~Misunderstand Love~ / PART 1

Disclaimer : Naruto © Masashi Kisimoto ( Naruto hanya milik Masashi Kishimoto)
Judul : Misunderstand Love
Author : Ciel Bocchan
Genre : Comedy, Romance, School Life, Brothership, Friendship, and Family
Pairing : NaruHina ( Uzumaki Naruto dan Hyuuga Hinata) and Other.
Rating : T


"Ohayou! Oneechan" sapa Uzumaki Naruto dengan senyum lima jarinya sambil menarik rambut indigo panjang milik Hyuuga Hinata dari belakang. Gadis Hyuuga itu langsung menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan keras. Kedua tangannya mengepal karena kesal. Hyuuga Hinata kemudian menoleh dan mendapati Uzumaki Naruto berada di belakangnya dengan wajah gembira dan senyum lebar. Melihat Uzumaki Naruto di pagi hari yang cerah seperti ini membuat semangatnya mendadak mendung. Naruto menatapnya dengan tatapan seorang anak kecil yang tak berdosa. Tidak, dia memang masih anak-anak, masih kelas tiga SMP.

"Berhenti menarik rambutku!" bentak Hinata kesal

"Kenapa? Bukankah aku punya sedikit hak untuk itu? Kita pacaran, bukan?" nada bicara anak berambut kuning itu terdengar seperti sedang mengingatkannya. Mendengar peringatan Uzumaki Naruto membuat Hinata semakin kesal.

"Siapa bilang kita pacaran?" seru Hinata kesal

"Haaah? Padahal baru tiga hari yang lalu tapi Oneechan sudah lupa. Oneechan menembakku dan aku sudah menjawab 'iya', bukan?" ujar Naruto sambil menatapnya serius. Dan ketika Hinata mendadak kaget dan tidak bisa menyangkal, Naruto langsung tertawa.

"Naruto!" sebuah suara terdengar menyerukan nama anak Uzumaki itu. Mereka menoleh cukup jauh ke belakang Naruto dan mendapati Uchiha Sasuke sedang berlari ke arah mereka sambil melambaikan tangannya. Hinata mengenal anak Uchiha itu. Dia teman dekat Uzumaki Naruto. Dan ketika melihat Naruto bersama Hinata, Sasuke langsung tersenyum lebar.

"Eh? Hinata-neesan? Ohayou" sapa Uchiha Sasuke begitu berdiri di antara Naruto dan Hinata. Hinata menatap Sasuke agak kesal juga. Karena pemuda Uchiha itu adalah saksi mata bagaimana insiden pernyataan cintanya pada Naruto. Sebuah insiden yang sangat salah. Salah besar sampai inilah akibat dari semuanya.

"Kalian berangkat bersama?" tanya Sasuke

"Ya"

"Tidak!"

Naruto tersenyum kecil mendengar jawaban atau penolakan tidak langsung dari gadis SMU itu. Sementara Sasuke melihat Hinata heran, lalu berkata,

"Oneesan, aku tidak tahu kenapa kau bisa jatuh cinta pada Naruto yang bodoh ini! Maksudku, aku kaget kenapa gadis SMU yang cantik seperti Oneesan menyukai anak nakal seperti dia!" Sasuke menunjuk Naruto dengan ekspresi seolah Naruto adalah hantu yang mengerikan. Hinata ingin membela diri, ingin meluruskan sebuah kesalah besar yang telah ia lakukan ini. Tetapi, ia merasa tidak pernah memiliki waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Karena semua ini terjadi atas kesalahannya, kecerobohannya sendiri.

"Sampai jumpa lagi, Neesan! Ayo Naruto!" ujar Sasuke karena mereka harus segera sampai ke sekolah kalau tidak ingin terlambat. SMP mereka berada di arah yang berlawanan dengan SMU Hyuuga Hinata. Begitu sampai di pertigaan jalan seperti ini, arah yang diambil akan berbeda.

Hinata langsung bernafas lega begitu dua anak itu pergi. Gadis itu kemudian berjalan lagi menuju sekolah. Hinata terus saja mengingat kejadian itu meskipun ia tidak ingin. Karena kejadian yang paling memalukan dalam hidupnya. Penyataan cinta yang sangat salah.

~flashback~ ( 3 hari yang lalu )

Hyuuga Hinata, kelas dua SMU, cantik, kaya, sopan, jarang terlihat marah, dan dia sedang jatuh cinta. Gadis itu jatuh cinta pada teman satu klubnya, klub sains, namanya, Uzumaki Menma. Pemuda Uzumaki berambut merah jabrik. Pemuda yang pintar dan selalu bersikap tenang, tidak banyak bicara dan sikapnya yang dewasa.

"Hinata-san, apa aku boleh minta bantuanmu?" tanya Uzumaki Menma setelah mereka selesai dengan kegiatan klub.

"Bantuan? T-tentu saja. Apa yang bisa kubantu?" tanya Hinata

"Begini, aku harus menghadiri festival di sebuah SMP sore nanti. Guru yang mengundangku bilang, aku harus membawa teman perempuan dari klubku. Mereka minta bantuanku untuk menyempurnakan festivalnya" jelas Menma

"Ooh? Kau punya kenalan seorang guru SMP?"

"Beliau guruku ketika di SMP. Karena itu aku merasa tidak enak jika harus menolak permintaannya. Karena di klub ini hanya kau satu-satunya perempuan yang paling enak diajak mengobrol masalah apapun"

"Baiklah. Jam berapa acaranya?"

"Apa kau tidak keberatan jika kita pergi setelah pulang sekolah? Tentu saja setelah kembali ke rumah untuk mengganti pakaian. Aku akan menjemputmu" kata Menma merasa tidak enak karena merepotkan gadis Hyuuga itu.

"E-eeh? Me-menjemputku?" seru Hinata kaget.

"Kenapa? Kau tidak suka?"

"B-bukan-bukan! T-tidak perlu menjemputku, kita bertemu saja" ujar Hinata gugup. Gadis itu akhirnya memikirkannya dengan jelas dan matang. Ia harus mengatakan semuanya pada Uzumaki Menma di festival nanti. Ini untuk pertama kalinya pemuda itu mengajaknya pergi berdua meskpun hanya untuk membantu acara festival atas permintaan gurunya ketika di SMP. Tidak akan ada kesempatan lain untuk mereka hanya bisa berdua saja. Karena Hinata tidak pernah berani mengajak Menma pergi berdua atau berbicara mengenai perasaannya ketika mereka beberapa kali hanya berdua di ruang klub atau di tempat lain tanpa sengaja. Sekolah mereka mungkin bukan lokasi yang tepat untuk menyatakan perasaannya. Itulah yang Hinata pikirkan. Karena itu, di acara festival nanti, Hinata akan menyatakan perasaannya. Pasti.

"SMP ini?" tanya Hinata ketika mereka sudah berada di depan gerbang sekolah yang sudah sangat ramai tepat pukul empat sore.

"Umm. Ayo masuk" ujar Menma lalu menarik tangan Hinata. Pemuda itu berjalan di depannya sambil menggenggam salah satu tangan Hinata sampai Menma bertemu dengan guru SMP-nya dan mereka mengobrol sebentar sebelum akhirnya ia dan Menma membantu berlangsungnya festival. Ternyata, Menma hanya disuruh untuk menyambut tamu dan memperkenalkan sekolah tersebut pada pengunjung yang datang. Karena sebagian besar pengunjung yang datang adalah mereka yang sedang mencari SMP yang bagus untuk melanjutkan pendidikan. Menma dimintai bantuan karena pemuda itu ternyata adalah alumni SMP tersebut dan juga karena ia pandai berbicara dengan orang lain. Hinata tahu itu. Uzumaki Menma memang pintar dan pandai berbicara dengan orang lain. Ini bukan pertama kalinya Hinata mengetahui Menma dimintai bantuan seperti ini. Pemuda itu sudah sering dimintai bantuan di sekolah mereka sendiri. Hanya saja, ini untuk pertama kalinya pemuda berambut merah itu meminta bantuannya. Sikapnya yang tenang itu membuatnya terlihat semakin pintar. Dia jarang tertawa, hanya tersenyum biasa meskipun teman-temannya menceritakan sesuatu yang lucu. Itulah salah satu hal yang Hinata sukai dari Uzumaki Menma.

Festival sekolah selesai ketika hampir pukul sepuluh malam. Hinata berdiri dengan gugup sambil menunggu Menma selesai berbicara dengan gurunya. Pemuda itu kemudian keluar setelah beberapa menit kemudian.

"Menma-kun" panggil Hinata begitu Menma selesai berbicara dengan gurunya.

"Ada apa?"

"A-a-ada yang ingin aku bicarakan denganmu"

"Hm? Apa? Sekarang?"

"Iya, sekarang"

"Baiklah. Tapi, aku harus ke halaman samping sekolah sekarang. Masih ada yang belum aku selesaikan. Bagaimana kalau kita berbicara di sana saja?" tanya Uzumaki Menma

"...B-baiklah. Kau duluan saja, aku akan menyusul" ujar Hinata lalu berbelok menuju toilet. Hinata ingin merapikan sedikit penampilannya dulu sebelum berbicara hal penting ini. Gadis itu menatap wajah putihnya yang sedikit pucat karena gugup. Hinata lalu beberapa kali mencoba mengatur nafasnya. Ia sudah mempersiapkan hatinya untuk jawaban apapun yang akan diberikan oleh pemuda itu nanti. Hinata sudah tidak bisa lagi menahan perasaannya yang sudah berlarut-larut ini. Setelah beberapa menit kemudian, Hinata kemudian keluar dari toilet dan mendapati siswa-siswi yang tadinya sibuk membereskan alat-alat setelah festival selesai, malah terlihat sedikit ribut karena saling berbisik. Beberapa di antara mereka terlihat panik dan berlarian. Mengabaikan hal tersebut, Hinata kemudian bertanya pada salah satu siswi di manakah halaman samping sekolah.

Setelah beberapa menit berikutnya, Hinata akhirnya menemukan halaman samping sekolah yang ia cari. Tetapi, ia tidak menemukan Uzumaki Menma di sana. Tidak ada siapapun dalam kegelapan halaman yang cukup luas tersebut. Gadis itu berjalan masuk ke halaman untuk memastikan apakah Uzumaki Menma tidak berada di sana. Keningnya mengerut, aneh. Bukankah beberapa saat yang lalu pemuda Uzumaki itu bilang kalau ia akan ke halaman samping sekolah? Tetapi, tidak ada siapapun di sini. Hanya halaman gelap dan sebuah bangku panjang. Hinata menghela nafas dan hendak berbalik ketika kedua matanya menatap kembali ke arah bangku tadi dan seseorang telah duduk di sana.

"Menma-kun?" gumam Hinata dengan kening mengerut. Apa yang dilakukan pemuda itu di tempat gelap seperti ini? Sendirian? Hinata kaget ketika pemuda itu melompat turun dari bangku tersebut dan telah berdiri tidak jauh darinya. Hinata menatap aneh ke arahnya. Pemuda itu juga bahkan terlihat lebih kaget darinya. Wajahnya kusut, dan seragamnya...seragam? Sejak kapan pemuda itu mengganti bajunya dengan seragam SMP? Dan lagi, kenapa kemeja putih yang berada di balik jas abu-abu itu sobek? Seragam yang terlihat benar-benar berantakan. Uzumaki Menma tiba-tiba terlihat seperti seorang siswa nakal yang sering terlibat perkelahian. Apa yang dilakukan pemuda itu sampai penampilannya bisa berantakan seperti itu hanya dalam beberapa menit saja? Hinata bahkan tak pernah membayangkan akan melihat seorang pemuda yang tenang dan pintar seperti Uzumaki Menma akan berpenampilan seperti itu.

Hinata tersadar dan langsung mengingat tujuannya untuk berbicara dengan pemuda Uzumaki itu. Setelah menghela nafasnya dan memberanikan diri, gadis itu akhirnya mengatakannya dengan kepala menunduk dan suara yang cukup tegas.

"...A-aku menyukaimu. Apakah kau mau menjadi pacarku?" ungkapnya. Hinata menggenggam erat ujung roknya cemas. Ia masih belum berani mengangkat kepalanya dan melihat langsung ke wajah pemuda itu. Sampai akhirnya sebuah suara yang bingung terdengar di telinganya.

"...Iya." Hinata langsung mengangkat kepalanya dan menatap ke arah pemuda itu kaget. Kedua matanya menatap lebar-lebar dan tak percaya pada apa yang sudah di dengarnya.

"I-i-i-i-iya?" ulang Hinata terbata-bata sambil menatap pemuda itu terbelalak dan Hinata merasa kedua kakinya bergetar saking kagetnya. Apakah itu sebuah jawaban yang pasti?

"Iya. Kita pacaran" ujarnya lagi. Kali ini dengan senyum lebar. Hinata baru saja ingin berbicara ketika sebuah suara yang sangat keras terdengar.

"NARUTO!"

Itu teriakan beberapa orang.

"Naruto! kembali ke sini!" sebuah seruan tertahan berasal dari balik bangku tadi.

"Naruto?" gumam Hinata heran. Gadis itu melihat kembali ke arah bangku tadi dan menemukan seseorang sedang melambai terburu-buru ke arah mereka. Hinata menjadi sangat bingung dengan situasi saat ini. Apa yang sedang terjadi? Siapa yang berteriak memanggil 'Naruto' itu? Siapa yang bersembunyi dibalik bangku dan melambai terburu-buru ke arah mereka? Dan kenapa Uzumaki Menma berpenampilan berantakan seperti itu? Hinata baru saja ingin bertanya ketika suara-suara yang berteriak keras tadi terdengar memanggil 'Naruto'. Gadis Hyuuga itu kaget ketika tangannya tiba-tiba ditarik dan dipaksa bersembunyi di balik bangku tersebut. Hyuuga Hinata kaget, bingung, cemas, takut. Apa yang terjadi? Kenapa ia ditarik dan bersembunyi di tampat gelap seperti ini? Hinata hendak ingin berdiri ketika kepalanya dipaksa untuk merendah dan tangan pemuda Uzumaki itu memaksa kepalanya untuk menunduk.

"Hei, Naruto, ini gara-gara kau!" bisik seorang pemuda berambut raven yang menunduk di sisi kanan Naruto. hinata tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena gelap. Gadis itu benar-benar sangat bingung sekarang. Siapa Naruto? Siapa yang sedang pemuda berambut raven itu panggil? Bukankah yang sekarang berada di sisi kanannya adalah Menma? Uzumaki Menma, bukan?

"Ok!" pemuda Uzumaki itu berdecak kesal lalu menjambak rambutnya dan sebuah rambut palsu terlepas dari kepalanya. Hinata tidak bisa menggerakan tubuhnya karena terkunci tangan pemuda Uzumaki itu. Kepalanya hanya bisa bergerak sedikit dan melihat rambut jabrik merah tadi telah berubah menjadi warna kuning. Kening Hinata mengerut dan mulutnya melongo.

"A-a-a-ada apa ini?" seru Hinata tertahan sambil berusaha melepaskan kepalanya dari tangan Naruto. Tetapi, tangan anak itu terlalu kuat memegang kepalnya agar tetap menunduk.

"Ssst!." Naruto meletakkan telunjuk kanannya di bibir. Pemuda itu lalu sedikit mengintip dari celah bangku dan melihat beberapa siswa dan guru berjalan kesana-kemari. Raut wajah Hinata berubah. Gadis itu menatap pemuda yang berada di sebelahnya dengan wajah yang semakin memucat. Pemuda itu...bukan Uzumaki Menma. Tetapi, kenapa dia begitu mirip? Kenapa mereka mirip? Satu-satunya yang berbeda hanya warna rambut. Terlalu kaget membuat Hinata lemas dan hanya terduduk diam tanpa perlawanan lagi. Setelah beberapa menit kemudian suara-suara teriakan yang memanggil nama 'Naruto' tidak terdengar lagi, mereka kemudian keluar dari persembunyian.

Uzumaki Naruto berdiri dengan wajah kesal sambil menyembunyikan rambut palsu berwarna merah jabrik tadi dibalik seragam jasnya. Lalu, Uchiha Sasuke, pemuda berambut raven tadi, ikut berdiri sambil membersihkan beberapa daun kecil yang masih menempel di kepalanya. Hinata yang masih shock hanya duduk dan mendongak ke arah dua pemuda yang terlihat berantakan itu. Benar-benar anak SMP berandalan yang selalu membuat keributan.

"Hampir saja! Besok kita tidak akan bisa lolos dari guru. Tidak, bukan kita, tapi kau! Hanya kau!" gerutu Sasuke pada Naruto yang sudah duduk menyandarkan punggugnya di sandaran bangku. Seolah baru menyadari sesuatu, Naruto langsung duduk dengan tegak dan mendapati Hyuuga Hinata masih duduk di tanah sambil menatap ke arahnya dan Sasuke dengan wajah kaget dan bingung.

"...Hinata...Neesan?" tanya Naruto dengan wajah heran dan agak ragu. Mendengar namanya disebut oleh Naruto membuat Hinata kaget dan langsung berdiri.

"E-eeh? K-k-k-kau mengenalku?" tanya Hinata

"Umm. Aku beberapa kali melihatmu bersama Oniisan"

"Aah...hah? T-tunggu! Oniisan? S-siapa maksudmu?"

"Menma Oniisan. Kau pikir aku punya kakak yang lain?" tanya Naruto heran.

"H-HAAAAAH?"

Hinata berseru sangat kencang sambil menatap Uzumaki Naruto dengan mata terbelalak dan mulut melongo. Gadis itu shock, ia merasa seperti ingin pingsan. Hinata memang pernah mendengar nama itu, nama Naruto, beberapa kali. Dan Hinata baru tahu, kalau Uzumaki Menma, memiliki adik laki-laki. Tapi kenapa mereka sangat mirip? Kemiripan yang hampir tanpa celah kecuali warna rambut.

"M-M-Menma-kun? A-a-a-adik? K-k-k-kamu?" Hinata menunjuk tepat di depan wajah Uzumaki Naruto.

"Kenapa Onnesan kaget seperti itu?" tanya Naruto heran

"Oii Naruto, kenapa Oneesan ini bisa jatuh cinta padamu?" sela Sasuke dengan nada curiga. Pemuda Uchiha itu menatap tajam ke arah sahabatnya. Naruto menoleh dengan wajah bingung lalu menggeleng pelan.

"Apa maksud dari gelengan kepala dan ekspresi sok polos itu?" tanya Sasuke yang semakin curiga. Naruto memang tidak terlalu perduli terhadap apapun disekitarnya. Ia membuat semuanya terlihat seperti bahan candaan bodohnya. Itu jika suasana hatinya sedang baik. Akan berbeda lagi jika pemuda berambut kuning jabrik itu dalam mood yang buruk.

Hinata yang mendengar pertanyaan Sasuke tentu saja ingin langsung menyela. Ini salah! Semuanya salah! Salah paham besar yang telah terjadi dalam waktu singkat antara dirinya dan anak berandalan seperti Uzumaki Naruto. Hinata memegang kepalanya dan perlahan menjambak rambutnya frustasi. Kenapa? Kenapa malah terjadi hal seperti ini? Jadi, Uzumaki Menma memiliki seorang adik laki-laki bernama Uzumaki Naruto? Wajah mereka sama sekali tidak berbeda. Tinggi merekapun hampir sama setelah ia melihat Naruto berdiri. Tinggi yang sama dengannya. Hanya warna rambut yang berbeda. Oh, dan satu lagi, tentu saja sikap mereka. Kenapa Hinata tidak pernah tahu kalau Uzumaki Menma ternyata memiliki seorang adik laki-laki? Keadaan serba salah ini membuatnya ingin menghilang secepat mungkin.

"Aku tidak tahu. Kupikir, Hinata-neesan tidak mengenalku. Tapi kenyataannya, dia malah menembakku tadi" jawab Naruto yang juga sama bingungnya. Ia mengenal Hyuuga Hinata meskipun gadis Hyuuga itu tentu saja tidak mengenalnya. Naruto mengenalnya karena ia sesekali melihat kakaknya, Uzumaki Menma, berangkat dan kadang pulang bersama dari sekolah karena rumah mereka memang searah.

Naruto melihat Hinata pertama kali sekitar dua bulan yang lalu. Gadis Hyuuga itu selalu berpapasan dengan kakaknya setiap berangkat sekolah. Arah SMU dan SMP mereka sama meskipun harus berlawanan arah ketika mencapai pertigaan pertama. Karena itu Naruto bisa mengenal Hinata. Tentu saja saat melihat gadis itu ia tidak tahu namanya. Naruto akhirnya bertanya pada kakaknya tentang siapa gadis berambut indigo panjang yang sering berangkat sekolah bersama kakaknya itu.

"Jadi, dia satu sekolah dengan Menma-Niisan? Kelas dua SMU juga?" tanya Sasuke kaget. Naruto mengangguk yakin.

"Kupikir, aku bisa menjadi pacarnya. Kau tahu? Hanya aku yang diejek karena tidak memiliki pacar" ujar Naruto kemudian. Sasuke mengangguk setuju.

Hinata menatap kedua pemuda SMP itu dengan bola mata yang berputar-putar karena bingung. Apa yang terjadi? Ada apa dengan situasi ini? Siapa Uzumaki Naruto? Ia bahkan tidak pernah mengenal Uzumaki Naruto meskipun anak itu pernah melihatnya beberapa kali. Ini benar-benar salah! Salah paham besar! Jadi, yang baru saja ia lakukan, beberapa menit yang lalu, ia sudah menyatakan cinta pada orang yang salah! Pada seorang anak SMP yang ia kira adalah Uzumaki Menma. Bahkan dalam mimpipun, Hinata tidak pernah membayangkan dirinya menyatakan cinta pada anak kecil seperti itu. Tidak pernah!

"T-t-tunggu! Ini salah paham" ujar Hinata sambil mengangkat kedua tangannya ingin meluruskan kesalahpahaman ini. Naruto dan Sasuke menatap gadis SMU heran.

"Haah? Salah paham apa?" tanya Sasuke heran. Naruto mengangguk.

"Masalah pernyataan cinta tadi!" seru Hinata

"Aaah, maksud Oneesan, ummm...kau mengira aku adalah kakakku?" tebak Naruto. Kedua mata Hinata langsung melebar kaget. Bagus! Ternyata Uzumaki Naruto langsung bisa mengerti tanpa ia jelaskan. Hinata langsung mengangguk dengan cepat. Gadis itu menatap Uzumaki Naruto dengan mata berbinar karena ternyata, anak SMP dengan penampilan berantakan seperti itu bisa cepat mengerti. Hinata ingin menghela nafas lega ketika Uzumaki Naruto berbicara lagi dengan wajah tersenyum.

"Tapi, pernyataan yang sudah diungkapkan tidak bisa ditarik lagi, bukan? Bagaimana Sasuke? Kau juga mendengarnya tadi, kan? Dan kau sudah tahu kalau aku benci dengan orang yang membuat kesalahan terhadapku" ujar Naruto dengan wajah serius. Hinata batal menghela nafas lega. Dan Sasuke mengangguk membenarkan kata-kata Naruto. Pemuda Uchiha itu memang tahu, kalau Naruto, benci dengan orang yang membuat kesalahan terhadapnya, sengaja atau tidak, Naruto tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja setelah membuat masalah tersebut. Karena itulah, Naruto berkelahi hampir setiap hari, juga membuat onar. Itu karena banyak orang yang membuat kesalahan padanya.

"Apa maksud kalian? Hei, Uzumaki Naruto! aku sudah bilang ini hanya salah paham..."

"Kau salah karena telah memilih orang yang salah untuk membuat kesalahpahaman ini, Oneesan. Kalau itu bukan aku, kau mungkin akan dibirkan pergi setelah menjelaskan kesalahpahaman itu dan minta maaf. Tapi kau membuat kesalahan itu padaku. Dan aku tidak pernah melepaskan siapapun yang telah membuat kesalahan itu, siapapun, dan apapun jenis kesalahannya" ujar Naruto sambil menatap Hyuuga Hinata serius. Uchiha Sasuke bertepuk tangan senang dengan senyum lebar lalu merangkul sahabat rambut kuningnya itu.

"Jadi Oneesan, ini bukan salahku kalau kita pacaran" kata Naruto kemudian dengan senyum manis seorang anak SMP. Kening Hinata mengerut. Rasa kesal tiba-tiba menyelimutinya.

"Dengar, aku sama sekali tidak setuju! Kau bahkan tidak mengenalku. Tapi bagaimana bisa kau tetap memaksa kesalahpahaman ini?"

"Tenang saja, aku pasti akan menyukaimu dan masalah selesai, bukan?"

"Tiiiidak! Berhenti bermain-main denganku, anak kecil" kata Hinata marah. Gadis Hyuuga itu menatap Uzumaki Naruto jengkel. Ia pikir anak berambut kuning itu akan bisa mengerti dengan situasinya, tentang kesalahpahaman ini. Tatapi Hinata salah besar, seharusnya ia tahu, kalau Uzumaki Naruto, benar-benar hanya anak SMP yang tidak tahu caranya mengatasi masalah dan jelas kalau anak itu hanya bisa membuat masalah semakin besar dan melebar, seperti kesalahpahaman ini.

"Oya, Sasuke, bagaimana kalau aku sedikit menyombongkan diri dengan memberitahu teman-teman kita bahwa ada gadis SMU yang menyatakan cinta padaku..."

"Berhenti!" suruh Hinata tegas sambil memejamkan matanya sebelum Naruto melanjutkan kalimat menyebalkan itu. Gadis Hyuuga itu menghela nafasnya denga keras dengan rahang mengeras karena kesal. Ia kemudian membuka mata dan menatap Uzumaki Naruto yang masih memasang wajah polos seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun seumur hidupnya.

"Dan tentu saja Sasuke akan membantu" lanjut Naruto tanpa memperdulikan wajah kesal Hyuuga Hinata.

"Pasti" jawab Sasuke sambil menepuk bahu sahabatnya itu. Naruto kemudian tersenyum lebar.

"Apa kau tidak malu? Memberitahu teman-temanmu kalau yang menyukaimu adalah gadis SMU?" tanya Hinata yang berusaha untuk merubah atau menakuti Naruto.

"Malu? Kenapa? Aku harus bangga, bukan? Karena aku akan menjadi satu-satunya siswa yang memiliki pacar gadis SMU"

"Dia sudah bosan dengan gadis seumuran" tambah Sasuke sambil tersenyum manis pada Hyuuga Hinata.

Mendengar jawaban Naruto dan tambahan dari Uchiha Sasuke membuat Hinata semakin kesal. Hinata tidak mungkin membiarkan Naruto menyebarkan kejadian malam ini, dan tentu saja anak itu tidak akan menceritakan bahwa semuanya hanyalah salah paham. Melihat dan mendengar Uzumaki Naruto berbicara saja sudah membuat Hinata tahu bagaimana sifat anak itu. Bukan tidak mungkin jika teman-temannya di sekolah akan mendengar berita ini. Selain karena jarak SMU dan SMP ini tidak terlalu jauh, Hinata tahu kalau ada banyak sekali siswa-siswa di sekolahnya yang memiliki keluarga di SMP ini. Semuanya bisa menyebar bahkan dalam satu hari, dari mulut ke mulut. Dengan berita yang mengatakan kalau gadis bernama Hyuuga Hinata, kelas dua SMU, telah menyatakan cintanya pada anak laki-laki yang masih kelas tiga SMP. Astaga! Hinata bersumpah tidak akan masuk sekolah sampai ingatan teman-temannya tentang hal itu menghilang jika kejadian ini benar-benar tersebar. Dan juga, Naruto memiliki saksi, sahabatnya sendiri yang tentu saja akan lebih mendukungnya daripada mendukung Hinata yang bukan siapa-siapa. Sementara Hinata, tidak memiliki siapapun yang akan membantunya karena dalam situasi tidak terduga ini, gadis itu hanya sendirian.

"Aku akan membunuhmu kalau sampai kejadian ini tersebar" ancam Hinata. Entah dari mana ia tiba-tiba mendapatkan keberanian untuk mengatakan 'membunuh' dengan suara yang tegas meskipun kata itu hanya ancaman. Tentu saja, ia tidak mungkin membunuh seseorang hanya karena salah menyatakan cinta. Naruto tertawa kecil mendengar ancaman gadis Hyuuga. Tawanya kemudian berhenti ketika sebuah suara menyerukan nama Naruto dengan keras. Hinata mengenal suara itu. Suara Uzumaki Menma. Dan ketika Hinata menoleh kembali ke arah Naruto dan Sasuke, gadis itu melihat mereka sudah berubah panik.

"Ck! Ayo pergi" ujar Sasuke tiba-tiba kesal

"Sampai bertemu lagi, Hinata-Neesan" ujar Naruto dengan senyum lebar lalu menarik pelan sebagian rambut Hinata yang memang selalu terurai di depan. Kedua anak SMP itu kemudian menghilang ke dalam kegelapan halaman dengan gerakan cepat.

Hinata menggerutu tidak jelas sambil memegang ujung rambutnya yang ditarik oleh Uzumaki Naruto. Gadis Hyuuga itu kaget ketika rambutnya tiba-tiba ditarik pelan oleh anak SMP itu. Kaget karena tidak pernah ada orang yang menarik rambutnya seperti tadi. Dan tiba-tiba saja orang yang bahkan belum ia kenal menarik rambutnya dengan wajah tersenyum seperti mereka telah lama saling mengenal.

"Hinata-san?" ujar Uzumaki Menma ketika pemuda itu telah berada di halaman dan Hinata sedang berdiri di tempat yang cukup terang sambil memgang ujung rambutnya dan langsung melepasnya ketika pemuda Uzumaki itu muncul.

"E-eh? Menma-kun?" sahut Hinata panik ketika melihat pemuda itu yang tiba-tiba muncul.

"Astaga! Aku lupa! Bukankah tadi kita seharusnya berbicara di sini? Maaf, tadi tiba-tiba adikku membuat masalah lagi dan aku terpaksa harus mencarinya" kata Menma penuh penyesalan karena beberapa saat yang lalu, ia lupa kalau Hinata ingin berbicara dengannya di sini. Sebenarnya, Menma disuruh ke halaman samping sekolah ini hanya untuk melihat apakah keadaan halaman ini baik-baik saja karena ada siswa yang melapor kalau halaman ini tidak digunakan karena terlalu kotor dan memang jarang dipakai untuk kegiatan apapun.

"Tidak apa-apa" ujar Hinata dengan senyum baik-baik saja. Pikirannya tentang menyatakan cinta pada Uzumaki Menma sudah benar-benar hilang karena terlalu kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Kesalahannya yang mengira kalau Uzumaki Naruto adalah Uzumaki Menma.

"Ah, jadi, kau ingin bicara apa?" tanya Menma kemudian

"Itu..ngng...tidak, bukan apa-apa"

"Aah, baiklah, ya sudah kalau begitu. Umm...sebaiknya aku mengantarmu pulang sekarang, ini sudah hampir larut malam" kata Menma

"Adikmu?"

"Dia tidak perlu dicari lagi. Aku bisa bertemu dengannya di rumah, nanti"

Menma akhirnya mengantar Hinata pulang. Pemuda itu sebenarnya masih ingin mencari adiknya yang entah kenapa sangat suka membuat keributan. Dan malam ini, setelah ia sampai di rumah, ia yakin kalau Naruto sudah pulang, berada di dapur sambil makan, rambut berantakan, dan kemeja putih seragam sekolahnya pasti koyak. Ayah dan Ibu mereka ribut karena Naruto. Tidak, mereka tidak ribut karena marah pada Naruto yang selalu membuat onar. Tetapi, ribut karena bertanya bagaimana aksi putra bungsu mereka saat membuat keributan dan berhadapan dengan banyak orang. Sebenarnya di antara Ayah dan Ibunya, Ibulah yang paling antusias untuk mendengarkan cerita Naruto. Bisa dibilang, sifat pembuat onar dan tukang berkelahi Naruto adalah warisan dari Ibu mereka. Karena saat masih mudah, Ayah pernah bercerita kalau sifat dan tingkah laku Naruto, persisi seperti Ibunya. Seperti itulah keluarga mereka, selalu meributkan masalah tidak penting dan membesar-besarkan masalah kecil. Keluarga mereka tidak pernah ribut dalam hal ini adalah pertengkaran. Mereka tidak pernah bertengkar tentang masalah yang serius. Pertengkaran yang terjadi hanyalah pertengkaran tidak jelas untuk sekedar menghidupkan suasana. Seperti Ibu yang selalu ribut karena Ayah yang terlalu bersikap tenang setiap kali Naruto melakukan aksi yang luar biasa. Menma yang juga seperti Ayahnya, terlalu serius hampir dalam semua hal dan hanya sesekali ikut bercanda dan tertawa karena putra bungsu mereka itu memang tidak memiliki selera humor yang bagus. Berbeda dengan Naruto dan Ibunya yang selalu terlihat bersemangat setiap saat.

Naruto dan Menma itu berbeda sangat jauh. Selain usia mereka yang berjarak dua tahun tentu saja. Naruto lebih banyak mewarisi semua sikap dan sifatnya dari Ibunya, Kushina. Sementara Menma, lebih banyak mewarisi sikap dan sifat dari Ayahnya, Minato. Hanya saja, warna rambut yang sepertinya tidak terwariskan dengan baik. Naruto malah mewarisi warna rambut dari Ayahnya, sementara Menma dari Ibunya. Naruto dan Menma hampir tida bisa dibedakan. Padahal mereka bukan akan kembar. Tetapi kemiripan mereka hampir tanpa celah. Satu-satunya yang bisa membuat mereka berbeda hanya warna rambut itu. Dan juga sifat mereka jika orang-orang sudah mengenal mereka. Tinggi merekapun hampir sama, tapi, Menma sedikit lebih tinggi. Dua bersaudara itu tak pernah memiliki masalah serius yang membuat mereka bertengkar. Apa yang pernah membuat mereka bertengkar hanyalah pertengkaran kecil seperti yang orangtua mereka lakukan. Seperti, Menma yang seringkali memarahi Naruto karena tidak bisa mengatasi dirinya sendiri yang sering membuat keributan itu, tidak bisa merapikan kamar sendiri, hampir setiap pulang sekolah, adiknya itu pulang dengan seragam yang berantakan, terkadang juga membawa beberapa luka kecil. Sementara Naruto, tidak pernah memiliki keluhan terhadap kakaknya yang hampir sempurna itu, pintar, tampan, tenang, semuanya dimiliki oleh Menma dan berbeda terbalik dengan Naruto. Kalau ada yang membuat Naruto kesal pada kakaknya itu, hanya karena Menma tidak bisa diajak sering bercanda atau bermain-main dalam waktu yang lama. Menma selalu punya kesibukan dengan masalah sekolahnya. Selain itu, hubungan mereka selalu baik-baik saja. Tetapi, setelah Menma pulang malam ini, keributan akan terjadi lagi dan ia yang harus menenangkan suasana. Karena sikapnya yang dewasa, Menma beberapa kali dengan terpaksa harus menjadi kepala keluarga. Mengontrol Ibunya yang memiliki selera humor dan sama gilanya dengan Naruto. Memberi motivasi padanya Ayahnya yang terlalu menurut pada Ibu. Dan tentu saja yang paling gila dan susah diatur dalam keluarga, adiknya sendiri, Uzumaki Naruto.

~flashback end~


TBC