanjutnya adalah The Lost Soul dan Rewrite.
Terima kasih sudah mau membaca karya saya~
Special Thank's to:
BlackPurple, Victsunny, Tomachery, Nur indah, metta. , who meidontknow, uchisaku, Guest, fina, ayuniejung, kimzy1013, Saita Hyuuga, Afra onyx, Furita-kun, yelmaryeti, oy, Atweety, TheRedsLFC, Elisyia, iya baka-san, Cherry Philein, SinHye, Yumisaki Shinju, ikalutfi97, Kuro Shiina, amel chan, Kakaru S.S, .1, hanazono yuri, aitara fuyuharu, dan semua silent reader yang udah rela baca fiksi galau ini.
Review berupa saran dan kritik yang membangun dari kalian sangat saya nantikan.
Terima kasih semuanyaaa!
With Love,
Akina Takahashi
