"Rahim. Rahimmu juga dalam keadaan sehat Naruto"

Satu kalimat yang membuat Naruto bagai tak bernyawa sekarang.

Ia bahkan tidak tahu kakinya melangkah kemana sekarang.

Kyubi sampai keruangan Tsunade dan hanya melihat ruangan itu tersisa oleh Tsunade yang berdiri memandang dihadapan jendela.

Kemana Naruto?

"Tsunade-san, dimana Naruto?"

Dan Tsunade hanya terdiam membisu.

"Tsunade-san?"

"Kyubi-chan…"

"Hai…?"

"Naruto…"

"Naruto…?"

Sebuah helaan nafas keluar dari mulutnya sambil menatap Kyubi dalam.

"Mengetahui segalanya."

Sontak obat – obatan yang ia tebus berhamburan dilantai.

"Apa? Tsunade-san, jangan bilang bahwa-"

"Rahim. Ia tahu bahwa dia mempunyai rahim dan kau juga"

"Tsunade-san! Bukankah!"

"Aku memang berjanji pada otou-san untuk menjaga rahasia ini. Namun… gomen Kyubi, Naruto tidak bisa tersiksa lebih lama daripada ini"

"Apa maksud Tsunade-san! Apakah kami memperlakukannya tidak layak!?"

"Bukan begitu, Kyubi-"

"Apa ini ada hubungannya dengan keluarga Uchiha?"

"Kyubi-"

"JAWAB AKU TSUNADE-SAN!"

"KAU SUDAH TAHU JELAS BAHWA NARUTO HANYA BISA BAHAGIA BERSAMA SASUKE!"

Kyubi serasa ditampar telak.

"Keluargamu tidak pernah memperlakukan Naruto tidak layak! Aku tahu hal itu dengan pasti! Tapi kalian memperlakukan ia berbeda, kalian lebih protektif dari yang sebelumnya. Bahkan seharusnya Naruko yang harus lebih diprotektif karena ia seorang perempuan"

Hening sesaat mendera ruangan itu. Tsunade menghela nafas pasrah.

"Aku tahu kau adalah Onii-san yang baik Kyubi, itupun sama dengan Naruko. Kalian berdua atau bahkan seluruh anggota keluargamu ingin yang terbaik untuknya. Tapi kalian melupakan sebuah hal bahwa apa yang terbaik baginya belum tentu mendatangkan kebahagiannya untuknya. Dan apa yang yang membuat ia bahagia justru merupakan hal yang terbaik untuknya. Ia mengutuk dirinya sendiri karena ia merasa seorang pesakitan kronis yang tidak dapat bersanding dengan Sasuke. Kau tahu benar hal itu, haruskah kuperjelas kembali Kyubi? Kau meluapkan emosimu pada semua orang karena kau sendiri juga menyadari kesalahan yang kamu buat."

Kyubi tak mampu melawan. Tubuhnya lunglai dan lesu sekarang.

Kiba benar – benar clueless saat ini.

Hari ini akan ada diadakan rapat OSIS tahunan untuk mereview kerja OSIS setahun belakangan.

Tapi mengapa ia terjebak di ruang OSIS bersama tukang tidur disini?

Yang bahkan sudah tidur sejak satu jam kedatangannya.

Well, ini sudah jam lima sore dan tak ada satupun yang datang selain tukang tidur ini dan handphonenya teronggok kaku di charger di kelas

Kondisi yang super sekali.

Pecinta anjing itu rasanya ingin berteriak.

Berteriak karena frustasi apakah handphonenya sudah hilang maupun terjebak bersama pangeran tidur ini yang terbjur lemah di sofa tamu milik R. OSIS

Apakah Kiba pernah memberi tahu bahwa ia benci sekali dengan keheningan?

"Hey shikamaru, bangunlah!" ujar Kiba ogah – ogahan

Namun yang dipangil tak kunjung bangun.

"Hey Shikamaru, aku bilang ba-WHAAA" Kiba yang mengguncang tubuh si tukang tidur itu tak menyangka bahwa Shikamaru justru malah reflek membantingnya ke kursi lalu terheran – heran.

"Kiba?" Tanya Shikamaru aneh masih dalam posisi mengunci pergerakkan tubuh yang ada dibawahnya.

"Ya menurutmu siapa lagi? Lepaskan aku!" ujar Kiba kesal.

"Mengapa kau bisa ada disini?" Tanya Shikamaru heran tanpa bergerak se-inchi pun dari posisinya sekarang ini.

"Kalau bukan karena chat di grup OSIS tadi pagi yang menyatakan hari ini rapat, aku tak kan kemari!" Kiba kesal luar biasa dan juga pengap setengah mati.

Atau mungkin gugup setengah mati karena jarak mereka yang terlalu dekat?

Shikamaru mengangguk sebentar lalu menggeser dirinya membiarkan Kiba buru – buru berdiri dari sofa laknat-menurut Kiba- tersebut.

"Apa kau tidak tahu bahwa tadi lima menit sebelum bel ada pengumuman lagi di grup bahwa rapat diundur besok pagi sebelum KBM dimulai?" tanya Shikamaru kembali kedalam mode 'evil'nya.

Kiba benar – benar merasa menjadi orang paling bodoh sekarang.

"Ponselku mati jadi ku cash di kelas dan tertinggal saat kemari. Kalau memang iya diundur aku akan pulang" ujar Kiba tak ingin memulai peperangan.

"Sayangnya kau tidak tahu bahwa pintu ruangan ini rusak alias terkunci dari dalam dan tidak dapat dibuka bahkan dengan meminta tolong pun karena ini ruangan kedap suara"

Ini benar – benar hari tersial bagi Kiba.

Naruto menatap jalanan begitu hening. Seakan – akan air matanya telah terkuras habis sehingga tidak dapet menganak sungai di wajahnya lagi.

Ia melepaskan Sasuke dengan alasan bahwa ia tidak 'layak' untuk menjadi pasangannya. Ia berpenyakitan, lemah, tak dapat melindungi diri sendiri dan yang paling terpenting…

Ia tidak percaya akan dirinya sendiri dan justru malah menyakiti 'Sasuke'

Penyakit sesungguhnya ialah bahwa ia memiliki 'keistimewaan'

Yang entah bisa dijadikan sebagai sebuah 'keistimewaan' atau malah pandangan 'menjijikkan' dari orang – orang.

"Rahim. Rahimmu juga dalam keadaan sehat Naruto"

"Apa maksud Tsunade-san dengan berkata begitu…ini sama sekali tidak-"

"Rahasia yang selama ini tidak diberitahukan oleh kedua orang tuamu adalah bahwa kedua putranya, kau dan Kyubi mempunyai Rahim yang hanya dapat dibuahi satu kali"

Tes

Oh bukan, ini bukan tetes air matanya. Ini tetes air mata langit yang mulai berhamburan.

"Jadi maksudnya…? Aku ini…"

"Ya Naru. Kau mampu melahirkan begitu pula Kyubi. Namun yang menjadi masalahnya ialah kondisi organ vitalmu masih sangat lemah dan tidak stabil. Jika Kyubi dapat dikatakan melahirkan dengan baik maka Jika dirimu melahirkan suatu hari nanti pilihannya hanyalah dua. Menyelamatkan dirimu atau anakmu…"

"Tapi mengapa aku tidak diberitahu…"

"Apa yang lebih mengerikan bagi seorang 'laki – laki' ketika mendapat tahu bahwa dirinya mempunyai kesempatan dipanggil 'Okaa-san'? Kau akan lebih jauh membenci dirimu sendiri Naru…"

"Lalu mengapa aku baru diberitahu sekarang!?" emosi Naruto mulai memuncak.

"Karena siapa lagi yang dapat membahagiakannmu selain pilihanmu sendiri?"

"Maksud Tsunade-san…?"

"Maksudku adalah… siapa lagi yang dapat membawa 'kehidupan' pada seorang Namikaze Naruto selain Uchiha Sasuke?"

Bahkan hujan semakin deras ketika kakinya membawa ia melangkah entah kemana…

Mungkin hujan mewakili air matanya yang tidak dapat tumpah kembali…

"Tsunade-san ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan-"

"Lalu jelaskan alasanmu menolak lamaran Sasuke, jelaskan alasanmu menjauh darinya, jelaskan alasanmu masih mengenakan kalung yang sama dengan kalung milik si bungsu Uchiha itu. Coba jelaskan padaku Naruto bahwa ketidakberdayaan dirimulah yang menjadi alasanmu mengubur cintamu dalam – dalam"

Dan pada saat itu Naruto memlih keluar dari ruangan Tsunade dengan segala air mata yang keluar begitu deras.

Yang dikatakan Tsunade benar.

Ia menghukum dirinya sendiri.

Hujan telah berhenti dan kakinya membawa dirinya sampai kesini…

Taman ini lagi… dan kebun ini lagi…

Namun ada yang berbeda…

Kali ini. Di pohon yang sangat teduh itu…seorang tengah memandangnya dengan deru nafas menderu – deru.

Pandangannya kabur seketika.

Kyubi tak pernah sepanik ini dalam mencari Naruto. Ia sudah berkeliling kota dan tidak menemukan sang pemilik rambut orange itu sedari tadi.

Ia ingin melapor polisi. Namun takut membuat keluarganya dalam keadaan khawatir.

Ingin mencari ke taman itu…namun dirasa sangat tidak mungkin karena Naruto tak akan pernah kembali kesana semenjak Sasuke pergi dari hidupnya…

Kyubi terduduk di kursi taman dengan perasaan campur aduk. Kesal, sedih, marah, dan juga kecewa.

Kecewa pada dirinya sendiri bahwa justru Tsunade jauh lebih mengerti Naruto dan dirinya sendiri.

Untuk beberapa alasan ia sangat lelah sekarang.

Ia menyandar pada senderan kursi taman, matanya terpejam begitu saja tanpa ada yang memerintah. Segera saja air matanya keluar dari sela – sela kecil peluput matanya.

"Aku adalah onii-chan terburuk…"

"Kau bukanlah onii-chan terburuk…"

Suara ini…

Ia membuka matanya perlahan dan dihadapannya dan muncullah sesosok Uchiha Itachi.

Bukankah dia berada di luar negri?

"Adikmu ada dirumahku bersama Sasuke sekarang, aku disuruh membeli sayur tak sengaja melihatmu disini dan memberitahumu agar kau tak kusut seperti ini. Apa Naruto pergi diam – diam dari rumah?"

'Tidak. Aku yang membuatnya pergi…'

Nyatanya sekantong belanjaan milik Itachi membuat dirinya kembali meneteskan air mata dan menghela nafas perlahan.

"KAU SUDAH TAHU JELAS BAHWA NARUTO HANYA BISA BAHAGIA BERSAMA SASUKE!"

"…Kau tahu benar hal itu, haruskah kuperjelas kembali Kyubi? Kau meluapkan emosimu pada semua orang karena kau sendiri juga menyadari kesalahan yang kamu buat."

Dan orang yang dihadapannya ini juga merupakan salah satu orang yang jadi korban luapan emosinya.

Air matanya semakin tidak terkontrol sekarang.

"Hah…aku titip Naruto pada Sasuke, tolong jaga dia baik – baik" ujar Kyubi sambil mengusap air matanya yang tumpah dan lalu bangkit berdiri meninggalkan Itachi.

Namun kali ini Itachi lebih peka, ia menahan tangan lelah tersebut lalu menarik sang pemilik untuk jatuh kepelukannya.

"Tidak akan ada orang yang melihatmu menangis, menangislah sepuasmu. Aku pun akan melupakannya hari ini"

Nyatanya bukan hanya Kyubi yang dibuat terkejut oleh Itachi.

Namun Itachi juga mendapat kejutan yang sama.

Secara spontan kedua tangan yang paling ia ingin genggam itu memeluk punggungnya erat dan menangis bebas di dadanya.

"Nyatanya kau harus tahu bahwa aku pernah menangis atas kesalahanku sendiri Itachi…hiks…aku tak akan memisahkan Naruto dengan Sasuke lagi"

Itachi meletakkan belanjaanya diatas tanah dan mengusap punggung yang tengah bergetar itu.

Nyatanya sekian lama tidak bertemu Kyubi juga tidak mampu membuang perasaannya pada rubah 'galak' yang satu ini.

Baik Kiba dan shikamaru hanya berdiam diri.

Di ruangan itu tidak ada stok makanan kecuali dispenser dan satu sachet kopi instan. Shikamaru tengah membuat untuk dirinya sendiri. Kiba hanya berharap bahwa sebentar lagi ada security yang datang dari luar untuk mengecek kedalam tiap – tiap ruangan sehingga ia bisa keluar dari sini.

"Minumlah ini aku tahu engkau pasti kedinginan" ujar Shikamaru meletakkan segelas kopi cappuccino di hadapan Kiba.

Jadi ini kopi untuknya?

"Bagaimana dengan mu?"

"Tak masalah aku memang sudah beberapa kali terjebak tidur disini"

Kiba tak akan bertanya mengapa hal itu bisa terjadi dan segera meminum kopinya. Dan Shikamaru tertawa lucu.

"Kau tidak berubah ya Kiba? Kau masih tetap orang yang tidak menyukai kedinginan hingga menekuk kakimu keatas"

Shikamaru tidak tahu, bahwa perkataannya tadi hanya membawa luka bagi Kiba. Sebuah sentilan halus yang menyatakan bahwa Kiba masih amat sangat mencintai pemuda itu.

Nafsu meminum kopinya hilang.

"Kau lebih baik juga ikut meminum kopinya. Aku tak sebengis itu untuk tidak berbagi dengan-"

"Gomen."

"Huh?" jawab Kiba kebingungan.

"Saat pertama kali kita bersekolah diluar. Aku tahu ada satu murid dari Jepang yang sangat manis sifatnya namun aku memilih mengabaikannya dan membiarkan dirinya dibully secara 'tersembunyi' disana. Dan gomenasai…karena disini justru akulah penyebab air matamu tumpah…"

Kiba terdiam…

Makhluk se-egois Shikamaru Nara tengah meminta maaf kepadanya sekarang?

"Aku tak ambil pusing tentang masalah itu dan segeralah minum kopinya sebelum din-"

"Dan aku menyadari satu tahun terbuang percuma karena aku tidak bisa mendapatkanmu…"

TUNGGU DULU.

APA MAKSUDNYA TADI!?

Kiba tak akan bisa mengatur ekpresi wajahnya yang terkejut sekarang.

"Dan lagi…aku punya cara meminum kopi yang enak"

Dan satu ciuman disertai lumatan kecil yang singkat tak pelak membuat Kiba membatu.

"Dan cara ini sangat…nikmat dan juga…hangat…"

TO BE COUNTINUED


SELAMAT MALAM MINGGU AKA HAPPY SATNITE GUYS!

Well saya benar - benar meminta maaf untuk update yang sangat telat banget~~~

Karena pekerjaan juga secara tak terduga menyita hari libur saya.

Tapi tak apa... saya berusaha update secepat yang saya bisa...

Dan makasih untuk para penikmat cerita ini yang sangat bersabar sekali dalam menunggu. Saya Bangga Pada Kalian! :')

and last!

Dont forget to fav,follow, and review!