Malpraktik yang dilakukan oleh seorang dokter di sebuah rumah sakit ternama di Italy dua belas tahun yang lalu telah merenggut nyawa orang terpenting dalam hidupmu. Ayahmu.
Sekarang…
Dengan dirimu yang berstatus sebagai dokter ahli bedah, kau kembali ke rumah sakit penuh kenangan pahit itu.
Untuk membalaskan dendammu kepada orang yang melakukan malpraktik kepada ayahmu…
.
Kiss of Revenge
Katekyou Hitman Reborn by Amano Akira
Rate: T
Genre: Hurt/Comfort , Romance
TYL scene, Adult Arcobaleno, typo(s) maybe
Kiss of Revenge game originally belong to
Enjoy~
.
Chapter 1
.
TAP.
Hibari Kyoya menginjakkan kakinya di sebuah lapangan parkir luas suatu rumah sakit ternama yang berdomilisi di Italy.
Rumah Sakit Umum Vongola.
Rumah sakit dimana penderitaannya akan kehilangan dan kesendirian bermula dua belas tahun yang lalu.
Flashback-
Setelah kehilangan ayahnya, Hibari langsung pergi dari Italy, dimana ia dahulu mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP karena sang ayah dipindah tugaskan ke negara Menara Pisa itu. Ia kembali ke tanah kelahiran sang Ibu yaitu di Jepang dan tinggal bersama adik ayahnya, Fon hingga ia menyelesaikan pendidikan dan bergelar dokter.
Hibari dilahirkan oleh sepasang suami istri berbeda kewarganegaraan. Sang ibu, Tsuchiura Misaki berasal dari Jepang, dan sang ayah, Alaude Nuvuola berasal dari Perancis.
Saat Hibari berumur lima tahun, sang ibu meninggal dunia dikarenakan kanker ganas yang menggerogoti tubuhnya. Sejak saat itu, Hibari selalu mengikuti sang ayah kemanapun beliau di tugaskan.
Singkat cerita,
Ketika Hibari sudah hampir selesai mengenyam pedidikan jenjang SMP, tiba-tiba sang ayah yang bekerja sebagai oknum polisi ternama di Italy mengalami luka tembak yang cukup parah, sehingga ia dilarikan ke rumah sakit ini.
Hibari kecil yang saat itu sedang menjalani ujian nasional untuk menentukan kelulusannya langsung kalang kabut dan menuju rumah sakit tersebut dan ia menemui kenyataan paliing pahit selama hidupnya.
Ayahnya, tewas beberapa hari setelah operasi berhasil dilakukan dikarenakan saat proses operasi ditemukan adanya malpraktik sehingga tubuh ayahnya terkena dampak malpraktik itu.
Flashback-
Hibari menggelengkan kepalanya pelan, berusaha untuk mengusir ingatan kelam yang mendadak memenuhi otaknya begitu melihat bangunan putih yang berdiri megah di depannya. Dengan tubuh berbalut setelan hitam formal, tangan kiri menjinjing sebuah tas kulit berwarna hitam serta tangan kanannya diletakkan di depan dada, sebari mendekap erat sebuah mantel putih yang susah payah ia dapatkan melalui pendidikan bertahun-tahun di Universitas Tokyo.
Mantel yang membuktikan bahwa ia telah layak untuk menjadi tenaga penolong masyarakat dengan bidang spesialisasinya, bedah.
Ya. Hibari sekarang akan bekerja sebagai dokter bedah di rumah sakit ini.
-x-
Ia sudah setengah jalan menuju bagian dalam rumah sakit itu. Wow. Ternyata sejak terakhir kali Hibari kesini rumah sakit ini sudah semakin berkembang saja. Terbukti dengan adanya sebuah taman luas nan indah di rumah sakit ini. Seingat Hibari, saat terakhir ia 'berkunjung' ke tempat ini, belum ada taman sebesar ini.
Ah sudahlah. Buat apa Hibari mengingat-ngingat kembali masa-masa kelam. Lebih baik ia focus ke tujuannya saat ini. Ruang direktur.
Hibari sudah tiba di bagian resepsionis, mata biru metalnya melalang buana mengamati ruangan besar yang banyak berisi orang lalu lalang itu. Mata Hibari menangkap sebuah foto di pojokan sana.
Foto sang direktur yang sedang tersenyum lebar.
Tch. Betapa bencinya Hibari dengan wajah yang sedang mengulum senyum di foto itu. Seorang pembunuh, menurut Hibari. Ya, direktur rumah sakit inilah yang menangani operasi ayah Hibari bertahun-tahun silam.
Hibari mengeratkan dekapannya dengan jas putih yang ia sangga dan rahangnya mengeras sedikit saat melihat foto itu. Tenang Hibari, tenang. Ini baru awal. Jangan kacaukan rencanamu. Hibari memejamkan matanya sejenak untuk mendinginkan pikirannya yang mulai mendidih. Saat Hibari masih menenangkan pikirannya, sebuah suara mengusik ketentraman Hibari.
"Ah.. Apakah anda.. Dokter Hibari Kyouya?" suara berat namun tegas membuat Hibari menoleh ke belakang. Hibari mengangguk pelan pada sosok yang barusan menyuarakan pertanyaan itu.
"Baguslah. Kau sudah ditunggu oleh Direktur sejak tadi. Mari saya antar ke ruangan beliau." Hibari mengikuti orang yang sepertinya seorang dokter yang diutus direktur untuk menjemputnya. Sebenarnya ada untungnya juga sih, karena Hibari tidak yakin bahwa struktur dalam rumah sakit masih sama seperti dahulu.
Mereka berdua berjalan dalam keadaan diam. Hibari memang dasarnya pendiam dan cuek sama sekali tidak berminat untuk beramah-tamah dengan manusia-manusia yang bekerja di rumah sakit terkutuk ini. Sedangkan sang dokter yang diutus untuk menjemput Hibari sedang sibuk mengecek arlojinya sebari menggumamkan sesuatu. "Ah iya. Sebelum itu, perkenalkan. Saya Reborn de Arcobaleno, dokter bedah di rumah sakit ini."
Oh. Hibari sudah memiliki mangsa kedua untuk di interogasi kedepannya mengenai kasus dua belas tahun lalu. Hibari menganggukkan kepalanya sejenak sambil menggumamkan 'Yoroshiku' sebelum akhirnya mereka berhenti di sebuah pintu di ujung lorong. Pintu besar berwarna coklat mengkilap berbahankan kayu jati. Hibari menengadahkan kepalanya ke atas dan ia menemukan tulisan "RUANG DIREKTUR" di atas pintu itu. Ia mengulum sebuah senyum kecil begitu mendengar suara khas yang sangat ia kenali dan ia benci dua belas tahun belakangan merespon ketukan yang dilancarkan Reborn.
-x-
"Cavallone-sama, saya mengantar Dokter Hibari Kyouya kesini." Suara Reborn menyebabkan empu yang diajak berbicara menengadahkan kepalanya sejenak dari paperwork yang ia kerjakan. Pria bersurai hitam itu kemudian tersenyum lembut kepada Reborn dan Hibari.
"Ah! Hibari-kun. Saya sudah tidak sabar menunggu anda sedari tadi, saya dengar anda dokter yang cukup sibukdalam usia yang tergolong muda, eh?" pria yang diketahui sebagai direktur dari Vongola Hospital, Alfonso Cavallone bangkit dari kursi kebesarannya dan menghampiri Hibari untuk berjabat tangan.
"Ah.. Tidak juga, anda pasti melebih-lebihkan cerita.." Hibari menjawab singkat sebari memasang senyum palsu di wajahnya. Hibari muak dengan pembunuh sang ayah yang sedang menjabat tangannya ini. Alfonso kemudian mempersilahkan Hibari dan Reborn untuk duduk di sofa merah berbahan beludru yang sudah pasti kenyamanannya tidak diragukan.
Hibari menatap ke sekeliling ruangan. Ruangan itu cukup luas untuk sebuah kantor direktur. Rak buku raksasa terletak menempel di dinding, di belakang meja yang tadi Alfonso tempati untuk bekerja. Di sebelah kanan meja terdapat sebuah jendela besar dengan tirai perpaduan warna merah dan emas, merah mendominasi. Lampu gantung elegan menerangi tempat itu.
Yah. Overall perabotan dan interior di ruangan ini elegan dan berkualitas tinggi, begitulah pendapat Hibari saat selesai mengamati ruangan Alfonso.
"Dimana Dino? Seharusnya dia ikut disini," suara Alfonso membuyarkan lamunan Hibari. Dino? Siapa dia?
"Ah maaf direktur, Dino sedang menjalankan sebuah operasi mendadak, jadi dia tidak bisa kesini." Jelas Reborn singkat. Dari perkataan ini Hibari bisa menyimpulkan Dino adalah seorang dokter disini. Tapi, apakah ia begitu penting sehingga direktur mengharapkan kedatangannya? Hibari hanya diam, malas untuk berinteraksi lebih lanjut.
"Ah, maaf Hibari-kun. Sepertinya Dino memang tidak bisa kesini, padahal aku sudah berpesan padanya untuk mengosongkan jadwalnya hari ini demi menyambutmu. Tapi ini demi pasien ya mau bagaimana lagi, keselamatan mereka yang utama."
Hah. Sumpah. Hibari benar-benar ingin tertawa mendengar kalimat terakhir yang terlontar dari bibir Alfonso. Keselamatan mereka yang utama? Lalu kasus dua belas tahun yang lalu, apakah keselamatan pasien sudah menjadi hal utama? Lucu sekali Alfonso berkata seperti itu padahal kenyataannya ia pernah memanipulasi kematian seorang pasien agar tidak terekspos di publik. Di luar, Hibari hanya menanggapi permintaan maaf Alfonso dengan sebuah anggukan kecil.
"Hibari-kun. Dino adalah anakku, dia bekerja sebagai dokter bedah disini."
Oh, akhirnya Hibari mengetahui 'jabatan' Dino disini. Anak direktur. Lumayan untuk dijadikan perantara balas dendam. Lagi-lagi, Hibari hanya mengangguk. Alfonso tertawa kecil melihat respon Hibari yang sangat pendiam ini.
"Reborn, bagaimana kalau kau mengajak Hibari-kun berkeliling rumah sakit? Aku yakin struktur bangunan tempat ini sangatlah berbeda dengan rumah sakit tempat ia bekerja sebelumnya. Dan Hibari-kun, saya berharap banyak kepada anda." Reborn mengangguk menyetujui permintaan Alfonso, kemudian Reborn serta Hibari membungkuk mengucapkan terima kasih dan salam kepada Alfonso sebelum pergi meninggalkan ruangan itu.
Reborn langsung memberi Hibari kursus kilat mengenai seluk-beluk rumah sakit serta tembusan-tembusan jalan pintas. Setelah empat puluh lima menit, tour kilat dari Reborn berakhir dan mereka tiba di tujuan terakhir, yaitu tempat para perawat berkumpul alias Nurse Station.
-x-
"Buon giorno, Dokter!" suara bersemangat menyambut Reborn begitu mereka tiba di Nurse Station. "Ciao, Sasagawa-san, mana adikmu dan Miura Haru? Seharusnya mereka ada disini karena aku akan memperkenalkan seorang dokter baru," Reborn mengamati sekelilingnya dan tidak menemukan keberadaan dua perawat perempuan itu.
"Ah.. Mereka berdua sedang membantu Dokter Cavallone operasi, jadi tidak bisa." Reborn menganggukkan kepalanya tanda mengerti, lalu ia beralih kepada Hibari yang berdiri di sebelahnya.
"Guys, perkenalkan. Orang ini adalah Hibari Kyouya, beliau adalah dokter bedah yang akan bekerja di rumah sakit ini mulai sekarang. Mohon agar kalian semua membantu beliau sebaik-baiknya." Reborn memperkenalkan Hibari kepada orang-orang yang berada di tempat itu. Hibari yang sedikit tersentak langsung membungkukan badannya, khas budaya Jepang saat bertemu orang baru. Ryohei yang berkebangsaan juga berkebangsaan Jepang langsung membalas membungkukan badannya.
"Yoroshiku." Semua orang di Nurse Station mengangguk dan tersenyum kepada Hibari. Beberapa menit kemudian, Reborn pamit karena ia harus menghadiri rapat penting yang akan dimulai lima belas menit lagi. Sekarang tanpa adanya Reborn disampingnya, Hibari tidak tau harus bereaksi seperti apa. Pasalnya ia sudah menjadi orang berhati dingin dan menutup dirinya kepada sekitar semenjak dua belas tahun yang lalu.
"Hibari-sensei, benarkan?" pemuda yang tadi Reborn panggil 'Sasagawa,' menyapa Hibari dengan agak tidak yakin. Hibari memandangnya sejenak dan menggumamkan kata 'benar.'
"Santai saja denganku, kau bisa menggunakan bahasa Jepang jika berbicara denganku," Ryohei bernafas lega akhirnya ada yang bisa ia ajak berbicara dengan bahasa Jepang selain adiknya, teman adiknya Miura Haru dan seorang investor alat.
"Perkenalkan, saya adalah perawat yang bekerja disini, Sasagawa Ryohei." Pemuda jangkung berambut putih dengan kulit kecoklatan dan plester yang menempel di batang hidungnya membungkukkan badannya. Kemudian ia berdiri dan memperkenalkan pemuda berambut silver yang ada di sebelahnya.
"Orang ini adalah Gokudera Hayato, dia adalah perawat juga, sama sepertiku. Sepertinya, kami berdua atau lebih dominan Gokudera yang akan membantu anda saat operasi-operasi di kemudian hari." Pemuda dengan rambut silver itu mendecih pelan, sebelum akhirnya Ryohei memegang kepalanya memaksanya ikut membungkuk sopan kepada Hibari.
"Nanti jika anda kesini lagi, mungkin anda akan bertemu seorang dokter kandungan beranma Ieyasu Sawada atau biasa kami penggil Giotto-sensei. Beliau sedang keluar saat ini." Jelas Ryohei lagi.
Hibari terdiam melihat kelakuan kedua orang baru yang akan memasuki kehidupannya disini. Hibari mengamati kedua orang ini. Sepertinya Sasagawa Ryohei adalah orang Jepang, ia bisa mengetahuinya karena tindak tinduknya mirip dengan mendiang ibunya yang juga orang Jepang.
Tapi, untuk Gokudera Hayato sepertinya bukan. Walau namanya seperti orang Jepang, fisik dan tindak-tinduknya mirip dengan orang Barat. Mata Emerald, hidung mancung, kulit seputih susu…
Saat Hibari terlarut dalam pikirannya, sebuah suara menginterupsi,
"Yo, Gokudera-kun! Lama tidak berjumpa!" suara ceria itu membuat Hibari, Ryohei, dan Gokudera menoleh ke asal suara.
"Teme! Jangan menyapaku sok akrab! Dan kau baru kesini seminggu yang lalu, apakah itu sudah termasuk 'lama'?!" balas Gokudera dengan judes kepada pria jangkung yang berpakaian formal dengan sebuah codet di dagunya.
Hibari membelakkan matanya kaget. Ia tidak menyangka akan bertemu orang itu disini.
"Yamamoto… Takeshi?!" suara Hibari tercekat saat mengucapkan nama yang sangat familiar di masa kecilnya.
Sama seperti Hibari, reaksi Yamamoto juga tidak kalah terkejut. Pasalnya, dahulu Hibari menghilang secara misterius setelah kelulusan SMP. Melihat keduanya saling terkejut, Gokudera mungkin salah kaprah, mengira Yamamoto belum mengenal Hibari sehingga ia terkejut saat Hibari mengetahui namanya. Pria bersurai silver itu kemudian mengambil inisiatif untuk memperkenalkan mereka berdua.
"Ano, Hibari-sensei, orang berisik ini adalah Yamamoto Takeshi. Dia adalah utusan dari sebuah perusahaan obat dan alat-alat kedokteran yang bekerja sama dengan rumah sakit ini. Yakyuu-baka, ini adalah Hibari Kyouya, dokter bedah yang mulai bekerja di rumah sakit ini."
Begitu Gokudera menyudahi sesi perkenalannya, raut wajah Yamamoto melembut.
"Ciao Kyouya, tidak kusangka akan bertemu denganmu lagi disini…"
Gokudera dan Ryohei hanya bisa memasang tampang cengo melihat interaksi yang ada di depan mereka ini.
-x-
"K-Kalian berdua saling kenal?!" Ryohei menjerit tertahan saat melihat reaksi Yamamoto. Ditanggapi dengan tawa khas Yamamoto.
"Ahaha, tepatnya kami adalah teman sekolah semasa SMP. Dulu aku SMP di Italy dengan Hibari, tapi sewaktu SMA kami berpisah."
Hibari memutar bola matanya, jujur saja. Ia sama sekali tidak mengharapkan kedatangan Yamamoto kesini. Bisa-bisa orang yang mengetahui masa lalunya ini menghancurkan rencana yang sudah ia rencanakan matang-matang.
"Kyouya-kun. Bisakah aku berbicara secara privasi denganmu sebentar." Nada bicara Yamamoto kali ini tidaklah ramah dan jenaka seperti saat berbicara dengan Gokudera dan Ryohei. Kali ini, terkesan sangat serius. Hibari sudah bisa menebak ia akan dijejali berbagai pertanyaan oleh Yamamoto. Sebenarnya ia ingin mengelak, tapi daripada kedua perawat itu menaruh curiga padanya, lebih baik ia di interogasi habis-habisan oleh Yamamoto.
Mereka berdua berjalan berdampingan kearah lorong sepi yang agak jauh dari Nurse Station. Hibari menyenderkan tubuhnya ke dinding lorong, sementara Yamamoto berdiri di depannya dengan raut wajah serius.
"Aku meminta penjelasan, Kyouya." Hibari menatap pemuda yang lebih tinggi beberapa sentinya darinya dengan malas. "Penjelasan apa, Takeshi?"
Yamamoto menghela nafasnya, suasana diantara mereka berdua sangatlah canggung. Mungkin ia harus memancing pemuda yang terkenal keras kepala ini. "Kau mengganti margamu?"
"Tidak sepenuhnya." Yang dikatakan Hibari ini memang benar. Ia tidak mengganti marganya, ia hanya men-translate marganya 'Alaude' yang berasal dari Bahasa Prancis menjadi Bahasa Jepang. Well, sepertinya gen Jepang dari mendiang sang Ibu mendominasi kepribadian Hibari daripada gen Prancis sang ayah.
"Lalu, kenapa kau bekerja disini? Bukankan tempat ini…" Yamamoto tidak berani melanjutkan kata-katanya, takut menyinggung pria yang sedari dulu dikenal dengan temperamennya yang sadis.
"Bukan urusanmu." Jawaban singkat ini menurut Hibari cocok menjawab pertanyaan Yamamoto.
"Kyouya, apa kau ingin…" lagi-lagi perkataan Yamamoto terputus karena Hibari memukul tembok yang ada dibelakangnya tanpa merubah posisinya. Mata blue metal Hibari berkilat tajam menatap Yamamoto. Yang ditatap hanya menelan ludah karena sepertinya ia berhasil membangkitkan sisi iblis Hibari.
Hibari baru saja akan membuka mulutnya, ketika suara Gokudera menginterupsi reuni kecil itu.
"Hibari-sensei." Tolong jalankan operasi terhadap pasien ini! Keadaannya sudah mendesak, kami terpaksa memajukan jadwal operasinya satu jam lagi. Tolonglah, dokter bedah yang lain sedang sibuk menangani pasien-pasiennya." Gokudera dengan raut wajah panic menyerahkan berkas-berkas yang menunjukan keadaan dan detail sang pasien.
Hibari diam sejenak. Apakah ia harus melakukan operasi ini? Sebenarnya bagi Hibari ini terlalu tiba-tiba. Tapi…
Ia tidak ingin orang ini bernasib sama dengan ayahnya dua belas tahun yang lalu.
"Baiklah, aku akan melakukan operasi kepada orang ini. Siapkan ruang operasinya selagi aku mempelajari berkas-berkas ini." Gokudera mengangguk tegas kemudian menyeret Ryohei untuk membantunya menyiapkan ruang operasi.
Hibari berniat untuk beranjak dari tempat itu, tapi sebelum ia melangkah, ia menatap Yamamoto dengan intens. "Sebaiknya kau tutup mulut dengan apa yang terjadi antara aku dan rumah sakit ini beberapa tahun lalu. Oh ya, selesaikanlah urusanmu disini, jangan melupakan tujuan utamamu kesini sebelum kau menyangka akan bertemu denganku, Takeshi. Ci vediamo."
-x-
Empat puluh lima menit telah berlalu dan Hibari masih berkutat dengan berkas-berkas ini. Ah, ia mungkin tadi terlalu sesumbar mengatakan bahwa ia akan mengambil alih pasien ini. Dan ia lupa menanyakan kepada Gokudera, ini sebenarnya pasien tanggung jawab siapa.
Pria berusia dua puluh enam tahun itu terbelak melihat berkas itu. Ia baru menyadari bahwa si pasien ini memiliki kasus yang sama dengan ayahnya bertahun-tahun silam. Melihat ini, Hibari mengepalkan tangannya pelan. Ia bertekad untuk menyelamatkan pasien ini.
"Dok, ruangan sudah siap. Mohon berganti baju dan memakai masker operasi sesegera mungkin." Suara Ryohei membuat Hibari beranjak dari tempatnya dan bergegas untuk berganti baju.
-x-
Dua jam berlalu dan Hibari menjalankan operasi ini dengan lancar, tahap demi tahap ia lalui dengan Gokudera senantiasa membantunya selama operasi berlangsung. Sekarang mereka tiba di tahap akhir, ketika Gokudera tiba-tiba berteriak.
"Dokter! Tekanan darahnya tiba-tiba menurun dan denyut jantungnya perlahan melemah!"
Oh shit. Hibari tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Padahal ia sudah mempelajari berkas-berkas itu sebaik mungkin dan operasi sudah ia lakukan dengan lancar. Kenapa tiba-tiba…?
Hibari benar-benar panic saat itu. Saking paniknya, saat memanggil Gokudera suaranya bergetar.
"G-Gokudera.. Tolong ambilkan.. Pisau itu… D-Dan.. B-berikan oksigen kepada p-pasiennya.." suara Hibari benar-benar bergetar. Ia takut. Takut, jika kejadian dua belas tahun lalu terulang dan ialah yang menjadi pembunuhnya saat ini. Dengan perasaan was-was ia memeriksa diagnosis itu.
Crap.
Baru Hibari sadari, ia melewatkan secarik kertas penting dari berkas-berkas itu. Melewati kertas itu sama dengan membahayakan nyawa pasien yang tergolek lemas di depannya ini. Hibari sudah benar-benar putus harapan.
Beberapa detik kemudian, seorang pria jangkung yang Hibari ketahui berambut pirang menerobos masuk ke ruangan operasi.
"Dokter Cavallone!" seru Gokudera saat melihat pria itu mendekat ke arah mereka. Pria itu hanya diam, tidak menggubris panggilan Gokudera. Ia kemudian menyambar diagnosis yang ada di tangan Hibari, membacanya sekilas kemudian mengalihkan pandangannya kepada pasien. Lalu mata coklat madunya menatap Hibari.
"Kau, jadilah asistenku saat ini." Hibari terbengong begitu si 'Dokter Cavallone' memerintahkannya untuk menjadi asistennya dalam operasi.
-x-
Satu setengah jam kemudian Hibari keluar dari ruang operasi dengan nafas terengah-engah dan wajah memerah. God. Tadi adalah satu setengah jam paling menegangkan dalam hidupnya. Ia nyaris saja menjadi seorang malaikat pencabut nyawa, lalu seorang 'malaikat' bernama Dokter Cavallone menerobos masuk dan mendadak memintanya untuk menjadi asisten. Hibari menatap tangannya yang masih bergetar ketika pintu ruang operasi terbuka. Di depan pintu itu berdiri seorang pria yang dipanggil Dokter Cavallone.
"Sepertinya kau terlalu takut sehingga gugup dan gemetaran tadi. Kalau kau akan menyelamatkan nyawa seseorang janganlah gugup. Itu malah akan membuatmu mencabut nyawa mereka-" Suara berat dan dingin yang diarahkan kepada Hibari terlontar dari bibir sang dokter. Hibari kemudian menatap dokter yang berdiri di depan pintu itu. Sekarang ia bisa melihat jelas rupa pria ini yang tadi ditutupi masker dan penutup kepala saat operasi.
Tubuh jangkung, rambut pirang, mata coklat madu yang memandangnya dingin, kulit cerah dan bulu mata yang lentik. Overall, dia mirip dengan direktur. Yang membedakan hanyalah surai pirangnya yang dipotong pendek.
"-Aku lihat kau cukup berbakat, maka dari itu tadi aku memintamu untuk menjadi asistenku. Perbanyaklah pengalaman operasimu, dan aku yakin kau akan menjadi dokter yang hebat." Pria itu melanjutkan perkataannya sebelum melangkahkan kakinya menjauhi ruang operasi.
Hibari terperangah mendengar perkataan pria itu. Saat Hibari akan mencegahnya pergi..
"Ah iya. Aku belum memperkenalkan diri, namaku Dino Cavallone. Senang bisa bekerja sama denganmu, Hibari Kyouya."
Darimana Dino tau nama Hibari padahal ia belum memperkenalkan dirinya?
.
.
.
TBC / OWARI?
.
.
.
B.A (Bacotan Author):
Holla minna penghuni fandom KHR! Aku pulang kampung kesini nih XD /diusir.
Kali ini aku mau buat fic yang mungkin akan bertemu serius (?) tentang orang-orang humu kesayangan akuh :3 /dibuang.
Jadi… Ini fic terinspirasi dari sebuah game milik berjudul Kiss of Revenge. Game ini bagus banget sumveh download yaa !*eh.
Nanti character dan pairing akan bertambah :3 apakah ada yang mau merikues pairing?:3
Untuk penggunaan bahasa, silahkan dibayangkan sendiri mereka berbicara dengan bahasa jepang atau Italy. Mungkin dominan Italy karena orang2 sejenis Dino, Reborn, para Arcobaleno, berasal dari Italy. Kalau dengan Tsuna dkk terserah dibayangkan dengan bhasa apa XD
*ciao = halo , buon giorno = selamat siang, bisa jg berarti selamat pagi, ci vediamo = sampai jumpa lagi
Mohon reviewnya yaa sebelum author ini putus asa dan memutuskan untuk tidak melanjutkan fic ini u,u /eh
-Shizuka Miyuki-