Title : Back To Tomorrow.

Author : Me, Echa.

Cast : Yunho, Jaejoong, Changmin, Yoochun, Junsu and other Cast.

Genre : Romance, Genderswitch! Drama, Gaje, etc.

Pair : Yunjae.

Lenght : Epilog.

Warning : A Gender bender, Genderswitch FF, No Bash, No Flame, Dont Like Dont Read. Saya cinta damai, jika tidak berkenan dengan ff GS harap back segera, jika memaksa membaca saya tidak tanggung jawab!

The happiness...

Kelopak mata remaja yang terbaring lemah di atas ranjang pasien itu membuka. Hal pertama yang dilihat matanya adalah warna putih. Dinding kamar yang di tempati berwarna putih. Sayup-sayup matanya yang masih sayu, mengedar ke sekitarnya. Sebuah pertanyaan yang membuatnya bingung ditanyakan jaringan otaknya.

Sepenuhnya, Changmin. Sang pria remaja itu sadar akan di mana dia sekarang. Bau obat-obatan yang menyengat indra penciumnya yang terpasang selang oksigen itu sudah membuatnya paham dia sedang ada di mana. Perlahan indra pendengarnya mendengar suara dari alat elektrokardiograf yang berada di samping kanan meja.

Changmin mengerjap-ngerjapkan mata. Dia berusaha mencerna hal terakhir yang dialaminya. Bayangan-bayangan akan kecelakaan yang terjadi padanya saat terakhir kali memenuhi otaknya. Dia cukup bersyukur bahwa masih selamat dari kecelakaan itu. Sedetik kemudian dia terkejut saat mengingat Yunho.

Secepatnya Changmin bergegas untuk bangkit dari atas ranjang pasien. Namun nihil, dia tak bisa menggerakkan kakinya. Pandangan segera ditujukan Changmin pada kaki kanannya. Dia meringis pelan saat melihat perban yang melilit seluruh kaki kanan.

Changmin menatap tubuhnya, penuh akan perban di beberapa bagian, bahkan dia baru sadar bahwa kepalanya pun tak lepas dari kain kasa putih itu.

Untuk sejenak Changmin hanya bisa menghela napasnya. Namun beberapa detik berlalu, dia mulai khawatir akan keadaannya. Dia tidak ingin menyusahkan keluarganya.

Benar, keluarga. Mengingat hal itu air mata mulai meluncur dari sudut matanya. Jantungnya berpacu cepat ketika mengingat nasib seperti apa yang terjadi pada ayahnya yang ada di ruang ICU.

Ceklek...

Pintu kamar ruangan ini terbuka. Segera Changmin menatap ke arah pintu bercat putih itu juga. Seorang gadis berpakaian seragam SMP mendekatinya dengan cepat kala melihat dia yang sudah terbangun.

"Oppa, neol ireona?" tanya sang gadis seraya berlari menghampiri Changmin dan menatapnya dengan seksama.

Changmin menautkan keningnya, dia tak mengenal siapa gadis ini. Tapi, pikirannya ingin berpikir positif. Mungkin saja sang gadis adalah penolongnya saat kecelakaan itu berlangsung.

Dengan pelan Changmin mengangguk, ingin sekali dia menjawab dengan suara namun lidahnya seakan sedikit kelu.

Gadis itu tersenyum senang, air matanya menetes dengan sendiri kemudian tanpa di duga Changmin gadis yang berperawakan cukup tinggi untuk gadis seusianya segera memeluknya. Hal yang sangat mengejutkan untuk Changmin.

"Oppa, bogoshipo," ujar gadis itu sedikit terisak di dadanya. Changmin kembali menautkan keningnya. Kenapa gadis ini mengatakan merindukannya? Changmin tidak mengerti siapa sebenarnya gadis ini.

Sedetik kemudian sang gadis mengangkat tubuhnya dari Changmin. Dia segera menyapu lelehan air mata yang membasahi pipinya.

"Aku akan memberitahu, halmeoni dan harabeoji dulu, oppa," ujar sang gadis dan segera berlari kembali lagi keluar kamarnya.

Lagi, Changmin dibuat bingung oleh tingkah dan ucapan gadis itu, bibirnya menggumam pelan, "Halmeoni? Harabeoji?"

Pikirannya berputar-putar. Menerka apakah sang nenek dan kakek yang dimaksudnya adalah, nenek dan kakek Jung yang disayanginya. Atau...

"Changminnie," teriak seorang pria matang yang ada di depan pintu membuyarkan lamunannya. Segera pria itu menghambur menuju padanya. Di belakangnya ada seorang wanita yang sangat dikenal Changmin.

"Changminnie, kau sudah sadar, Sayang?" tanya sang wanita itu seraya memegang tangannya yang terpasang infus. Lelehan air mata mengeluar cepat dari sudut mata Changmin.

Dugaannya benar, di depannya adalah kakek dan nenek Jung-nya. Tapi kenapa sang kakek dan nenek sedikit berbeda. Sedikit lebih tua dari pada sebelumnya.

"Oppa sudah bangun, sudah kukatakan oppa akan segera bangun," ujar gadis yang tadi pada seorang gadis lainnya yang mengikutinya masuk.

"Aku juga tahu Changmin oppa akan segera bangun, Jiyeol!" sahut gadis yang baru masuk itu tak kalah heboh.

Changmin memperhatikan mereka sesaat. Sungguh dia tidak mengenal siapa kedua anak gadis itu. Tinggi mereka sama, wajah mereka pun mirip. Sangat mirip. Hanya saja, gadis yang pertama, yang dipanggil Jiyeol itu sedikit lebih cantik dari gadis satunya. Tapi keduanya sangat cantik, Changmin mengakui akan itu.

"Yoojung, kau sudah menelpon appa seperti yang ku perintahkan?" tanya Jiyeol pada gadis yang bernama Yoojung.

Lagi, Changmin memperhatikan gerak gerik kedua gadis yang tak dikenalnya itu. Melihat Yoojung bagaikan melihat Jiyeol. Jika Jiyeol sedikit lebih cantik, maka Yoojung lebih manis dari pada Jiyeol. Dan wajah Yoojung mengingatkannya pada sang ibu.

Mata Changmin kembali menatap kedua orang tua ayahnya itu. Dia tidak mengerti apa yang terjadi sekarang. Taehee, sang nenek menangis bahagia sembari menatapnya. Sedangkan Jihoon, kakeknya itu memeluk istrinya. Pandangan bahagia yang teramat pun di dapati pada kedua bola mata sipit sang kakek.

"Aku sudah mencoba menghubungi appa dari tadi. Tapi nona centil itu yang mengangkat panggilan telpon ke kantor appa," Yoojung kembali bersuara, dan membuat Jiyeol berdecak pelan.

"Telpon langsung ke ponselnya, Yoojungie," sahut Jiyeol. Gadis itu sendiri sedang sibuk dengan ponselnya.

"Sudah, dimatikan appa. Iish aku kesal sekarang dengan beruang gendut kesayangan uri umma itu," Yoojung menghentikan memencet-mencet ponselnya.

Ponsel. Kening Changmin tertaut sempurna. Ponsel yang dipegang oleh gadis itu adalah ponsel jenis yang berasal dari masa depan. Matanya menatap lekat-lekat Yoojung yang mendekat ke arahnya. Gadis itu mengukir senyum manis pada bibir cherrynya.

Mata Changmin membelalak hebat. Bibir yang sama persis dengan milik ibunya itu ada pada sang gadis yang bernama Yoojung ini. Lalu dia memperhatikan dengan seksama wajah Yoojung. Mata doe eyes gadis itu juga mirip dengan ibunya. Hidung dan juga pipi Yoojung nyaris sama seperti Jaejoong.

Sebuah rasa penasaran yang teramat pun kini bersarang dalam otaknya. Sebenarnya ini di mana? Apa yang terjadi? Siapa dua gadis berseragam SMP itu? Jiyeol dan Yoojung? Appa? Umma? Bahkan di sini ada halmeoni dan harabeoji yang disebut oleh kedua gadis itu halmeoni dan harabeojinya. Lalu ponsel tercanggih yang dulu ingin dia miliki selama di masa depan.

Masa depan?

Deg

Jantung Changmin memacu lebih cepat. Berbagai pertanyaan yang membingungkannya berputar di otak. Belum lagi kekhawatiran yang terjadi pada sang ayah yang terakhir diingatnya melakukan operasi. Apa kah operasinya baik-baik saja? Dan bagaimana dengan nasib ummanya? Masih banyak lagi bagaimana-bagaimana yang lain memenuhi sistem otak Changmin.

"Halmeoni," ucapnya pelan dan lemah.

Satu-satunya cara untuk Changmin mengetahui jawaban atas pertanyaannya itu hanyalah sebuah pertanyaan inti yang ingin ditanyakannya ini, "Ini tahun berapa?"

Sesaat kening Taehee mengerut, namun neneknya itu akhirnya menjawab, "Masih 2030, Changminnie. Apa kau merasa ada yang aneh? Dokter akan segera ke sini."

Deg

Mata Changmin membelalak lebar mendengar hal itu. Dia menatap tak percaya pada Taehee yang tersenyum bahagia padanya.

"20...30?" gumam Changmin pelan. Sesaat dia menggeleng.

Bukankah jika begitu dia sudah berada kembali di zaman yang sesungguhnya dia berasal. Dia sudah kembali ke masa depan. Lalu kenapa dia bisa berada di atas ranjang pasien ini? Apa karena efek sebelumnya, pada saat dia terjun dari lantai tertinggi rumah sakit. Dan ini adalah akibatnya?

Lalu kenapa sekarang ada kakek dan nenek Jung berada di sini? Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Changmin langsung ingat akan kondisi ibunya terakhir dengan cepat dia bertanya tentang itu pada sang nenek, "Halmeoni, umma bagaimana? Apakah umma baik-baik saja? Katakan jika ummaku belum meninggal halmeoni."

Perkataan Changmin membuat kerutan sempurna pada kening empat orang yang ada di depannya ini. Hening seketika terjadi namun Yoojung memecah hening dengan berucap, "Oppa, apa maksudmu? Umma sedang melakukan persalinan pasiennya, dan sebentar lagi akan ke sini, apa kau mengigau oppa?"

Changmin tersentak mendengar hal itu. Bagaimana bisa ibunya memeriksa para pasien? Bukankah ibunya hanya seorang penjaga apotek biasa? Apa maksud gadis ini, kenapa dia memanggil Jaejoong dengan sebutan yang sama dengannya.

"Kau siapa?" Tanya Changmin pada Yoojung yang membuat wajah syok pada gadis itu.

Bukan hanya pada Yoojung tapi juga pada seluruh orang di sini.

"Oppa, kau melupakanku? Aku dongsaengmu oppa? Oppa apa kau masih belum sepenuhnya sadar?"

Lagi, Changmin kembali tersentak, tubuhnya menegang sempurna mendengar pernyataan itu. Jihoon memperhatikan sang cucu, kemudian memberi isyarat pada Jiyeol dan Yoojung untuk mundur dan keluar dari ruangan.

Belum sempat kedua gadis itu memutar kenop, pintu sudah terbuka menampakkan tim medis yang menangani Changmin.

Dokter pria yang bertag name Park Yoochun itu segera mengecek keadaan Changmin. Changmin kenal dokter ini, dalam masa lalu Yoochun adalah teman Yunho. Changmin membiarkan tangan-tangan dokter itu melakukan pengecekan pada tubuhnya.

Pikiran Changmin mengembang ke sana kemari. Kejadian ini tak bisa dimengertinya. Dia ingin segera mendapati jawaban pertanyaannya yang tak bermuara. Kekhawatiran akan ibunya pun mulai menjadi-jadi.

"Changmin sepenuhnya sudah sadar. Tapi untuk memastikan hal-hal lainnya, aku harus melakukan pengecekkan seluruh tubuhnya," ujar Yoochun pada Jihoon yang mengangguk.

"Changmin kelihatannya sedikit kehilangan memorinya, dia tidak mengenali kedua adik kembarnya, apa itu tidak apa-apa Yoochun?" Tanya Jihoon.

Mendengar pertanyaan sang kakek membuat mata Changmin terbelalak lebih lebar. Adik kembarnya? Dua gadis tadi adalah adiknya? Bagaimana bisa? Bukankah itu sedikit tidak bisa diterima akal sehatnya. Namun, ketika memikirkan itu lebih, rasa bahagia memuncak menyebar ke seluruh tubuhnya.

Sebuah kesimpulan yang diambilnya dari kejadiannya dan berdoa jika hal itu akan benar-benar terjadi.

'Jadi apa takdir masa depan kami berubah?'

Bathin Changmin seraya menatap penuh haru pada kedua kerabatnya itu. Taehee menatapnya seraya tersenyum kemudian, neneknya itu membelai sayang rambutnya.

"Hal itu berkemungkinan memang ada, abeoji. Maka dari itu aku harus cepat-cepat melakukan pemeriksaan lengkap pada Changmin," sahut Yoochun pada pertanyaan kakeknya tadi.

"Changminnie," pekikan yang berasal dari depan pintu itu membuat jantung Changmin bergetar hebat. Sampai kapanpun dia tidak akan pernah lupa suara berat yang dimiliki pria itu. Air mata Changmin menetes lebih deras. Matanya menatap pada sosok gagah yang menggeser posisi sang nenek untuk mendekat padanya.

"Anakku, kau sudah sadar nak," ujar pria itu, musangnya menitikkan air mata penuh haru. Kemudian memeluk dengan hati-hati tubuhnya. Changmin menangis menerima pelukan sang ayah. Dalam hati dia terus merapalkan syukur yang tidak terkira.

Yunho, ayahnya ada di sini. Dia bersyukur jika tidak terjadi apa-apa pada kehidupan masa lalu. Ayahnya selamat dari operasi. Dan sekarang yang lebih disyukurinya adalah. Dia mempunyai seorang ayah. Takdirnya berbeda. Takdirnya sudah lain.

Dan yang paling utama adalah, Changmin berhasil. Tentu, pikiran itu segera terlintas diotaknya. Jika si kembar Jiyeol dan Yoojung adalah adiknya, bukankah itu berarti keluarganya menyatu. Orang tuanya hidup bersama. Dan kebahagiaan menyertai mereka.

Namun, ada juga pertanyaan lain yang mengusiknya. Seperti, bagaimana bisa semua menjadi begini? Apa yang terjadi setelah tragedi itu? Dan kenapa dia tidak tahu menahu akan kehidupannya yang sekarang. Memorinya masih tersimpan dengan jelas setiap kejadian hidupnya yang lalu. Tak ada sedikitpun memori takdir baru yang direkam oleh otaknya selain ini.

"Yunho, lepas pelukanmu. Aku akan segera membawa Changmin untuk diperiksa," Yoochun menegur Yunho yang memeluk dan sesekali menciumi pipinya penuh sayang.

Sedetik kemudian pria itu melepaskan pelukannya pada tubuh ringkih Changmin.

"Lakukan yang terbaik untuk anakku, Chun," ujar Yunho dan menatap Yoochun dengan penuh harap.

"Pasti, Yun. Istrimu sedang melakukan persalinan pasiennya dengan Yoomi nuna. Mereka tim yang manis sekali," sahut Yoochun seraya tersenyum dan memberikan isyarat pada para tim medisnya untuk mendorong ranjang pasien Changmin keluar.

Changmin tersenyum mendengar penurutan Yoochun. Hatinya sungguh bahagia. Ibunya menjadi seorang dokter kandungan sama seperti bibi kesayangannya itu. Meskipun dia sangat merindukan sang ibu dan ingin memeluknya. Tapi Changmin cukup puas dengan takdir yang sekarang. Dia mengerti jika ada nyawa lain yang akan diselamatkan oleh ibunya.

Changmin menatap kedua adik kembarnya saat melalui pintu ruang rawatnya. Dia menyunggingkan sebuah senyuman manis pada sang adik. Meskipun tidak mengenal dengan baik. Changmin yakin dia akan menjadi kakak yang hebat buat adiknya, dan akan berusaha mengakrabkan dirinya pada kedua gadis kembar itu.

'Tuhan, terima kasih atas pemberianmu yang tiada tara ini. Terima kasih Tuhan, aku sangat bahagia dengan perubahan takdir yang sekarang. Aku tidak ingin minta apa-apa lagi, aku sudah bersyukur dengan anugerahmu yang indah ini'

Dalam hatinya Changmin terus merapalkan kalimat itu sepanjang jalan menuju ruangan yang akan melakukan pengecekan dirinya.

.

.

.

2 Weeks Later...

Changmin duduk termenung di sofa single yang ada di ruang tengah mansion keluarga Jung. Seminggu yang lalu dia sudah diperbolehkan pulang oleh Yoochun yang menanganinya. Tapi pengecekkan rutin dan terapi jalan harus dilakukannya setiab dua hari sekali.

Kakinya mengalami sedikit retak tulang, sehingga harus rajin menjalani terapi untuk bisa cepat berjalan normal. Untuk sekarang Changmin berjalan di bantu dengan alat bantu seperti walking stick, cructh dan yang lainnya.

Selama dua minggu ini dia teramat bahagia namun tak elak juga jika rasa penasaran akan apa yang terjadi padanya dan seluruh perubahan takdir ini mengganggu pikirannya.

Dua bulanan yang lalu, dia mengalami kecelakaan. Sebuah mobil menabraknya. Itu lah yang dikatakan setiap orang padanya, ketika dia bertanya apa yang terjadi sehingga dia bisa di rawat selama itu.

"Minnie, sedang melamunkan apa hmm?"

Changmin sedikit terlonjak ketika mendengar pertanyaan dari sang ibu yang baru tiba. Benar, ibunya, Jaejoong. Kebahagiaannya yang tak terhingga itu masih ada bersamanya. Changmin tersenyum kemudian menggeleng dan mengulurkan tangannya pada Jaejoong.

Dia memang teramat manja sekarang pada sang ibu. Tak bisa berlama-lama berpisah. Changmin selalu mencari Jaejoong, membuat ibu dari tiga anak itu harus rela mengambil cuti kerja di rumah sakit milik keluarga mereka agar bisa terus bersama dengan anaknya.

"Aku hanya berpikir, selama aku koma dua bulan, apa umma selalu menemaniku?" tanya Changmin tersenyum lembut saat Jaejoong menggapai jemarinya dan menggenggamnya erat.

"Kau tahu, selama itu juga baik umma dan juga appamu tidur di rumah sakit untuk menungguimu, Minnie," jawab Jaejoong, kemudian menyentil hidung mancung anaknya itu.

Changmin tersenyum, air matanya ingin menetes. Orang tuanya memang sangat menyayanginya. Sudah tidak perlu diragukan lagi.

"Umma, aku sangat menyayangimu dan appa," ucap Changmin yang mendapat kekehan dari Jaejoong karena ungkapannya itu.

"Umma tahu, Nak. Umma dan appa juga sangat menyayangimu, karena kau adalah sesuatu yang tak ternilai harganya untuk umma, appa, halmeoni dan juga harabeoji baik Jung dan juga Kim," sahut Jaejoong kemudian tersenyum manis.

Changmin mengangguk. Dia tahu, bahwa sekarang dua keluarga itu sudah akur. Bahkan kakek dan neneknya dari keluarga Kim, sering menjenguknya. Dia memang kesayangan setiap orang.

"Umma..."

"Changminnie, hari ini jadwal terapimu. Umma akan mengganti baju dulu, tunggu sebentar," ujar Jaejoong ketika mengingat jadwal untuk pengobatan rutin Changmin.

Jaejoong beranjak dari sofa yang tadi di dudukinya. Kemudian beranjak naik ke lantai atas. Changmin menghela napas leganya. Menatap punggung ibu yang disayanginya itu.

"Jaejoongie masih tetap sangat cantik meski sudah berusia tiga puluh lebih Changmin."

Sebuah suara mengagetkan Changmin, segera Changmin menoleh ke sumbernya. Ada Taehee yang sedang menuju kearahnya.

"Halmeoni benar, umma masih sangat cantik," sahut Changmin, dia membayangkan bagaimana wajah cantik Jaejoong dulu dengan sekarang. Sungguh tidak ada sedikitpun bedanya.

"Bagaimana, sudah mengenal lebih adik-adikmu?" tanya Taehee seraya duduk di sofa yang tadi di duduki Jaejoong.

Changmin tersenyum tipis, dia mengangguk pelan, "Aku tidak yakin jika aku bisa mengingat mereka dengan baik halmeoni," ujar Changmin hambar.

Faktanya yang terjadi adalah dirinya memang tidak tahu apa-apa tentang adiknya itu. Semua terasa asing namun membuatnya lega sekaligus bahagia yang tiada terkira.

"Halmeoni tahu," sahut Taehee singkat.

Mendengar hal itu membuat Changmin segera menolehkan kepalanya pada sang nenek.

"Maka dari itu berusahalah mengenal dengan baik mereka Min. Ada banyak hal yang kau lewatkan, sayang. Banyak sekali," ujar Taehee yang membuat kerutan kening pada Changmin.

Sesaat pandangan keduanya bertemu. Kemudian neneknya itu kembali berucap, "Banyak rahasia yang terungkap setelahnya, kebahagiaan berangsur-angsur hadir. Terima kasih karena sudah mengubahnya, Jung Changmin. Bahkan, aku sendiri terlalu egois dulu. Aku hanya memikirkan bagaimana aku bisa bersama dengan orang yang kucintai pada saat itu datang. Tapi beruntung, kau sudah mengubahnya dengan tepat."

Changmin mengangakan lebar mulutnya, Taehee mengedipkan sebelah matanya dan mendekat ketelinganya untuk berbisik, "Kau akan menjalani hidup baru sekarang, memang banyak kenangan yang hilang. Tapi kenangan yang dulu adalah rahasiamu. Jaga itu, sayang."

Mata Changmin mendelik lebar. Apa kah neneknya itu paham apa yang terjadi padanya?

Taehee terkekeh geli, "Aku pernah mengalami hal seperti itu Changmin, percayalah, halmeoniku dulu pernah bilang, itu adalah sebuah keajaiban yang dipunyai keluarga Kim," ujar neneknya itu kemudian tersenyum sebelum meninggalkan pria remaja itu sendirian dalam kebingungan.

Changmin masih terlihat bingung, tapi satu kesimpulan yang dia dapati sekarang, "Itu kenapa kau sangat menerima kehadiranku di sana, halmeoni? Dan kata-katamu yang terakhir itu. Astaga sekarang aku paham," gumam Changmin kemudian tertawa pelan.

Hatinya sangat senang. Keluarganya sudah utuh. Benar, kata Taehee, dia memang tidak tahu bagaimana lengkapnya semua berjalan. Tapi takdirnya kali ini sangat disyukurinya. Dia mempunyai keluarga yang utuh. Mempunyai ayah, dan ibu lengkap, kakek, nenek, bibi dan juga adik.

Meskipun dia ingin tahu bagaimana proses ayah dan ibunya bersatu. Kedamaiaan yang terjadi antara Jung dan Kim, sehingga bisa meluluhkan hati kakek Kim nya itu. Lalu kejadian yang seperti apa, dan masih banyak lagi pertanyaan seputar itu memenuhi otaknya.

Tapi Changmin juga mulai paham. Dia tak mungkin bertanya akan hal itu terlebih dahulu, yang dikatakan Taehee adalah rahasia miliknya, membuatnya berbeda. Tentu dia hidup di masa dan kenangan yang lama, tapi sekarang dia sudah lain. Semua sudah berubah dengan sangat baik.

Kehidupannya sangat sempurna. Dalam diam Changmin tersenyum lebar seraya berucap, "Ini kehidupan baru yang indah Changmin, Jung Changmin.

.

.

.

Back To Tomorow

~Fin~

Well gaje ? Jangan protes karena tidak sesuai logika. Ini FANTASY. Genrenya FANTASY, hal apa saja yang mustahil bisa terjadi di dalam genre fantasy.

Jangan tanya juga kenapa ini itu kyak pertanyaan Changmin. Jalankan imajinasi masing" saja XD

Well, EYD ga beraturan. Typo dimana" -bow-

Terima kasih sudah membaca fic ini dari awal sampai akhir. Terima kasih juga sudah memberikan apresiasinya buat para reviewers, terima kasih banyak :) .

Btw, saya mau sedikit ngomong di sini soal ff BMNT dan sekuelnya yg saya bilang mau buka PO untuk disale. Pertama, saya bilang bagi yang suka dan ikhlas. Jika tidak ikhlas tidak memaksa, dan bagi yang mau aja. Lalu, dilain itu saya juga hanya ingin mengetahui se-excited apa kalian sama karya ecek" saya itu. Bukannya saya meraup untung atau apa, tapi jika memang benar ada yang mau itu kesenangan tersendiri buat saya. Artinya ada yang menghargai lebih tulisannya.

Terus terang saya sangat merasa sedih ketika dibilang ingin meraup untung... Perlu diketahui, saya menulis setiap ff karena saya suka, saya senang dan saya mood, dengan bermodalkan sebuah handphone saya menulis setiap karya" saya ini.

Maaf, jika selama ini saya sudah menyakiti hati kalian semua yang sudah membaca ff" saya. Terima kasih sudah mau meluangkan waktu membaca FF ecek" saya di akun ffn. Terima kasih banyak. -bow-

Maaf ga bisa balas reviewsnya satu" tapi aku sangat" meghargai itu :)

Thank for reading and reviews ~

Big Hug and Kiss for all.

Thank ^^

.

.

.