Colors of Family

Naruto © Masashi Kisimoto

Rated : K-T

Genre: Family

Warning : Typo dan Miss-Typo

Panggil aku ayah! Dobe!

Menikah.

Siapapun orang pasti akan sangat bahagia bila dapat hidup bersama orang yang dicintai dan disatukan dalam ikatan perkawinan.

Menikah.

Rasanya tidak berlebihan jika dikatakan sebagai pintu gerbang untuk dapat hidup bahagia bersama orang yang dicintai hingga maut memisahkan. Bagaikan kapal yang berlayar, bahtera rumah tangga bisa diibaratkan kapal yang harus mengarungi lautan untuk mencapai tujuannya yaitu sebuah daratan. Terkadang bertemu lautan tenang, bergelombang dan tidak jarang dihantam badai.

Kepala keluarga diibaratkan nahkoda yang harus mampu membawa kapal menuju tujuannya dan seorang istri adalah awak kapalnya. Harus ada yang memimpin dan dipimpin jika tidak ingin kapal itu karam. Dua status ini harus mampu bekerja sama untuk mengarungi lautan bersama jika tidak ingin terhempas dan karam begitu saja.

Arh..! Ya! Hidup bersama orang yang dicintai siapa yang tidak mau?

Hari ini adalah hari pertama Sasuke Uchiha menjadi seorang suami. Sasuke Uchiha pengusaha muda sukses berusia 22 tahun, putra bungsu pasangan Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto. Dia adalah pemegang lima puluh persen saham Uchiha Corp yang dikelola bersama kakaknya. Secara singkatnya Uchiha Sasuke dapat digambarkan sebagai pemuda tampan, kaya dan karismatik.

Kata wow mungkin bisa menggambarkan banyaknya bekal hidup sang Uchiha untuk mengarungi hidup di dunia karena sedikit orang yang diberi keberuntungan seperti itu. Tapi sayangnya para wanita harus kecewa jika tahu status Sasuke sekarang.

Sasuke telah menikah! Ya menikah yang artinya sudah resmi jadi suami dari seorang wanita.

Tidak ada satupun orang dalam keluarga Uchiha yang menyangka bahwa pemuda yang jadi mutiara dalam klan karena kejeniusan serta ketampanan yang jangan diragukan akan mengakhiri masa lajang di usia muda bahkan mendahului kakaknya. Siapa yang mampu membuat Uchiha muda ini bertekuk lutut?

Dia Kushina Namikaze. Bukan seorang gadis melainkan seorang janda beranak satu. Seorang wanita paruh baya yang selalu terlihat ceria dengan warna surai rambut layaknya buah tomat kesukaan sang pemuda. Sosok cantik dan anggun dengan tubuh ramping meski usianya telah menginjak tiga puluh delapan tahun. Kushina merupakan adik kelas Mikoto semasa SD dan almarhum suami Kushina adalah rekan bisnis dari suami Mikoto. Diwaktu kanak-kanak Sasuke akan jadi bocah yang periang jika mendengar keluarga Namikaze datang berkunjung meski kesehariannya dikenal sebagai pribadi yang dingin layaknya klan Uchiha umumnya.

Ya! Pemuda raven itu telah memuja Kushina sejak kecil. Bermula hanya sebatas kekaguman khas seorang bocah yang perlahan berubah menjadi cinta saat dewasa. Mungkin agak tidak lazim jika dipandang dari segi perbedaan umur, tapi itu dirasa sah-sah saja toh orang tuanya juga memberi restu. Bagi laki-laki, jika sudah dewasa dan mapan memangnya apa lagi tujuan hidupnya jika tidak membina rumah tangga untuk memperoleh keturunan.

"Sarapan sudah siap, dattebayo!" Suara riang itu memecah lamunan sang pemuda di sarapan pertamanya sebagai kepala keluarga. Sasuke masih tidak percaya, sosok keibuan dengan senyum sehangat matahari itu benar-benar jadi miliknya sekarang.

Saat ini sang pemuda tengah duduk di ruang makan kediaman Kushina.

Kenapa dirumah Kushina? Sederhana saja, Sasuke menuruti kemauan putra barunya yang secara ajaib memberinya restu untuk menikahi ibunya. Itu sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk diizinkan menikahi Kushina

Sasuke kini duduk di depan meja makan kayu berbentuk persegi panjang yang permukaannya dilapisi taplak meja warna putih dengan motif strawberry di setiap ujungnya. Sang ayah muda kini baru menyadari jika diatas meja itu telah tertata banyak kudapan. Jika dihitung hampir ada tiga macam kudapan berbeda yang tersaji dalam mangkuk yang berbeda. Ada miso sup, ikan bakar, acar sayuran.

Sasuke lalu berpaling pada sosok cantik yang kini mengenakan daster warna merah dengan epron putih motif bunga-bunga kecil. Seulas senyum hangat ia berikan pada istrinya.

Wanita cantik bersurai merah itu entah mengapa tiba-tiba tersipu malu saat matanya bersiborok sesaat dengan iris onix suaminya.

Yeah…pesona Uchiha tidak perlu diragukan lagi. Wanita normal manapun pasti akan tersipu jika melihat senyum hangat yang sayangnya sangat pelit dibagikan pada orang lain.

Mangkuk sup yang masih ada ditangan Kushina diletakkan dengan gemetaran seolah gugup karena sesuatu. Sup tomat itu menjadi kudapan terakhir dari sekian kudapan yang repot-repot dimasak istrinya.

Melihat sajian terakhir yang baru saja matang, putra semata wayang Kushina reflek menatap ibunya heran. "Sup tomat? Yang benar saja Ibu! Kenapa tidak ada ramen hari ini?" Protes pemuda pirang itu dengan nada tinggi.

Perkenalkan, pemuda pirang yang baru saja melakukan protes adalah Namikaze Naruto atau sekarang Uchiha Naruto, namun sayangnya dia tidak mau memakai marga Uchiha karena alasan tertentu. Usianya 17 tahun bersekolah di SMA Konoha Gakuen dan tahun ini kelas 2. Naruto memiliki penampilan fisik yang cukup atau sangat memikat bagi kaum hawa, bertubuh tinggi tegap dengan tubuh berotot, paras tampan serta kulit tan eksotis, memiliki iris biru layaknya laut serta surai pirang yang agak berantakan membuatnya memiliki kombinasi pria cool namun tetap menyimpan kehangatan.

Sebuah sorotan tajam dingin tak ayal langsung diterima Naruto, siapa lagi pelakunya kalau bukan ayah barunya. "Sopan sedikit Naruto! Kalau kau tidak suka sup tomat lihatlah masih banyak makanan lain dimeja."

"Kau Teme! Diam saja! Tidak usah ikut berkomentar!" Sahut Naruto ketus pada sosok ayah barunya.

"Ayah, kau harus memanggilku ayah. Aku sekarang mempunyai hak untuk mengaturmu karena aku ayahmu sekarang. Kau seharusnya bisa menghargai apa yang dimasak ibumu." Timpal Sasuke serius pada sosok putranya yang hanya terpaut usia lima tahun dibawahnya.

Naruto menyeringai jahat pada sosok Sasuke. "Jangan harap Teme! Aku memang menyetujui ibuku menikah lagi denganmu karena aku ingin ibu bahagia tapi aku tidak sudi memanggilmu ayah- Sasu-Teme!"

BLETAK!

Kepala pirang Naruto sudah kena jitakan maut gratis dari Kushina. Wajah cantik Kushina sudah berubah layaknya lampir saat memarahi Naruto.

"Jangan mulai mengacau di meja makan! Kalau tidak mau sarapan yang kubuat, sana masak sendiri!" Ancam Kushina dengan menodongkan sendok sayur pada Naruto.

"Apa? Ohh..sekarang ibu mengancamku?"

Sasuke tersenyum tipis saat Kushina memarahi Naruto. Ini jadi pemandangan pertama dia melihat Kushina memarahi Naruto sebagai kepala keluarga. Mungkin sedikit masih canggung atau bagaimana yang Sasuke lihat dari Kushina adalah terlihat sedikit kalem dari biasanya.

"Sudahlah Kushina sayang jika Naruto tidak mau makan biarkan saja, toh..itu hanya merugikan dirinya sendiri." Ucap Sasuke menengahi sebelum terjadi peperangan dasyat antara Naruto dan Kushina yang biasa dia temui.

Kushina tersenyum canggung mendapat teguran dari sang suami, reflek dia kemudian menurunkan sendok sayur warna coklat itu dari kepala putranya. Naruto langsung mendeathglare mantan rival bermain yang sekarang jadi ayahnya dan seolah berkata "Aku sama sekali tidak berterimakasih padamu."

"Ugh..maaf, jika Sasuke-kun akan melihat ini setiap hari." Pinta Kushina dengan nada manis sambil berpose piss dengan dua jari layaknya anak kecil.

Naruto benar-benar sweatdrop melihat perubahan drastis sikap Ibunya yang berubah manis dihadapan laki-laki yang memiliki gaya rambut mirip pantat bebek.

Cepat sekali berubahnya dari devil ke angel!Benar-benar drastis dan sulit dicerna untuk akal Naruto.

Sarapan pagi Sasuke sebagai kepala keluarga akhirnya berlangsung khidmat karena Naruto hanya diam atau lebih tepatnya diabaikan. Dia hanya jadi penonton setia ketika Kushina melayani sarapan Sasuke dengan senyuman manis yang hangat. Bibir merah ranum meski tanpa lipstik terukir nyata di bibir manis Kushina.

Lagi.

Senyum itu lagi yang mampu membuat Naruto ikut merasa bahagia. Meski selama ini tampak terlihat tegar diluar namun sejak meninggalnya sang ayah sepuluh tahun lalu, Naruto tahu ibunya begitu rapuh. Ketegaran yang diperlihatkannya hanya palsu dan semata-semata dilakukan demi menguatkan sang putra. Naruto sebenarnya juga tahu secara sembunyi-sembunyi setiap hari ibunya datang ke makam dan selalu menangis dipusara ayahnya. Ibunya sangat mencintai mendiang ayahnya yang harus pergi dengan cara mengejutkan. Namikaze Minato ayahnya mengalami kecelakaan mobil saat usia Naruto tujuh tahun. Kepergian Minato yang mendadak menorehkan luka dalam bagi Kushina.

Sayangnya bagaimanapun Kushina menyembunyikan kesedihan itu, toh Naruto tahu karena dia anaknya. Sang anak pastinya mampu membedakan mana senyum sandiwara dan mana senyum sesungguhnya karena bahagiaan. Dan kini senyum bahagia itu hadir lagi karena keberadaan Sasuke.

"Nee..Naru-chan! Suatu saat panggil Nii-chan dengan ayah,ya!"

Twitch!

Itu kalimat setan apa ya?

"Besok kalau sudah besar janji loh panggil Nii-chan dengan sebutan ayah. Janji ya!"

Twitch! Twitch!

Siku perempatan dahi Naruto berkedut ketika tidak ada angin tidak ada hujan teringat kalimat-kalimat setan yang baru saja lewat di kepalanya. Bayangan mellow ala Naruto langsung rusak seketika saat teringat kenangan masa kecilnya saat usia empat tahun.

Dulu waktu Naruto masih kecil, masih imut, masih jadi anak penurut, masih akur dengan Sasuke rupanya ada sesuatu yang sepertinya telah dicatat malaikat sebagai sebuah janji yang harus ditepati. Apa itu?

Flash Back

"Bukankah kau Naruto putra Namikaze Minato dan Namikaze Kushina?" Tanya pria tua bernama Teuchi Ichiraku saat mendapati seorang anak empat tahun bersurai pirang berdiri sambil bengong di depan kedainya. Teuchi tahu betul dia adalah anak dari pasangan suami istri dari pelanggan tetapnya.

"Naru ingin makan ramen." Ucapnya polos pada Teuchi. Pria tua itu kemudian berpaling ke kanan dan ke kiri untuk melihat tanda-tanda dimana orang tuanya namun sayangnya dia tidak melihat ada tanda-tanda itu.

"Ayah dan ibumu dimana?" Tanya Teuchi pada sosok Naruto.

"Kerja cari uang di Sunagakure." Jawabnya polos dan seadanya. Mungkin maksud sebenarnya adalah ayah dan ibunya sedang di Sunagakure sekarang.

"Jii, mau ramen!" Pinta Naruto sambil menunjuk-nunjuk ke dalam bangunan kedai sederhana berukuran sedang yang pada bagian paling depan ditutupi kain putih yang terjuntai dari atas sampai setengah tinggi bangunan. Jelas yang dituju adalah kedai miliknya.

"Mau ramen?"

"Ya, Naru suka ramen!" Dasar anak-anak, tangan kiri Teuchi tiba-tiba sudah dipeganggi Naruto untuk diajak masuk ke kedai. Karena tidak sanggup menolak akhirnya pemilik kedai meluluskan permintaan dari Naruto. Batita pirang itu kemudian di dudukan di kursi sementara Teuchi membuatkan ramen untuk Naruto.

Pria pemilik kedai itu tersenyum singkat ketika Naruto yang dijaga Ayane berceloteh riang.

"Ramen sudah siap!" Kata Teuchi sembari menyodorkan semangkuk ramen besar dihadapan Naruto. Meski masih kecil pria penjual ramen itu tahu betul batita Namikaze akan mampu menghabiskan ramen ukuran jumbo dalam sekejab. Tidak perlu menunggu lama Naruto kecil kemudian menyantap ramen kesukaannya.

Nyut!

Pipi tembem Naruto disentil seseorang namun karena keasikan makan si bocah mengabaikan sentilan pertama.

Nyut! Nyut!

Butuh dua kali disentil itu-pun pada pipi kiri dan kanan Naruto baru menoleh kebelakang untuk melihat siapa orang jahil yang berani menganggu acara makan ramennya.

"Sasu Nii-chan!" Pekik Naruto saat mendapati seorang anak telah memasang tampang horror dengan melipat kedua tangannya yang terlihat tenggelam karena memakai sweater putih yang kebesaran.

"Sudah kuduga kau disini Naru-chan." Jawabnya dengan bangga sembari memasang cengiran lebar. Feelingya memang tepat sasaran untuk menebak kemana perginya Naruto.

Bocah pirang itu rupa-rupanya lepas dari pengawasan saat diajak jalan-jalan oleh keluarga Uchiha yang kala itu tengah menyusuri keramaian sore di jalanan Konoha.

"Kami khawatir tahu saat kau tiba-tiba menghilang. Kau memang tidak bisa jauh-jauh dari ramen." Ucap Sasuke yang dibalas senyum lima jari milik Naruto. Mendesah sejenak untuk melepas kekhawatiran bocah Uchiha berumur sembilan tahun itu kemudian memilih duduk di samping Naruto.

Meski tidak begitu suka ramen, Sasuke pada akhirnya ikut memesan seporsi ramen karena kelaparan akibat berputar-putar mencari Naruto.

Dua bocah itu kemudian makan bersama. Setelah melepas rasa lapar, Sasuke kemudian membayar ramen yang dipesannya dan Naruto meski awalnya sempat ditolak oleh pemilik kedai karena niat awal dari Teuchi hanya sekedar mengamankan Naruto sementara agar tidak pergi tanpa pengawasan. Sasuke tentunya sangat berterimakasih pada Teuchi karena mau repot-repot mengamankan Naruto. Tidak mau kecolongan lagi dalam perjalanan pulang Sasuke membelikan permen kapas agar Naruto diam serta menggandeng erat tangannya agar tidak tertinggal ataupun pergi seenaknya.

Suasana jalanan Konoha sore itu benar-benar ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang menikmati suasana sore yang cerah di Konoha. Sepanjang jalan kedai-kedai makanan yang jadi daya tarik pengunjung terlihat selalu ramai oleh orang yang mengantri. Anak-anak membawa balon, manisan, menenteng mainan menjadi pemandangan yang paling lumrah untuk ditemui.

"Ne, kenapa Nii-chan tahu Naru di kedai ramen?" Tanya Naruto yang kini tangan kanannya digandeng oleh Sasuke menuju jalan pulang.

Bungsu Uchiha itu berpaling pada batita keluarga Namikaze yang digandengannya. "Kau suka ramen, bibi Kushina bilang keluargamu langganan ramen di kedai Ichiraku. Jadi aku berpikir kau disana karena kau suka ramen."

Naruto mengangguk mendengar penjelasan Sasuke. Dia kemudian menggigit lagi permen gula kapas yang dibelikan oleh bungsu Fugaku.

"Naru-chan."

"Hmm…" Gumam Naruto untuk menjawab panggilan Sasuke.

"Nee..Naru-chan! Suatu saat panggil Nii-chan dengan ayah,ya!" Kata Sasuke riang tanpa dosa ditengah perjalanan pulang.

"Hmmmm…" Jawab Naruto ikut mengangguk-angguk dengan semangat karena tidak mencerna baik kalimat Sasuke. Pokoknya dia asik saja menikmati rasa manis dari permen kapas yang dibelikan Sasuke.

"Besok kalau sudah besar janji loh panggil Nii-chan dengan sebutan ayah. Janji ya!" Sasuke mengajak menautkan kelingking sebagai bukti janji.

"Janji!" Timpal Naruto kemudian menautkan kelingkinya pada Sasuke.

End Flash Back

Sungguh khayalan tingkat tinggi ketika Sasuke masih kanak-kanak benar-benar terwujud saat Sasuke kecil telah tumbuh dewasa. Sial! Naruto baru ingat ternyata dulu pernah membuat janji itu pada Sasuke.

GUBRAK!

"TEME! AKU AKAN MENCINCANGMU SEKARANG JUGA!" Teriak Naruto sambil mengacungkan pisau roti setelah sukses membuat kaget dengan menggebrak meja makan. Kushina dan Sasuke sontak berpaling pada pemuda pirang yang meradang tidak jelas sebabnya. Wajahnya terlihat merah seperti menahan malu karena sesuatu.

"Kau kenapa Naruto?" Tanya Kushina innocent.

"Hn…panggil aku ayah! Dobe! Tidak sopan." Komentar Sasuke santai kemudian melanjutkan kembali aktifitas sarapan paginya.

"Gyaahhh KAU-!" Naruto tidak mampu melanjutkan kalimatnya karena sama saja menggali lubang kuburan sendiri jika membicarakan hal yang Sasuke sendiri belum tentu ingat. Ogh..sial rupanya dia bahkan sudah dijebak sedari kecil.

Dari marah besar langsung tertunduk lemas. Kushina dan Sasuke memandang heran.

"AARGGHHH! Baka! Baka! Baka!" Racau Naruto tidak jelas sambil membentur-benturkan kepalanya ke meja makan beberapa kali. Dia sungguh merutuki keluguan masa kecilnya yang sempat dulu ia banggakan. Pemuda itu sama sekali tidak menyangka jika janji bodoh seorang anak ingusan bernama Uchiha Sasuke akan menjadi pintu gerbang petaka dalam hidupnya.

Padahal sepeninggal mendiang ayahnya, Naruto selalu welcome saja jika ada yang mendekati sang ibu meski selalu berujung pada penolakan dari Kushina. Sungguh dia tidak menyangka ibunya akan takluk pada Uchiha Sasuke. Jika tahu jadinya akan seperti ini maka dari dulu dia akan langsung melempar Sasuke keluar rumah jika sedang berkunjung.

Kushina dan Sasuke sweatdrop ketika anak mereka makin tidak jelas sikapnya. Tadi membentur-benturkan kepala dimeja sekarang menepuk-nepuk jidatnya dengan tangan. Ada apa sih dengan anak mereka?

"Pokoknya aku tidak mau memanggilmu ayah! TITIK!" Racau Naruto lagi dengan penuh penekanan diakhir kalimat. Sikap Naruto benar-benar membuat bingung kedua orang tuanya.

"…."

Sepasang suami istri itu saling melirik bersamaan. Sasuke menggedikkan bahu kemudian melanjutkan lagi sarapannya yang lagi-lagi sempat tertunda. Namun, bukan Uchiha namanya jika tidak mampu menjawab. Begitu menyelesaikan sarapan nyatanya ayah muda itu balik men-skak Naruto.

"Perlu kuberitahu satu hal Naruto, aku sekarang ayahmu. Kau tidak bisa memungkiri itu lagipula kau juga telah menyutujui sendiri saat aku melamar Kushina. Jadi… akan kupastikan suatu saat nanti kau akan mengakuiku dan memanggilku dengan sebutan ayah. Lagipula kau sudah berjanji padaku, dobe!" Evil Smirk khas Uchihanya berkembang di akhir kalimat yang sukses membuat Naruto langsung berkeringat dingin. Ayah barunya itu kemudian beranjak dari tempat duduk dan dengan santai melenggang pergi dari meja makan bersama Kushina.

Sasuke menyunggingkan senyum mengejek pada Naruto dan tidak terbantahkan lagi balasan dari pemilik iris safire adalah pandangan menusuk.

"Sial dia ingat!"

"Baka!" Umpatnya lagi sambil tertunduk lesu begitu Sasuke dan Kushina meninggalkan dirinya di ruang makan. Awan gelap sungguh sedang menaunginya hari ini. Gara-gara sebuah janji!

Colors of Family: Panggil aku ayah! Dobe!

-End-

Next?

Kritik dan Saran dipersilakan untuk menjadi masukan. Kurang lebihnya mohon maaf apabila ada kesalahan.

Riview?